Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
Pleura merupakan membran tipis yang terdiri dari 2 lapisan, yaitu pleura
viseralis dan pleura parietalis. Kedua lapisan ini bersatu di daerah hilus arteri dan
mengadakan penetrasi dengan cabang utama bronkus, arteri dan vena bronkialis,
serabut saraf serta pembuluh limfe. Secara histologis kedua lapisan ini terdiri dari
sel mesotelial, jaringan ikat, pembuluh darah kapiler dan pembuluh getah bening.
Rongga pleura yang terdapat diantara pleura viseralis dan pleura
parietalis, dapat menjadi tempat sejumlah gangguan yang dapat menghambat
pengembangan paru atau alveolus atau keduanya. Reaksi ini dapat disebabkan
oleh penekanan pada paru akibat penimbunan udara, cairan, darah atau nanah
dalam rongga pleura. Nyeri akibat peradangan atau fibrosis pleura juga dapat
menyebabkan pembatasan pengembangan dada.
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura
dalam jumlah yang berlebihan di dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran cairan pleura. Efusi
pleura dapat berupa eksudat dan transudat. Eksudat dan transudat dibedakan dari
kadar protein yang dikandungnya dan berat jenisnya. Dalam keadaan normal,
jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar 10-200 ml. Cairan pleura komposisinya
sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan pleura mempunyai kadar protein
lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl. Efusi pleura dapat disebabkan oleh berbagai
etiologi, salah satunya adalah tuberkulosis.
Pada tahun 1992 WHO telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global
Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus
baru tuberkulosis pada tahun 2002, 3,9 juta adalah BTA positif. Sepertiga
penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO
jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus TB
di dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus per 100.000
penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia Tenggara yaitu 350 per
100.000 penduduk.
Jumlah pasien tuberculosis di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di
dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah

pasien TB didunia. Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus
baru dan kematian 101.000 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110 per
100.000 penduduk.
Efusi pleura tuberkulosis sering ditemukan di negara berkembang
termasuk di Indonesia meskipun diagnosis pasti sulit ditegakkan. Efusi pleura
timbul sebagai akibat dari suatu penyakit, sebab itu hendaknya dicari
penyebabnya. Dengan sarana yang ada, sangat sulit untuk menegakkan diagnosis
efusi pleura tuberkulosis sehingga sering timbul anggapan bahwa penderita
tuberkulosis paru yang disertai dengan efusi pleura, efusi pleuranya dianggap
efusi pleura tuberkulosis, sebaliknya penderita bukan tuberkulosis paru yang
menderita efusi pleura, efusi pleuranya dianggap bukan disebabkan tuberkulosis.
Hal ini tidak selalu benar, karena tuberkulosis paru dapat disertai efusi pleura
yang bukan karena tuberkulosis dan sebaliknya non tuberkulosis paru dapat
disertai efusi pleura karena tuberkulosis. Gambaran klinik dan radiologik antara
transudat dan eksudat bahkan antara efusi pleura tuberkulosis dan non
tuberkulosis hampir tidak dapat dibedakan, sebab itu pemeriksaan laboratorium
menjadi sangat penting. Setelah adanya efusi pleura dapat dibuktikan melalui
pungsi percobaan, kemudian diteruskan dengan membedakan eksudat dan
transudat dan akhirnya dicari etiologinya. Apabila diagnosis efusi pleura
tuberkulosis sudah ditegakkan maka pengelolaannya tidak menjadi masalah,
efusinya ditangani seperti efusi pada umumnya, sedangkan tuberkulosisnya
diterapi seperti tuberkulosis pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai