Anda di halaman 1dari 6

Klasifikasi Kartun Berdasarkan Gaya Visulalisasi

Salah satu elemen yang harus dipenuhi oleh seorang kartunis adalah kompetisi di

bidang teknis/artistik, tekhnik dasar yang harus dikuasai oleh seorang kartunis adalah

kemampuan dalam menggambar perspektif dan anatomi khususnya tubuh manusia.

Kartun pada dasarnya adalah bentuk penegasan melalui penyederhanaan dari usaha

pencitraan yang dirancang menyerupai subyek (Mc Cloud, 2002:27-30). Artinya dalam

proses kreatif yang dilalui oleh seorang kartunis adalah menggambar suatu obyek tanpa

harus menekankan detail visual sebagaimana ilustrator gambar realis. Kartunis tidak

banyak menghilangkan detail, namun harus lebih memusatkan diri pada detail tertentu.

Tahap selanjutnya seorang kartunis perlu penguasaan terhadap beberapa elemen penting

dalam visualisasi kartun di antaranya ekspresi1, pergerakan (movement /arcs), fokus,

skala dan teknik pemberian warna serta bayangan.

Penentuan gaya dalam proses kreatif pembuatan kartun merupakan pilihan dari

seorang kartunis untuk memilih aliran, perbendaharaan gaya atau gerak-gerik atau subyek

(Mc Cloud, 2002:170). Gaya adalah kelanjutan dari pencetusan gagasan dan bentuk

dalam pembuatan karya seni visual termasuk juga kartun. Berdasarkan akulturasi budaya

asing yang masuk keIndonesia, terdapat tiga gaya atau aliran yang berlaku dalam dunia

kartun atau komik Indonesia yakni gaya Eropa, Amerika dan Jepang. Gaya Eropa lebih

menekankan pada eksagerasi tokoh, gaya Amerika menekankan pada bentuk realis dan

gaya Jepang (Manga) terbentuk dengan model yang terstuktur seperti mata besar dan

dagu lancip atau lebih dikenal sebagai efek topeng (Mc Cloud, 2002:42-43).

1
Terdiri dari ekspresi maksimum dan ekspresi minimum. Ekspresi maksimum lebih dikenal dengan istilah
eksagerasi yakni melebih-labihkan sesuatu dalam hal ini adalah raut muka tokoh kartun.
Joel Mishon seorang kartunis dari Inggris membuat klasifikasi kartun berdasarkan

gaya visualisasi yang bersifat universal terdiri atas lima bentuk, yaitu:

1. Kartun Tabloid (Tabloid Cartoons)

a) Gaya gambar sering dijumpai dalam kartun humor popular.

b) Bentuk praktis, garis simpel dan tidak ada bayangan.

c) Visualisasi wajah ramah dan mempunyai beragam ekspresi.

d) Eksagerasi mempunyai sifat cenderung bulat, tidak kaku maupun bersiku-

siku.

e) Fokus pada aksi utama sehingga tidak terlalu membutuhkan detail.

f) Sering dijumpai dalam komik anak-anak.

Gambar 2. 3 Kartun Karya Wahyu Kokkang dalam Rublik Clekit pada harian Jawa Pos
(Sumber: www.jawapos.co.id)

2. Kartun Broadsheet (Broadsheet Cartoons)

a) Banyak dijumpai dalam kartun editorial. 2

2
Kartun sindiran terhadap berbagai fenomena sosial politik, dengan maksud untuk penyadaran, namun
kecenderungan yang dapat mengerti adalah pembaca dengan tingkat pendidikan tinggi (Mishon, 2003:64).
b) Gambar lebih detail.

c) Arsiran dan garis bayangan seimbang, humor lebih sedikit.

d) Pemberian bayangan tergantung dengan situasi.

e) Gaya gambar terkesan lebih “keras“ dengan menggunakan lebih banyak

garis yang kaku atau bersiku-siku.

f) Ekspresi muka lebih minimalis, roman muka yang tak berubah sehingga

terkesan ramah.

g) menggunakan garis dan arsir yang berbayang-bayang, hal ini dilakukan

untuk menambah kepekatan dalam gambar.

Gambar 2.4 Kartun Karya Benny Rachmadi dalam Pameran Kartun untuk Demokrasi.
Oktober 2000 di Galeri Cipta II Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
(Sumber: www.kompas.com)

3. Kartun Imut (Quirky Cartoon)


a) Visualisasi muka sederhana, mengandalkan kepraktisan dalam gambar,

bentuk kepala lebih beragam, sehingga banyak kombinasi dan kartunis

lebih bebas berkreasi.

b) Bentuk tubuh relatif sama, terkesan kekanak-kanakan, imut, gemuk dan

pendek.

c) Teknik bayangan menggunakan arsiran sederhana (efek pena), namun ada

juga yang memakai teknik pewarnaan efek semprot. 3

Gambar 2.5 Kartun Karya Fabio G. da silva (Brasil)


(Sumber: www. irancartoon.com)

4. Kartun Ilustrarif (Illustrative Cartoon)

3
Teknik ini bertujuan untuk menghadirkan kesan seperti hasil air brush, cara paling murah dan sederhana
dengan menyemprotkan cat air ke kertas gambar dengan menggunakan sikat gigi.
a) Visualisasi bergaya realis, sketsa tidak sederhana bahkan terkesan rumit.

b) Banyak dijumpai dalam komik-komik marvel4 yang cenderung

menggunakan ilustasi realis.

c) Kontas antara gambar yang detail dengan humor yang menjadikan hal ini

semacam kejutan terhadap pembaca, karena meletakkan dua konsep secara

bersamaan, detail visual dan humor.

d) Fokus pada gambar sehingga kartunis aliran ilustratif memerlukan

pentingnya pengetahuan dan ketrampilan yang luas dalam menggambar

perspektif dan penggambaran figur.

Gambar 2.6 Kartun karya Oleg Dergachov (Kanada)


(Sumber: www.irancartoon.com)

5. Kartun Faux-naif (Faux-naif Cartoon)

4
Karakteristik komik marvel adalah menggunakan penggambaran yang sangat memperhatikan anatomi
tubuh dan detail visual yang dibuat sempurna.
a) Kartunis aliran ini sengaja menggambar seperti kartun amatiran, yang

mempunyai kemampuan menggambar yang rendah, seperti gambar anak

kecil yang tergesa-gesa.

b) Gambar “buruk“,5 terlihat mentah, tidak umum dan dekat dengan lelucon

yang berlatarbelakang ajakan yang tidak dapat dijelaskan.

c) Prinsip yang dipakai dalam kartun aliran ini adalah gambar yang bagus,

tapi dengan lelucon yang buruk tidak dapat dikatakan lucu atau

mempunyai humor yang tidak berkualitas. Lelucon yang baik tidak

memandang baik-buruknya gambar.

d) Gaya gambar yang longgar (fleksibel), bentuk gambar yang sangat praktis

dan sederhana seperti lingkaran, garis tegak dan kotak.

e) Menghindari detail yang berat, terlihat jumlah garis yang sedikit.

Gambar 2.7 Kartun karya Maziyar Bizhani (Iran)


(Sumber: www.irancartoon.com

5
Menambah nilai humor jika diletakkan dengan cara yang benar

Anda mungkin juga menyukai