Pemba Has An
Pemba Has An
disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin dari sel-sel beta. Keadaan ini menyebabkan tingginya
kadar gula darah (hiperglikemia). Ditandai oleh tiga hal, yaitu Poliuri (meningkatnya keluaran urin),
polidipsi (meningkatnya rasa haus), polifagia (meningkatnya rasa lapar). Kadar glukosa darah normal
adalah 60-100mg/dL dan glukosa serum, 70-110 mg/dL. Ketika kadar glukosa darah lebih besar dari
180 mg/dL, dapat terjadi glukosuria (gula dalam urin).
Diabetes mellitus adalah sekelompok sindrom yang ditandai dengan hiperglikemia,
perubahan metabolism lipid, karbohidrat, dan protein, dan peningkatan resiko komplikasi penyakit
pembuluh darah. Diabetes mellitus dibagi menajdi beberapa jenis yaitu diabetes mellitus tipe 1
(diabetes bergantung-insulin atau IDDM) dan diabetes mellitus tipe 2 (diabetes tak bergantung-insulin
atau NIDDM). Diabetes mellitus atau intoleransi karbohidrat juga menyebabkan kondisi atau sindrom
tertentu lainnya.
Baik DM tipe 1 ataupun tipe 2 memiliki komponen genetic dan lingkungan. Terdapat
sejumlah factor yang menyebabkan seseorang beresiko tinggi terhadap DM tipe 2. Riwayat keluarga
yang positif DM dapat diprediksi terhadap penyakit ini. Terdapat dasar genetic yang kuat untuk DM
tipe 2, tetapi mekanisme genetic yang terlibat belum diketahui. Kerusakan sel- pancreas dan
berkurangnya sensitiitas jaringan terhadap insulin harus muncul sebelum fenotip DM tipe 2 terlihat.
Namun, DM tipe 2 dianggap sebagai penyakit yang sangat heterogen, dan sepertinya melibatkan
banyak gen yang berbeda. Selain itu, factor lingkungan juga dapat berperan. Oleh karena itu, DM tipe
2 dianggap sebagai penyakit multifactor.
Setiap kombinasi di antara factor genetic dan lingkungan yang melebihi nilai ambang dapat
menyebabkan DM tipe 2. Dasar genetic untuk DM tipe 2 disebut MODY2, mengalami mutasi pada
gen glukokinase yang menjadi penyebab utama diabetes. Karena menurunnya aktivitas glukokinase,
pasien tersebut mengalami peningkatan ambang batas glikemia untuk pelepasan insulin. Hal ini
selanjutnya menyebabkan kondisi hiperglikemia sedang secara terus menerus. Bentuk MODY tersebut
bersifat familial, karena sifat pewarisan dominan autosom, dan tampaknya cukup berbeda dan tipe
umum pada DM tipe 2 seperti bentuk MODY lainnya.
Pada DM tipe 1, tingkat pewarisan pada kembar identik hanya 25-50%. Hal ini diduga bahwa
pengaruh lingkungan maupun genetic berperan penting untuk penyakit ini.namun, factor genetic DM
tipe 1 sudah terkontrol respons imun. Ada banyak bukti bahwa DM tipe 1 dapat disebabkan oleh
penyakit autoimun sel- pancreas.
Kondisi pada DM tipe 2 tidak terlalu jelas. Sebagian besar penelitian menunjukan bahwa
terjadi penurunan masa sel- pada pasien DM tipe 2. Obesitas, durasi diabetes, dan hiperglikemia
berpotensial kuat mengacaukan penafsiran data, tetapi penelitian yang disertai pengendalian variablevariable tersebut melaporkan terjadinya penurunan volume sel- sekitar 50% pada DM tipe 2
dibandingkan dengan subjek control nondiabetes konsentrasi insulin plasma 24 jam pada pasien
dilaporkan bervariasi dari rendah sampai normal, bahkan relative meningkat pada nilai subjek control.
Hampir semua bentuk diabetes mellitus disebabkan oleh menurunnya konsentrasi insulin
dalam sirkulasi (defisiensi insulin) dan menurunnya respon jaringan perifer terhadap insulin
(resistensi insulin). Abnormalitas ini menyebabkan perubahan pada metabolism karbohidrat, lipid,
keton, dan asam amino. Ciri utama sindrom ini adalah hiperglikemia.
Insulin menurunkan konsentrasi glukosa dalam darah dengan cara menghambat produksi
glukosa di hati dan menstimulasi ambilan dan metabolisme glukosa oleh otot dan jaringan adipose.
Kedua efek penting ini terjadi saat konsentrasi insulin yang berbeda. Produksi glukosa dihambat
maksimal setengahnya dengan konsentrasi insulin sekitar 20 U/mL, sedangkan penggunaan glukosa
maksimal sebagian distimulasi sekitar 50 U/mL.
Pada kedua tipe diabetes, glucagon (kadarnya yang meningkat pada pasien yang tidak diobati)
melawan efek insulin hati dengan cara menstimulasi glikogenolisis dan glukoneogenesis, tetapi
efeknya relative kecil terhadap pengguna glukosa di perifer. Dengan demikian, pasien diabetes karena
defisiensi insulin atau resistensi insulin dan hiperglukagonemia, terjadi peningkatan produksi glukosa
di hati, penurunan ambilan glukosa di perifer, dan berkurangnya konversi glukosa menjadi glikogen di
hati.
Perubahan pada sekresi insulin dan glucagon juga memberikan efek yang besar terhadap
metabolisme lipid, keton dan protein pada konsentrasi rendah yang dibutuhkan untuk menstimulasi
ambilan glukosa insulin menghambat lipase sensitive-hormon di jaringan adipose, sehingga
menghambat hidrolisis trigliserida yang disimpan di adiposit. Hal ini meniadakan kerja lipolitik
katekolamin, kortisol, dan hormone pertumbuhan, serta mengurangi konsentrasi gliserol (sesuatu
substrat untuk glukoneogenesis) dan asam lemak bebas (suatu substrat untuk produksi badan keton
dan bahan bakar yang diperlukan untuk glukoneogenesis). Kerja insulin ini kurang baik untuk pasien
diabetes karena menyebabkan meningkatnya glukoneogenesis dan ketogenesis.
Diabetes merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah yang
disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. Pelepasan insulin yang tidak adekuat
disebabkan oleh glukagon yang berlebihan.
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu kelainan yang paling sering terjadi. Salah satu
kelenjar endokrin yaitu pankreas sebagai insulin tidak normal. Diabetes terdapat 2 tipe, yaitu:
1. Diabetes melitus tergantung insulin (IDDM (tipe I))
Penyakit ini ditandai dengan defisiensi insulin absolute yang disebabkan oleh lesi atau nekrosis
sel berat. Akibat dari dekstruksi sel , pankreas gagal merespon adanya glukosa dan diabetes tipe I
menunjukkan gejala seperti polidipsia, polifagia dan poliuria. Diabetes tipe ini biasanya terjadi
sebelum usia 15 tahun dan mengakibatkan penurunan berat badan, hiperglikomia, hetoksidosis,
asteroksis, kerusakan retina dan gagal ginjal. Diabetes tipe I memerlukan insulin endeogen untuk
menghindari hiperglikemia dan ketoasidosis yang mengancam kehidupan.
2. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (NIDDM (tipe II))
Penyakit ini disebabkan oleh penurunan fungsi sel yang menyebabkan kadar insulin bervariasi
dan tidak cukup untuk memelihara homeostasis glukosa. Pada diabetes tiepe II ini terjadi resistensi
insulin yang disebabkan oleh penurunan jumlah reseptor insulin. Tipe ini sering terjadi pada usia lebih
dari 35 tahun. Diabetes tipe II memerlukan obat-obat hipoglikemik oral untuk memelihara konsentrasi
glukosa darah dalam batas normal. Pengurangan berat badan, melakukan program diet juga dapat
menurunkan resistensi insulin dan memperbaiki hiperglikemia pada penderita.
Gejala gejala penyakit diabetes melitus adalah polyuria yaitu volume urin yang banyak atau
sering buang air kecil, polydipsia yaitu cepat merasa haus, polyphagia yaitu banyaknya makan yang
dapat menyebabkan meningkatnya glukosa dalam darah.
Kadar glukosa serum puasa normal (teknik autoanalisis) adalah 70-110 mg/dl (kurang dari 110
mg/dL). Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa puasa yang lebih tinggi dari 110 mg/dl.
Glukosa difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan hampir semuanya diabsorpsi oleh tubulus ginjal selama
kadar glukosa dalam plasma tidak melebihi 160-180 mg/dl. Jika konsentrasi tubulus naik melebihi
kadar ini, glukosa tersebut akan keluar bersama urine, dan keadaan ini disebut sebagai glikosuria.
Adapun tabel kontrol gula darah adalah sebagai berikut:
Tabel Kontrol Gula Darah
Kadar
gula
darah
diabetes
Kadar
Pemeriksaan
penderita
Sebelum
makan
(mg/dL)
90-130
(puasa)
Setelah makan
Dua
jam
setelah
90-130
120-160
< 110
< 140
makan
Sebelum tidur
110-150
< 120
gula
darah
normal (mg/dL)
< 110
Sedangkan metformin, metformin diperkenalkan pada tahun 1957. Obat ini digunakan secara
luas. Metformin jarang menyebabkan komplikasi asidosis laktat dan telah banyak digunakan pada
Eropa dan Kanada. Metformin yang diberikan tungga atau kombinasi dengan sulfonilurea
memperbaiki kontrol glikemia dan konsentrasi lipid pada pasien yang merespon kurang baik terhadap
diet atau sulfonilurea saja.
Metformin terutama diabsorpsi dari usus kecil. Obat ini stabil, tidak berikatan dengan protein
plasma dan diekskresi dalam bentuk tidak berubah di dalam urin. Waktu paruhya sekitar 2 jam. Dosis
maksimum harian metformin yang dianjurkan di USA adalah 2,5 g diminum dalam tiga dosis bersama
makanan.
dari ekor tikus sehingga dimungkinkan tikus tersebut mengalami kesakitan dan stres. Akibatnya gula
darah tikus mengalami peningkatan.
Kenaikan kadar gula darah saat stres ini terjadi karena stres dapat merangsang hipotalamus
untuk memproduksi CRH (Corticosteroid Releasing Hormon). Setelah itu CRH
diterima oleh
Diabetes melitus adalah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi insulin
relativ yang terjadi jika produksi indulin tidak sesuai dengan kebutuhannya
maupun defisiensi absolute yang terjadi jika pancreas tidak berfungsi lagi dalam
mensekresi insulin.
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu kelainan yang paling sering terjadi.
Salah satu kelenjar endokrin yaitu pankreas sebagai insulin tidak normal.
Diabetes terdapat 2 tipe, yaitu :
1.
Diabetes melitus tergantung insulin (IDDM ; tipe I) disebabkan oleh
defisiensi absolut atau penghancuran sel yang dapat mengurangi produksi
insulin. Biasanya terjadi sebelum usia 15 tahun dan mengakibatkan penurunan
berat badan, hiperglikomia, hetoksidosis, asteroksis, kerusakan retina dan gagal
ginjal. Karena sel batu pada langerhans rusak maka pasien membutuhkan injeksi
insulin.
2.
Diabetes melitus tidak tergantung insulin,(N-IDDM;tipe II) disebabkan oleh
penurunan pelepasan insulin atau kelainan respon jaringan terhadap insulin yang
menyebabkan hiperglikemia, tetapi tidak hetoksidosis. Tipe ini sering terjadi
pada usia lebih dari 35 tahun
Gejala gejala penyakit diabetes melitus adalah Polyuria yaitu volume urin yang
banyak atau sering buang air kecil,Poltpipsia yaitu kurangnya cairan dalam
tubuh,Polyphagia yaitu banyaknya makan yang dapat menyebabkan
meningkatnya glukosa dalam darah.
Kadar glukosa serum puasa normal (teknik autoanalisis) adalah 70-110
mg/dl. Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa puasa yang lebih tinggi
dari 110 mg/dl. Glukosa difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan hamper semuanya
diabsorpsi oleh tubulus ginjal selama kadar glukosa dalam plasma tidak melebihi
160-180 mg/dl. Jika konsentrasi tubulus naik melebihi kadar ini, glukosa tersebut
akan keluar bersama urine, dan keadaan ini disebut sebagai glikosuria.
Tujuan dilakukanny percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui dan
menentukan efek bat-obat antidiabetes yaitu glibenklamin, metformin, glukofan,
dan infus teh hijau 5% pada hewan coba mencit (Mus musculus).
Pada praktikum ini digunakan hewan uji yaitu mencit jantan, hal ini disebabkan
karena mencit betina mengalami fase estrus dimana pada fase ini terjadi
peningkatan hormone estrogen dan hormone pertumbuhan yang akan
mempengaruhi sekresi insulin.
Sebelum perlakuan mencit dipuasakan terlebih dahulu dipuasakan untuk
menghilangkan faktor makanan. Walaupun demikian faktor variasi biologis dari
hewan tidak dapat dihilangkan sehingga faktor ini relatif dapat mempengaruhi
hasil.
Sebelum pemberian obat antidiabetes hewan uji terlebih dahulu diinduksi
dengan glukosa 10 % hal ini bertujuan agar kadar glukosa hewan uji meningkat
sehingga mudah diuji dengan obat-obat antidiabetes dan dapat dilihat efek
terapi dari obat obat antidiabetik oral yang digunakan.
Mekanisme kerja obat-obat hipoglikemik oral secara umum ada 4 yaitu:
1.
Menurunkan absorbsi karbohidrat yaitu golongan biguanid Metformin, dan
Akarbose dari golongan glikooksidase inhibitor.
2.
Menurunkan sekresi insulin yaitu golongan sulfonilurea generasi kedua dan
Miglitinid.
3.
4.
Meningkatkan ambilan glukosa dijaringan periver yaitu golongan sulfonil
urea generasi kedua tiasolidindion dan biguanid.
Mekanisme kerja dari golongan sulfonilurea yaitu mengontrol glukosa tanpa
meningkatkan insulin, golongan ini biasa digunakan untuk pengobatan DM tipe I.
Golongan Biguanid memproduksi glukosa dihati tanpa menurunkan absorbsi
karbohidrat, dan melakukan glukogenolisis dihati atau penguraian glukosa.
Golongan glukosidase inhibitor mekanisme kerjanya menghambat enzim
glukosidase yang merombak karbohidrat menjadi gula yang terdapat diusus
halus, golongan ini biasa digunakan untuk pengobatan DM tipe II. Golongan
miglitinid mekanisme kerjanya yaitu merangsang sekresi insulin, sedangkan
golongan Tiazolidindion mengurangi resistensi insulin dan golongan ini cocok
untuk pengobatan DM tipe II.
Obat hipoglikemik oral dari golongan sulfonylurea yang digunakan yaitu
Glibenklamin dengan mekanisme kerjameningkatkan sekresi insulin dari sel beta
pulau langerhans,sedangkan pada pengobatan jangka panajang efek utamanya
adalah meningkatkan efek insulin terhadap jaringan perifer dan penurunan
pengeluaran glukosa dari hati (efek ekstra pankreatik)
Sedangkan Obat Hipoglikemik Oral dari golongan Biguanid yang digunakan
adalah Metformin dengan mekanisme kerja menurunkan glukosa darah tidak
tergantung pada adanya fungsi pankreatik sel-sel B. Glukosa tidak menurun
pada subjek normal setelah puasa satu malam,tetapi kadar glukosa darah pasca
prandial mereka menurun selama pemberian biguanid. Mekanisme kerja yang
diusulkan adalah stimulasi glikolisis secara langsung dalam jaringan dengan
peningkatan eliminasi glukosa dari darah, penurunan glukoneogenesis hati,
melambatkan absorbsi glukosa dari saluran cerna dengan peningkatan
perubahan glukosa menjadi laktat oleh enterosit dan penurunan kadar glukagon
plasma.
Percobaan ini digunakan alat glukometer, dengan alasan bahwa alat glikometer
merupakan alat yang otometik memudahkan dalam memperoleh hasil glokosa
darah, periksaan dengan menggunakan alat ini memerlukan waktu yang reltif
singkat, akurat, waktu tesnya minimal 30 detik. Adapun cara penggunaan dari
alat glukometer tersebut yaitu penyaiapan alat dan strip glukotest, masukka
strip glukotest kedalam bagian ujung glukometer, teteskan darah pada tempat
reagen strip glukotest, kemudian dibaca kadar gula yang tertera pada layar
glukometer, dimana mekanisme kerja dari alat glukometer yaitu dalam strip
terdapat enzim glukooksigenase yang mana jika sampel darah mengenai strip
maka akan langsung terbaca oleh glukometer.
Pada percobaan kali ini dilakukan dengan membandingkan efek dari obat-obat
anti diabetes melitus golongan sulfonylurea yaitu Glibenklamin, golongan
biguanid yaitu Metformin, dan Glukovan serta herba teh hijau dengan
konsentrasi 5 %, tetapi karena ada factor kesalahan jadi Cumana obat metformin
dan infuse the hijau yang diuji cobakan
Adapun hasil dari % penurunan setelah induksi pada obat metformin yaitu
sebesar 44,64 % sedangkan pada infuse the hijau yang diberikan dengan 2
perbandingan antara infuse teh hijau pertama dan infuse teh hijau kedua didapat
hasil % penurunan setelah induksi sebesar 21,18 %
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa obat
golongan biguanide memberikan efek yang lebih cepat bila dibandingkan
dengan infuse the hijau. Hal ini dapat dilihat dari penurunan kadar glukosa
darah mencit dari pengukuran setelah dipuasakan,kadar setelah induksi hingga
menit ke 90 setelah pemberian obat. Kadar glukosa mencit menurun dan
mendekati kadar glukosa normal yaitu 79 mg/dl. Dimana Kadar glukosa normal
manusia adalah 70 mg - 120 mg/dl sedangkan pada mencit 62-175 mg/dl.
Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa penurunan kadar
glukosa darah yang terjadi setelah pemberian sulfonilurea disebabkan oleh
perangsangan sekresi insulin dipankreas. Sifat perangsangan ini berbeda dengan
perangsangan oleh glukosa, karena ternyata pada saat hiperglikemia gagal
merangsang sekresi insulin dalam jumlah yang mencukupi, obat-obat tersebut
masih mampu merangsang sekresi insulin. Itulah sebabnya mengapa obat-obat
ini sangat bermanfaat pada penderita diabetes dewasa yang pankreasnya masih
mampu memproduksi insulin.
Beberapa faktor kesalahan yang mungkin mempengaruhi data yang diperoleh
yaitu, kurangnya mencit jantan yang diujikan sehingga praktikum tidak efesien,
kurangnya waktu puasa mencit, kurangnya ketelitian praktikan dalam
menimbang mencit sehingga akan berpengaruh pada volume pemberian pada
mencit dan tidak sempurnanya suatu obat masuk kedalam tubuh mencit akibat
cara perlakuan pemberian yang salah.
pada setiap individual dengan atau tanpa diabetes. Selain itu distribusi
glukosa juga dapat
menjadi parameter untuk penyakit diabetes atau dengan kata lain, nilai
defenisi diagnosis
untuk diabetes didasarkan pada nilai distribusi glukosa pada tingkat
populasi bukan sering
atau tidaknya berolahraga. Besarnya komplikasi mikrovaskuler pada retina
dan ginjal spesifik
menuju ke diabetes. Selain itu terjadinya komplikasi