Anda di halaman 1dari 5

Penjelasan Ringkas

tentang Bahaya Fitnah Hajuriyah

Ditulis oleh:
Muhammad bin Abdullah al-Imam
Darul Hadits, Mabar
26 Jumadal Ula 1434H

Segala puji hanya bagi Allah. Aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah.
Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Amma badu,
Pada masa ini, Allah telah mendatangkan Syaikhuna al-Muhaddits al-Allamah Abu
Abdirrahman Muqbil bin Hadi al-Wadii semoga Allah merahmati beliau Beliau telah menegakkan
dakwah kepada Allah dan pengajaran di atas ilmu dan bashirah. Maka banyak para penuntut ilmu yang
datang dari setiap bukit dan dari segala arah, dari dalam (negeri Yaman) dan luar (Yaman). Bahkan,
belum pernah ada seorang alim pun di negeri Yaman sepeninggal al-Imam Abdurrazzaq bin Hammam
ash-Shanani rahimahullah yang didatangi oleh para penuntut ilmu sebanyak syaikh kami (Syaikh
Muqbil bin Hadi) al-Wadii.
Kemudian syaikh kami (Syaikh Muqbil) tinggal di Yaman dengan mengemban ilmu, pengajaran,
dan dakwah kepada Allah selama lebih dari seperempat abad lamanya, sampai ajal yang telah
ditentukan mendatangi beliau. Semoga Allah merahmati beliau dengan rahmat yang luas, semoga Allah
menempatkan beliau di jannah-Nya yang lapang. Sebelum meninggalnya, beliau pernah mewasiatkan
dengan sebuah wasiat besar yang tersebar ke seluruh penjuru dunia. Orang yang tahu pun sungguh
telah mengetahuinya. Di antara wasiat beliau tersebut adalah:
Aku mewasiatkan kepada saudara-saudaraku fillah Ahlus Sunnah untuk konsentrasi terhadap
ilmu yang bermanfaat, jujur kepada Allah, dan ikhlash. Kemudian jika terjadi suatu problem, hendaknya
para ulul halli wal aqdi berkumpul untuk membicarakannya. Seperti asy-Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab, asy-Syaikh Abul Hasan al-Ma`ribiy, asy-Syaikh Muhammad al-Imam, asy-Syaikh Abdul Aziz
al-Buraiy, asy-Syaikh Abdullah bin Utsman, asy-Syaikh Yahya al-Hajuri, dan asy-Syaikh
Abdurrahman al-Adniy. Aku menasehatkan juga mereka untuk bermusyawarah dalam urusan-urusan
mereka dengan asy-Syaikh al-Fadhil al-Waizh al-Hakim asy-Syaikh Muhammad ash-Shaumaliy. Karena
sungguh aku dahulu telah bermusyawarah dengan beliau, dan beliau pun menunjukkan kepadaku
dengan pendapat yang tepat. Selesai.
Abul Hasan al-Ma`ribiy telah memisahkan diri dari saudara-saudaranya para masyaikh, selang
beberapa saat setelah meninggalnya syaikh kami (asy-Syaikh Muqbil) rahimahullah dan telah terjadi
fitnah sebagaimana telah kalian ketahui.
Para syaikh yang telah kami sebutkan di atas, telah menjadikan wasiat ini di hadapan mereka.
Maka setiap kali terjadi fitnah di antara Ahlus Sunnah di Yaman, mereka (para masyayikh) berusaha
dengan sungguh-sungguh untuk meredakannya.

Semenjak sekitar 7 (tujuh) tahun ini telah terjadi perselisihan antara asy-Syaikh Yahya al-Hajuri
dengan asy-Syaikh Abdurrahman al-Adniy. Maka dengan segera, para masyayikh yaitu:
-

asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab,


asy-Syaikh al-Buraiy,
asy-Syaikh ash-Shaumaliy,
asy-Syaikh adz-Dzamariy,
dan asy-Syaikh al-Imam,

mereka segera melakukan usaha perbaikan. Selanjutnya terjadilah ijtima di Darul Hadits Dammaj
semoga Allah menjaganya . Kami telah mempertemukan antara dua syaikh, asy-Syaikh al-Hajuriy dan
asy-Syaikh al-Adniy, kami pun telah mendengar dari keduanya. Terjadilah kesepakatan ketika itu dengan
cara asy-Syaikh Abdurrahman al-Adniy menghentikan proses pendataan1 di Fuyusy karena beberapa
alasan menurut para masyayikh. Di sis lain, para masyayikh meminta asy-Syaikh Yahya al-Hajuriy untuk
menarik ucapan beliau tentang asy-Syaikh Abdurrahman, juga menarik celaan, dan tuduhan hizbiyah
terhadap beliau (asy-Syaikh Abdurrahman).
Selanjutnya, terjadilah asy-Syaikh Abdurrahman menghentikan pendataan tersebut. Namun
asy-Syaikh Yahya belum menarik ucapan 2 atas beliau (asy-Syaikh Abdurrahman). Sebagaimana para
masyayikh meminta asy-Syaikh Abdurrahman untuk meminta maaf kepada asy-Syaikh Yahya, namun
permintaan maaf ini belum bisa terjadi waktu itu.
Selang beberapa lama, asy-Syaikh Abdurrahman al-Adniy keluar dari Darul Hadits Dammaj, dan
pergi ke Adn. Maka asy-Syaikh Yahya berkata, Abdurrahman tidak boleh kembali ke Dammaj. Lalu
kami menghubungi asy-Syaikh Yahya dan kami katakan kepadanya, Ucapan anda terhadap asy-Syaikh
Abdurrahman al-Adniy sudah cukup sampai di sini. Akan tetapi asy-Syaikh Yahya terus berbicara
tentang asy-Syaikh Abdurrahman, menghukumi beliau (asy-Syaikh Abdurrahman) sebagai hizbiy,
pembuat fitnah, dst.
Setelah beberapa waktu para masyayikh mengikuti dengan seksama perkembangan perselisihan
tersebut, bersamaan dengan sikap asy-Syaikh Yahya yang terus menuduh asy-Syaikh Abdurrahman
dengan tuduhan hizbiy, maka para masyayikh berpandangan untuk memanggil asy-Syaikh
Abdurrahman dalam rangka duduk bersama dan mencermati tuduhan hizbiy yang diarahkan kepada
beliau. Pertemuan waktu itu berlangsung di Darul Hadits Mabar atas persetujuan asy-Syaikh Yahya.
Sehingga terjadilah pertemuan dengan asy-Syaikh Abdurrahman dan diskusi bersama beliau. Setelah
pertemuan itu, para masyayikh merasa perlu mengeluarkan (bayan) penjelasan (secara tertulis, pent)
untuk menghentikan perselisihan. Para masyayikh kemudian menulis bayan (penjelasan), dan
membacakannya kepada asy-Syaikh Yahya melalui telepon, dan beliau pun sepakat untuk mengeluarkan
penjelasan tersebut.
Setelah (bayan) penjelasan tersebut dikeluarkan, asy-Syaikh Yahya menelepon dan berkata,
"bahwa ia tidak menyepakati isi penjelasan tersebut sampai asy-Syaikh Abdurrahman datang
kepadanya meminta maaf di Dammaj!" Para masyayikh menanggapi, Penjelasan sudah dikeluarkan,
dan kedatangan asy-Syaikh Abdurrahman (ke Dammaj) akan terjadi di masa mendatang dengan izin
Allah.
Akan tetapi asy-Syaikh Yahya enggan menyetujuinya, dan tidak menginginkan kecuali
membatalkan kesepakatan itu dan membantah penjelasan tersebut. Inilah yang menjadikan
perselisihan ini semakin parah. Para masyayikh pun bersabar atas apa yang dilakukan oleh asy-Syaikh
Yahya.
Beberapa lama kemudian, kami pergi berhaji. Kami ketika itu ada asy-Syaikh Yahya, asy-Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab, asy-Syaikh adz-Dzamariy, asy-Syaikh al-Buraiy, asy-Syaikh ashShaumaliy, dan al-Imam. Sementara asy-Syaikh Abdurrahman al-Adniy tidak bisa berhaji pada tahun
itu. Kami saling berjanji untuk bertemu bersama di hadapan Waliduna (orang tua kami) asy-Syaikh Rabi
bin Hadi hafizhahullah
Maka kami pun bisa berjumpa di hadapan beliau. asy-Syaikh Rabi berkata kepada asy-Syaikh
Yahya, Wahai syaikh Yahya, pada diri asy-Syaikh Abdurrahman tidak ada hizbiyyah sedikit pun. Kami
1

Yakni sebagaimana diketahui bahwa ikhwah ahlus sunnah di 'Adn telah menyiapkan tanah untuk ma'had dan
kavlingan untuk perumahan di Fuyus - 'Aden. Asy-Syaikh 'Abdurrahman diminta sebagai pengampu ma'had baru
tersebut. Tentu saja minat ahlus sunnah untuk mendaftar sangat besar. Mengingat keterbatasan tempat, maka
perlu ada upaya pendataan dan pengaturan yang baik. Maka dilakukanlah proses pendataan tersebut.
2
Yaitu ucapan negatif dan vonis hizbi terhadap Asy-Syaikh 'Abdurrahman.

mengenal beliau, dan gurunya (asy-Syaikh Muqbil) al-Wadiiy telah memberinya rekomendasi
(tazkiyah), dan memilih beliau untuk menjadi salah satu masyayikh yang dijadikan rujukan ketika
fitnah-fitnah terjadi. Atau ucapan yang semakna dengan ini.
Selanjutnya, asy-Syaikh Rabi mengarahkan pembicaraan kepada para masyayikh yang hadir.
Beliau mengatakan (kepada kami), Apakah kalian berpendapat bahwa Abdurrahman adalah hizbiy?
Para masyayikh menjawab, Kami tidak melihat hizbiyyah pada diri beliau sedikit pun. Lalu asy-Syaikh
Rabi berdiri, disertai persetujuan para masyayikh yang hadir, beliau meminta asy-Syaikh Yahya untuk
rujuk dari ucapannya tentang hukum atas asy-Syaikh Abdurrahman dengan hizbiyyah. Beliau pun
meminta kami jika kami telah kembali ke Yaman untuk memanggil (asy-Syaikh) Abdurrahman dan
meminta dari beliau untuk mengeluarkan penjelasan bahwa beliau berlepas diri kepada Allah dari
siapapun yang mencela Dammaj, dan bahwa beliau tidak ridha atas celaan yang ditujukan kepada asySyaikh Yahya. Dengan ini, diharapkan perselisihan berhenti. Dakwah pun akan berjalan sebagaimana
mestinya, berjalan dengan tenang diiringi sikap taawun (saling membantu) dan menutup pintu-pintu
fitnah. Asy-Syaikh Yahya pun menerima perkataan ini pada waktu itu. Para masyayikh pun kembali ke
Yaman.
Para masyayikh bersemangat untuk mewujudkan hasil yang telah disepakati di hadapan asySyaikh Rabi tersebut. Para masyayikh pun memanggil asy-Syaikh Abdurrahman al-Adniy. ijtima
dengan kehadiran beliau juga waktu itu berlangsung di al-Hudaidah, di sisi al-Walid asy-Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab. Kami (para masyaikh) pun berunding dengan beliau (asy-Syaikh
'Abdurrahman) . Kami menyebutkan kepada beliau tentang peristiwa yang berlangsung di sisi asy-Syaikh
Rabi, dan kami meridhainya. asy-Syaikh Abdurrahman pun menyetujui untuk mengeluarkan penjelasan
sebagaimana diminta oleh asy-Syaikh Rabi dan para masyayikh yang lainnya. Beliau pun mengeluarkan
penjelasan. Akan tetapi tidaklah ada sesuatu pun dari asy-SyaikhYahya melainkan ia membatalkannya
dengan 2 kaset yang di dalamnya ia mencela para masyayikh yang berusaha melakukan apa yang
diminta oleh asy-Syaikh Rabi, dan mencerca mereka.
Para masyayikh pun tetap bersabar dan tidak membantah asy-Syaikh Yahya. Maka setelah itu,
perselisihan telah terjadi antara asy-Syaih Muhammad bin Abdul Wahhab dengan asy-Syaikh Yahya, dan
antara asy-Syaikh Ubaid al-Jabiri dengan asy-Syaikh Yahya. Para masyayikh yang lainnya di Yaman
berusaha mendamaikan antara asy-Syaikh Yahya antara mereka juga, namun mereka belum bisa
menghilangkan perselisihan, dikarenakan asal perselisihan ini adalah ucapan asy-Syaikh Yahya terhadap
asy-Syaikh Abdurrahman al-Adniy.
Kemudian asy-Syaikh Ubaid al-Jabiri mengeluarkan fatwa bahwa tidak boleh mencari ilmu di
Dammaj di hadapan asy-Syaikh Yahya al-Hajuriy. Para masyayikh: asy-Syaikh ash-Shaumaliy, asy-Syaikh
adz-Dzamariy, asy-Syaikh al-Buraiy, asy-Syaikh al-Imam, merasa perlu untuk mengeluarkan penjelasan
tentang hakikat perselisihan ini, di mana asy-Syaikh Yahya tidak berhenti melakukan perbuatannya ini.
Mereka pun mengeluarkan penjelasan yang menyebutkan bahwa sesungguhnya perselisihan ini AsSunnah tidak akan tertolong dengannya, dan bidah tidak menjadi terhapus dengannya, hanya saja
untuk mencari kemenangan. Penjelasan tersebut juga menyebutkan bahwa perselisihan yang terjadi
tidak sampai kepada sikap memperingatkan dari menuntut ilmu di Dammaj.
Setelah keluarnya penjelasan ini, asy-Syaikh Yahya dan yang bersamanya mengajak untuk
melakukan al-mufashalah (pemisahan diri). Tindakan pemisahan diri ini pun dimulai dari kabupatenkabupaten bagian selatan. Para masyayikh mewasiatkan dengan kesabaran, menjaga dakwah dan
persaudaraan, dan tidak menganggap adanya mufashalah sedikit pun selamanya. Dan mufashalah ini
pun disertai dengan tahdzir asy-Syaikh Yahya dari menghadiri muhadharah para masyayikh tersebut,
dan tahdzir dari mengundang mereka. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1429 H.
Pada tahun 1430H, asy-Syaikh al-Buraiy, asy-Syaikh adz-Dzamariy, dan asy-Syaikh al-Imam
melaksanakan haji. Mereka duduk bersama asy-Syaikh Rabi dan memohon kepada beliau untuk
meminta para penulis di situs al-Wahyain (www.wahyain.com) agar menghapus tulisan yang mencela
asy-Syaikh Yahya dan menahan diri darinya. Asy-Syaikh pun menghimbau para penulis tersebut. Mereka
menutupnya selama beberapa waktu lamanya karena segan. Mereka mengatakan, Anda
memerintahkan pada satu pihak untuk menutup, tetapi tidak memerintahkannya pada pihak yang lain.
Adapun maksud para masyayikh dengan hal ini adalah untuk memperkecil perselisihan, tetapi ternyata
tidak berguna. Mereka (para penulis tersebut) pun akhirnya kembali menulis bantahan-bantahan ilmiah
selang beberapa bulan kemudian, dengan alasan bahwa kelompok yang lain asy-Syaikh Yahya dan
yang bersamanya tidak juga menghentikan (celaan dan tulisan-tulisannya).

Setelah ini, muncullah ucapan dari asy-Syaikh Rabi atas al-Hajuriy. Beliau berkata tentangnya
(asy-Syaikh Yahya) dan orang yang fanatik terhadapnya, Mereka berjalan di atas jalan al-Haddadiyah.
Pada waktu yang lain beliau berkata, Mereka ini orang-orang Haddadiy. Asy-Syaikh Yahya pun
membantahnya dengan bantahan yang membuat fitnah semakin berkobar, karena dia (asy-Syaikh
Yahya) banyak melampaui batas di dalamnya. Para masyayikh di Yaman berangan-angan kalau sekiranya
asy-Syaikh Yahya memperbaiki sikapnya. Namun hal ini tidak terjadi sedikit pun. Selanjutnya para
masyayikh mengeluarkan penjelasan yang di dalamnya ada permintaan kepada situs al-Wahyain
(www.wahyain.com) yang menulisa bantahan-bantahan ilmiah terhadap asy-Syaikh Yahya untuk
menahan diri dari membela diri ketika asy-Syaikh Yahya mencelanya. Agar jangan sampai sikap
pembelaan tersebut menjadi penyebab semakin meluasnya sampai kepada celaan terhadap Dammaj.
Asy-Syaikh Muhammad bin Hadi al-Madkhaliy pun berbicara tentang asy-Syaikh Yahya
disebabkan celaannya (asy-Syaikh Yahya) terhadap asy-Syaikh Rabi dan selain beliau. Asy-Syaikh Yahya
pun balik mencela beliau (asy-Syaikh Muhammad al-Madkhaliy), yang menjadikan fitnah ini semakin
besar.
Para masyayikh masih meneruskan sikap untuk bersabar dan menjaga dakwah serta ukhuwwah.
Orang-orang yang fanatik kepada asy-Syaikh Yahya mencaci dan mencela para masyayikh tersebut di
hadapan masyayikh as-Sunnah di negeri al-Haramain dan selain mereka. Para masyayikh pun masih
berhadap sekiranya ada dari asy-Syaikh Yahya dan orang-orang yang fanatik kepadanya, semangat untuk
menghentikan perselisihan dan memperbaiki hubungan dengan para masyayikh. Tetapi hal ini tidak
terjadi sedikit pun, bahkan terjadi sebagaimana yang telah disebutkan di atas.
Aku tambahkan, sesungguhnya asy-Syaikh Rabi dalam majelis malam Rabu tanggal 1 Jumadal
Ula 1434H (12 Maret 2013 M), beliau berfatwa tentang asy-Syaikh Yahya al-Hajuriy dengan ucapan yang
telah menyebar dan diketahui oleh orang yang jauh maupun dekat.
Di antara ucapan beliau tentang asy-Syaikh al-Hajuriy, Wajib untuk memaksa dia merubah tata
caranya, jika dia terus di atas caranya ini, maka akan menjadikan fitnah ini tidak ada bandingannya.
Dan beliau berkata, Aku terus menasehati dia berkali-kali, terkadang aku menasehatinya sampai 2,5
jam, tapi dia tidak mau mendengar, berjanji tapi tidak menepati janji-janjinya. Beliau berkata, Kami
telah duduk bersamanya, kami pun telah berbicara kepadanya, tetapi dia tidak mendengar. Beliau
berkata, Murid-muridnya adalah orang-orang yang melampaui batas, sikap berlebihan yang tidak ada
tandingannya. Selesai. Inilah ucapan asy-Syaikh Rabi.
Sebagai ganti dari sikap penerimaan asy-Syaikh Yahya al-Hajuriy terhadap saran untuk merubah
caranya yang dia berjalan di atasnya, ia malah mengeluarkan kaset yang berjudul An-Nushhu ar-Rafi Li
asy-Syaikh Rabi dan membantah ucapan asy-Syaikh Rabi paragraf demi paragraf. Di antara yang dia
ucapkan di tengah bantahannya atas ucapan asy-Syaikh Rabi, Wajib untuk memaksa dia merubah tata
caranya maka asy-Syaikh al-Hajuriy berkata, Aku adalah pelaku dakwah, bagaimana engkau
memaksaku sementara di belakangku ada ribuan orang!! Wa lillaahil hamd, seluruh mereka di atas
sunnah, jika aku mengucapkan suatu perkataan maka mereka akan mengucapkan yang lebih banyak
darinya demi Allah aku berada di tengah dada-dada mereka sekarang dari bantahan,
bagaimana engkau akan memaksaku?!
Dan di antara ucapan asy-Syaikh al-Hajuriy dalam bantahannya terhadap ucapan asy-Syaikh
Rabi, Ucapan yang keluar karena kemarahan dan ketergesaan, sampai-sampai sebagian orang yang
hadir memberitahuku bahwa dia (yakni asy-Syaikh Rabi) berbicara dalam keadaan gemetar!!
Maka perhatikanlah, wahai orang yang inshaf (adil), sikap asy-Syaikh al-Hajuriy ini terhadap para
ulama yang memberi nasehat kepadanya dan sangat mengingingkan kebaikan untuknya.
Perselisihan yang dipimpin oleh al-Hajuriy ini menimbulkan berbagai efek (negatif), di antaranya:

Dia membuka peluang bagi para muridnya untuk mencela para masyayikh tersebut tadi dan
yang selain mereka melalui syair dan tulisan. Menerbitkan artikel-artikel dan tulisan-tulisan,
buku-buku tentang mereka (para masyayikh). Di dalamnya terdapat banyak sikap
melampaui batas, yang hal ini menunjukkan bahwa para murid tersebut turut serta dalam
menjatuhkan ahli ilmu.
Di masa terjadinya perselisihan, asy-Syaikh Yahya tidak menerima nasehat dari para
masyayikh dalam setiap usaha pendamaian.
Al-Hajuriy mencela sejumlah besar penuntut ilmu yang mustafid karena mereka tidak
menyetujuinya atas perbuatannya tersebut.
4

Orang-orang yang fanatik terhadap al-Hajuriy menanamkan perselisihan tersebut di antara


ahlus Sunnah di seluruh alam. Ini di antara yang menyebabkan mudharat terhadap Ahlus
Sunnah dan timbulnya perpecahan di antara mereka. Laa haula wa laa quwwata illaa billaah.

Ini adalah secara garis besar tentang apa yang telah terjadi. Para ulama telah mempelajari tindakan asySyaikh Yahya dalam perselisihan ini selama jangka waktu lebih dari tujuh tahun, manhaj yang dia
berjalan di atasnya, itu bukan sekedar ketergelincirannya.
Sudah diketahui bahwa suatu kesalahan jika menggelincirkan seorang 'ulama maka ia akan
diperingatkan dari kesalahan tersebut. Maka bagaimana dengan seorang yang menempuh manhaj yang
menyelisihi manhaj ahlul ilmi di masa silam maupun di masa ini. Berloyalitas dan memusuhi karenanya!!
Bukankah peringatan darinya dan dari manhaj-nya itu lebih utama dan lebih pantas?!
Sebagai penutup, aku menasehati saudara-saudaraku ahlus sunnah secara umum dan para
penuntut ilmu secara khusus untuk menghadapkan diri secara penuh untuk mencari ilmu yang
bermanfaat, beramal dengannya, berdakwah kepada Allah, dan tunduk dengan sempurna kepada nashnash syariat yang suci. Juga untuk rujuk kepada pihak yang Allah perintahkan untuk rujuk kepadanya,
yaitu para 'ulama, khususnya ketika terjadi fitnah. Aku wasiatkan juga untuk mengambil nasehat dan
arahan mereka, menjauh dari sikap taashshub dan taqlid buta. JIka tidak, maka ditakutkan akan terjadi
pada orang yang fanatik dan terjun ke dalam fitnah itu pada hal-hal yang tidak terpuji akibatnya.
Allah sajalah yan aku minta untuk menyatukan kembali kekuatan Ahlus Sunnah, memberi taufik
mereka semua kepada perkara yang Dia cintai dan Dia ridhai. Sesungguhnya Dia adalah pemiliknya dan
yang mampu atasnya.
Ditulis oleh:
Abu Nashr Muhammad bin Abdillah al-Imam
Darul Hadits Mabar
26 Jumadal Ula 1434 H (8 April 2013)
Copyright www.dammajhabibah.net

Anda mungkin juga menyukai