Anda di halaman 1dari 12

Infeksi Genital non spesifik

Definisi
Infeksi Genital non spesifik (IGNS) adalah penyakit
menular seksual berupa peradangan di uretra, rektum,
atau serviks yang disebabkan oleh kuman nonspesifik.
Pada pria sering disebut sebagai uretritis non spesifik
(UNS) oleh karena terutama mengenai uretra

Epidemiologi
Banyak ditemukan pada orang dengan keadaan social
ekonomi lebih tinggi
Usia lebih tua, dan aktivitas seksual yang tinggi. Juga
ternyata pria lebih banyak daripada wanita dan
golongan heteroseksual lebih banyak daripada golongan
homoseksual.

Etiologi
Penyebab paling sering ialah
Chlamydia trachomatis, Ureaplasma
urealyticum, dan Mycoplasma
hominis. Selain itu ada juga dugaan
bahwa penyebab dari UNS adalah
alergi dan bakteri.

Patogenesis
Chlamydia trachomatis
Dalam perkembangannya Chlamydia trachomatis mengalami
2 fase:
Fase I: disebut fase noninfeksiosa, terjadi keadaan laten yang dapat
ditemukan pada genitalia maupun konjungtiva. Pada saat ini kuman
sifatnya intraselular dan berada di dalam vakuol yang letaknya
melekat pada inti sel hospes, disebut badan inklusi.
Fase II: fase penularan, bila vakuol pecah kuman keluar dalam bentuk
badan elementer yang dapat menimbulkan infeksi pada sel hospes
yang baru.

Ureaplasma urealyticum dan Mycoplasma hominis


Alergi
Reaksi alergi terhadap komponen sekret alat urogenital
pasangan seksualnya.

Bakteri
Dapat tumbuh komensal dan menyebabkan uretritis

Gejala Klinis
Pria
Gejala baru timbul biasanya setelah 1-3
minggu kontak seksual dan umumnya
tidak seberat gonore.
Gejalanya berupa disuria ringan,
perasaan tidak enak di uretra, sering
kencing, dan kelurarnya duh tubuh
seropurulen.

Gejala Klinis
Wanita
Infeksi lebih sering terjadi di serviks dibandingkan dengan di
vagina, kelenjar Bartholin, atau uretra sendiri. Sama seperti
pada gonore, umumnya wanita tidak menunjukkan gejala.
keluarnya duh tubuh vagina, disuria ringan, sering kencing,
nyeri di daerah pelvis, dan disparenia.
Pada pemeriksaan serviks dapat dilihat tanda-tanda servisitis
berupamukosa yang hiperemis dan edema, disertai adanya
folikel-folikel kecil yang mudah berdarah, dan duh tubuh
serviks yang mukopurulen.

Pada permpuan atau laki-laki yang melakukan


kontakseksual secara anogenital dan orogenital, infeksi
dapat juga terjadi secara langsung pada mukosa rektum
dan faring

Diagnosis
Diagnosis secara klinis sukar untuk membedakan infeksi
karena gonore atau non-gonore. Menegakkan diagnosis
servisitis atau uretritis karena klamidia sebagai penyebab,
perlu pemeriksaan khusus untuk menemukan adanya
C.trachomatis.
Pemeriksaan laboratorium sederhana dan relatif mudah,
serta cepat adalah dengan pemeriksaan pewarnaan Gram,
kriteria yang dipakai adalah:
Tidak ditemukan diplokokus Gram-negatif intrasel maupun
ekstrasel PMN.
Tidak ditemukan blastospora, pseudohifa dan trikomonas.
Jumlah leukosit PMN> 5/LPB, pada specimen duh uretra atau
PMN>30/LPB pada specimen duh serviks
Belum ada panduan untuk infeksi faring dan anal.

Diagnosis
Untuk teknik deteksi antigen klamidia
terdapat beberapa cara, yaitu :
Direct fluroscent antibody (DFA)
Tampak badan elementer (BE) atau
retikulat (BR), hasil dinyatakan positif bila
ditemukan BE > 10.
Sensitivitasnya berkisar antara 80-90%
dan spesifisitasnya 98-99%.

Enzyme immune assay/enzyme linked

Penatalaksanaan
Pedoman tatalaksana pada infeksi genital nonspesifik
Nonmedikamentosa
Bila memungkinkan periksa dan lakukan pengobatan pada
pasangan tetapnya (notifikasi pasangan)
Anjurkan abstinensia sampai infeksi dinyatakan sembuh
secara laboratoris, bila tidak memungkinkan, dapat
dianjurkan penggunaan kondom
Kunjungan untuk follow-up di hari ke-7
Lakukan konseling mengenai infeksi, komplikasi yang dapat
terjadi, dan pentingnya keteraturan berobat
Lakukan provider initiated Testing an Conseling (PITC)
terhadap infeksi HIV dan kemungkinan mendapatkan infeksi
menular seksual lain.
Indikasi pemeriksaan penampisan untk IMS lainnya.

Penatalaksanaan
Medikamentosa
Obat yang paling efektif adalah golongan
makrolide.
Pilihan utama
Doksisiklin : 2x 100 mg sehari selama 7 hari
atau
Azitromisin : 1 gram dosis tunggal. Atau
Eritromisin : untuk penderita yang tidak tahan
tetrasiklinm, ibu hamil, atau berusia kurang dari
12 tahun, 4x 500mg sehari selama 1minggu
atau 4x 250 mg sehari selama 2 minggu.

Komplikasi
Hampir sama dengan gonore. Pada
pria dapat terjadi prostatitis,
vesikulitis, epididimitis, dan striktur
uretra. Pada wanita dapat terjadi
bartolinitis, prokitis, salpingitis, dan
sistitis. Peritonitis dan hepatitis juga
pernah dilaporkan

Prognosis
Kadang-kadang tanpa pengobatan
penyakit lambat laun berkurang dan
akhirnya sembuh sendiri (50-70%
dalam waktu kurang lebih 3 bulan).
Setelah pengobatan, kira-kira 10%
penderita akan mengalami
eksaserbasi/rekurens.

Anda mungkin juga menyukai