15 1-156
ISSN 141 1 -2027 Terakreditasi No.56/DlKTIKeo/2OO5
ABSTRACT: The research aimed to investigate the effects of adding different levels of Adenosine Tripho5phate (ATP) to
semen diluter on quality of sperms of fat;taileA sheep. Treatments consisted of 5, 10 and 15 mg of ATP addition into semen
diluter (Egg Yolk Sodium Citric). Results showed that treatments have no significant effects on spermtltozoa motility,
significant effects on spermatozoa viability, and high significant effects on spermatozoa mortality. On average, sperm
~notilityfor control was 79.16 3.99%; ATP 5 mg = 84.13 + 5.36%; ATP 10 mg = 85.16 4.54%; and ATP 15 mg =
85.33 i 3.79 %; sperm viability for control was 25.28 + 0.49; ATP 5 mg = 26.17 + 1.53; ATP I0 mg = 27.56 + 1.48; and
ATP 15 mg = 28.34 + I.03 (hours); sperm mortality for control was 12.91 i 1.05%; ATP 5 mg = 15.59 i 5.12%; ATP 10
mg = 21.95 i 2.32%; and ATP 15 mg = 22.25 i 1.83 %; and quality af sperm for control was 198.216 i- 5.05; ATP 5 mg=
206.312 + 5.67; ATP I0 mg = 208.164 i 5.14; and ATP 1.5 mg = 207.104 + 5.90. It can be concluded that addition of ATP
into semen diluter was able to increase spermatozoa viability.
Pendahuluan
Rendalinya pasokan daging kambing dan dotnba
untuk memenuhi kebutuhan nasional berkait
la~igsung dengan kinerja reproduksi dari ternak
domba dan kambing tersebut. Misalnya, rendahnya
angka kebuntingan aka11 berakibat langsung pada
rendahnya angka kelaliiran, seliingga akhirnya akan
berpengaruh secara langsung pada peningkatan
populasi.
Untuk meningkiatkan efisiensi reproduksi ternak
domba, maka yang perlu diperbaiki salah satunya
adalali aspek teknologi reproduksinya, terutama pada
sistem
perkawinan
sebaiknya
sudali
liarus
menggunaka~i Inseminasi Buatan (IB). Namun,
untuk keberhasilan program IB tersebut harus diiringi
dengan penggunaan semen yang berkualitas, karena
semua hasil IB akan bermuara pada fettilitas.
Optimalisasi pemanfaatan domba jantan dalatn
aplikasi program IB sangat tepat, karena dari hasil
penelitian dilaporkan- bahwa fertilitas domba jantan
yang dipeliliara secara sederliana masill menunjukka~i
angka yang cukup tinggi (Tagama dan Saleli, 1988).
- .
152
Metode Penelitian
Materi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah semen dari enam ( 6 ) eLor doniba eltor gemuk
(DEG), dengan rataan bobot badan 33,80 0,17 kg;
0,40 bulan. Metode
dan rataan umur 39,SO
penelitial~ yang digunaltan adalali
iiietode
eksperimental dan rancangan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL), sebagai perlakuan
adalah pe~lambahan ATP lke dalam pengencer
Natrium Sitrat Kuning Telur (NSKT). Rincian
Tabel I. Rataan dan simpang baku (Sb) motilitas spermatozoa DEG pascaperlakuan (%)
:
Penambahan
Ulangan
Rataan Sb.
ATP
Kontrol
5 mg
I0 mg
15 mg
80,OO
73,5 1
76,56
85,40
80,33
79,16 i 3,99
76,s 1
90,OO
88,43
87,46
90,OO
81,25
84,13
84,13
8x37
77,s 1
85,16
85,16 i 4,54
89,5 1
88,40
78,63
84,66
85,33
85,33
* 5,36
* 3,79
Tabel 2. Rataan dan simpang baku (Sb) viabilitas spermatozoa DEG pascaperlalman (%)
Penambahan
ATP
Kontrol
5 mg
10 mg
15 mg
Ulangan
Rataan i Sb.
C;
25,67
24,67
25,67
25,33
24,67
25,2Sa + 0,49
27.33
28,OO
26,33
29,67
28,33
24,OO
25,33
26,17% l,53
27,OO
28,67
27,67
27,56 % I ,48
27,67
28,67
29,67
28,67
26,67
28,34% 1,O 3
"'.Superskrip yang berbrda pada kolom yang sama menunjukkan ada perbedaan pada P<0,05
Namun, secara statistik peningkatan persentase
motilitas tersebut belum memberikan pengaruh yang
nyata. Penyebab lain diduga karena kandungan
nutrisi dalam balian pengencer terutama kuning telur
tambahan
bagi
dapat
memberiltan
energi
spermatozoa. Hal ini diperkuat oleli Ortavant et al.
(1969); Evan dan Maxwell (1987) bahwa selai~i
enersi utama yang digunakan oleh spermatozoa untuk
motilitas berasal dari plasma semen, juga
spermatozoa akan memanfaatkan secara maksimal
sumber energi yang berasal dari luar, seperti kuning
telur, air susu, atau pun komposisi pengencer lainnya.
Hal
lain yang
memungkinkan
kurang
berpengarulinya perlakuan yang diberikan adalah
persediaan sumber energi dari plasma semen belu~n
terpakai semila, karena rentang waktu antara saat
koleksi semen, pemberian perlakuan, hingga evaluasi
kualitas semen tidak terlalu lama.
Viabilitas Spermatozoa
Evaluasi viabilitas spermatozoa bertujuan untuk
mengetahui kemampuan spermato'ih tetap bertahan
motil dalam kurun waktu tertentu pascaperlakuan,
disimpan secara invitro dalam suhu ruang. Evaluasi
motilitas dianggap selesai jika dalam populasi
spermatozoa yang diamati sudah lidak ada motilitas
(gerakan) sama sekali. Satuan yang digunakan untuk
Mortalitas Spermatozoa
Evaluasi motilitas spermatozoa mengacu pada
sensitivitas sel untuk menyerap zat warna tertentu.
Spermatozoa yang telali ~nati dindingnya sangat
permeable (mudah ditembus)
oleli zat warna,
sehingga spermatozoa yang menyerap warna
dianggap mati, dan yang tidak menyerap warna
dianggap hidup. Dalam evaluasi ~nortalitasdihitung
~ninimal sebanyak 200 ekor spermatozoa. Hasil
Tabel 3. Rataan dan simpang baku (Sb) mortalitas spermatozoa DEG pascaperlakuan (%)
Penamballan
Ulangan
3
4
5
1 1.50
Kont~ol
12,70
14,lO
12,64
24,16
12,18
16,23
10,16
5 ~ng
18,24
25,33
23,14
2
1,42
10 mg
21,14
23,43
22,46
18,81
15 mg
".". Superskrip yang berbeda pada kolom yang salna menunjukkan ada perbedaan pad4 PeO.01
ATP
2
14.13
20,20
2 1,83
22,39
Rataan
* Sb
12,91% 1.05
18,59% 1 172
21,95%i2.32
22,25 % 1.83
Tabel 4. Rataan dan slmpang baku (Sb) kualitas spermatozoa DEG (10~1ml/semen)
Penambahan
ATP
Ulangan
3
Kontrol
204,735
5 mg
10 mg
15 mg
203,433
196,350
199,241
203,111
197,614
202,601
200,113
198,415
198,63 1
204,514
203,316
210,124
207,651
205,610
197,253
192,311
203,213
198,145
215,416
K u a l i t a s Spermatozoa
Kualitas spermatozoa merupakan aspek yang
terakhir dievaluasi untuk mengetahui secara utuh
kondisi spermatozoa yang sesungguhnya terkait
dengan fertilitas, karena kualitas spermatozoa
merupakan hasil kali dari seluruh parameter yang
telah dievaluasi (Hafez, 1980). Oleh sebab itu,
segala upaya dimaksimalkan untuk meningkatkan
kualitas spermatozoa agar fertilitasnya meningkat
pula, termasuk salah satunya adalah melakukan
pengenceran dengan menambah zat pemerkaya.
Penggunaan ATP sebagai salah satu zat pemerkaya
dalam pengencer baku untuk semen domba dalam
penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan
angka fertilitas spermatozoa. Data hasil perhitungan
untuk kualitas spermatozoa dari masing-masing
perlakuan tertera pada Tabel 4.
Rataan kualitas spermatozoa yang terendah
sebanyak 198,216 k 5,65 x 10~11n1
semen, dan rataan
yang tertinggi sebanyak 208,164
5,14 x 10~11n1
semen (Tabel 4).
Soenarjo (1983) menyanikan
bahwa untuk mengetaliui kualitas spermatozoa yang
dikaitkan dengan fertilitas dalam program IB, maka
diperlukan spermatozoa dalam jumlah tertentu untuk
sekali IB, atau lebih dikenal dengan dosis 1B. Terkait
dengan pernyataan tersebut, Sorensen (1979);
Bearden dan Fuquay (1980) menyatakan bahwa dosis
IB untuk ternak domba ~ninimalharus mengandung 5
sampai 6 x lo6 ekor spermatozoa, ~naka dengan
rataan kualitas spermatozoa DEG hasil penelitian ini
masih sangat layak untuk digunakan.
Hasil
perhitungan kualitas spermatozoa DEG penelitian
dengan mengacu pada dosis IB sebanyak 5 sampai 6
x lo6 ekor spermatozoa menunjukkan bahwa domba
betina yang diinseminasi sebanyak 40 ekor. Jadi,
kualitas semen DEG di atas masih memedyhi syarat
untuk digunakan dalam program IB dengan derajat
pengenceran 10 kali, dan setiap dosis harus
mengandung minimal 5 x 1 o6 ekor spermatozoa.
Kesimpulan
Rataan + Sb.
198,216 + 5,65
206,312 i 5-67
208,164h 5,14
201,104+ 5,96
Daftar Pustaka
Aamdal, J., 1982. Artificial insemination in goats with
frozen semen in Norway. Proceedings of 3"'
lnlernational Conference on Goat Pr6duclion And
Disease. Tucson, Arizona.
Adam, D.E., dan J. Wei, 1975. Mass transport of ATP
within the motile sperm. Journal of Theoretical
Biology 49: 124-145.
Amann, R.P., S.R. Hay dan R.H. Hammertestedt, 1982.
Yield, characteristics, motility and CAMPcontent of
sperm isolated from seven regions of ram
epididymis. Biologv of Reproduction 27: 723-733.
Bearden, H.J., dan J.W. Fuquay, 1980. Applied Animal
Reproduction. 3"' ed. Prentice Hall, Upper Saddle
River, New Jersey.
Bearden, H.J., dan J.W. Fuquay, 2000. Applied Animal
Reproduction. 5Ih ed. Prentice Hall, Upper Saddle
River, New Jersey.
Corteel, J.M., 1977. Production, storage, and insemination
of goat semen. Proceedings of Symposium on
Management of Reproduclion In Sheep and Goats.
University of Wisconsin, Madison.
Tagaiiia.
I
TR.
i
I
!
Ptirisoh,.t~i
~
1
(81
. l e i . 1088. f e i i y i i a t a ~ i
I I I S:j - ~ ~ r ~ i i ~ i t u[lt~niba.
z~ii
Tnl.:Jla~Pc!crnahr;~i, iJi\!SOiD.