Anda di halaman 1dari 25

MANAJEMEN

MUTU ASUHAN KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
1. LALE EKA BUDIANI
2. HUZAEFI
3. NINDYA ATIKA PUTRI
4. L.M.ZAINUL JIHAD
5. ANGGUN PRATIWI
6. KADEK DESY SUSANTI
7. BQ. NURLAELA SUMAWARDANI
8. WIDIA SUKMAWATI
9. SARI NINGSIH
10. ARYA JAYA
11. DIAH FITRIANI
12. NOVRIZAL ZAENSYAH

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAHT INGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
MATARAM
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Mutu
Asuhan Keperawatan, tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini juga merupakan penugasan dari mata kuliah
Manajemen keperawatan. Penulis mengucap kan terimakasih kepada dosen
pembimbing dalam pembuatan makalah ini dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan dan membantu dalam pembuatan makalah ini, serta rekanrekan lain yang membantu pembuatan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna memberikan sifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna mengingat penulis masih tahap belajar dan oleh karna itu
mohon maaf apabila masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam penulisan
makalah ini.

Mataram,

Mei 2015

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................

ii

DAFTAR ISI...............................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................
B. Tujuan Penulisan........................................................

1
1

TINJAUAN TEORITIS
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Pengertian Mutu dalam Pelayanan Keperawatan......


3
Dimensi Mutu Pelayanan Keperawatan.....................
6
Ciri Mutu Asuhan Keperawatan (Depkes Ri, 1998) . . .
8
Pengertian Dan Tujuan Standar Keperawatan...........
9
Komponen Standar Asuhan Keperawatan.................. `10
Pelaksanaan Evaluasi Penerapan Standar Asuhan
Keperawatan..............................................................

22

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...............................................................

23

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan utama dari pelayanan
rumah sakit. Hal ini terjadi karena pelayanan keperawatan diberikan selama
24 jam kepada pasien yang membutuhkannya, berbeda dengan pelayanan
medis dan pelayanan kesehatan lainnya yang hanya membutuhkan waktu
yang relatif singkat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada kliennya.
Dengan demikian pelayanan keperawatan perlu ditingkatkan kualitasnya
secara terus-menerus dan berkesinambungan sehingga pelayanan rumah sakit
akan meningkat juga seiring dengan peningkatan kualitas pelayanan
keperawatan. (Ritizza, 2013)
Kualitas pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh proses, peran
dan fungsi dari manajemen pelayanan keperawatan, karena manajemen
keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh
manajer/

pengelola

keperawatan

yang

meliputi

perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan serta mengawasi sumber-sumber yang ada,


baik sumber daya maupun sumber dana sehingga dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien baik kepada klien, keluarga
dan masyarakat. (Donny, 2014)
Mengingat pentingnya peranan manajemen pelayanan keperawatan,
maka dalam makalah ini penulis akan menguraikan tentang pengertian,
proses, dimensi, penilaian, strategi, indikator, standar, dan peran dalam
menejemen mutu pelayanan keperawatan sehingga dapat menggambarkan
bagaimana manajemen keperawatan yang bermutu seharusnya dilaksanakan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa Mengetahui mengenai Manajemen Mutu dalam
Pelayanan Keperawatan.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pengertian Menejemen Mutu dalam
Pelayanan Keperawatan
b. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Dimensi Mutu
c. Mahasiswa mampu mengetahui Ciri Mutu Asuhan Keperawatan
d. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pengertian Dan Tujuan Standar
Keperawatan
e. Mahasiswa Mampu

Menjelaskan

Komponen

Standar

Asuhan

Keperawatan
f. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pelaksanaan Evaluasi Penerapan
Standar Asuhan Keperawatan

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Mutu dalam Pelayanan Keperawatan


1. Mutu
Pengertian mutu berbeda diantara tiap orang, ada yang berarti bagus,
luxurious, ataupun paling bagus. Tetapi ada beberapa pengertian mutu
menurut para ahli, sebagai berikut:
Mutu merupakan gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa
pelayanan yang berhubungan dengan kemampuannya untuk memberikan
kebutuhan kepuasan. (American society for quality control). Mutu adalah
fitness for use atau kemampuan kecocokan penggunaan. (J.M. Juran,
1989).
Azwar

(1996)

menjelaskan

bahwa

mutu

adalah

tingkat

kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati dan juga


merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan, sedangkan
Tappen (1995) menjelaskan bahwa mutu adalah penyesuaian terhadap
keinginan pelanggan dan sesuai dengan standar yang berlaku serta
tercapainya tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka mutu dapat dikatakan sebagai
kondisi dimana hasil dari produk sesuai dengan kebutuhan pelanggan,
standar yang berlaku dan tercapainya tujuan. Mutu tidak hanya terbatas
pada produk yang menghasilkan barang tetapi juga untuk produk yang
menghasilkan jasa atau pelayanan termasuk pelayanan keperawatan.
2. Pelayanan Keperawatan
a. Pelayanan
Produk

yang

dihasilkan

oleh

suatu

organisasi

dapat

menghasilkan barang atau jasa. Jasa diartikan juga sebagai pelayanan


karena jasa itu menghasilkan pelayanan (Supranto, 2006). Definisi
mengenai pelayanan telah banyak dijelaskan, dan Kottler (2000,
dalam Supranto, 2006) menjelaskan mengenai definisi pelayanan
adalah suatu perbuatan di mana seseorang atau suatu kelompok
menawarkan pada kelompok/orang lain sesuatu yang pada dasarnya
tidak berwujud dan produksinya berkaitan atau tidak berkaitan dengan
3

fisik produk, sedangkan Tjiptono (2004) menjelaskan bahwa


pelayanan merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang
ditawarkan untuk dijual, sehingga dapat dikatakan bahwa pelayanan
itu merupakan suatu aktivitas yang ditawarkan dan menghasilkan
sesuatu yang tidak berwujud namun dapat dinikmati atau dirasakan.
Kotler (1997, dalam Supranto, 2006) juga menjelaskan
mengenai karakteristik dari pelayanan dengan membuat batasanbatasan untuk jenis-jenis pelayanan pelayanan sebagai berikut :
1) pelayanan itu diberikan dengan berdasarkan basis peralatan
(equipment based) atau basis orang (people based) dimana
pelayanan berbasis orang berbeda dari segi penyediaannya, yaitu
pekerja tidak terlatih, terlatih atau profesional; Disampaikan dalam
Pelatihan Manajemen Keperawatan
2) beberapa jenis pelayanan memerlukan kehadiran dari klien
(clients
precense);
3) pelayanan juga dibedakan dalam memenuhi kebutuhan perorangan
(personal need) atau kebutuhan bisnis (business need); dan
4) pelayanan yang dibedakan atas tujuannya, yaitu laba atau nirlaba
(profit or non profit) dan kepemilikannya swasta atau publik
(private or public).
Berdasarkan dari pendapat-pendapat tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa pelayanan merupakan salah satu bentuk hasil dari
produk yang memberikan pelayanan yang mempunyai sifat tidak
berwujud sehingga pelayanan hanya dapat dirasakan setelah orang
tersebut menerima pelayanan tersebut. Selain itu, pelayanan
memerlukan kehadiran atau partisipasi pelanggan dan pemberi
pelayanan baik yang professional maupun tidak profesional secara
bersamaan sehingga dampak dari transaksi jual beli pelayanan
dapat langsung dirasakan dan jika pelanggan itu tidak ada maka
pemberi pelayanan tidak dapat memberikan pelayanan.

b. Keperawatan
Keperawatan sudah banyak didefinisikan oleh para ahli, dan
menurut Herderson (1966, dalam Kozier et al, 1997) menjelaskan
keperawatan sebagai kegiatan membantu individu sehat atau sakit
dalam melakukan upaya aktivitas untuk membuat individu tersebut
sehat atau sembuh dari sakit atau meninggal dengan tenang (jika tidak
dapat disembuhkan), atau membantu apa yang seharusnya dilakukan
apabila ia mempunyai cukup kekuatan, keinginan, atau pengetahuan.
Sedangkan Kelompok Kerja Keperawatan (1992) menyatakan bahwa
keperawatan adalah suatu bentuk layanan profesional yang merupakan
bagian integral dari layanan kesehatan, berbentuk layanan bio-psikososio-spiritual yangm komprehensif, ditujukan kepada individu,
keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat, yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia. Layanan keperawatan diberikan
karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan,
serta kurangnya kemauan dalam melaksanakan kegiatan hidup seharihari secara mandiri.
Pelayanan Keperawatan yang diberikan kepada pasien
menimbulkan adanya interaksi antara perawat dan pasien, sehingga
perlu diperhatikan kualitas hubungan antara perawat dan pasien.
Hubungan ini dimulai sejak pasien masuk rumah sakit. Kozier et al
(1997) menyatakan bahwa hubungan perawat-pasien menjadi inti
dalam

pemberian

asuhankeperawatan,

karena

keberhasilan

penyembuhan dan peningkatan kesehatan pasien sangat dipengaruhi


oleh hubungan perawat-pasien. Oleh karena itu metode pemberian
asuhan keperawatan harus memfasilitasi efektifnya hubungan tersebut.
Konsep yang mendasari hubungan perawat pasien adalah hubungan
saling percaya, empati, caring, otonomi, dan mutualitas.
Pengertian keperawatan di atas dikaitkan dengan karakteristik
dan batasan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka keperawatan
dapat dikatakan sebagai jenis produk yang menghasilkan pelayanan

yang berbasis orang (people based) yaitu berbasis pada pasien baik
sakit maupun sehat akibat ketidaktahuan, ketidakmampuan, atau
ketidakmauan dengan menyediakan layanan keperawatan oleh tenaga
perawat profesional berbentuk layanan bio-psiko-sosio-spiritual yang
komprehensif. Sebagai suatu praktek keperawatan yang profesional,
dalam pelayanannya menggunakan pendekatan proses keperawatan
yang merupakan metode yang sistematis dalam memberikan asuhan
keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan,

pelaksanaan,

dan

evaluasi.

Namun

dalam

pelaksanaannya harus memperhatikan kualitas hubungan antara


perawat dan pasien yaitu rasa percaya, empati dan caring.
Berdasarkan

penjelasan

mengenai

mutu

dan

pelayanan

keperawatan di atas, maka Mutu Pelayanan Keperawatan dapat


merupakan suatu pelayanan keperawatan yang komprehensif meliputi
bio-psiko-sosio-spiritual yang diberikan oleh perawat profesional
kepada pasien (individu, keluarga maupun masyarakat) baik sakit
maupun sehat, dimana perawatan yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan pasien dan standar pelayanan.
B. Dimensi Mutu Pelayanan Keperawatan
Windy (2009) menyatakan bahwa dimensi mutu dalam pelayanan
keperawatan terbagi kedalam 5 macam, diantaranya:
1. Tangible (bukti langsung)
Merupakan hal-hal yang dapat dilihat dan dirasakan langsung oleh
pasien yang meliputi fasilitas fisik, peralatan, dan penampilan staf
keperawatan. Sehingga dalam pelayanan keperawatan, bukti langsung
dapat dijabarkan melalui : kebersihan, kerapian, dan kenyamanan ruang
perawatan; penataaan ruang perawatan; kelengkapan, kesiapan dan
kebersihan peralatan perawatan yang digunakan; dan kerapian serta
kebersihan penampilan perawat.
2. Reliability (keandalan)

Keandalan dalam pelayanan keperawatan merupakan kemampuan


untuk memberikan pelayanan keperawatan yang tepat dan dapat
dipercaya, dimana dapat dipercaya dalam hal ini didefinisikan sebagai
pelayanan keperawatan yang konsisten. Oleh karena itu, penjabaran
keandalan dalam pelayanan keperawatan adalah : prosedur penerimaan
pasien yang cepat dan tepat; pemberian perawatan yang cepat dan tepat;
jadwal pelayanan perawatan dijalankan dengan tepat dan konsisten
(pemberian makan, obat, istirahat, dan lain-lain); dan prosedur perawatan
tidak berbelat belit.
3. Responsiveness (ketanggapan) :
Perawat yang tanggap adalah yang bersedia atau mau membantu
pelanggan

dan

memberikanpelayanan

yang

cepat/tanggap.

Ketanggapan juga didasarkan pada persepsi pasien sehingga faktor


komunikasi dan situasi fisik disekitar pasien merupakan hal yang penting
untuk diperhatikan. Oleh karena itu ketanggapan dalam pelayanan
keperawatan dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. perawat memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti oleh
pasien;
b. kesediaan perawat membantu pasien dalam hal beribadah;
c. kemampuan perawat untuk cepat tanggap menyelesaikan keluhan
pasien;
d. tindakan perawat cepat pada saat pasien membutuhkan.
4. Assurance (jaminan kepastian)
Jaminan

kepastian

dimaksudkan

bagaimana

perawat

dapat

menjamin pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien


berkualitas sehingga pasien menjadi yakin akan pelayanan keperawatan
yang diterimanya. Untuk mencapai jaminan kepastian dalam pelayanan
keperawatan ditentukan oleh komponen : kompetensi, yang berkaitan
dengan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan; keramahan, yang juga diartikan kesopanan
perawat sebagai aspek dari sikap perawat; dan keamanan, yaitu jaminan
pelayanan yang menyeluruh sampai tuntas sehingga tidak menimbulkan

dampak yang negatif pada pasien dan menjamin pelayanan yang


diberikan kepada pasien aman. Disampaikan dalam Pelatihan Manajemen
Keperawatan.
5. Emphaty (empati)
Empati lebih merupakan perhatian dari perawat yang diberikan
kepada

pasien

secara

individual.

Sehingga

dalam

pelayanan

keperawatan, dimensi empati dapat diaplikasikan melalui cara berikut,


yaitu : memberikan perhatian khusus kepada setiap pasien; perhatian
terhadap keluhan pasien dan keluarganya; perawatan diberikan kepada
semua pasien tanpa memandang status sosial dan lain-lain.
Uraian mengenai dimensi mutu di atas akan membantu kita untuk
menentukan mutu pelayanan keperawatan. Mutu pelayanan keperawatan jika
dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri dari input, proses dan outcome,
maka mutu pelayanan keperawatan merupakan interaksi dan ketergantungan
antara berbagai aspek, komponen atau unsur pelayanan keperawatan.
C. Ciri Mutu Asuhan Keperawatan (Depkes Ri, 1998)
1. Memenuhi standar profesi yang diterapkan \
2. Sumber daya untuk pelayanan askep di manfaatkan secara wajar,efisien
&efektif
3. Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan sebagai pemberi jasa pelayanan
4. Memuaskan bagi pasien & tenaga keperawatan serta
5. Aspek sosial, ekonnomi, budaya, agama, etika & tata nilai masyarakat
diperhatikdan dihormati
Disamping itu persyaratan untuk meningkatkan mutu askep antara lain
1. Pimpinan ang peduli dan mendukung
2. Ada kesadaran bahwa mutu harus ditingkatkan
3. Tenaga keperawatan disiapkan melalui upaya peningkatan pengetahuan,
sikap dan keterampian dengan cara diadakan program diklat
4. Sarana & perlengkapan dan lingkungan yang mendukung
5. Tersedia dan diterapkan standar Askep
D. Pengertian Dan Tujuan Standar Keperawatan
Standar merupakan uraian pernyataan tingkat kinerja yang diinginkan,
sehingga kualitas struktur, proses dan hasil dapat dinilai. Standar asuhan

keperawatan berarti pernyataan kualitas yang diinginkan dan dapat dinilai


pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien/klien. Hubungan antara
kualitas dan standar menjadi dua hal yang saling terkait erat, karena melalui
standar dapat dikuantifikasi sebagai bukti pelayanan meningkat atau
memburuk.
Standar keperawatan adalah pernyataan deskriptif dari kualitas yang
diinginkan terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan pada klien.
Standar keperawatan dapat digunakan sebagai target atau ukuran untuk
menilai penampilan perawat. Standar memberi arah dan bimbingan langsung
kepada perawat dalam melaksanakna asuhan keperawatan. Dengan demikian,
standar berguna untuk melindungi perawat dan klien dari kesalahan dan untuk
mengetahui apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tenaga
medis/perawat lalai atau salah.
Menurut Ann Gillies (1989) mengidentifikasi tujuan dari standar
keperawatan, antara lain sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
2. Menurunkan biaya perawatan yang harus dikeluarkan; alasannya adalah:
a. Apabila perawat yang telah ditetapkan pada standar setidak- tidaknya
kegiatan yang tidak perlu tidak akan terjadi.
b. Permasalahan klien lebih cepat teratasi
c. Hari rawat inap lebih efektif ( pendek)
3. Melindungi perawat dari kelalaian dalam melakukan tugas & melindungi
klien dari tindakan yang tidak sesuai.
Dengan

demikian,

standar

asuhan

keperawatan

harus

dapat

menguraikan prosedur yang harus dilakukan dalam memberikan asuhan


keperawatan, sehingga kesalahan dan kelalaian dapat dihindarkan. Dengan
adanya standar praktik, profesi keperawatan yang bertanggung jawab
melindungi masyarakat atau komunitas dapat diwujudkan. Penyusunan
pelaksanaan standar praktik mempunyai fungsi utama dalam organisasi, yaitu
sebagai berikut:
1. Mempertahankan akuntabilitas aonggota dalam melaksanakan standar.
2. Mendidik masyarakat untuk menghargai standar serta individu yang tidak
memenuhi standar atau tidak menikuti standar.

3. Menetukan dan meningkatkan standar.


Perlu dipahami bersama bahwa standar keperawatan setiap negara
berbeda dan bermacam-macam. Namun, secara umum komponen yang dapat
dimasukkan dalam pratik keperawatan antara lain:
a. Pengetahuan tentang keperawatan harus dipahami dan dianalisis oleh
setiap perawat yang professional, yaitu pada konsep keperawatan.
b. Akuntabilitas professional, baik independen maupun interdependen pada
setiap tahap proses keperawatan.
E. Komponen Standar Asuhan Keperawatan
Standar praktik keperawatan telah disahkan oleh Mentri kesehatan.
Republik Indonesia dalam SK No. 660/Menkes/SK/IX/1987 yang kemudian
diperbaharui dan disahkan berdasarkan SK Dirjen. Yanmed. Depkes. RI No.
YM.00.03.2.6.7637, tanggal 18 Agustus 1993. Kemudian pada tahun 1996,
Dewan Pimpinan Pusat PPNI menyusun standar praktek keperawatan yang
mengacu dalam tahapan proses keperawatan, yang meliputi: (1) Pengkajian,
(2) Diagnosis keperawatan, (3) Perencanaan, (4) Implementasi dan (5)
Evaluasi.
1. Standar I : Pengkajian Keperawatan
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan pasien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Kriteria
pengkajian keperawatan, meliputi :
1) Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesis, observasi,
pemeriksaan fisik, serta dari pemeriksaan penunjang.
2) Sumber data adalah pasien, keluarga, atau orang yang terkait, tim
kesehatan, rekam medis dan catatan lain
3) Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi :
a. Status kesehatan pasien masa lalu
b. Status kesehatan pasien saat ini
c. Status biologis-psikologis-sosial-spritual
d. Respons terhadap terapi
.
e. Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
f. Risiko-risiko tinggi masalah keperawatan
4) Kelengkapan data dasar mengandung unsur LARB (lengkap, akurat,
relevan dan baru )

10

2. Standar II : Diagnosis Keperawatan


Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosis
keperawatan. Kriteria proses diagnosis keperawatan meliputi :
1) Proses diagnosis terdiri atas analisis, interpretasi data, identifikasi
masalah pasien, dan perumusan diagnosis keperawatan.
2) Diagnosis keperawatan terdiri atas : masalah, penyebab, dan tanda
atau gejala, atau terdiri atas masalah dan penyebab.
3) Bekerjasama dengan klien, dan petugas kesehatan lain untuk
memvalidasi diagnosis keperawatan
4) Melakukan pengkajian ulang, dan merevisi diagnosis berdasarkan data
terbaru.

3. Standar III : Perencanaan Keperawatan


Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah dan meningkatkan kesehatan pasien. Kriteria proses perencanaan
keperawatan meliputi
1) Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan
rencana tindakan keperawatan.
2) Bekerjasama dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan
keperawatan.
3) Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan
pasien.
4) Mendokumentasi rencana keperawatan.
4. Standar IV : Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi
dalam rencana asuhan keperawatan. Kriteria proses tindakan implementasi
meliputi :
1) Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
2) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
3) Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan lain
11

4) Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga mengenai


konsep, keterampilan asuhan diri serta membantu memodifikasi
lingkungan yang digunakan.
5) Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan
berdasarkan respons pasien.
5. Standar V : Evaluasi Keperawatan
Perawat

mengevaluasi

kemajuan

pasien

terhadap

tindakan

keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan


perencanaan. Kriteria proses evaluasi keperawatan meliputi :
1) Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara
komprehensif, tepat waktu dan terus menerus.
2) Menggunakan data dasar dan respons pasien dalam mengukur
perkembangan ke arah pencapaian tujuan.
3) Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat.
4) Bekerjasama dengan pasien dan keluarga untuk memodifikasi rencana
asuhan keperawatan.
5) Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.
Dengan standar asuhan keperawatan tersebut, maka pelayanan
keperawatan menjadi lebih terarah. Standar adalah pernyataan deskriftif
mengenai tingkat penampilan yang diinginkan, kualitas struktur, proses, atau
hasil yang dapat dinilai, dalam rangka untuk mengevaluasi pelayanan
keperawatan yang telah diberikan pada pasien (Nursalam, 2007).
Standar Kinerja Professional
Standar I : Jaminan Mutu
Perawat secara sistematis melakukan evaluasi tentang mutu dan efektifitas
praktek keperawatan.
1. Rasional
Evaluasi tentang mutu asuhan keperawatan adalah melalui penilaian praktek
keperawatan dan merupakan suatu cara untuk memenuhi kewajiban professi
yaitu menjamin klien mendapat asuhan yang bermutu.
2. Kriteria Struktur
12

a. Adanya kebijakan tertulis institusi untuk mendukung terlaksananya


jaminan mutu.
b. Tersedia mekanisme telaah sejawat
c. Program evaluasi mutu asuhan maupun interdisiplin ditatanan praktek
d. Perawat menjadi anggota telaah sejawat dan anggota program evaluasi
interdisiplin untuk menilai hasil akhir asuhan kesehatan/asuhan
pelayanan.
e. Tersedianya program pengembangan jaminan mutu berdasarkan standar
praktek yang sudah ditetapkan untuk membantu meningkatkan mutu
asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien.
3. Kriteria Proses
Perawat berperan serta secara aktif , sistematis dan berkesinambungan
dalam evaluasi praktek keperawatan meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Penetapan indikator kritis


Pengumpulan dan analisis data mengenai mutu praktek keperawatan
Perumusan kesimpulan, umpan balik dan rekomendasi
Penyebaran informasi
Penyusunan rencana tindak lanjut
Penyusunan rencana dan pelaksanaan penilaian secara periodic
Perawat memanfaatkan usulan-usulan yang sesuai, yang diperoleh

melalui program evaluasi praktek keperawatan


4. Kriteria Hasil
a. Adanya hasil pengendalian mutu
b. Adanya tindakan perbaikan terhadap kesenjangan yang diidentifikasi
melalui program evaluasi baik pada individu perawat, unit atau organisasi.
Standar II : Pendidikan
Perawat bertanggung jawab untuk memperoleh ilmu pengetahuan mutakhir
dalam praktek keperawatan.
1. Rasional
Perkembangan ilmu dan teknologi, sosial, ekonomi, politik dan pendidikan
masyarakat

menuntut

komitmen

perawat

untuk

terus

menerus

meningkatkan pengetahuan sehingga memacu pertumbuhan profesi.


2.

Kriteria Struktur

13

a. Adanya kebijakan di tatanan praktek untuk tetap memberi peluang dan


fasilitas pada perawat untuk mengikuti kegiatan yang terkait dengan
pengembangan keperawatan serta pendidikan berkelanjutan.
b. Tersedianya peluang dan fasilitas belajar pada tatanan praktek
c. Adanya peluang untuk berpartisipasi dalam kegiatan organisasi professi
untuk mengembangkan professi.
3. Kriteria Proses
a. Perawat mempunyai prakarsa untuk belajar mandiri agar dapat
mengikuti perkembangan ilmu dan meningkatkan keterampilan
b. Perawat berperan serta dalam kegiatan pemantapan di tempat kerja
(inservice) seperti diskusi ilmiah, ronde keperawatan.
c. Perawat mengikuti pelatihan, seminar atau pertemuan professional
lainnya minimal 6 bulan 1 kali.
d. Perawat mengidentifikasi kebutuhan belajar.
4. Kriteria Hasil
a. Adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan perawat tentang
ilmu keperawatan dan teknologi mutahir
b. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir dalam praktek
klinik
Standar III: Penilaian Kinerja
Perawat mengevaluasi prakteknya berdasarkan standar praktek profesional dan
ketentuan lain yang terkait.
1. Rasional
Penilaian kinerja perawat merupakan suatu cara untuk menjamin
tercapainya standar praktek keperawatan dan sesuai dengan ketentuan legal
yang belaku.
2. Kriteria Struktur
a. Adanya kebijakan tentang penilaian kinerja perawat
b. Adanya perawat penilai sebagai anggota penilai kinerja
c. Adanya standar penilaian kinerja perawat.
d. Adanya rencana penilaian kinerja berdasarkan standar yang ditetapkan
3. Kriteria Proses
a.
Perawat berperan serta secara teratur dan sistematis pada penilaian
kinerja melalui:
1) Penetapan mekanisme dan alat penilaian kinerja

14

2) Penilaian kinerja berdasarkan kriteria yang ditetapkan


3) Perumusan hasil penilaian kinerja meliputi area yang baik dan yang

b.
c.
d.

kurang
4) Pemberian umpan balik dan rencana tindak lanjut.
Penetapan mekanisme dan alat penilaian kinerja
Pengkajian kinerja berdasarkan kriteria yang ditetapkan
Perumusan hasil penilaian kinerja meliputi area yang baik dan yang

e.
f.

kurang
Pemberian umpan balik dan rencana tindak lanjut
Praktek keperawatan didasari pengetahuan professional yang mutakhir

g.

dan sesuai dengan standar praktek dan tata hukum yang berlaku.
Perawat memanfaatkan hasil penilaian untuk memperbaiki dan

4.

mempertahankan kinerja.
Kriteria Hasil
a. Adanya peningkatan kinerja
b. Adanya perbaikan terhadap kesenjangan yang diidentifikasi melalui
kegiatan penilaian kinerja.

Standar IV : Kesejawatan
Perawat berkontribusi dalam mengembangkan professionalisme dari sejawat
sebagai kolega.
1. Rasional
Evaluasi tentang kualitas asuhan keperawatan melalui pembahasan praktek
keperawatan oleh para perawat merupakan suatu cara untuk memenuhi
kewajiban professi untuk menjamin konsumen diberikan asuhan yang
prima.
2.

Kriteria Struktur
a. Tersedianya mekanisme untuk telaah sejawat pada tatanan praktek
b. adanya perawat yang berperan sebagai telaah sejawat yang
mengevaluasi hasil asuhan keperawatan
c. Perawat berperan secara aktif dalam kolaborasi sejawat.

3. Kriteria Proses
a. Perawat berperan secara aktif dalam melaksanakan berbagi pengalaman
dalam pengetahuan dan keterampilan melalui mekanisme telaah
sejawat.

15

b. Perawat memanfaatkan hasil berbagai pengalaman dengan teman


sejawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
4. Kriteria Hasil
a. Adanya kesepakatan antar sejawat untuk saling berbagi pengalaman
b. Dilakukan perbaikan tindakan berdasarkan hasil pertemuan sejawat.
Standar V: Etik
Keputusan dan tindakan perawat atas nama klien ditentukan dengan cara yang
etis
1. Rasional
Kode etik perawat merupakan parameter bagi perawat dalam membuat
penilaian etis. Berbagai isu spesifik tentang etik yang menjadi kepedulian
perawat meliputi: penolakan klien terhadap pengobatan, informed consent
pemberhentian alat bantu hidup, kerahasiaan klien, memberi hadiah dengan
maksud tertentu, pelecehan dan diskriminasi.
2. Kriteria Struktur
a. Adanya komite etik keperawtan
b. Adanya kriteria masalah etik
c. Adanya mekanisme penyelesaian masalah etik
d. Adanya program pembinaan etik professi keperawatan
3. Kriteria Proses
a. Praktek perawat berpedoman pada kode etik
b. Perawat menjaga kerahasiaan klien
c. Perawat bertindak sebagai advokat klien
d. Perawat memberikan asuhan dengan tanpa menghakimi dan tanpa
diskriminasi
e. Perawat memberikan asuhan dengan melindungi otonomi, martabat dan
hak-hak klien.
f. Perawat mencari sumber-sumber yang tersedia untuk membantu
menetapkan keputusan etik.
4. Kriteria Hasil
a. Bila terjadi masalah etik, ada bukti dalam catatan klien, bahwa isu-isu
etik ditemukan dan dibahas didalam pertemuan tim
b. Konsep-konsep kode etik diterapkan dalam pembinaan keperawatan.
Standar VI: Kolaborasi

16

Perawat berkolaborasi dengan klien, keluarga dan semua pihak terkait serta tim
multi disiplin kesehatan dalam memberikan pelayanan keperawatan klien.
1. Rasional
Dalam pemberian asuhan membutuhkan pendekatan multi disiplin oleh
karena kompleksitasnya kolaborasi dengan klien, keluarga serta multi
disiplin mutlak diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas
asuhan dan untuk membantu klien mencapai kesehatan optimal. Melalui
proses kolaboratif kemampuan professional dari masing-masing professi
kesehatan

digunakan

untuk

mengkomunikasikan,

merencanakan,

menyelesaikan masalah dan mengevaluasi pelayanan.


2. Kriteria Struktur
a. Adanya kebijakan kerja tim dalam memberi asuhan kesehatan
terhadap klien.
b. Perawat dilibatkan dalam menetapkan kebijakan yang terkait dengan
asuhan klien
c. Ada jadual pertemuan berkala
d. Tersedianya mekanisme untuk menjamin keterlibatan klien dan
keluarga dalam pengambilan keputusan tim.
3. Kriteria Proses
a. Perawat berkolaborasi dan berkonsultasi dengan professi lain sesuai
kebutuhan untuk memberikan asuhan yang optimal bagi klien.
b. Perawat mengkomunikasikan pengetahuan dan keterampilan
keperawatan sehingga sejawat dapat mengintegrasikannya dalam
asuhan keperawatan klien dan keluarga
c. Perawat melibatkan klien dan keluarga dalam tim multidisiplin
d. Perawat berfungsi sebagai advokat klien dan keluarga.
4. Kriteria Hasil
a. Ada bukti bahwa perawat merupakan anggota atau bagian integral dari
tim multi disiplin
b. Ada bukti terjadinya kolaborasi multi disiplin, seperti tercermin dalam
rencana terapi.
Standar VII: Riset

17

Perawat melaksanakan dan menggunakan hasil riset dalam praktek


keperawatan.
1. Rasional
Perawat

sebagai

professional

mempunyai

tanggung

jawab

untuk

mengembangkan pendekatan baru dalam praktek keperawatan melalui riset.


2. Kriteria Struktur
a. Tersedianya kebijakan institusi tentang riset
b. Tersedianya pedoman riset
c. Tersedia kesempatan bagi perawat untuk melakukan dan atau
berpartisipasi dalam riset sesuai tingkat pendidikan
d. Tersedia peluang dan fasilitas untuk menggunakan hasil riset
3. Kriteria Proses
a. Perawat mengidentifikasi masalah keperawatan terkait dengan praktek
dan memerlukan riset
b. perawat
menggunakan

standar

riset

yang

dapat

dipertanggungjawabkan dalam upaya investigasi


c. Perawat melaksanakan riset
d. Perawat menggunakan hasil riset
e. Perawat menjamin adanya mekanisme untuk melindungi manusia
sebagai subjek penelitian.
f. Perawat mengembangkan, mengimpelementasikan dan mengevaluasi
telaah riset sesuai tingkat pendidikan
g. Perawat mendapatkan konsultasi dan atau supervisi dari pakar bila
diperlukan
h. Perawat berkewajiban dalam mendiseminasikan hasil riset.
4. Kriteria Hasil
a. Masalah klien teridentifikasi dan ditanggulangi melalui upaya riset
b. Adanya bukti landasan pengetahuan keperawatan secara terus
menerus diuji dan dimutakhirkan dengan hasil-hasil riset yang relevan
c. Praktek keperawatan mencerminkan digunakannya temuan riset
mutakhir yang tersedia
d. Telah dipublikasikan kontribusi perawat terhadap pengembangan
teori, praktek dan riset.
Standar VIII: Pemanfaatan Sumber-Sumber

18

Perawat mempertimbangkan faktor-faktor yang terkait dengan keamanan,


efektifitas dan efisiensi biaya dalam perencanaan dan pemberian asuhan
keperawatan.
1. Rasional
Pelayanan keperawatan menuntut upaya untuk merancang program
pelayanan

keperawatan

yang

lebih

efektif

dan

efisien.

Perawat

berpartisipasi dalam menggali dan memanfaatkan sumber-sumber bagi


klien.
2. Kriteria Struktur
a. Tersedianya standar kinerja yang jelas dan mekanisme penyelesaian
konflik.
b. Tersedianya sistem informasi manajemen yang digunakan oleh berbagai
tingkat

manajerial

keperawatan,

untuk

menerima,

mengatur,

menganalisa dan menyampaikan serta menyimpan informasi yang


diperlukan untuk merencanakan pelaksanaan keperawatan, mengatur
tenaga keperawatan, mengarahkan kegiatan keperawatan dan evaluasi
keluaran keperawatan.
c. Tersedianya protokol

penting

(termasuk

inform

consent)

dan

penanggulangan bahaya.
d. Tersedianya alat-alat yang dibutuhkan
3. Kriteria Proses
a. Perawat mengevaluasi faktor-faktor keamanan, ketersediaan sumbersumber dan efektifitas dalam menentukan pilihan terhadap 2 atau
lebih tindakan yang akan menghasilkan outcome yang sama.
b. Perawat membantu klien dan keluarga dalam mengidentifikasi dan
memilih pelayanan yang tersedia sesuai kebutuhan klien.
c. Perawat mendelegasikan tugas sesuai dengan pengetahuan dan
keterampilan dari perawat yang mendapat delegasi tugas.
d. Dalam mendelegasikan tugas perawat mengacu pada kebutuhan dan
kondisi klien, resiko kecelakaan kompleksitas tugas serta prediksi
hasil

19

e. Perawat membantu klien dan keluarga, dalam hal informed consent


dengan memberikan penjelasan tentang biaya, resiko dan keuntungan
dari pengobatan dan pelayanan keperawatan.
4. Kriteria Hasil
a. Terwujudnya pelayanan yang memperhatikan keamanan, efektifitas
dan biaya yang sesuai.
b. Terwujudnya pelayanan

keperawatan

sesuai

kebutuhan

dan

kemampuan klien
c. Terwujudnya Pendelegasian tugas yang jelas
d. Terlaksananya pemberian inform consent kepada klien
F. Pelaksanaan Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit,
telah disusun standar pelayanan rumah sakit yang diberlakukan melalui SK
Menkes No. 436/MENKES/SKVI/1993 dan Standar Asuhan Keperawatan
yang diberlakukan melalui SK Dirjen Yan Med No.YM.00.03.2.6.7637 tahun
1993.
Standar pelayanan dan standar asuhan keperawatan tersebut harus
diterapkan secara bertahap. Standar pelayanan dan standar asuhan
keperawatan tersebut berfungsi sebagai alat ukur untuk mengetahui,
memantau dan menyimpulkan apakah pelayanan/asuhan keperawatan yang
diselenggarkan di rumah sakit sudah mengikuti dan memenuhi persyaratanpersyaratan yang ditetapkan dalam standar tersebut. Bila pelayanannya sudah
mengikuti dan sesuai dengan persyaratan maka dapat disimpulkan bahwa
pelayanan paling sedikit sudah dapat dipertanggungjawabkan maka dapat
dikatakan bahwa mutu pelayanannya juga harus dianggap baik.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan standar ini, perlu
dilakukan penilaian secara obyektif dengan menggunakan metode dan
instrumen penilaian yang baku. Instrument evaluasi penerapan standar asuhan
keperawatan ini terdiri dari :
1) Pedoman studi dokumentasi asuhan keperawatan yang selanjutnya
disebut instrumen A,
2) Angket yang ditujukan kepada pasien dan keluarga untuk memperoleh
gambaran tentang persepsi pasien terhadap mutu asuhan keperawatan
yang selanjutnya disebut instrument B.

20

3) Pedoman observasi pelaksanaan tindakan keperawatan selanjutnya


disebut instrumen C (Departemen Kesehatan, 1998). Menurut Gillies
(1994) prosentase dari masing-masing instrumen akan menentukan
tingkat mutu asuhan keperawatan yang dilakukan. Rentang nilai untuk
instrumen ABC adalah : 1.76-100 % adalah baik : Keterangan :
dipertahankan 2.56-75% adalah cukup: Keterangan : Ditingkatkan 3.4055 % adalah kurang : Keterangan : Perlu dilakukan pelatihan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kualitas pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh proses, peran
dan fungsi dari manajemen pelayanan keperawatan, karena manajemen
keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh
manajer/

pengelola

keperawatan

yang

meliputi

perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan serta mengawasi sumber-sumber yang ada,


baik sumber daya maupun sumber dana sehingga dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien baik kepada klien, keluarga
dan masyarakat. (Donny, 2014)

21

DAFTAR PUSTAKA
Ayu Lestari.2014. Kepemimpinan Dan Menejemen Keperawatan
Manajemen

Mutu

Dalam

Pelayanan

Keperawatan

http://ayuules. blogspot.com/2014/10/ manajemen-mutudalam-pelayanan.html

(diakses pada hari Kamis, tanggal

21 Mei 2015 pukul 8:20 pm)


Hamzan.2011.

Standar

Praktik

Keperawatan

Komunitas

Http://Pagah-Praye.Blogspot.Com/2011/06/Standar-PraktikKeperawatan-Komunitas. Html (diakses pada hari Kamis,


tanggal 21 Mei 2015 pukul 9:34 pm )
http://mantrinews.blogspot.com/2012/04/penerapan-standar-asuhankeperawatan.html
(diakses pada hari Sabtu, tanggal 23 Mei 2015 pukul 11:24 am)
Widoyoko

Antonius

.2011.

penilaian

kinerja

perawat-Antonius.w

http://penilaiankineerjaperawat.blogspot.com/2011/01/penilaian-kinerjaperawat-antoniusw.html

(diakses pada hari Kamis, tanggal 21 Mei

2015 pukul 10:32 pm )

22

Anda mungkin juga menyukai