3 AD4177 Ed 01
3 AD4177 Ed 01
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Abortus
a. Pengertian
Keguguran atau abortus adalah terhentinya proses kehamilan yang
sedang berlangsung sebelum mencapai umur 28 minggu atau berat
janin sekitar 500 gram (Manuaba, 2007).
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin
mencapai berat 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 22 minggu
atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan
(Sarwono, 2008).
Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun,
spontan maupun buatan, sebelum janin mampu bertahan hidup.
Batasan ini berdasar umur kehamilan dan berat badan. Dengan lain
perkataan abortus adalah terminasi kehamilan sebelum 20 minggu atau
dengan berat kurang dari 500 gr (Handono, 2009).
Klasifikasi Abortus (Sarwono, 2008)
1) Abortus spontan
Abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus
10
tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa
mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah.
c) Abortus incomplet (keguguran tidak lengkap)
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam
uterus. Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka
dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadangkadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.
d) Abortus complet (keguguran lengkap)
Perdarahan pada kehamilan muda di mana seluruh hasil
konsepsi telah di keluarkan dari kavum uteri. Seluruh buah
kehamilan telah dilahirkan dengan lengkap. Pada penderita
ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan
uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat di permudah
apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan
bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
e) Abortus infeksiosa dan Abortus septik
Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada
genitalia, sedangkan abortus septik adalah abortus infeksiosa
berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam
peredaran darah atau peritoneum. Infeksi dalam uterus atau
sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya
ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering
11
setelah
pengobatan.
Gejala
subyektif
kehamilan
12
abortus
habitualis
ialah
73%
dan
83,6%.
Abortus provokatus
Abortus terinduksi adalah terminasi kehamilan secara medis
atau bedah sebelum janin mampu hidup. Pada tahun 2000, total
857.475 abortus legal dilaporkan ke Centers for Disease Control
and Prevention (2003). Sekitar 20% dari para wanita ini berusia 19
tahun atau kurang, dan sebagian besar berumur kurang dari 25
tahun, berkulit putih, dan belum menikah. Hampir 60% abortus
terinduksi dilakukan sebelum usia gestasi 8 minggu, dan 88%
sebelum minggu ke 12 kehamilan (Centers for Disease Control and
Prevention, 2000).
13
dilanjutkan,
indikasi
dapat
medis).
membahayakan
jiwa
Biasanya
mendapat
perlu
ibu
14
ovum
yang
sudah
dibuahi,
seperti
kurangnya
sekarang
berbagai
penyakit
medis,
kondisi
15
(4) Malnutrisi,
avitaminosis
dan
gangguan
metabolisme,
16
17
d. Patologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam decidua basalis,
diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan
hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan
benda asing didalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi biasanya
dikeluarkan seluruhnya, karena vili koreales belum menembus desidua
terlalu dalam, sedangkan pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, telah
masuk agak tinggi, karena plasenta tidak dikeluarkan secara utuh
sehingga banyak terjadi perdarahan.
Pada kehamilan 14 minggu keatas, yang umumnya bila kantong
ketuban pecah maka disusul dengan pengeluaran janin dan plasenta
yang telah lengkap terbentuk. Perdarahan tidak banyak terjadi jika
plasenta terlepas dengan lengkap.
Hasil konsepsi pada abortus dikeluarkan dalam berbagai bentuk.
Ada kalanya janin tidak tampak didalam kantong ketuban yang disebut
blighted ovum, mungkin pula janin telah mati lama disebut missed
abortion. Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu
singkat, maka ovum akan dikelilingi oleh kapsul gumpalan darah, isi
uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karneosa
apabila pigmen darah diserap sehingga semuanya tampak seperti
daging.
18
19
sering
pada
abortus
buatan
yang
dikerjakan
tanpa
20
21
untuk hamil harus siap fisik, emosi, psikologi, sosial dan ekonomi
(Ruswana, 2006).
b. Usia ibu kurang dari 20 tahun
Remaja adalah individu antara umur 10-19 tahun. Penyebab utama
kematian pada perempuan berumur 15-19 tahun adalah komplikasi
kehamilan, persalinan, dan komplikasi keguguran. Kehamilan dini
mungkin akan menyebabkan para remaja muda yang sudah menikah
merupakan keharusan sosial (karena mereka diharapkan untuk
membuktikan kesuburan mereka), tetapi remaja tetap menghadapi
risiko-risiko kesehatan sehubungan dengan kehamilan dini dengan
tidak memandang status perkawinan mereka.
Kehamilan yang terjadi pada sebelum remaja berkembang secara
penuh, juga dapat memberikan risiko bermakna pada bayi termasuk
cedera pada saat persalinan, berat badan lahir rendah, dan
kemungkinan bertahan hidup yang lebih rendah untuk bayi tersebut.
Wanita hamil kurang dari 20 tahun dapat merugikan kesehatan ibu
maupun pertumbuhan dan perkembangan janin karena belum
matangnya alat reproduksi untuk hamil. Penyulit pada kehamilan
remaja (<20 tahun) lebih tinggi dibandingkan kurun waktu reproduksi
sehat antara 20-30 tahun. Keadaan tersebut akan makin menyulitkan
bila ditambah dengan tekanan (stress) psikologi, sosial, ekonomi,
sehingga memudahkan terjadinya keguguran (Manuaba, 1998).
Manuaba (2007), menambahkan bahwa kehamilan remaja dengan
22
keguguran
spontan
tampak
meningkat
dengan
23
makin meningkat karena menurunnya kualitas sel telur atau ovum dan
meningkatnya risiko kejadian kelainan kromosom (Samsulhadi, 2003).
Pada gravida tua terjadi abnormalitas kromosom janin sebagai
salah satu faktor etiologi abortus (Friedman, 1998).
Sebagian besar wanita yang berusia di atas 35 tahun mengalami
kehamilan yang sehat dan dapat melahirkan bayi yang sehat pula.
Tetapi beberapa penelitian menyatakan semakin matang usia ibu
dihadapkan pada kemungkinan terjadinya beberapa risiko tertentu,
termasuk risiko kehamilan.
Para tenaga ahli kesehatan sekarang membantu para wanita hamil
yang berusia 30 dan 40an tahun untuk menuju ke kehamilan yang lebih
aman. Ada beberapa teori mengenai risiko kehamilan di usia 35 tahun
atau lebih, di antaranya:
1) Wanita pada umumnya memiliki beberapa penurunan dalam hal
kesuburan mulai pada awal usia 30 tahun.
Hal ini belum tentu berarti pada wanita yang berusia 30
tahunan atau lebih memerlukan waktu lebih lama untuk hamil
dibandingkan wanita yang lebih muda usianya. Pengaruh usia
terhadap penurunan tingkat kesuburan mungkin saja memang ada
hubungan, misalnya mengenai berkurangnya frekuensi ovulasi atau
mengarah ke masalah seperti adanya penyakit endometriosis, yang
menghambat uterus untuk menangkap sel telur melalui tuba fallopii
24
25
26
27
kacangan.
4) Mulai kehamilan pada berat badan yang normal atau sehat (tidak
terlalu kurus atau terlalu gemuk). Berhenti minum alkohol sebelum
dan selama kehamilan.
5) Jangan gunakan obat-obatan, kecuali obat anjuran dari dokter yang
mengetahui bahwa si ibu sedang hamil (Saleh, 2003).
28
B. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan teori dan apa yang telah diuraikan maka digunakan
kerangka teori dalam bentuk bagan berikut ini:
Faktor Maternal:
1. Kelainan genetalia ibu
2. Penyakit-penyakit ibu
3. Antagonis rhesus
4. Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus
berkontraksi
5. Gangguan sirkulasi plasenta
6. Usia ibu
Faktor Janin:
1. Ovum yang patologis
2. Kelainan letak embrio
Abortus
Faktor Paternal:
1. Translokasi kromosom pada sperma
2. Penyakit-penyakit ayah
29
C. Kerangka Konsep
Variabel bebas
Variabel terikat
Usia Ibu
Kejadian
Hamil
Abortus
D. Hipotesis
Ada hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus di Rumah
Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang Tahun 2009.