Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

ANALISA KUALITAS, KUANTITAS DAN


KONTINIUTAS DAS SIAK

Disusun Oleh:
Intan Sri Rahmi
Mayshara Asward
Muhammad Iqbal Adilla
Riani Natalina
Novalina Annisa Yudistira Purwanti
Toto Heri Sungkowo
Wanda Suwarno
Yudhi Hanafi Syadli

PRODI TEKNIK LINGKUNGAN S1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga makalah ini
dapat kami selesaikan pada waktunya. Walaupun hasilnya masih jauh dari apa
yang menjadi harapan pembimbing. Namun sebagai awal pembelajaran dan agar
menambah semangat dalam mencari pengetahuan yang luas dilapangan, bukan
sebuah kesalahan jika kami mengucapkan kata syukur.
Terima kasih kami ucapkan kepada Dosen Mata Kuliah Pengelolaan
Sumber Daya Air, Ibu Shinta Elystia, ST, M.Si yang telah memberikan arahan
terkait makalah ini. Tanpa bimbingan dari beliau mungkin kami tidak akan dapat
menyelesaikan tugas ini sesuai dengan format yang berlaku. Tentunya dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat kesalahan, baik yang disengaja ataupun
tidak kami memohon maaf. Terima kasih kami ucapkan pula kepada teman-teman
dan masyarakat di sekitar daerah aliran sungai yang telah memberikan banyak
saran dan pengetahuannya sehingga menambah hal baru bagi kami.
Demikian, harapan kami semoga hasil pengkajian ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Dan menambah referensi yang baru sekaligus ilmu
pengetahuan yang baru pula, Aamiin.

Pekanbaru, 9 Oktober 2013

PENULIS

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Tujuan .............................................................................................. 2
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Analisa Zat Pencemar Sungai Siak .....................................................4
2.2 Potensi Sumber Daya Air Sungai Siak melalui Analisa
Kualitas, Kuantitas dan Kontiniutas Potensi Sumber Pengelolaan
Sumber Daya Air Terpadu .............................................................. 9
2.2.1

Sumber Daya Manusia.......................................................... 11

2.2.2

Sarana dan Prasarana............................................................ 13

2.2.3

Pemerintah............................................................................ 14

2.2.4

Manajemen........................................................................... 16

2.2.5

Lingkungan.......................................................................... 17

2.2.6

Industri................................................................................. 18

2.3 Rencana Perwujudan IWRM di DAS Siak


2.3.1

Aspek Teknis......................................................................... 19

2.3.2

Aspek Sosial.......................................................................... 19

2.3.3

Aspek Kelembagaan.............................................................. 20

2.3.4

Aspek Ekonomi..................................................................... 21

2.3.5

Aspek Lingkungan................................................................. 21

2.4 Tantangan dan kendala dalam menerapkan pengelolaan sumber

daya air terpadu................................................................................. 21

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.................................................................................. 23
3.2 Saran .......................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 25

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Sungai memiliki peran strategis sebagai salah satu sumber daya alam yang

mendukung kehidupan masyarakat. Peranan sungai di dalam konteks perkotaan


menjadi sangat penting, khususnya dalam upaya mempertahankan sumber daya
air yang berkelanjutan. Pengelolaa Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan salah
satu aspek dari Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) pada suatu Wilayah
Pengembangan Sumber Air (WPSA) yang merupakan upaya pendayagunaan
sumber air secara terpadu dengan upaya pengendalian dan pelestariannya.
Pengelolaan DAS tidak terlepas dari berbagai permasalahan, antara lain
masalah penurunan sumberdaya alamiah, polusi dari berbagai sumber, serta
konflik penggunaan lahan di sekitar DAS.
Kondisi DAS saat ini di sebagian besar daerah di Indonesia cenderung
menurun. Salah satu DAS yang mengalami penurunan kualitas air sungai adalah
DAS Siak. DAS Siak termasuk DAS kritis, kawasan rawan bencana banjir dan
longsor, erosi dan pendangkalan, serta terjadi berbagai macam pencemaran.
Perubahan ekosistem pada DAS siak diindikasikan dengan kejadian banjir di
Provinsi Riau akibat meluapnya Sungai Siak dan anak-anak sungainya. Perubahan
ekosistem tersebut disebabkan oleh wilayah dalam DAS Siak merupakan daerah
yang potensial berkembang bagi kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Di
sepanjang Sungai Siak terutama di Pekanbaru ke arah hilirnya mempunyai
potensi yang sangat tinggi untuk berkembangnya kegiatan sosial dan ekonomi.
Perubahan ekosistem Sungai Siak secara signifikan dipengaruhi oleh
perkembangan

penduduk

dan

ekonomi

yang

kemudian

mendorong

berkembangnya kawasan budi daya dan pemukiman. Sejalan dengan fungsi dan
kegunaan sungai tersebut, maka diperlukan upaya pemantauan untuk menjaga
kuantitas, kontinuitas, dan kualitas badan air tersebut.
Pada saat ini, terjadi kecenderungan bahwa aspek ekonomi lebih
mendapat penekanan dibanding aspek sosial dan lingkungan. Hal ini terkait
dengan kewenangan setiap

wilayah

kabupaten/kota

atau

propinsi

dalam

mengatur wilayahnya sendiri melalui otonomi daerah dan kecenderungan


untuk menaikkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) masing-masing. Akibatnya,
setiap daerah dapat memanfaatkan sumberdaya alam yang ada tanpa adanya
perencanaan kelestarian lingkungannya. Pengelolaan DAS pun tidak luput
dari kecenderungan ini. Hal ini tentunya menjadi masalah terutama karena
DAS umumnya melintasi beberapa wilayah administrasi, baik kabupaten/kota
ataupun propinsi sehingga pengelolaan yang berbasis otonomi daerah dapat
mengancam kesinambungan DAS. Sementara di lain pihak, DAS yang terdiri
dari wilayah hulu, tengah dan hilir merupakan sebuah kesatuan DAS yang
mempunyai keterkaitan baik secara biofisik maupun hidrologis, sehingga dalam
pengelolaannya harus adanya keterpaduan antar sektor dan wilayah yang
tercakup dalam DAS tersebut .
Berdasarkan uraian ini, terdapat permasalahan keberlanjutan DAS yang
terkait dengan kondisi sosial masyarakat sekitar DAS dan juga pengelolaan
DAS itu sendiri secara kelembagaan. Kedua isu utama inilah yang diangkat
lebih lanjut dalam tulisan ini. Secara khusus, tujuan dari penulisan ini
adalah untuk:
a) membahas sejauh mana peran pengelolaan DAS dalam mengantisipasi
berbagai keadaan yang berbeda-beda di sepanjang DAS;
b)

membahas

kondisi

masyarakat di wilayah sekitar sungai. Hasil

penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran tentang permasalahan DAS


yang terkait dengan pengelolaan dan perilaku manusia, khususnya dalam
kerangka keterkaitan wilayah hulu dan hilir.
Secara umum hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi
praktek penataan dan pengelolaan lingkungan perkotaan yang mengutamakan
keterkaitan pada kawasan DAS, serta keterkaitan antara lingkungan fisik DAS
dengan dengan kondisi sosial masyarakat di sekitarnya.

1.2

Tujuan

Tujuan dari penyajian makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Mengetahui beban pencemar yang berada di wilayah DAS Siak
2. Mengetahui pengelolaan DAS Siak secara terpadu

3. Mengetahui penyebab kerusakan DAS Siak


4. Mengetahui perencanaan pengelolaan secara terpadu yang dapat
dilakukan dalam pemecahan masalah pengelolaan sumber daya air
5. Mengetahui tantangan dalam pengelolaan DAS Siak secara terpadu

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1

Analisa Zat Pencemar Sungai Siak


Wilayah Kota Pekanbaru sangat strategis, terletak di tengah-tengah Pulau

Sumatera yang dapat dilalui dengan perhubungan darat ke seluruh kawasan.


Secara geografis Kota Pekanbaru terletak antara 1010 14-1010 34 Bujur Timur
dan 00 25-00 45 Lintang Utara. Dari hasil pengukuran/pematokan di lapangan
oleh BPN Tingkat I Riau, ditetapkan luas wilayah Kota Pekanbaru 632,26 km2
(Kasri dan Hendrik, 1993).
Kota Pekanbaru dialiri oleh Sungai Siak yang membelah kota menjadi dua
wilayah, yaitu sebelah utara Sungai Siak dan sebelah selatan Sungai Siak. Sungai
Siak merupakan salah satu sungai terbesar di Provinsi Riau yang mempunyai
fungsi sangat strategis sebagai sumber air minum, jalur transportasi dan sumber
air bagi industri dengan kedalaman rata-rata 15-20 meter dan lebar 100-150
meter. Secara geografis DAS Siak membentang melalui ibu kota Provinsi
Riau yaitu Pekanbaru dengan DAS seluas 1.061.577 ha.
Perairan sangat dipengaruhi oleh pasang surut dari muaranya dan juga
dipengaruhi oleh anak-anak sungai yang berasal dari daerah rawa dan gambut
sekitarnya. Hal ini menyebabkan warna air Sungai Siak agak coklat kekuningkuningan sehingga pH perairan Sungai Siak umumnya bersifat asam (pH 4,5-6).
Perairan Sungai Siak yang berada di Kota Pekanbaru merupakan bagian dari
Daerah Aliran Sungai (DAS) Siak yang menjadi salah satu daerah tampungan
yang penting dari daur hidrologi yang berasal dari berbagai kegiatan perkotaan,
industri, pertanian, pertambangan, perkebunan/kehutanan, dan lain sebagainya.
Keadaan ini membawa konsekuensi pada beban lingkungan yang diterima oleh
DAS Siak juga semakin besar. Kegiatan industri yang berada di sekitar DAS Siak
antara lain, meliputi industri penambangan minyak bumi PT. CPI, industri Pulp
and Paper Indah Kiat, industri kelapa sawit, industri crumb rubber, industri
plywood, dan industri lem.
Perkembangan yang pesat di Kota Pekanbaru yang merupakan Ibukota
Provinsi menimbulkan aktivitas kegiatan produksi dan industri yang sangat tinggi,

selain itu menyebabkan pula daya tarik yang sangat kuat bagi seluruh masyarakat
di Provinsi Riau sehingga menimbulkan tingkat laju urbanisasi yang sangat tinggi.
Secara historis masyarakat Riau (daratan) adalah

merupakan

tipikal

masyarakat Sungai yang artinya dalam kehidupan sehari-harinya dan


perkembangan sangat menggantungkan hidupnya pada sungai (terutama Sungai
Siak), masyarakat sungai memilih lokasi permukiman di pinggir (bantaran)
sepanjang sungai. Dengan perkembangan dan daya tarik Pekanbaru yang
sangat luar biasa, maka dampak terhadap masyarakat adalah timbulnya ledakan
populasi (urbanisasi) yang menyebabkan kepadatan penduduk yang sangat tinggi,
dan pada akhirnya akan menghasilkan limbah cair dan padat (domestik) dalam
jumlah besar yang secara langsung dapat mempengaruhi kondisi hidrologi dan
kualitas air sungai.
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, bahwa pencemaran yang terjadi
pada Sungai Siak sebesar 60 % dari total limbah yang mencemari sungai
disebabkan oleh limbah domestik. Pencemaran limbah Rumah Tangga dan
pencemaran lain yang diakibatkan dari peningkatan dan perluasan kegiatan
produksi,

industri

dan

perubahan

tata guna

lahan

(perkebunan

besar,

perkebunan rakyat dan pertanian lahan kering) banyak ditemukan di sepanjang


sungai (Bapedal Propinsi Riau, 2002).
Perairan Sungai Siak yang berada di Kota Pekanbaru merupakan bagian dari
Daerah Aliran Sungai (DAS) Siak yang menjadi salah satu daerah tampungan
yang penting dari daur hidrologi yang berasal dari berbagai kegiatan perkotaan,
industri, pertanian, pertambangan, perkebunan/kehutanan, dan lain sebagainya.
Keadaan ini membawa konsekuensi pada beban lingkungan yang diterima oleh
DAS Siak juga semakin besar. Kegiatan industri di sekitar DAS Siak meliputi
industri penambangan minyak bumi PT. CPI, industri Pulp and Paper Indah Kiat,
industri kelapa sawit, industri crumb rubber, industri plywood, dan industri lem.
Tingginya aktivitas yang terdapat di sekitar daerah sungai akan
menyebabkan besarnya volume limbah yang dihasilkan. Bahan pencemar ini
berasal dari aktifitas perkotaan (domestik), industri, pertanian dan sebagainya
yang terbawa bersama aliran permukaan (run off), langsung ataupun tidak
langsung akan menyebabkan terjadinya gangguan dan perubahan kualitas fisik,

kimia dan biologi pada perairan sungai yang pada akhirnya menimbulkan
pencemaran. Pencemaran pada badan air yang terjadi secara kontinu akan
mengakibatkan turunnya kualitas air sampai ketingkat tertentu dan tidak dapat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Sumber pencemar yang terdapat di
sepanjang aliran Sungai Siak antara lain:
1. Limbah Organik, dapat bersumber dari limbah pasar, rumah tangga,
restoran/rumah makan, industri perkayuan dan sebagainya. Kandungan
limbah organik yang tinggi pada perairan sungai dapat meyebabkan
terjadinya proses eutrofikasi (penyuburan perairan)
2. Limbah anorganik (logam berat), dapat memberikan kontribusi yang
besar terhadap penurunan kualitas sumberdaya air seperti Cu, Zn, Hg,
Cd, Cr, Pb dan sebagainya. Polutan yang masuk ke perairan sungai juga
mengalami proses pengendapan pada sedimen dasar yang dapat bersifat
toksik sehingga berpotensi untuk mencemari sumber-sumber air yang ada
bila tidak dikelola secara bijaksana.
Berdasarkan hasil analisa laboratorium terhadap kualitas air sungai Siak diperoleh
sebagai berikut :

10

Sumber : BLH Kota Pekanbaru, 2011


Dari tabel diatas dapat di jelaskan bahwa : nilai pH di sebagian lokasi pemantauan
dapat

dikatakan tidak layak untuk

dikonsumsi masyarakat,

karena tidak

memenuhi standar baku mutu yang di tetapkan. Dari hasil analisi kelima
lokas nilai BOD dan COD sangat tinggi, pengambilan sampel semuanya
telah melewati baku mutu yang telah ditetapkan, sehingga memerlukan
penganan yang serius agar limbah yang dibuang ke badan sungai tidak
membahayakan kehidupan organisme di perairan tersebut, berdasarkan hasil
analisis minyak dan lemak dapat diketahui bahwa kandungan minyak dan lemak
sangat tinggi yaitu dari 1,3- 13,6 mg/L sedangkan ambang batas baku mutu
menurut PP No.82 Tahun 2001 hanya 1,0 mg/L, sehingga dapat disimpulkan

11

bahwa kandungan minyak dan lemak telah melewati baku mutu yang ditetapkan,
amoniak merupakan gas yang tidak berwarna dengan kadar 50 mg/L memberikan
bau yang menyengat. Konsentrasi amoniak tertinggi ditemukan pada ST 2
(Jembatan Siak II) dengan kandungan 0,503 mg/L. Parameter Nitrat masih
sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan, sedangkan pada parameter
Fosfat konsentrasi tertinggi ditemukan pada ST 4 (pelita Pantai) dengan
kandungan mencapai 1,304 mg/L, sedangkan ambang batas baku mutu menurut
PP No.82 Tahun 2001 hanya 0,2. Dengan demikian untuk parameter Fosfat telah
melewati baku mutu, padatan tersusupensi adalah padatan yang menyebabkan
kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung.
Hasil analisis Total Padatan Tersuspensi (TSS) dengan konsentrasi
58,0-76,0mg/L, sedangkan baku mutu hanya 50 mg/L. Sehingga untuk parameter
TSS telah melewati ambang batas dan tidak layak digunakan sebagai bahan baku
air minum, hasil pengukuran kandungan logam berat di sepanjang sungai siak
memperlihatkan bahwa logam arsen, selenium, dan merkuri belum terdeteksi.
Sedangkan logam logam yang lain seperti seng, krom, kadmium, timbal dan
tembaga telah melewati ambang batas baku mutu, dari hasil analisis yang
dilakukan terhadap coliform dapat diketahui bahwa pada semua tempat
pengambilan sampling telah melebihi ambang batas baku mutu yang telah
ditetapkan dengan jumlah kandungan 1800-5200 MPN, sedangkan baku mutu
hanya 1000 MPN. Berdasarkan hasil analisis pada semua parameter, maka
dapat disimpulkan bahwa kondisi perairan Sungai Siak ruas Kota Pekanbaru
dalam kondisi yang memprihatinkan, sehingga diperlukan penanganan serius
agar kelestarian sungai tersebut tetap terjaga.
Berdasarkan visualisasi keadaan air sungai pada umumnya berwarna kuning
kecoklatan dan semakin pekat warnanya sampai kearah hilir dengan bau air yang
menyengat. Walaupun tidak dirasa akan tetapi dapat dipastikan bahwa kualitas air
pada sungai ini sangat tidak mungkin dikatakan baik untuk kesehatan. Sepanjang
sungai terlihat banyak sampah-sampah organik seperti sisa-sisa makanan, daundaunan, kayu, tinja dan bangkai hewan dan juga banyak terlihat sampah-sampah
anorganik seperti plastik, kaca, kaleng dan minyak-minyak. Keadaan ini hampir

12

merata dan terus meningkat jumlah kearah hilir sungai. Hal ini disebabkan oleh
semakin padat dan meningkatnya aktivitas manusia di sekitar sungai tersebut.
Kondisi seperti ini, apabila terus dibiarkan maka akan berefek buruk
terhadap kesehatan manusia, biota-biota, air sungai serta lingkungan di sekitar
sungai. Limbah-limbah yang dibuang ke sungai apabila mengandung bahan-bahan
pencemar maka akan menjadikan lingkungan tersebut tidak bagus lagi bagi
kehidupan hewan alami air seperti ikan, plankton dan organism lainnya. Selain
itu, manusia yang hidup di sekitar sungai, kesehatannya menjadi terancam
disebabkan karena adanya wabah penyakit sebagai akibat daripada pencemaran
lingkungan.

2.2 Potensi Sumber Daya Air Sungai Siak melalui Analisa Kualitas,
Kuantitas dan Kontiniutas
Undang Undang No 7 Tahun 2004 tentang sumber daya air merupakan
upaya dalam menghadapi ketidakseimbangan antara ketersediaan air yang
cenderung menurun dan kebutuhan air yang semakin meningkat, sehingga sumber
daya air wajib dikelola dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup
dan ekonomi secara selaras. Pengelolaan sumber daya air perlu diarahkan untuk
mewujudkan sinergi dan keterpaduan yang harmonis antar wilayah, antarsektor,
dan antar generasi. Sejalan dengan semangat demokratisasi, desentralisasi, dan
keterbukaan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
masyarakat perlu diberi peran dalam pengelolaan sumber daya air.
Pada UU No.7 Tahun 2004 Bab 3 telah diatur tentang konservasi sumber
daya air, yang bertujuan untuk melindungi ketersediaan sumber daya air secara
berkelanjutan.Daerah-daerah yang masuk dalam UU ini adalah danau, rawa,
sungai, waduk, cekungan, kawasan suaka alam,cagar alam.
Keberadaan sumber daya air mengikuti siklus yang tidak pernah berhenti.
Siklus

tersebut

kemudian dinamai

siklus

hidrologi.

Berdasarkan fakta

tersebut,maka teknologi pengelolaannya pun tidak terlepas dari sifat kodrati SDA.
Karena itu lingkup wilayah pengelolaan SDA harus berdasarkan wilayah
hidrografis yang kemudian dikenal dengan sebutan Daerah Aliran Sungai (DAS).

13

Keberadaan sebuah DAS ada yang sepenuhnya berada dalam satu wilayah
kabupaten/kota, bisa juga lintas kab/kota ataupun lintas provinsi dan lintas negara.
Konsepsi pengelolaan terpadu SDA yang berbasis DAS ataupun wilayah
sungai dikenal oleh masyarakat internasional dengan istilah Integrated Water
Resources Management (IWRM) atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan
sebutan Pengelolaan Terpadu SDA dan terkadang disebut juga Pengelolaan SDA
Terpadu bahkan ada pula yang menyebut Pengelolaan SDA Menyeluruh dan
Terpadu.
Posisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di sekitar
garis khatulistiwa mendapatkan sebaran curah hujan yang variatif dari yang paling
basah sampai dengan yang kering. Variasi curah hujan tahunan di berbagai
wilayah kepulauan di Indonesia tergolong ekstrim ada pulau-pulau yang curah
hujannya kurang dari 800 mm/tahun, dan ada pula pulau yang curah hujannya
sampai dengan 4000 mm/tahun. Curah hujan sebesar ini terkonsentrasi selama
kurang lebih 5 (lima) bulan dari bulan November s/d Maret sehingga banjir sering
terjadi pada bulan-bulan tersebut. Sedangkan pada 7 (tujuh) bulan yang lainnya
curah hujan sangat kecil dan jarang sehingga mengakibatkan ketersediaan air
terbatas dan di lain pihak kebutuhan air tidak berkurang sehingga bencana
kekeringan sering terjadi selama musim kemarau.
Rerata ketersediaan air diatas daratan Indonesia saat ini lebih dari 15.000
m3/kapita/tahun. Angka tersebut memang terasa sangat besar, yaitu hampir 25 kali
lipat dari rata-rata ketersediaan air per kapita dunia yang besarnya 600
m3/kapita/tahun. Untuk wilayah Riau memiliki rata rata curah hujan berkisar
antara 1300 3500 mm pertahun. Dimana Kota Pekanbaru adalah daerah yang
paling sering ditimpa hujan selama tahun 2010 yaitu 230 kali. Jumlah curah hujan
Kota Pekanbaru merupakan curah hujan tertinggi di wilayah Riau yaitu sebesar
3.592,3 mm. Analisa kualitas, kuantitas dan kontinuitas (K-3) dapat dilihat pada
analisa fish bone berikut :

14

Gambar 1. Analisa Fish Bone

Dari gambar diatas dapat diuraikan beberapa aspek yang mempengaruhi K-3
pada Sungai Siak, yaitu :
2.2.1

Sumber Daya Manusia


Pola perilaku masyarakat di sekitar daerah aliran sungai mempengaruhi

kondisi sungai. Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga


kebersihan sungai masih sangat minim. Tidak sedikit warga yang membuang
sampah ke sungai, hal ini terpaksa dilakukan warga karena masyarakat di wilayah
pinggiran sungai yang rata rata berpenghasilan rendah belum mendapatkan
akses untuk pengangkutan sampah dari dinas terkait. Selain itu tidak sedikit
masyarakat yang memanfaatkan air sungai untuk keperluan MCK. Untuk
keperluan mandi masyarakat di sepanjang aliran sungai biasanya langsung mandi
di sungai ataupun dialirkan melalui kran menuju tempat mandi mereka. Begitupun
untuk kegiatan mencuci dan buang air besar ataupun kecil dilakukan masyarakat
secara langsung diatas badan air.
Masyarakat yang menggunakan sungai untuk kegiatan sehari-hari seperti
mencuci dan mandi juga menjadi salah satu penyebab pencemaran air sungai Siak.
Karena sabun yang digunakan mengandung berbagai macam zat kimia yang bisa
mengganggu biota air sungai Siak. Kegiatan BAB di sungai juga menjadi
penyebab utama pencemaran air karena e-coli, sebab sungai Siak sudah beralih
fungsi menjadi WC terpanjang.

15

Beberapa kegiatan masyarakat tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :

1.
2.
3.
4.

Gambar 1. Pengunaan sungai untuk MCK oleh masyarakat


Selain penggunaan untuk keperluan MCK, beberapa masyarakat setempat
yang membuka usaha di sepanjang sungai seperti tempat makan juga
menggunakan air sungai secara langsung, baik untuk keperluan cuci piring
ataupun untuk pembuangan limbah hasil cucian seperti yang dapat dilihat pada
gambar berikut :

Gambar 2. Penggunaan air untuk keperluan usaha tempat makan


masyarakat setempat

16

Kebiasaan masyarakat ini menjadi budaya lokal bagi sebagian


masyarakat yang tinggal dibantaran sungai. Pendidikan yang minim pun turut
andil dalam pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya air
bersih bagi kehidupan sehari-hari.
Selain itu pertambahan jumlah penduduk yang sebarannya tidak merata
menjadi salah satu faktor penyebab ketimpangan neraca air di berbagai pulau.
Berdasarkan profil Kota Pekanbaru, wilayah Kota Pekanbaru sendiri terdapat
897.767 jiwa atau sekitar 16,21% dari seluruh penduduk Riau. Sehingga
kebutuhan akan air bersih sebesar 121.198.545 liter/hari. Jumlah ini didapatkan
dari jumlah penduduk x 135 liter/orang/hari. Namun PDAM Kota Pekanbaru baru
dapat memproduksi sebanyak 53.568.000 liter/hari. Sehingga masih dibutuhkan
kapasitas produksi sebanyak 67.630.545 liter/hari, atau 783 liter/detik.
Masyarakat miskin dikawasan pinggiran sungai harus berjuang untuk
mendapatkan air bersih dengan harga lebih mahal dibanding kelompok yang lebih
mampu di perkotaan. Dimana penduduk setempat harus membeli air kemasan isi
ulang untuk keperluan air minum, ataupun kegiatan memasak.
Untuk pelayanan air bersih di tahun 2011 baru mencukupi sekitar 8% dari
total penduduk dengan fokus area pelayanan disekitar Pusat Kota Pekanbaru,
sedangkan pelayanan untuk wilayah Pekanbaru bagian selatan masih sangat
minim.
2.2.2 Sarana dan Prasarana
Sejak dulu Sungai Siak merupakan urat nadi ekonomi di dataran Riau.
Berbagai alat angkutan sungai dengan berbagai ukuran dan kecepatan, hilir mudik
setiap harinya di Sungai ini. Intensitas transporatsi yang tinggi tersebut telah
menimbulkan berbagai masalah. Ukuran kapal, kecepatan kapal dan jumlah kapal
yang lewat adalah penyebab terjadinya kerusakan tebing dan bantaran sungai.
Demikian pula dengan dibangun pelabuhan-pelabuhan untuk kebutuhan industri
kayu dan perkebunan sawit, peningkatan fungsi kota Pekanbaru semakin
meningkatkan volume lalu lintas terutama dari kota Pekanbaru ke arah hilirnya.
Jembatan Siak setinggi 23 meter yang melintasi sungai Siak dibangun oleh
Pemerintah Kabupaten Siak sejak 31 Desember 2002, selain dimaksudkan untuk
menghubungkan ibukota Siak dengan daerah seberangnya, juga untuk membatasi

17

kapal yang melintasi sungai karena pencemaran dan abrasi di sungai Siak sudah
sangat parah, telah menjadi polemik pro dan kontra. Untuk jangka panjang,
keberadaan jembatan Siak secara tidak langsung akan mengurangi tekanan
terhadap lingkungan sekitar.
Kegiatan bongkar muat barang yang menggunakan transportasi berupa kapal
barang, bunker, speed boat, dan lain-lain juga menyebabkan pencemaran karena
tumpahnya bahan bakar pada saat pengisian BBM dan bocornya tangki minyak.

Gambar 3. Sarana dan Prasarana di sekitar sungai


2.2.3 Pemerintah
Institusi pemerintah baik di Pusat maupun di daerah yang sehari-hari
memiliki kaitan wewenang dan tanggung jawab dalam pelaksanaan pengelolaan
SDA, masih lebih dominan berperan pada tugas-tugas pembangunan dan
rehabilitasi prasarana SDA. Sedangkan untuk hal-hal yang menyangkut urusan
pengaturan dan pelayanan air, serta urusan monitoring dan evaluasi kondisi SDA
masih belum cukup memadai baik dari segi kapasitas kelembagaannya maupun
kualitas personilnya.
Lembaga pengelola sumber daya air pada wilayah sungai yang menjadi
tanggung jawab pemerintah pusat pun sudah mulai terbentuk melalui Per. Men.
PU No.12/ PRT/ M/ 2006 dan Per.Men.PU No.15/ PRT/ M/ 2006 (sebanyak 30
Balai Wilayah Sungai) sebagai Unit Pelaksana Teknis Pusat yang merupakan
kepanjangan tangan Direktorat Jenderal SDA, disamping Perum Jasa Tirta. UPT
Pusat ini melaksanakan fungsi operasi, pemeliharaan, rehabilitasi, sekaligus
fungsi pembangunan di bidang SDA (menggantikan satuan kerja pelaksana

18

proyek yang ada sekarang). UPT Pusat ini baru mulai berfungsi pada tahun 2007,
dan tantangannya saat ini adalah mempersiapkan personil yang handal.
Sedangkan untuk pemerintah Kota Pekanbaru sendiri terdapat beberapa
instansi terkait pengelolaan sumber daya air seperti Badan Wilayah Sungai
(BWS), PDAM Tirta Siak, Departemen Pekerjaan Umum, Badan Lingkungan
Hidup dan dinas dinas terkait lainnya. Namun dalam pelaksanaannya masih
kurangnya koordinasi antar dinas terkait dan antar pemerintah provinsi dan
pemerintah daerah. Selain itu kurangnya sumber daya manusia dalam pengelolaan
sumber daya air dan keterbatasan dana membuat pengelolaan sumber daya air di
Kota Pekanbaru masih belum maksimal.
Pemerintah Provinsi Riau telah menetapakan program pengendalian
pencemaran air Sungai Siak terdiri dari 12 program. Berdasarkan hasil penelitian
dilapangan dari 12 Program yang dilaksanakan ternyata hanya 9 program yang
terlaksana dan 3 Program tidak terlaksana sampai dengan batas waktu yang telah
ditentukan, adapun waktu pelaksanaan dari program pengendalian pencemaran air
sungai siak ini dimulai pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008.
Adapun 9 Program pengendalian pencemaran air sungai siak yang
terlaksana yaitu:
1. Program pengembangan Instalasi Pengolahan Air Limbah komunal,
2. Penyediaan sarana sanitasi pedesaan,
3. Pelatihan pengelolaan lingkungan untuk masyarakat,
4. Pengembangan tempat pengolahan samah terpadu,
5. Peningkatan kinerja pengolahan air limbah industri,
6. Pengembangan dan penerapan Teknik Produksi Bersih untuk industri,
7. Pengendalian limbah cair dan sludge kegiatan pertambangan,
8. Pengembangan sistem informasi lingkungan,
9. Pengawasan dan evaluasi implementasi program dan revisi program
Tiga Program pengendalian pencemaran air sungai siak yang tidak
terlaksana yaitu :
1. Program pengembangan Instalasi pengolahan air limbah terpadu untuk
industri kecil/ menengah,

19

2. Evaluasi dan penyempurnaan implementasi pemantauan kualitas air yang


telah berjalan,
3. Pemantauan rutin kualitas limbah cair dan Pengembangan sarana dan
prasarana pemantauan kualitas air dan limbah cair, serta laboratorium
terakreditasi.
2.2.4 Manajemen
Kondisi dan penggunaan ruang di daerah aliran sungai mempunyai andil
besar terhadap kelangsungan aliran air sepanjang waktu serta kualitasnya. Tingkat
kekritisan DAS sangat berpengaruh terhadap distribusi aliran permukaan bulanan.
DAS kritis yang semula berjumlah 22 DAS pada tahun 1984 secara dramatis
makin meningkat jumlahnya yaitu menjadi 39 DAS pada tahun 1992, dan
meningkat lagi menjadi 282 DAS kritis dimana 62 DAS dinyatakan sebagai DAS
kritis prioritas I pada tahun 1998.
DAS Siak pada saat sekarang ini juga telah tercatat sebagai DAS kritis.
Indikator kritis DAS Siak dicirikan dengan adanya penurunan kualitas dan
kuantitas sungai Siak yang sudah berada di bawah ambang batas ketentuan sungai
yang lestari dan tingginya sendimentasi.
Dari data peta pemanfaatan ruang yang tertuang dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Riau tahun 2001 2015 menunjukkan bahwa
pemanfaatan ruang di wilayah DAS Siak bagian hulu sebagian besar merupakan
kawasan budidaya dalam bentuk peruntukan perkebunan besar dan kawasan hutan
produksi, kawasan perkebunan rakyat, kawasan permukiman, kawasan pertanian
lahan kering, dan kawasan pertanian lahan basah hanya sebagian kecil kawasan
Hutan lindung. Di bagian hilir sungai sebagian besar berupa kawasan hutan
produksi, perkebunan besar dan sebagian lagi berupa kawasan perkotaan
(Pekanbaru, Perawang dan Siak Sri Indrapura). Pemanfaatan lainnya berupa
kawasan pertanian lahan basah, kawasan pertanian lahan kering, dan kawasan
hutan resapan air. Data peta ini cukup memberikan gambaran perlunya penataan
kembali penggunaan lahan di kawasan DAS Siak, dalam arti perlu arahan-arahan
yang lebih jelas, agar kawasan-kawasan budidaya yang ada di DAS Siak apabila
memungkinkan dapat dikonversi sebagai kawasan lindung atau arahan arahan
agar usaha budidaya di kawasan tersebut dapat berfungsi lindung. Namun dalam

20

pelaksanaannya masih kurangnya koordinasi antar dinas terkait dan antar


pemerintah provinsi dan pemerintah daerah. Selain itu kurangnya sumber daya
manusia yang sadar terhadap lingkungan dan keterbatasan dana membuat
pengelolaan tata ruang di Kota Pekanbaru masih belum maksimal.
Dalam Penataan Ruang Daerah Aliran Sungai agar selalu memperhatikan
peraturan dan Perundangan yang terkait dengan penataan wilayah sungai yaitu
Undang-Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Undang-Undang
No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang, Peraturan Pemerintah No. 25 tahun
2000 tentang Kewenangan Pemerintah Propinsi serta petunjukan pelaksanaannya.
Melihat kenyataan bahwa DAS - DAS di Riau semakin kritis, maka sudah
sepatutnya pengelolaan wilayah sungai mendapat perhatian yang memadai dengan
membentuk wadah kordinasi tersendiri. Berdasarkan UU No. 7 tahun 2004 maka
pemerintah Provinsi Riau mempunyai kewenangan membentuk dewan sumber
daya air atau dengan nama lain di tingkat provinsi. Dewan sumber daya air ini
bertugas untuk mensinkronkan program penataan ruang, reboisasi dan
penghijauan,

pencegahan

pembalakan,

pengendalian

pencemaran

serta

pendayagunaan air sungai Siak. Dengan di bentuknya Forum Daerah Aliran


Sungai Siak, selanjutnya dapat dijadikan embrio sebagai Dewan Sumber Daya Air
sebagaiman dimaksud dalam Undang-Undang
2.2.5 Lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh cukup besar pada kualitas, kuantitas, dan
kontinuitas suatu wilayah sungai. Pengaruh iklim seperti curah hujan yang turun
mempengaruhi pasang surut di daerah sungai siak, ketika musim kemarau, sungai
siak lebih dangkal dan sampah-sampah yang dibuang kesungai oleh masyarakat
sekitar menumpuk dipinggiran sungai. Hal ini tentu berpengaruh terhadap
masyarakat yang tinggal dibantaran sungai.
Jenis vegetasi yang tumbuh disekitar bantaran sungai juga mempengaruhi
kapasitas infiltrasi terhadap curah hujan. Dimana laju peresapan air ke dalam
tanah amat dipengaruhi oleh tingkat kelebatan vegetasi pada tanah tersebut. Oleh
sebab itu vegetasi pada kawasan hutan harus dijaga dengan cara reboisasi pada
kawasan hutan yang gundul serta pencegahan pembalakan pada hutan yang telah

21

lebat. Pada kawasan perkebunan serta lahan-lahan kosong lainnya dilakukan


penghijauan sehingga peresapan air ke dalam tanah dapat berlangsung optimal.

Gambar 4. Kondisi Lingkungan sekitar sungai Siak


2.2.6 Industri
Penyebab utama penurunan kualitas Sungai Siak adalah limbah industri baik
industri besar, menengah maupun kecil yang berada di sepanjang alur sungai Siak.
Selain itu tingginya erosi yang disebabkan semakin intensif pengelolaan
sumberdaya alam yang ada di hulu, seperti adanya penebangan liar (illegal
logging), penebangan hutan berdasarkan Hak Pengusahaan Hutan (HPH),
konversi hutan menjadi kawasan perkebunan (besar dan kecil), kegiatan
pertambangan dan kegiatan budidaya lainnya juga menyebabkan DAS Siak
semakin kritis.
Pembuangan air limbah hasil industri secara langsung ke badan air. Seperti
yang dapat dilihat, disepanjang kawasan sungai Siak yang melintasi Kota
Pekanbaru terdapat berbagai pabrik yang bergerak dalam pengelolaan sawit
ataupun karet. Dimana limbah hasil pabrik ini dialirkan langsung ke lingkungan.
Selain itu proses transportasi yang dilakukan di sepanjang bantaran sungai Siak
juga mencemari sungai. Hal ini disebabkan adanya tumpahan minyak ke bagian
aliran sungai. Menurut keterangan penduduk setempat, tidak jarang mereka
menemui kondisi air yang berminyak dan berbau. Bahkan masyarakat telah
memaklumi dan mengetahui jam jam pembuangan limbah oleh pabrik ke badan
sungai, yaitu sekitar jam 01.00 WIB (malam). Kondisi air yang berminyak
disebabkan oleh pembuangan air limbah yang dilakukan oleh beberapa industru
kecil pengelola minyak dan bahan bakar. Akibatnya, banyak ikan yang mati
keesokan harinya, dan air sungai menjadi berminyak. Ada beberapa pabrik yang

22

kami ketahui berdasarkan informasi dari warga yaitu pabrik kayu yang bernama
RGM dan RWS, pabrik karet, dan pabrik sawit.

2.3 Rencana perwujudan IWRM di DAS SIAK


Dalam perwujudan rencana IWRM dan menjaga keberlanjutan ketersediaan
air di Sungai Siak, maka dapat dikelompokkan menjadi beberapa aspek sebagai
berikut:
2.3.1 Dari segi teknis
2.3.1.1 Konservasi DAS Siak
Daerah disepanjang pinggiran sungai saat ini banyak digunakan
untuk perkebunan sawit. Banyak dari petani yang memiliki perkebunan
sawit tidak mengetahui dampak negatif dari usaha perkebunan mereka
terhadap ketersediaan air sungai. Jika dilakukan konversi perkebunan sawit
untuk dihutankan kembali sebesar 30% dari luas DAS, maka dapat berguna
untuk melestarikan dan meningkatkan kualitas air disekitar sungai Siak
serta meminimalisasi dampak pencemaran oleh limbah industri.
Konservasi DAS Siak dan pengembalian fungsi menjadi fungsi yng
sebenarnya dapat menciptakan kontiniutas ketersediaan air di Sungai Siak,
dan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitasnya
2.3.1.2 Tempat pembuangan sampah
Masyarakat di pinggiran sungai masih membuang sampahnya ke
aliran sungai. Maka dengan disediakannya tempat pembuangan sampah
secara komunal jadi masyarakat bisa mengumpulkan sampah mereka di satu
wadah dan membuangnya di tempat sampah yang telah di sediakan di
masing-masing gang perumahan mereka, supaya masyarakat tidak lagi
membuang sampah rumah tangga yang mereka hasilkan ke sungai Siak. Dan
dilakukan pemungutan retribusi bagi masyarakat untuk mengelola
persampahannya.
2.3.2 Dari Segi Sosial
2.3.2.1 Penyuluhan masyarakat
Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan
wilayah sungai dapat ditanggulangi dengan melakukan penyuluhan kepada

23

masyarakat. Penyuluhan ini dapat diadakan atas kerjasama antara


Pemerintah dan LSM. Penyuluhan kepada masyarakat dapat berfungsi untuk
meningkatkan pelayanan air bersih disekitar DAS Siak serta subsidi dari
pemerintah untuk membangun MCK umum guna meminimalisasi
pencemaran sungai Siak sehingga dapat meningkatkan kualitas air sungai
Siak.
2.3.3 Dari Segi Kelembagaan
2.3.3.1 Kelembagaan Masyarakat
Demi keberlanjutan ketersediaan sumber daya air, maka pemerintah
ataupun masyarakat dapat membentuk lembaga lembaga

yang

bertanggung jawab dalam pengelolaan DAS Siak .Sehingga dengan adanya


partisipasi dari berbagai pihak diharapkan pengelolaan sumber daya air di
Kota Pekanbaru dapat berjalan lancar dan memenuhi kebutuhan seluruh
masyarakat perkotaan.
2.3.3.2 Pemantauan sumber daya air ,penggunaannya dan pencemarannya.
Menerapkan sistem pengawasan yang efektif yang menyediakan
informasi pengelolaan yang penting dan mengidentifikasi dan merespon
atas pelanggaran terhadap hukum, peraturan dan izin.
2.3.3.3 Sistem informasi
Masih minimnya informasi terhadap kualitas dan kuantitas Sungai
Siak juga mempengaruhi dalam keberlanjutan ketersediaan airnya. Dimana
fenomena yang ditemukan di masyarakat, mereka masih menggunakan air
sebagai sumber daya alam yang tiada batas. Dengan kurangya sistem
penginformasian kepada masyarakat dan pihak pihak terkait akan dapat
menimbulkan miskomunikasi dan kurangnya koordinasi dan partisipasi
masyarakat dan dinas terkait untuk pengelolaan DAS.
Sehingga diharapkan dengan adanya sistem informasi yang baik
akan membantu masyarakat untuk lebih cermat dalam penggunaan air dan
pihak pihak yang ingin membantu dalam pengembangan DAS Siak dapat
dengan mudah mengetahui hal apa yang harus dibantu dalam pengelolaan
air secara terpadu.

24

2.3.4 Dari Segi Ekonomi


2.3.4.1

Retribusi masyarakat

Untuk menunjang aspek ekonomi atau financial dalam keberlanjutan


pengelolaan sumber daya air secara terpadu maka pemerintah dapat
melakukan pemungutan retribusi bagi masyarakat sekitar hilir untuk
masyarakat yang tinggal di hulu sungai agar keberlangsungan air bersih
tetap terjaga. Pemungutan retribusi ini dilaksanakan dengan sistem subsidi
silang, sehingga kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dan pihak pengelola
sumber daya air juga tidak mengalami kerugian.
2.3.5 Dari Segi Lingkungan
2.3.5.1 Pengendalian daya rusak
Adanya berbagai aktifitas yang dilakukan di sepanjang aliran sungai
tentunya akan memberikan dampak terhadap kualitas dan kuantitas air
sungai. Sehingga diperlukan perencanaan terhadap kegiatan kegiatan
yang menimbulkan dampak langsung ataupun tidak langsung terhadap
lingkungan. Untuk perlindungan kerusakan lingkungan bantaran sungai,
diusulkan adanya pembatasan kecepatan maksimum kapal

serta

pembatasan bobot/jenis kapal agar transportasi sungai tersebut dapat


berfungsi sebagaimana mestinya, selain itu juga diperlukan pengelolaan
limbah oleh industri sebelum dibuang ke lingkungan.

2.4 Tantangan dan kendala dalam menerapkan pengelolaan sumber daya air
terpadu
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan dan pengelolaan sungai,
meliputi:
1. Ketidakjelasan peran dan batasan wewenang antara kebupaten, kota, propinsi,
dan pusat dalam penanganan, pengelolaan dan pembiayaan sungai.
2. Kecenderungan peningkatan potensi konflik pemanfaatan air di daerah dan
wilayah\sungai.
3. Tidak terkendalinya penambangan galian pasir di badan sungai sehingga
menurunkan fungsi bangunan pengambilan air.

25

4. Sedimentasi tinggi akibat rusaknya daerah hulu/catchment area .


5. Makin cepatnya penurunan kapasitas pengaliran air sungai dan bangunan
pengendali banjir
6. Makin besarnya perbedaan aliran dasar sungai pada musim hujan dan musim
kemarau (Qmax-Qmin).
7. Makin menurunnya kualitas air sungai, khususnya di daerah aliran tengah dan
hilir
8. Tidak terkendalinya permukiman penduduk di daerah bantaran sungai sehingga
meningkatkan risiko banjir.
9. Belum memadainya database sungai.
Sehingga didapatkan bahwa faktor-faktor penghambat pelaksanaan program
pengendalian pencemaran air Sungai Siak adalah sebagai berikut :
1. Koordinasi tidak berjalan lancar antara pemerintah Propinsi dengan
Kabupaten/Kota.
2. Rapat koordinasi tidak berjalan lancar antar pemerintah kabupaten/kota dengan
pihak propinsi.
3. Ketidaktahuan pemerintah daerah tentang program yang dibuat propinsi.
4. Kurangnya sumber daya manusia.
5. Kurangnya dana.
6. Sumber daya alam untuk penempatan IPAL yang belum tersedia

26

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
1.

Beban pencemar yang berada di wilayah DAS Siak sudah sangat tinggi.
Ini dapat dilihat dari nilai pH, BOD-COD, minyak dan lemak, amoniak,
Fosfat, Total Padatan Tersuspensi (TSS), coliform, dan kandungan
logam logam seperti seng, krom, kadmium, timbal dan tembaga yang
telah melewati ambang batas baku mutu. Sehingga kondisi perairan
Sungai

Siak

memprihatinkan,

ruas

Kota

sehingga

Pekanbaru
diperlukan

dalam

kondisi

penanganan

serius

yang
agar

kelestarian sungai tersebut tetap terjaga.


2. Penyebab kerusakan DAS Siak dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu :
a. Sumber Daya Manusia
b. Pemerintahan
c. Lingkungan
d. Sarana dan prasarana
e. Manajemen
f. Industri
3. Perencaan pengelolaan sumber daya air secara terpadu dapat ditinjau dari
aspek :
1. Teknis
a. Konservasi DAS Siak
b. Tempat pembuangan sampah
2. Sosial
a. Penyuluhan masyarakat
3. Kelembagaan
a. Kelembagaan Masyarakat
b. Pemantauan sumber daya air, penggunaan nya dan pencemarannya
c. Sistem informasi
4. Ekonomi

27

a. Retribusi masyarakat
5. Lingkungan
a. Pengendalian daya rusak
4. Tantangan dalam penerapan pengelolaan sumber daya terpadu :
a. Ketidakjelasan peran dan batasan wewenang wilayah sungai
b. Kecenderungan peningkatan potensi konflik pemanfaatan air di daerah
dan wilayah\sungai.
c. Tidak terkendalinya penambangan galian pasir di badan sungai
sehingga menurunkan fungsi bangunan pengambilan air.
d. Sedimentasi tinggi akibat rusaknya daerah hulu/catchment area
e. Cepatnya penurunan kapasitas pengaliran air sungai dan bangunan
pengendali banjir
f. Besarnya perbedaan aliran dasar sungai pada musim hujan dan musim
kemarau (Qmax-Qmin).
g. Menurunnya kualitas air sungai, khususnya di daerah aliran tengah dan
hilir
h. Tidak terkendalinya permukiman penduduk di daerah bantaran sungai
sehingga meningkatkan risiko banjir.
i.

Belum memadainya database sungai.

3.2 Saran
a. Perlunya peningkatan koordinasi antara pihak pihak terkait dalam
pengelolaan sumber daya air Sungai Siak
b. Perlunya implementasi yang nyata dari peraturan peraturan yang telah
dibuat.

28

DAFTAR PUSTAKA
Anshori, Imam. 2009. Konsepsi Pengelolaan Sumber Daya Air Menyeluruh dan
Terpadu. Diakses melalui http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=& esrc
=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CDIQFjAB&url=http%3A%2F%
dsdan.go.id%2Findex.php%3Foption%3Dcom_rokdownloads%26view%3D
file%26task%3Ddownload%26id%3D58%253Akonsepsi-psdamenyeluru hdan-terpadu%26Itemid%3D59&ei=GT9UUtL7DIyJrAfB-oCgDA&usg= AF
QjCNGzFz4O8_lu41Frp3V71A9PbwXELg&bvm=bv.53760139,d.bmk.
Diakses tanggal 3 Oktober 2013
BPS Riau. 2011. Pekanbaru dalam Angka. Badan Pusat Statistik: Pekanbaru
Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Penataan Ruang Daerah Aliran Sungai
(DAS) Siak Provinsi Riau. Diakses melalui http://www.penataanruang.net/
taru akalah 5
6 pdf. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2013
Putri, N.A Dwi . 2011. Kebijakan Pemerintah dalam Pengendalian Pencemaran
Air Sungai Siak (Studi pada daerah aliran sungai siak bagian hilir). Diakses
melalui http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web
&cd=1&cad=rja&ved=0CCoQFjAA&url=http%3A%2F%2Ffisip.umrah.ac
id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2012%2F03%2FJURNAL-ILMU-PEME
RINTAHAN-BARU-KOREKSIlast_74_85.pdf&ei=C0FUUv7AG4nqrQeq
q4HgCw&usg=AFQjCNGGPec7nbpn_6uWSm-g01i_Wnyt3w&bvm=bv.
53760139,d.bmk. Diakses tanggal 3 Oktober 2013
Profil Kota Pekanbaru
Kodoatie, Robert J dan M Basoeki. 2005. Kajian Undang Undang Sumber Daya
Air. Andi Offset : Yogyakarta

29

Anda mungkin juga menyukai