Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan kasih karuniaNya, penulisan referat dengan judul Diabetic Nephropathy ini dapat diwujudkan dengan baik.
Penulis berharap dengan membaca referat ini, pembaca dapat mengetahui tentang apa itu
Diabetic Nephropathy dan bagaimana cara menangani pasien Diabetic Nephropathy dengan
baik dan benar.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Febie, Sp.PD atas bimbingan dan saran
dari beliau selama penulisan referat ini.Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak
yang membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung selama penulisan referat ini.
Referat ini tidak terlepas dari berbagai kesalahan.Mohon maaf apabila ada isi dan
kata-kata di dalam tulisan kami yang kurang berkenan di hati pembaca.Semoga referat ini
dapat bermanfaat dan berguna bagi seluruh pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTARISI......................................................................................................................... ii
DAFTARTABEL................................................................................................................ iii
DAFTARGAMBAR............................................................................................................ iv
BABIPENDAHULUAN..................................................................................................... 1
1.1LatarBelakang............................................................................................................ 1
1.2Tujuan.......................................................................................................................... 2
1.2.1Tujuan umum................................................................................................... 2
1.2.2Tujuan khusus.................................................................................................. 2
1.3. Manfaat....................................................................................................................... 2
1.3.1. Bagi bidang akademik................................................................................... 2
1.3.2. Bagi masyarakat............................................................................................. 2
1.3.3. Bagi pemerintah............................................................................................. 2
BABIITINJAUANPUSTAKA.......................................................................................... 3
2.1.Definisi........................................................................................................................ 3
2.2.EtiologidanFaktorResiko.......................................................................................... 4
2.3.Patofisiologi............................................................................................................... 5
2.4.ManifestasiKlinis...................................................................................................... 7
2.5.Diagnosis.................................................................................................................... 9
2.6.TataLaksana.............................................................................................................. 12
2.6.1.Pencegahan....................................................................................................... 12
2.6.2.Terapi............................................................................................................... 12
2.6.3.Rujukan............................................................................................................ 16
2.7. Prognosis.................................................................................................................... 17
BABIIIKESIMPULANDANSARAN............................................................................. 18
DAFTARPUSTAKA........................................................................................................... 19
DAFTARTABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Pengaruh Diabetes pada Ginjal......................................................................... 2
Gambar 2.2. Skema Akumulasi Homosistein dalam Tubuh.................................................. 6
Gambar 2.3. Skrining Mikroalbuminuria............................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Nefropati diabetikum adalah sindrom klinis pada pasien diabetes melitus yang
ditandai dengan albuminuria menetap (> 300 mg/24 jam atau >200 g/menit) pada
minimal dua kali pemeriksaan dalam kurun waktu tiga sampai 6 bulan. 1 Screening
untuk nefropati diabetikum harus dilakukan setelah lima tahun terdiagnosis diabetes
melitus tipe 1 atau lebih cepat jika terjadi pubertas atau kontrol gula darah yang
buruk.Untuk pasien diabetes melitus tipe 2, screening sebaiknya dilakukan saat
didiagnosis sebagai diabetes melitus tipe 2 dan setiap tahunnya.2
Penyakit ginjal ini terjadi pada 40% pasien diabetes melitus. Selain itu,
insidensi nefropati diabetikum meningkat dua kali lipat dari tahun 1991 hingga
2001.2Umumnya nefropati diabetikum terjadi setelah 10 tahun sejak terkena diabetes
melitus tipe 1.3 Angka kejadian nefropati diabetikum sama pada diabetes melitus tipe
1 dan 2, namun karena jumlah pasien diabetes melitus tipe 2 lebih banyak daripada
tipe 1, maka insidens pada tipe 2 lebih besar.1 Nefropati diabetikum tidak
memandang jenis kelamin, dimana insiden untuk pria sama dengan wanita. 3
Nefropati diabetikum lebih sering terjadi pada ras Afrika Amerika dan Asia
dibandingkan dengan Kaukasia.2Hal ini dikarenakan faktor sosioekonomi, seperti
diet, kontrol gula darah yang buruk, hipertensi, dan obesitas. 3Umumnya orang
dengan nefropati diabetikum juga memiliki retinopati diabetikum. 4Pada pasien
diabetes tipe 2, insiden mikroalbuminuria adalah 2% per tahun dan dengan
prevalensi sebaganyak 25%.Proteinuria terjadi pada 15 hingga 40% pasien diabetes
tipe 1 dan umumnya terjadi setelah 15 hingga 20 tahun terkena diabetes melitus.2
Nefropati diabetikum adalah salah satu penyebab terbanyak dari end stage
renal disease (ESRD) di Amerika Serikat4dan penyebab tertinggi transplantasi ginjal
di Inggris.2Nefropati diabetikum meningkatkan risiko kematian melalui penyakit
kardiovaskular.Pasien
diabetes
melitus
membutuhkan
diagnosis
dini
dan
1.2.
Tujuan
1.2.3.
Tujuan umum
1.2.3.1.
Mengetahui tentang nefropati diabetikum.
1.2.4.
Tujuan khusus
1.2.4.1.
Mengetahui definisi, epidemiologi, etiologi, faktor risiko, manifestasi
1.2.4.2.
1.3.
Manfaat
1.3.3.
1.3.4.
Bagi masyarakat
Referat ini berguna untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai
nefropati diabetikum
1.3.5.
Bagi pemerintah
Referat ini dapat digunakan sebagai dumber informasi kebijakan pemerintah
mengenai penyebarluasan informasi mengenai nefropati diabetikum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Nefropati diabetikum didefinisikan sebagai sindrom klinis pada pasien diabetes
melitus yang ditandai dengan albuminuria menetap (> 300 mg/24 jam atau > 200
g/menit) pada minimal dua kali pemeriksaan dalam kurun waktu tiga sampai enam
bulan (gambar 2.1.).1
g/menit)
< 30
30-300
> 300
< 20
20-200
> 200
Perbandingan
albumin urinkreatinin (g/mg)
< 30
30-300
> 300
infeksi sistemik atau saluran kemih, dekompensasi metabolik akut, demam, latihan
berat dan gagal jantung. Jika ditemukan mikroalbuminuria perlu diperiksa
pemeriksaan-pemeriksaan
lain,
karena
mikroalbuminuria
berhubungan
dengan
Karakteristik
GFR*
Ekskresi
Tekanan
Kronologis
Hiperfungsi
Hiperfiltrasi
meningkat
Albumin
dapat
Darah
tipe 1: normal,
ada saat
dan
glomerulus
meningkat
tipe 2: normal,
didiagnosis
hipertrofi
Silent stage
Penebalan
tipe 1:
hipertensi
tipe 1: normal,
5 tahun
membran
normal; tipe
tipe 2: normal,
pertama
basalis dan
2: < 30-300
hipertensi
normal
Incipient
mesangium
Mikroalbumin
mulai
mg/hari
30-300
tipe 1:
stage
uria
menurun
mg/hari
meningkat,
6-15 tahun
tipe 2: normal,
4
Overt
Makroalbumin
dibawah
> 300
diabetic
uria
normal
mg/hari
nephropathy
Uremic
ESRD
0-10
Menurun
hipertensi
hipertensi
15-25 tahun
hipertensi
25-30 tahun
peranan pada penyakit ini.3 Kerusakan dari gen Angiotensin Converting Enzyme (ACE)
akan meningkatkan risiko seseorang terkena nefropati diabetikum. 3Selain itu, pasien
dengan keluarga terkena nefropati diabetikum memiliki peningkatan risiko terkena
nefropati diabetikum pula.3
2.3. Patofisiologi
Hiperglikemia kronis merupakan penyebab nefropati diabetik.Selain itu juga
terjadi hiperfiltrasi pada ginjal.Hal ini terjadi karena kompensasi nefron yang masih
sehat. Hiperfiltrasi yang terjadi pada sisa nefron yang sehat lambat laun akan
menyebabkan sklerosis dari nefron tersebut. Selain hiperglikemia, hiperfiltrasi dapat
terjadi akibat dilatasi arteriol aferen oleh hormon vasoaktif, IGF-1, Nitric Oxide,
prostaglandin dan glukagon.1,4
Efek langsung dari hiperglikemia adalah hipertrofi sel, sintesis matriks
ekstraseluler, serta produksi TGF- yang diperantai oleh aktivasi protein kinase-C
(PKC). PKC memiliki efek kontraksi vaskular, proliferasi sel, peningkatan aliran darah
serta permeabilitas kapiler. Maka dari itu akan terjadi peningkatan tekanan kapiler di
glomerulus.1,3
Glomerulus ginjal juga mengalami perubahan struktural yakni seperti
peningkatan matriks ekstraselular, penebalan membran basalis, ekspansi mesangial dan
fibrosis.Hiperfiltrasi dan hipertrofi ginjal mulai terjadi pada tahun-tahun pertama sejak
onset diagnosis diabetes mellitus ditegakkan. Kemudian dalam 5 tahun diabetes,
membran basalis akan menebal, hipertrofi glomerulus dan ekspansi volume mesangial
seiring penurunan filtrasi glomerulus. Setelah 5 10 tahun diabetes, kurang lebih 40%
terjadi mikroalbuminuria. Mikroalbuminuria didefinisikan sebagai ekskresi albumin
sejumlah 30 299 mg/hari dalam urin 24 jam atau 30 299 g/mg kreatinin dalam urin
sewaktu. Hanya kurang lebih 50% akan mengalami progresi dari mikroalbuminuria
menjadi makroalbuminuria.1
Apabila mikroalbuminuria telah terjadi, laju filtrasi glomerulus akan mengalami
penurunan yang bertahap. Setelah itu, penderita akan mengalami gagal ginjal stadium
akhir (End Stage Renal Disease). Kemudian apabila makroalbuminuria terjadi, tekanan
darah akan meningkat dan perubahan patologik akan menjadi irreversibel.1,5
Selain mikro atau makroalbuminuria, anemia sering terjadi pada penderita
nefropati diabetik yang berujung pada ESRD. Penyebab anemia pada ESRD yakni
sebagai berikut1 :
a. Defisiensi relatif eritropoeitin
b. Umur eritrosit yang pendek
c. Bleeding diathesis
5
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Defisiensi besi
Hiperparatiroid atau fibrosis sumsum tulang
Inflamasi kronik
Defisiensi asam folat atau B12
Hemoglobinopati
Kondisi komorbid : kehamilan, hipo/hipertiroid, HIV-AIDS, autoimun, obat
imunosupresan
Pada nefropati diabetik, juga dapat terjadi kondisi hiperhomosisteinemia.Terdapat
Hiponatremia
Ekspansi volume cairan
Hiperkalemia
Hiperfosfatemia
Neuromuskular
Lelah
Gangguan tidur
Nyeri kepala
Letargi
Iritabilitas muskular
Neuropati perifer
Restless leg syndrome
Mioklonus
Kejang
Koma
Kram otot
Miopati
Dialysis disequillibrium
Dermatologi
Pucat
Hiperpigmentasi
Pruritus
Ekimosis
Uremic frost
Nephrogenic fibrosing
dermopathy
syndrome
Tabel 2.3. Manifestasi Klinis pada End Stage Renal Disease (lanjutan)1
Metabolik dan Endokrin
Gastrointestinal
Hiperparatiroid sekunder
Osteomalasia
Resistensi karbohidrat
Hiperurisemia
Penurunan lipoprotein
Kwashiorkor
Gangguan pertumbuhan
dan perkembangan
Disfungsi seksual
fertilitas
Amenorrhea
Amyloidosis
dan
Hipertensi arterial
Gagal jantung kongestif
Anoreksia
Mual dan muntah
Gastroenteritis
Ulkus peptikum
Perdarahan gastrointestinal
Asites idiopatik
Peritonitis
Hematologi
Anemia
Limfositopenia
Leukopenia
Trombositopenia
Hipoalbuminemia
Definisi hiperfosfatemia yakni ketika level fosfat dalam darah lebih dari 1,8
mmol/L (5,5 mg/dL).1 Keadaan hiperfosfatemia biasa ditemukan pada gagal ginjal akut
dan kronik serta hipoparatiroid, intoksikasi vitamin D, akromegali, asidosis,
rhabdomiolisis dan hemolisis. Pada gagal ginjal akut atau kronik, hiperfosfatemia dapat
terjadi akibat penurunan filtrasi dan ekskresi fosfat. 8 Sebagai akibat dari
hiperfosfatemia, Kalsium Fosfat akan terdeposisi di jaringan dan menyebabkan
hipokalsemia. Deposisi Kalsium Fosfat pun akan mengakibatkan gangguan seperti
nefrokalsinosis dan aritmia jantung.1
Manifestasi klinis lainnya seperti osteomalasia disebabkan oleh defisit vitamin D.
Pada keadaan ESRD, terjadi gangguan metabolisme vitamin D yang terjadi di ginjal.
Keluhan yang biasa dikemukakan oleh pasien yakni nyeri difus pada otot skeletal, nyeri
pada tulang.9 Kelemahan otot proksimal tubuh merupakan ciri dari defisiensi vitamin
D. Karakteristik osteomalasia pada gambaran radiologi adalah radiolucent bands
(Looses zones atau pseudofractures).1
Anemia dapat mulai terjadi pada kegagalan ginjal stadium 3 atau 4.Tipe anemia
yang terjadi yakni normositik normokrom. WHO mendefinisikan anemia sebagai
keadaan konsentrasi hemoglobin di bawah 13 gr/dL atau hematokrit di bawah 39%
untuk laki-laki dewasa; hemoglobin di bawah 12 gr/dL atau hematokrit di bawah 37%
untuk perempuan dewasa.10 Gejala klinis dari anemia bervariasi, tergantung dari
derajatnya. Anemia yang terjadi secara akut biasanya terjadi akibat perdarahan atau
hemolisis.1 Pasien dengan anemia dengan derajat sedang akan mengeluhkan letih,
lemas (tidak berstamina), sesak dan takikardi. Pada pemeriksaan fisik biasanya
ditemukan kulit dan mukosa yang pucat.1,11
8
2.5. Diagnosis
Nefropati diabetikum didiagnosis dengan mengukur albumin pada urin (gambar
2.3.).4Urin tersebut dapat diambil saat pagi hari maupun sewaktu, seperti saat datang
kontrol ke dokter.2Semua hasil yang abnormal perlu dikonfirmasi kembali dengan
pengumpulan tiga sampel urin yang dikumpulkan dalam jangka waktu tiga hingga
enam bulan dikarenakan variabilitas harian dari jumlah ekskresi albumin di
urin.Abnormalitas dua dari tiga sampel mengkonfirmasi albuimnuria.Screening tidak
dilakukan jika terdapat infeksi saluran kencing, hematuria, olahraga berlebihan,
hipertensi tidak terkontrol, dan gagal jantung, dikarenakan semua keadaan tersebut
dapat meningkatkan ekskresi albumin di urin.2,4Masing-masing stadium albuminuria
menunjukkan manifestasi klinis yang berbeda-beda (tabel 2.4.).2
Albuminuria
200-199
Karakteristik Klinis
Peningkatan tekanan darah
g/menit
30-299 g/24 Peningkatan
trigliserida,
low
density
jam
30-299 mg/g*
Mikroalbuminuria**
kolesterol total
Iskemik miokardium
dan
penurunan
yang dismorfik, dan penurunan mendadak dari fungsi finjal menandakan bahwa
proteinuria tersebut terjadi karena alasan nondiabetik.3
Jika mikroalbuminuria ditemukan, maka perlu memeriksa kreatinin serum,
adanya retinopati, penyebab lain kelainan ginjal, penyakit pembuluh darah perifer, dan
profil lipid.Selain itu perlu juga untuk mentatalaksana hipertensi, memperketat kendali
gula darah, dan berhenti merokok.6
Pengukuran lain yang dapat dilakukan adalah pengukuran ureum dan serum
kreatinin.Hal ini berguna untuk pengukuran glomerulus filtration rate (GFR) yang
berguna
untuk
memantau
perkembangan
penyakit
ginjal
dan
menentukan
stadiumnya.Ginjal akan tampak membesar dan mengecil pada stadium akhir dengan
renal ultrasonography. Biopsi ginjal tidak rutin dilakukan pada pasien nefropati
diabetikum.3 Biopsi dilakukan jika terdapat proteinuria yang tidak khas, yaitu dengan
karakteristik sebagai berikut diabetes melitus tipe 1 kurang dari 10 tahun, tidak ada
retinopati diabetikum, proteinuria tanpa didahului mikroalbiminuria, hematuria
mikroskopik, dan cast eritrosit.3,6
Untuk pemeriksaan histopatologis, umumnya ditemukan ekpansi dari mesangial
akibat hiperglikemia dengan peningkatan produksi matriks, penebalan dari membrana
basalis glomerulus, dan sklerosis glomerulus karena hipertensi interglomular yang
disebabkan karena vasodilatasi renal atau iskemia akibat penyempitan pembuluh darah
yang men-supplyglomerulus.3
Nefropati diabetik bersifat ireversibel dan perjalanan penyakit akan semakin
berat. Skrining sangat penting dilakukan agar terapi dapat sesegera mungkin dimulai
untuk menahan laju progesivitas penyakit. Skrining mikroalbuminuria harus dilakukan
pada pasien dengan diabetes tipe 1 yang sudah berlangsung lebih dari 5 tahun, pasien
dengan diabetes tipe 2, dan saat kehamilan. Pada pasien tanpa diabetes,
mikroalbuminuria dapat meningkat pada infeksi saluran kemih, hematuria, gagal
jantung, sakit demam, hiperglikemia berat, hipertensi berat, dan latihan yang
berlebihan.1
Pencegahan
dilakukan
pada
pasien
diabetes
dengan
skrining
makroalbuminuria,
penurunan
fungsi
ginjal
pada
pasien
dengan
12
13
bahwa
terapi
hipertensi
memberikan
efek
yang
ARB
pada
pasien
diabetes
tipe
dengan
sering
memiliki
faktor
risiko
15
2.7. Prognosis
Apabila mikroalbuminuria telah terjadi, laju filtrasi glomerulus akan mengalami
penurunan yang bertahap. Setelah itu, 50% penderita akan mengalami gagal ginjal
stadium akhir (End Stage Renal Disease) dalam 7 10 tahun. Kemudian apabila
makroalbuminuria terjadi, tekanan darah akan meningkat dan perubahan patologik akan
menjadi irreversibel.
16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Nefropati diabetikum didefinisikan sebagai sindrom klinis pada pasien diabetes
melitus yang ditandai dengan albuminuria menetap (> 300 mg/24 jam atau > 200
g/menit) pada minimal dua kali pemeriksaan dalam kurun waktu tiga sampai enam
bulan.Nefropati diabetikum adalah salah satu penyebab terbanyak dari end stage renal
disease (ESRD) di Amerika Serikat.Penyebab pasti dari nefropati diabetikum hingga
saat ini masih belum diketahui dengan pasti, namun beberapa penelitian menyatakan
bahwa penyebab dari penyakit ini kemungkinan besar adalah keadaan hiperglikemia
kronik yang umumnya terjadi pada pasien diabetes mellitus.Pada awal terjadinya
nefropati diabetik, tidak ada gejala yang dapat ditemukan atau asimptomatik.Keluhan
yang biasa dialami setelah neftropati diabetik lebih mengalami progresivitas yakni urin
yang berbusa, cepat lelah dan kaki bengkak.
Untuk mendiagnosis nefropati diabetikum, yang pertama kali dilakukan adalah
dengan mengukur albumin pada urin.Skrining sangat penting dilakukan agar terapi
dapat sesegera mungkin dimulai untuk menahan laju progesivitas penyakit. Pencegahan
pada pasien diabetes yang mengalami nefropati diabetik adalah dengan cara mengontrol
kadar gula dalah darah dan deteksi mikroalbuminuria secara rutin. Rujukan kepada
seorang dokter yang ahli dalam perawatan nefropati diabetik diperlukan jika laju filtrasi
glomerulus mencapai <60ml/menit/1.73m2, kesulitan dalam mengatasi hipertensi atau
hiperkalemia, jika pasien berisiko mengalami penurunan fungsi ginjal yang cepat, atau
diagnosis dan prognosis pasien diragukan.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyaki
Dalam Jillid 2. Ed. Ke-5. Jakarta: Interna Publishing; 2009.
2. Gross JL, Azevedo MJ, Silviero SP, Canani LH, Caramori ML, Zelmanovits T. Diabetic
nephropathy: Diagnosis, Prevention, and Treatment. Diabetes Care 2005; 28: 176-188.
3. Batuman V. Diabetic Nephropathy. 2014 [Internet]. [Place unknown]: Medscape; 2014
[updated
2014,
cited
2014
Nov
9]
Available
from:
http://emedicine.emedscape.com/article/238946
4. Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J. Harrisons
Principles of Internal Medicine. 18thed. New York: Mc-Graw Hill; 2012.
5. Schena FP, Gesualdo L. Pathogenetic Mechanisms of Diabetic Nephropathy. JASN. 2005
Mar 1;16(3 suppl 1):S303.
6. Foods highest in Methionine [Internet]. [cited 2014 Nov 17]. Available from:
http://nutritiondata.self.com/foods-000084000000000000000.html
7. Sen U, Tyagi SC. Homocysteine and Hypertension in Diabetes: Does PPAR Have a
Regulatory Role? PPAR Research. 2010 Jun 29;2010:e806538.
8. Coladonato JA. Control of Hyperphosphatemia among Patients with ESRD. JASN. 2005
Nov 1;16(11 suppl 2):S10714.
9. Kanis JA, Hamdy NA, Cundy T. Pathogenesis of osteomalacia in chronic renal failure
and its relationship to vitamin D. Ann Med Interne (Paris). 1986;137(3):1939.
10. World Health Organization. Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anaemia
and assessment of severity. World Health Organization; 2011.
11. E Maakaron J. Anemia [Internet]. 2014 [cited 2014 Nov 17]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/198475-overview
12. [Anonim]. HKIII Diabetes Diet Treatment 7 Days To See Results [Internet]. [Place
unknown]: Diabetes diet treatment; 2013 [updated 2013, cited 2014 Nov 9] Available
from: http://diabetesdiettreatment.weebly.com/
13. Vora JP, Ibrahim AAH. Clinical Manifestations and Natura History of Diabetic
Nephropathy. Comprehensive Clinical Nephrology. 2nd ed. St Louis: Mosby. 2001. p.425.
14. Adler AI, Stevenus RJ, Manley SE, Bilous RW, Cull CA, Holman RR. Development and
Progression of Nephropathy in Type 2 Diabetes: The United Kingdom Prospective
Diabetes Study (UKPDS 64). Kidney International 2003; 63: 225-232.
15. House AA, Eliasziw M, Cattran DC, Churchill DN, Oliver MJ, Fine A, et.al. Effect of BVitamin Therapy on Progression of Diabetic Nephropathy. JAMA. 2010; 303(16):16031609.
18