Disusun Oleh:
Intan Sri Rahmi
Mayshara Asward
Muhammad Iqbal Adilla
Riani Natalina
Novalina Annisa Yudistira Purwanti
Toto Heri Sungkowo
Wanda Suwarno
Yudhi Hanafi Syadli
KATA PENGANTAR
PENULIS
DAFTAR ISI
2.2.2
2.2.3
Pemerintah............................................................................ 14
2.2.4
Manajemen........................................................................... 16
2.2.5
Lingkungan.......................................................................... 17
2.2.6
Industri................................................................................. 18
Aspek Teknis......................................................................... 19
2.3.2
Aspek Sosial.......................................................................... 19
2.3.3
Aspek Kelembagaan.............................................................. 20
2.3.4
Aspek Ekonomi..................................................................... 21
2.3.5
Aspek Lingkungan................................................................. 21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sungai memiliki peran strategis sebagai salah satu sumber daya alam yang
penduduk
dan
ekonomi
yang
kemudian
mendorong
berkembangnya kawasan budi daya dan pemukiman. Sejalan dengan fungsi dan
kegunaan sungai tersebut, maka diperlukan upaya pemantauan untuk menjaga
kuantitas, kontinuitas, dan kualitas badan air tersebut.
Pada saat ini, terjadi kecenderungan bahwa aspek ekonomi lebih
mendapat penekanan dibanding aspek sosial dan lingkungan. Hal ini terkait
dengan kewenangan setiap
wilayah
kabupaten/kota
atau
propinsi
dalam
membahas
kondisi
1.2
Tujuan
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1
selain itu menyebabkan pula daya tarik yang sangat kuat bagi seluruh masyarakat
di Provinsi Riau sehingga menimbulkan tingkat laju urbanisasi yang sangat tinggi.
Secara historis masyarakat Riau (daratan) adalah
merupakan
tipikal
industri
dan
perubahan
tata guna
lahan
(perkebunan
besar,
kimia dan biologi pada perairan sungai yang pada akhirnya menimbulkan
pencemaran. Pencemaran pada badan air yang terjadi secara kontinu akan
mengakibatkan turunnya kualitas air sampai ketingkat tertentu dan tidak dapat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Sumber pencemar yang terdapat di
sepanjang aliran Sungai Siak antara lain:
1. Limbah Organik, dapat bersumber dari limbah pasar, rumah tangga,
restoran/rumah makan, industri perkayuan dan sebagainya. Kandungan
limbah organik yang tinggi pada perairan sungai dapat meyebabkan
terjadinya proses eutrofikasi (penyuburan perairan)
2. Limbah anorganik (logam berat), dapat memberikan kontribusi yang
besar terhadap penurunan kualitas sumberdaya air seperti Cu, Zn, Hg,
Cd, Cr, Pb dan sebagainya. Polutan yang masuk ke perairan sungai juga
mengalami proses pengendapan pada sedimen dasar yang dapat bersifat
toksik sehingga berpotensi untuk mencemari sumber-sumber air yang ada
bila tidak dikelola secara bijaksana.
Berdasarkan hasil analisa laboratorium terhadap kualitas air sungai Siak diperoleh
sebagai berikut :
10
dikonsumsi masyarakat,
karena tidak
memenuhi standar baku mutu yang di tetapkan. Dari hasil analisi kelima
lokas nilai BOD dan COD sangat tinggi, pengambilan sampel semuanya
telah melewati baku mutu yang telah ditetapkan, sehingga memerlukan
penganan yang serius agar limbah yang dibuang ke badan sungai tidak
membahayakan kehidupan organisme di perairan tersebut, berdasarkan hasil
analisis minyak dan lemak dapat diketahui bahwa kandungan minyak dan lemak
sangat tinggi yaitu dari 1,3- 13,6 mg/L sedangkan ambang batas baku mutu
menurut PP No.82 Tahun 2001 hanya 1,0 mg/L, sehingga dapat disimpulkan
11
bahwa kandungan minyak dan lemak telah melewati baku mutu yang ditetapkan,
amoniak merupakan gas yang tidak berwarna dengan kadar 50 mg/L memberikan
bau yang menyengat. Konsentrasi amoniak tertinggi ditemukan pada ST 2
(Jembatan Siak II) dengan kandungan 0,503 mg/L. Parameter Nitrat masih
sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan, sedangkan pada parameter
Fosfat konsentrasi tertinggi ditemukan pada ST 4 (pelita Pantai) dengan
kandungan mencapai 1,304 mg/L, sedangkan ambang batas baku mutu menurut
PP No.82 Tahun 2001 hanya 0,2. Dengan demikian untuk parameter Fosfat telah
melewati baku mutu, padatan tersusupensi adalah padatan yang menyebabkan
kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung.
Hasil analisis Total Padatan Tersuspensi (TSS) dengan konsentrasi
58,0-76,0mg/L, sedangkan baku mutu hanya 50 mg/L. Sehingga untuk parameter
TSS telah melewati ambang batas dan tidak layak digunakan sebagai bahan baku
air minum, hasil pengukuran kandungan logam berat di sepanjang sungai siak
memperlihatkan bahwa logam arsen, selenium, dan merkuri belum terdeteksi.
Sedangkan logam logam yang lain seperti seng, krom, kadmium, timbal dan
tembaga telah melewati ambang batas baku mutu, dari hasil analisis yang
dilakukan terhadap coliform dapat diketahui bahwa pada semua tempat
pengambilan sampling telah melebihi ambang batas baku mutu yang telah
ditetapkan dengan jumlah kandungan 1800-5200 MPN, sedangkan baku mutu
hanya 1000 MPN. Berdasarkan hasil analisis pada semua parameter, maka
dapat disimpulkan bahwa kondisi perairan Sungai Siak ruas Kota Pekanbaru
dalam kondisi yang memprihatinkan, sehingga diperlukan penanganan serius
agar kelestarian sungai tersebut tetap terjaga.
Berdasarkan visualisasi keadaan air sungai pada umumnya berwarna kuning
kecoklatan dan semakin pekat warnanya sampai kearah hilir dengan bau air yang
menyengat. Walaupun tidak dirasa akan tetapi dapat dipastikan bahwa kualitas air
pada sungai ini sangat tidak mungkin dikatakan baik untuk kesehatan. Sepanjang
sungai terlihat banyak sampah-sampah organik seperti sisa-sisa makanan, daundaunan, kayu, tinja dan bangkai hewan dan juga banyak terlihat sampah-sampah
anorganik seperti plastik, kaca, kaleng dan minyak-minyak. Keadaan ini hampir
12
merata dan terus meningkat jumlah kearah hilir sungai. Hal ini disebabkan oleh
semakin padat dan meningkatnya aktivitas manusia di sekitar sungai tersebut.
Kondisi seperti ini, apabila terus dibiarkan maka akan berefek buruk
terhadap kesehatan manusia, biota-biota, air sungai serta lingkungan di sekitar
sungai. Limbah-limbah yang dibuang ke sungai apabila mengandung bahan-bahan
pencemar maka akan menjadikan lingkungan tersebut tidak bagus lagi bagi
kehidupan hewan alami air seperti ikan, plankton dan organism lainnya. Selain
itu, manusia yang hidup di sekitar sungai, kesehatannya menjadi terancam
disebabkan karena adanya wabah penyakit sebagai akibat daripada pencemaran
lingkungan.
2.2 Potensi Sumber Daya Air Sungai Siak melalui Analisa Kualitas,
Kuantitas dan Kontiniutas
Undang Undang No 7 Tahun 2004 tentang sumber daya air merupakan
upaya dalam menghadapi ketidakseimbangan antara ketersediaan air yang
cenderung menurun dan kebutuhan air yang semakin meningkat, sehingga sumber
daya air wajib dikelola dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup
dan ekonomi secara selaras. Pengelolaan sumber daya air perlu diarahkan untuk
mewujudkan sinergi dan keterpaduan yang harmonis antar wilayah, antarsektor,
dan antar generasi. Sejalan dengan semangat demokratisasi, desentralisasi, dan
keterbukaan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
masyarakat perlu diberi peran dalam pengelolaan sumber daya air.
Pada UU No.7 Tahun 2004 Bab 3 telah diatur tentang konservasi sumber
daya air, yang bertujuan untuk melindungi ketersediaan sumber daya air secara
berkelanjutan.Daerah-daerah yang masuk dalam UU ini adalah danau, rawa,
sungai, waduk, cekungan, kawasan suaka alam,cagar alam.
Keberadaan sumber daya air mengikuti siklus yang tidak pernah berhenti.
Siklus
tersebut
kemudian dinamai
siklus
hidrologi.
Berdasarkan fakta
tersebut,maka teknologi pengelolaannya pun tidak terlepas dari sifat kodrati SDA.
Karena itu lingkup wilayah pengelolaan SDA harus berdasarkan wilayah
hidrografis yang kemudian dikenal dengan sebutan Daerah Aliran Sungai (DAS).
13
Keberadaan sebuah DAS ada yang sepenuhnya berada dalam satu wilayah
kabupaten/kota, bisa juga lintas kab/kota ataupun lintas provinsi dan lintas negara.
Konsepsi pengelolaan terpadu SDA yang berbasis DAS ataupun wilayah
sungai dikenal oleh masyarakat internasional dengan istilah Integrated Water
Resources Management (IWRM) atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan
sebutan Pengelolaan Terpadu SDA dan terkadang disebut juga Pengelolaan SDA
Terpadu bahkan ada pula yang menyebut Pengelolaan SDA Menyeluruh dan
Terpadu.
Posisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di sekitar
garis khatulistiwa mendapatkan sebaran curah hujan yang variatif dari yang paling
basah sampai dengan yang kering. Variasi curah hujan tahunan di berbagai
wilayah kepulauan di Indonesia tergolong ekstrim ada pulau-pulau yang curah
hujannya kurang dari 800 mm/tahun, dan ada pula pulau yang curah hujannya
sampai dengan 4000 mm/tahun. Curah hujan sebesar ini terkonsentrasi selama
kurang lebih 5 (lima) bulan dari bulan November s/d Maret sehingga banjir sering
terjadi pada bulan-bulan tersebut. Sedangkan pada 7 (tujuh) bulan yang lainnya
curah hujan sangat kecil dan jarang sehingga mengakibatkan ketersediaan air
terbatas dan di lain pihak kebutuhan air tidak berkurang sehingga bencana
kekeringan sering terjadi selama musim kemarau.
Rerata ketersediaan air diatas daratan Indonesia saat ini lebih dari 15.000
m3/kapita/tahun. Angka tersebut memang terasa sangat besar, yaitu hampir 25 kali
lipat dari rata-rata ketersediaan air per kapita dunia yang besarnya 600
m3/kapita/tahun. Untuk wilayah Riau memiliki rata rata curah hujan berkisar
antara 1300 3500 mm pertahun. Dimana Kota Pekanbaru adalah daerah yang
paling sering ditimpa hujan selama tahun 2010 yaitu 230 kali. Jumlah curah hujan
Kota Pekanbaru merupakan curah hujan tertinggi di wilayah Riau yaitu sebesar
3.592,3 mm. Analisa kualitas, kuantitas dan kontinuitas (K-3) dapat dilihat pada
analisa fish bone berikut :
14
Dari gambar diatas dapat diuraikan beberapa aspek yang mempengaruhi K-3
pada Sungai Siak, yaitu :
2.2.1
15
1.
2.
3.
4.
16
17
kapal yang melintasi sungai karena pencemaran dan abrasi di sungai Siak sudah
sangat parah, telah menjadi polemik pro dan kontra. Untuk jangka panjang,
keberadaan jembatan Siak secara tidak langsung akan mengurangi tekanan
terhadap lingkungan sekitar.
Kegiatan bongkar muat barang yang menggunakan transportasi berupa kapal
barang, bunker, speed boat, dan lain-lain juga menyebabkan pencemaran karena
tumpahnya bahan bakar pada saat pengisian BBM dan bocornya tangki minyak.
18
proyek yang ada sekarang). UPT Pusat ini baru mulai berfungsi pada tahun 2007,
dan tantangannya saat ini adalah mempersiapkan personil yang handal.
Sedangkan untuk pemerintah Kota Pekanbaru sendiri terdapat beberapa
instansi terkait pengelolaan sumber daya air seperti Badan Wilayah Sungai
(BWS), PDAM Tirta Siak, Departemen Pekerjaan Umum, Badan Lingkungan
Hidup dan dinas dinas terkait lainnya. Namun dalam pelaksanaannya masih
kurangnya koordinasi antar dinas terkait dan antar pemerintah provinsi dan
pemerintah daerah. Selain itu kurangnya sumber daya manusia dalam pengelolaan
sumber daya air dan keterbatasan dana membuat pengelolaan sumber daya air di
Kota Pekanbaru masih belum maksimal.
Pemerintah Provinsi Riau telah menetapakan program pengendalian
pencemaran air Sungai Siak terdiri dari 12 program. Berdasarkan hasil penelitian
dilapangan dari 12 Program yang dilaksanakan ternyata hanya 9 program yang
terlaksana dan 3 Program tidak terlaksana sampai dengan batas waktu yang telah
ditentukan, adapun waktu pelaksanaan dari program pengendalian pencemaran air
sungai siak ini dimulai pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008.
Adapun 9 Program pengendalian pencemaran air sungai siak yang
terlaksana yaitu:
1. Program pengembangan Instalasi Pengolahan Air Limbah komunal,
2. Penyediaan sarana sanitasi pedesaan,
3. Pelatihan pengelolaan lingkungan untuk masyarakat,
4. Pengembangan tempat pengolahan samah terpadu,
5. Peningkatan kinerja pengolahan air limbah industri,
6. Pengembangan dan penerapan Teknik Produksi Bersih untuk industri,
7. Pengendalian limbah cair dan sludge kegiatan pertambangan,
8. Pengembangan sistem informasi lingkungan,
9. Pengawasan dan evaluasi implementasi program dan revisi program
Tiga Program pengendalian pencemaran air sungai siak yang tidak
terlaksana yaitu :
1. Program pengembangan Instalasi pengolahan air limbah terpadu untuk
industri kecil/ menengah,
19
20
pencegahan
pembalakan,
pengendalian
pencemaran
serta
21
22
kami ketahui berdasarkan informasi dari warga yaitu pabrik kayu yang bernama
RGM dan RWS, pabrik karet, dan pabrik sawit.
23
yang
24
Retribusi masyarakat
serta
2.4 Tantangan dan kendala dalam menerapkan pengelolaan sumber daya air
terpadu
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan dan pengelolaan sungai,
meliputi:
1. Ketidakjelasan peran dan batasan wewenang antara kebupaten, kota, propinsi,
dan pusat dalam penanganan, pengelolaan dan pembiayaan sungai.
2. Kecenderungan peningkatan potensi konflik pemanfaatan air di daerah dan
wilayah\sungai.
3. Tidak terkendalinya penambangan galian pasir di badan sungai sehingga
menurunkan fungsi bangunan pengambilan air.
25
26
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
1.
Beban pencemar yang berada di wilayah DAS Siak sudah sangat tinggi.
Ini dapat dilihat dari nilai pH, BOD-COD, minyak dan lemak, amoniak,
Fosfat, Total Padatan Tersuspensi (TSS), coliform, dan kandungan
logam logam seperti seng, krom, kadmium, timbal dan tembaga yang
telah melewati ambang batas baku mutu. Sehingga kondisi perairan
Sungai
Siak
memprihatinkan,
ruas
Kota
sehingga
Pekanbaru
diperlukan
dalam
kondisi
penanganan
serius
yang
agar
27
a. Retribusi masyarakat
5. Lingkungan
a. Pengendalian daya rusak
4. Tantangan dalam penerapan pengelolaan sumber daya terpadu :
a. Ketidakjelasan peran dan batasan wewenang wilayah sungai
b. Kecenderungan peningkatan potensi konflik pemanfaatan air di daerah
dan wilayah\sungai.
c. Tidak terkendalinya penambangan galian pasir di badan sungai
sehingga menurunkan fungsi bangunan pengambilan air.
d. Sedimentasi tinggi akibat rusaknya daerah hulu/catchment area
e. Cepatnya penurunan kapasitas pengaliran air sungai dan bangunan
pengendali banjir
f. Besarnya perbedaan aliran dasar sungai pada musim hujan dan musim
kemarau (Qmax-Qmin).
g. Menurunnya kualitas air sungai, khususnya di daerah aliran tengah dan
hilir
h. Tidak terkendalinya permukiman penduduk di daerah bantaran sungai
sehingga meningkatkan risiko banjir.
i.
3.2 Saran
a. Perlunya peningkatan koordinasi antara pihak pihak terkait dalam
pengelolaan sumber daya air Sungai Siak
b. Perlunya implementasi yang nyata dari peraturan peraturan yang telah
dibuat.
28
DAFTAR PUSTAKA
Anshori, Imam. 2009. Konsepsi Pengelolaan Sumber Daya Air Menyeluruh dan
Terpadu. Diakses melalui http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=& esrc
=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CDIQFjAB&url=http%3A%2F%
dsdan.go.id%2Findex.php%3Foption%3Dcom_rokdownloads%26view%3D
file%26task%3Ddownload%26id%3D58%253Akonsepsi-psdamenyeluru hdan-terpadu%26Itemid%3D59&ei=GT9UUtL7DIyJrAfB-oCgDA&usg= AF
QjCNGzFz4O8_lu41Frp3V71A9PbwXELg&bvm=bv.53760139,d.bmk.
Diakses tanggal 3 Oktober 2013
BPS Riau. 2011. Pekanbaru dalam Angka. Badan Pusat Statistik: Pekanbaru
Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Penataan Ruang Daerah Aliran Sungai
(DAS) Siak Provinsi Riau. Diakses melalui http://www.penataanruang.net/
taru akalah 5
6 pdf. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2013
Putri, N.A Dwi . 2011. Kebijakan Pemerintah dalam Pengendalian Pencemaran
Air Sungai Siak (Studi pada daerah aliran sungai siak bagian hilir). Diakses
melalui http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web
&cd=1&cad=rja&ved=0CCoQFjAA&url=http%3A%2F%2Ffisip.umrah.ac
id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2012%2F03%2FJURNAL-ILMU-PEME
RINTAHAN-BARU-KOREKSIlast_74_85.pdf&ei=C0FUUv7AG4nqrQeq
q4HgCw&usg=AFQjCNGGPec7nbpn_6uWSm-g01i_Wnyt3w&bvm=bv.
53760139,d.bmk. Diakses tanggal 3 Oktober 2013
Profil Kota Pekanbaru
Kodoatie, Robert J dan M Basoeki. 2005. Kajian Undang Undang Sumber Daya
Air. Andi Offset : Yogyakarta
29