Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta
organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot,
tendon, jaringan ikat, lemak dan jaringan synovial (jaringan di sekitar persendian).
Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi dalam artian
khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma. Secara klinis, tumor
dibedakan atas golongan neoplasma dan nonneoplasma misalnya kista, akibat reaksi
radang atau hipertrofi. Tumor jaringan lunak dapat terjadi di seluruh bagian tubuh
mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tumor jaringan lunak ini ada yang jinak
dan ada yang ganas. Tumor ganas atau kanker pada jaringan lunak dikenal sebagai
sarcoma jaringan lunak atau Soft Tissue Sarcoma (STS). Kanker jaringan lunak
termasuk kanker yang jarang ditemukan, insidensnya hanya sekitar 1% dari seluruh
keganasan yang ditemukan pada orang dewasa dan 7-15% dari seluruh keganasan pada
anak. Bisa ditemukan pada semua kelompok umur. Pada anak-anak paling sering pada
umur sekitar 4 tahun dan pada orang dewasa paling banyak pada umur 45-50 tahun.
Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada anggota gerak bawah yaitu sebesar
46% di mana 75% ada diatas lutut terutama di daerah paha. Di anggota gerak atas mulai
dari lengan atas, lengan bawah hingga telapak tangan sekitar 13%. 30% di tubuh bagian
luar maupun dalam, seperti pada dinding perut, dan juga pada jaringan lunak dalam
perut maupun dekat ginjal atau yang disebut daerah retroperitoneum. Pada daerah
kepala dan leher sekitar 9% dan 1% di tempat lainnya, antara lain di dada.

1.2

Tujuan
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk memenuhi tugas akhir kepaniteraan
klinik stase bedah RSUD Cianjur. Penulisan referat ini juga bertujuan untuk menambah
pengetahuan dan pemahaman penulis tentang peritonitis tuberkulosa.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Epidemiologi
Kanker jaringan lunak termasuk kanker yang jarang ditemukan, insidensnya hanya
sekitar 1% dari seluruh keganasan yang ditemukan pada orang dewasa dan 7-15 % dari
seluruh keganasan pada anak. Bisa ditemukan pada semua kelompok umur. Pada anakanak paling sering pada umur sekitar 4 tahun dan pada orang dewasa paling banyak pada
umur 45-50 tahun. Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada anggota gerak
bawah yaitu sebesar 46% dimana 75%-nya ada di atas lutut terutama di daerah paha.
Di anggota gerak atas mulai dari lengan atas, lengan bawah hingga telapak tangan sekitar
13%. 30% di tubuh bagian di bagian luar maupun dalam, seperti pada dinding perut, dan
juga pada jaringan lunak di dalam perut maupun dekat ginjal atau yang disebut daerah
retroperitoneum. Pada daerah kepala dan leher sekitar 9% dan 1% di tempat lainnya,
antara lain di dada.
2.2 Anatomi

Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh manusia, yang bersifat melindungi tubuh
dari pengaruh lingkungan. Secara anatomis, kulit dibagi menjadi 3 lapisan yaitu :

1. Lapisan Epidermis
Epidermis terdiri dari:
a. Stratum korneum (lapisan tanduk)
Adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri dari beberapa lapis sel-sel
gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi
keratin (zat tanduk)
b. Stratum lusidum
Terdapat dibawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti
dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan
tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki.
c. Stratum granulosum (lapisan keratohialin)
Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan
terdapat inti diantaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Mukosa
biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum granulosum juga tampak jelas di
telapak tangan dan kaki
d. Stratum spinosum (stratum malphigi)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbedabeda karena adanya mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung
glikogen, dan inti terletak ditengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke
permukaan makin gepeng bentuknya. Diantara sel-sel stratum spinosum
terdapat jembatan-jembatan antar sel (intercelluler bridges) yang terdiri atas
protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatan-jembatan ini
membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Diantara selsel stratum spinosum mengandung banyak glikogen.
e. Stratum basale
Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada
perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Lapisan ini
merupakan lapisan yang paling bawah. Sel-sel basal ini mengadakan mitosis
dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel, yaitu :
-

Sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik, inti lonjong


dan besar, dihubungkan satu dengan yang lain oleh jembatan antar sel.

Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell merupakan sel-sel


berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan mengandung
butir pigmen (melanosomes).

2. Lapisan Dermis
Adalah lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan
ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan
folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis berisi ujung serabut saraf
dan pembuluh darah
b. Pars retikuler, yaitu bagian bawahmya yang menonjol ke arah subkutan, bagian
ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin, dan
retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat
dan kondroitin sulfat, dibagian ini terdapat pula fibroblas. Serabut kolagen
dibentuk oleh fibroblas, membentuk ikatan (bundel) yang mengandung
hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur dengan
bertambahnya umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Retikulin mirip
kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf dan
mudah mengembang serta lebih elastis.

3. Lapisan subkutis
Adalah kelanjutan dermis terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak
didalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke
pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang
dipisahkan satu sama lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut
dengan panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Dilapisan ini
terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Tebal tipisnya
jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokalisnya. Di abdomen dapat mencapai
ketebalan 3 cm, didaerah kelopak mata dan penis sangat sedikit. Lapisan lemak ini
juga merupakan bantalan. Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus
yang terletak dibagian atas dermis (pleksus superfisial) dan yang terletak di subkutis
(pleksus profunda).
Adneksa kulit
Adneksa kulit terdiri dari kelenjar kulit (kelenjar ekrin, apokrin dan sebaseus),
rambut dan kuku.
Kelenjar kulit
Kelenjar ekrin berbentuk spiral danbermuara langsung ke permukaan kulit. Kelenjar
ini terdapat seluruh permukaan tubuh terutama di telapak tangan, kaki, dahi, dan
aksila. Sekresinya bervariasi pada tiap individu dan dipengaruhi oleh saraf
koligernik, rangsang panas, status emosional, dll. Sekretnya mengandung 99,5% air

ditambah dengan sisa elektrolit, karbohidrat, asam amino, urea, laktat, amonia,
hormon, obat, vitamin, dll. Dengan pH 4 6,8. Kelenjar ini terdapat di aksila, areola
mamae, anogenital, kelenjar mata, saluran telinga luar. Sekretnya ketal, mengkilat,
dipengaruhi saraf adrenergik dan ketokolamin dan pengeluaranya episodik,
meskipun diproduksi terus menerus. Kelenjar ekrin dan apokrin baru berfungsi 40
minggu setelah kelahiran. Kelenjar sebasea merupakan kelenjar hilokrin, terdapat
diseluruh permukaan kulit kecuali telapak tangan dan kaki. Sekretnya disebut
sebum, mengandung asam lemak bebas, skualen, wax esterdan kolesterol. Kelenjar
ini aktif pada bayi, berkurang pada anak dan bertambah saat pubertas.
2.3 Fisiologi Kulit
Kulit memiliki fungsi bermacam-macam untuk menyesusaikan diri dengan
lingkungannya.
a. Sebagai pelindung (proteksi)
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya
tekanan, gesekan, tarikan. Gangguan kimiawi misalnya : zat-zat kimiawi terutama
bersifat iritan, contohnya lisol, karbol, asam, dan alkali kuat lainnya yang bersifat
panas, misalnya radiasi, sengatan sinar ultra violet, gangguan infeksi luar terutama
kuman/bakteri maupun jamur. Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit
terhadap pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning. Proteksi rangsangan
kimia dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeabel terhadap
berbagai zat kimia dan air, disamping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang
melindungi kontak zat-zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit ini mungkin
terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan sebum, keasaman kulit menyebabkan pH
kulit berkisar pada pH 5-6,5 sehingga merupakan perlindungan kimiawi terhadap
infeksi bakteri maupun jamur. Proses keratinisasi juga berperanan sebagai sawar
(barrier) mekanis karena sel-sel mati melepaskan diri secara teratur.
b. Fungsi absorbsi
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban,
metabolisme dan jenis vehikulum. Penyebaran dapat penyerapan dapat berlangsung
melalui celah antara sel, menembus sel-sel epidermis atau melalui muara saluran
kelenjar tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada yang melalui
muara kelenjar.

c. Fungsi ekskresi
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa
metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam dan amonia.
d. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap
rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis.
Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di papila dermis
berperan terhadap rabaan, demikian pula badan merkel Ranvier yang terletak di
epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan pacini di epidermis.
Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.
e. Fungsi pengaturan suhu tubuh
Kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerut (otot
berkontaksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga
memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup baik. Tonus vaskular dipengaruhi
oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi biasanya dinding pembuluh darah belum
terbentuk sempurna, sehingga terjadi ekstravasasi cairan, karena itu kulit bayi tampak
lebih edematosa karena lebih banyak mengandung air dan Na.
f. Fungsi pembentukan pigmen
Sel pembentuk pigmen (melanosit) ,terletak di lapisan basal dan sel ini berasal dari
rigi saraf. Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10:1. Jumlah melanosit
dan butiran pigmen (melanosomes) menentukan warna kulit ras maupun individu.
Melanosom dibentuk oleh alat Golgi dengan bantuan enzim tirosinase, ion Cu dan O2.
Pajanan terhadap sinar matahari mempengaruhi produksi melanosom. Pigmen
disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrit sedangkan lapisan kulit
dibawahnya dibawa oleh sel melanofag (melanofor). Warna kulit tidak sepenuhnya
dipengaruhi oleh pigmen kulit, melainkan juga oleh tebal, tipisnya kulit, reduksi Hb,
oksi Hb, dan karoten.
g. Fungsi Keratinin
Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu keratinosit, sel
langerhans, melanosit. Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan,
sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel
spinosum, makin keatas sel menjadi semakin gepeng dan bergranula menjadi sel
granulosum. makin lama inti menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang
amorf. Proses ini berlangsung terus-menerus seumur hidup dan sampai sekarang

belum sepenuhnya dimengerti. Proses ini berlangsung selama 14 sampai 21 hari dan
memberi perlindungan terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
h. Pembentukan vit D
Pembentukan vit D berlangsung pada stratum spinosum dan stratum basale yaitu
dengan mengubah 7 hidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.
2.4 Gejala dan Tanda
Gejala dan tanda tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada lokasi di mana
tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang
tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi
akibat pendarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan
pada saraf-saraf tepi. Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat
membesar, bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah
digerakan dari jaringan di sekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat
jauh.Umumnya pertumbuhan kanker jaringan lunak relatif cepat membesar, berkembang
menjadi benjolan yang keras, dan bila digerakkan agak sukar dan dapat menyebar ke
tempat jauh ke paru-paru, liver maupun tulang. Kalau ukuran kanker sudah begitu besar,
dapat menyebabkan borok dan perdarahan pada kulit diatasnya.
2.5Jenis jenis tumor jaringan lunak

Jaringan Asal
Adiposa

Benigna
Lipoma

Intermediet
Berdiferensiasi baik

Maligna
Liposarkoma berdiferensiasi

Angiolipoma

Liposarkoma miksoma

Miolipoma

Round cell liposarcoma

Fibrosit/miofibro

Lipoma Kondroid
Fascitis nodular

Fibromatosis

Fibrosarkoma dewasa

sit

Fascitis proliferative

superficial (Palmar /

Miksofibrosarkoma

Myositis Osificans

Plantar)

Sarcoma fibromiksoma

Fibroma sarung tendo

Fibromatosis tipe

daerah rendah

desmoids

Fibrosarkoma epiteloid

Lipofibromatosis
Tumor

sklerosans
Histiositoma fibrosa

Biasa disebut

Sel raksasa sarung

Tumor

tendo

fibriohistiositik

maligna pleomorfik

Fibrohistiositik

Tumor sel raksasa

pleksiform

Histiositoma fibrosa

tipe difus

Tumor sel raksasa

maligna sel raksasa

Histiositoma fibrosa

jaringan lunak

Histiositoma fibrosa

Otot polos

benigna profunda
Angioleimioma

maligna inflamatorik
Leiomiosarkoma

Leiomioma profunda
Perivaskuler

Leiomioma genital
Tumor glomus

Tumor glomus maligna

(Perisit)
Otot rangka

Rabdomioma

Mioperisitoma
Rabdomiosarkoma

Vaskular

Tipe dewasa

embrional

Tipe fetus

Rabdomiosarkoma alveolar

Tipe genital

Rabdomiosarkoma

Hemangioma

Hemangioendoteliom

pleomorfik
Hemangioendotelioma

Hemangioma

a kaposiformis

epiteloid

epiteloid

Hemangioendoteliom

Angiosarkoma jaringan

Angiomatosis

a retiformis

lunak

Limfangioma

Angioendotelioma
retiformis
Angioendotelioma
intralimfatik papilaris

Kondro-osseus

Kondroma jaringan

Kondrosarkoma

lunak

mesenkimal

Tumor yang

Miksoma

Histiositoma fibrosa

Osteosarkoma ekstraskeletal
Sarcoma synovial

berasal dari

intramuscular

angiomatoid

Sarcoma bagian lunak

jaringan yang

Miksoma juksta-

Tumor fibromiksoma

alveolar

diferensiasinya

artikular

oksifikans

PNET/Tumor Ewing

tidak jelas

Angiomiksoma

Tumor campuran

ekstraskeletal

profunda

Mioepiteloma

Mesenkimoma maligna

Hialinisasi

Parakordoma

pleomorfik
Timoma

hamartomatosa
ektonik

Tumor Jaringan Lunak Jinak


Pada umumnya tumor jaringan lunak jinak tumbuh lambat dan terbatas, dapat
melakukan invasi local namun angka kekambuhannya rendah, dan merupakan kelompok
tumor yang sangat heterogen (terdiri dari 200 jenis). Walaupun bermacam-macam, tumor
jaringan lunak dapat dikelompokan sesuai dengan diferensiasi pada saat sel tumornya
telah dewasa, yaitu tumor lemak, vascular, fibrosa, dan saraf.
Tumor lemak jinak. Tumor lemak jinak mempunyai banyak varian, yaitu lipoma
subkutan superficial, lipoma

intramuscular, lipoma sel spindle, angiolipoma,

lipoblastoma, lipomatosis difus, dan hibernoma. Lipoma merupakan tumor jaringan


lunak terbanyak, tumbuh lambat, dan relative jarang menimbulkan keluhan. Sebagian
besar lipoma tidak memerlukan terapi.
1. Lipoma
Definisi
Lipoma adalah tumor lemak yang pertumbuhannya lambat dan berada di antara kulit dan
lapisan otot. Seringkali lipoma mudah diidentifikasi karena tumor ini langsung bergerak
jika ditekan dengan jari. Lipoma dapat terjadi pada segala usia dan tumor ini dapat
bertahan dikulit selama bertahun-tahun.
Etiologi
Penyebab pasti dari lipoma belum diketahui sampai saat ini.
Gejala
Predileksi
Lipoma terletak di bawah kulit dan tidak menonjolLipoma sering terjadi dileher,
punggung, lengan dan paha.
Gejala dan tanda pada lipoma
-

Lipoma berukuran kecil dengan diameter kurang dari 2 inci (5 cm), tetapi lipoma
dapat tumbuh menjadi besar dengan diameter mencapai lebih dari 4 inci (10 cm).

Lipoma jika disentuh terasa kenyal dan mudah bergerak (mobile), jika sedikit ditekan

dengan jari.
Lipoma dapat menyebabkan nyeri jika tumor lemak ini tumbuh dan ditekan di dekat

saraf atau jika mengandung banyak pembuluh darah.


Penatalaksanaan
Pada dasarnya lipoma tidak perlu dilakukan tindakan apapun, kecuali berkembang
menjadi nyeri dan mengganggu pergerakan. Biasanya seseorang menjalani operasi bedah
untuk alasan kosmetik. Operasi yang dijalani merupakan operasi kecil, yaitu dengan cara
menyayat kulit diatasnya dan mengeluarkan lipoma yang ada. Namun hasil luka operasi
yang ada akan sesuai dengan panjangnya sayatan. Untuk mendapatkan hasil operasi yang
lebih minimal, dapat dilakukan liposuction. Sekarang ini dikembangkan tehnik dengan
menggunakan gelombang ultrasound untuk menghansurkan lemak yang ada. Yang perlu
diingat adalah jika lipoma yang ada tidak terangkat seluruhnya, maka masih ada
kemungkinan untuk berkembang lagi dikemudian hari.
2. Liposarkoma
Liposarkoma menempati sekitar 21,4% dari seluruh sarkoma jaringan lunak. Umumnya
terjadi pada orang dewasa, khususnya terbanyak pada usia 40 60 tahun. Di setiap lokasi
berjaringan lemak dapat timbul liposarkoma, lokasi predileksi adalah retroperitoneal,
ekstermitas bawah, torso. Durasi penyakit sangat bervariasi. Bahaya utama terletak pada
pertumbuhan invasif lokal dan rekurensi berulang ulang.
Patologi
Tumor sering kali lobular, konsistensi lunak, liposarkoma yang timbul di retroperitoneum
tidak berbatas tegas dengan jaringan lemak normla, penampang irisan tumor berwarna
kuning keputihan. Dibawah mikroskop dapat dibagi menjadi 5 jenis yaitu miksoid
berdiferensisasi baik, miksoid berdiferensiasi buruk, pleomorfik, sel bulat, dan
lipomatoid. Liposarkoma diferensiasi baik sangat mirip dengan lipoma, sering memiliki
cukup banyak jaringan lipoid yang cukup matur, di dalam liposarkoma diferensiasi buruk
terdapat lipoblas, ukuran sel bervariasi, dan terdapat berbagai bentuk dismorfisme.
Manifestasi klinis

Sarkoma jenis ini tumbuh relatif lambat. Umumnya berupa massa berlokasi dalam,
berbatas tegas dan tidak nyeri. Dengan berkembangnya penyakit, dapat timbul nyeri,
gejala desakan terkait dan gangguan fungsi. Liposarkoma di retroperitoneal lebih sulit
dideteksi secara klinis, pasien sering datang dengan komplikasi seperti hernia inguinalis,
udema tungkai bawah atau tanda desakan organ dalam. Pada stadium lanjut dapat disertai
penurunan berat badan, dll.
Terapi
Terutama dengan operasi, harus dengan eksisi luas. Disamping itu, anggapan luas bahwa
liposarkoma relatif peka terhadap radiasi, maka terhadap kasus tidak mudah dieksisi
tuntas karena lokasi yang unik, harus diraditerapi agresif

Tumor vascular jinak. Tumor ini merupakan tumor jaringan lunak terbanyak,
yang terdiri dari berbagai tipe, yaitu hemangioma, hemangioma kavernosa, hemangioma
arteriovenosa

hemangioma

epiteloid

(penyakit

Kimura),

granuloma

piogenik,

limfangioma, dan tumor glomus.


Hemangioma
Hemangioma merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada bayi baru lahir.
Dikatakan bahwa 10% dari bayi yang baru lahir dapat mempunyai hemangioma dimana
angka kejadian tertinggi terjadi pada ras kulit putih dan terendah pada ras asia.
Hemangioma lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan dengan pada laki-laki
dengan perbandingan 5:1. Angka kejadian hemangioma meningkat menjadi 20-30% pada
bayi-bayi. Pada dasarnya hemangioma dibagi menjadi dua yaitu hemangioma kapiler
danhemangioma kavernosum. Hemangioma kapiler (hemangioma superfisial) terjadi
pada bagian atas, sedangkan hemangioma kavernosum terjadi pada kulit yang lebih
dalam, biasanya pada bagian dermis dan subkutis. Pada beberapa kasus kedua jenis
hemangioma ini dapat terjadi bersamaan atau disebut dengan hemangioma campuran.
Hemangioma kapiler/ strawberry hemangioma
Hemangioma kapiler terdapat pada waktu lahir atau beberapa hari sesudah lahir.
Lebih sering terjadi pada bayi prematur dan akan menghilang dalam beberapa hari atau
beberapa minggu. Tampak sebagai bercak merah yang makin lama makin membesar,
warnanya menjadi merah menyala, tegang dan berbentuk lobular, berbatas tegas dan

keras pada perabaan. Involusi spontan ditandai oleh memucatnya warna di daerah sentral
lesi menjadi kurang tegang dan lebih mendatar.
Granuloma piogenik, lesi ini terjadi akibat proliferasi kapiler yang sering terjadi sesudah
trauma, jadi bukanoleh karena proses peradangan, walaupun sering disertai infeksi
sekunder. Lesi biasanyasoliter, dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak dan
tersering pada bagiandistal tubuh yang sering mengalami trauma. Mula-mula berbentuk
papula eritematosadengan pembesaran yang cepat. Beberapa lesi dapat mencapai ukuran
1 cm dan dapat bertangkai, mudah berdarah.
Hemangioma kavernosum
lesi ini tidak berbatas tegas, dapat berupa makula eritematosa atau nodus yang
berwarnamerah sampai ungu. Bila ditekan akan mengempis dan cepat mengembung lagi
apabila dilepas. Lesi terdiri dari elemen yang matang. Bentuk kavernosum jarang
mengadakan involusi spontan.
Hemangioma campuran, Jenis ini terdiri atas campuran antara jenis kapiler dan jenis
kavernosum. Gambaranklinisnya juga terdiri atas gambaran kedua jenis tersebut.
Sebagian besar ditemukan padaekstremitas inferior, biasanya unilateral, soliter, dapat
terjadi sejak lahir atau masa anak-anak. Lesi berupa tumor yang lunak, berwarna merah
kebiruan yang kemudian pada perkembangannya dapat memberi gambaran keratotik dan
verukosa. Lokasi hemangioma campuran pada lapisan kulit superfisial. Gambaran klinis
umum ialah adanya bercak merah yang timbul sejak lahir atau beberapa saat setelah lahir,
pertumbuhannya relatif cepat dalam beberapa minggu atau beberapa bulan, warnanya
merah terang bila jenis strawberry atau biru bila jenis kavernosa. Bila besar maksimum
sudah tercapai, biasanya pada umur 9 12 tahun, warnanya menajdi merah gelap.
Penatalaksanaan
Operasi
Indikasi :
1. Ada tanda-tanda bahwa pertumbuhan terlalu cepat, misalnya dalam beberapa
minggu lesi menajdi 3-4 kali lebih besar
2. Hemangioma raksasa dengan trombositopenia
3. Tidak ada regresi spontan, penurunan tersebut tidak terjadi setelah 6-7 tahun. Lesi
terletak pada wajah, leher, tangan atau vulva yang tumbuh cepat, mungkin
memerlukan eksisi untuk mengendalikannya.

Tumor fibrosa jinak. Fibroma berasal dari proliferasi fibroblast bersama


matriksnya. Kelompok ini paling banyak variasinya, antara lain tumor fibrosa
proliferative jinak, tumor fibrosa proliferative pada bayi dan anak, fibromatosis, tumor
desmoid ekstra-abdominal, dan lain-lain. Pada kelompok tumor fibrosa ini, sebagian
besarnya (kecuali tumor desmoids ekstraabdominal) merupakan proses reaktif terutama
akibat inflamasi. Tumor desmoids terjadi pada usia dewasa muda sampai umur 40 tahun,
banyak terjadi pada pria dan lokasi tersering adalah daerah proksimal seperti bahu,
gluteus, posterior femur, poplitea, lengan atas, dan lengan bawah, umumnya lesi tunggal.
Fibrosarkoma
Fibrosarkoma paling sering ditemukan diantara berbagai sarkoma jaringan lunak. Tapi
belakangan ini dengan perbaikan dan peningkatan teknik diagnosis, sebagian tumor yang
terbentuk dari serat kolagen yang di produksi sel spindel didiagnosis sebagai
histiotistoma fibrosa maligna, neurilemoma maligna, dll, sehingga proporsi fibrosarkoma
dalam sarkoma jaringan lunak menurun.

Patologi
Fibroadenoma adalah tumor ganas yang berasal dari sel fibroblas. Konsistensinya
lembut, permukaan irisann umumnya berwarna abu-abu putih atau warna daging ikan,
dapat terjadi nekrosis, hemoragi dan transformasi. Dapat timbul kapsul semu, namun
bila tumor tumbuh relatif besar, batasnya sering tidak jelas, bentuknya dapat tidak
beraturan berekspansi menonjol ke jaringan sekitarnya. Di bawah mikroskopik : struktur
jaringan sangat dismorfik, bukan hanya terdeapat sangat banyak gambaran mitosis, tapi
dapat timbul sel datia tumor berbentuk sangat aneh. Pola ekspansi utamanya adalah
pertumbuhan invasif lokal, dan bukan metastasis jauh, eksisi bedah sulit tuntas. Oleh
karena itu faktor utama itu, faktor utama pengancam pasien fibrosarkoma bukanlah
metastasis, melainkan rekurensi refrakter. Jika timbul diseminasi hematogen, terutama
metastasis ke paru. Pada sedikit kasus dapat juga timbul metastasis kelenjar limfe
regional.

Manifestasi klinik
Usia predileksi fibrosarkoma adalah 30-55 tahun, wanita agak lebih banyak dari pria,
dapat rimbul disetiap lokasi tubuh, namun paling sering timbul di ekstermitas. Gejala
utamanya berupa tumor, tidak nyeri. Perjalanan penyakit lambat, bervariasi dari beberapa
minggu hingga 20 tahun, bila menekan saraf dapat timbul nyeri. Permukaan tumor yang
berlingkup luas, bervolume besar dapat mengalami udem, venodilatasi, ulserasi dan
perdarahan.
Diagnosis
Gejala dan tanda fisik dapat menunjukkan kemungkinan fibrosarkoma, tapi diagnosis
pasti harus mengandalkan diagnosis patologi. Sebelum terapi dilakukan perhatikan
hubungan antara tumor dengan jaringan lapisan dalam, untuk menetapkan batas eksisi.
Bila perlu harus dikerjakan pemeriksaan khusus lain, misal angiografi, dll.
Pemeriksaan pencitraan
Pada fluoroskopi sinar X fibrosarkoma tampak sebagai massa bulat, densitasnya lebih
tinggi dari jaringan lunak sekitar, bila timbul destruksi tulang, retraksi periosteum,
penipisan korteks tulang dan morfologi irreguler, maka pertanda tumor sudah mengenai
tulang, CT, MRI, angiografi arteri pemasok tumor dan lainnya juga membantu dalam
memahami luas invasinya.
Pemeriksaan biopsi
Secara prinsip sebelum terapi setiap sarkoma jaringan lunak, harus terlebih dahulu
diperoleh diagnosis patologi, untuk memastikan jenis tumornya, sebagai dasar handal
untuk memilih metode terapi yang tepat. Harus dengan prosedur bertahap melakukan
pulsan pungsi-biopsi jarum-biopsi insisi-biopsi eksisi.
Diagnosis banding
Fibrosarkoma kadangkala mudah tertukar dengan neurofibroma dan tumor jinak lainnya,
tapi yang terkakhir umumnya memiliki riwayat penyakit lebih panjang, pertumbuhan

lambat, mobilitas tinggi, jarang adhesi dengan jaringan sekitarnya, dapat didiagnosis
jelas secara klinis.
Terapi
Dewasa ini, terapi operasi merupakan piliha pertama terhadap tumor tersebut. Begitu
terbukti dari biopsi, harus dieksisi in too berikut jaringan normal sekitar yang luas. Untuk
daerah kepala, leher, dan khusus lainnya, tidak mudah melakukan eksisi luas, maka
dilakukan eksisi luas terhadap tumor, secara agresif dikombinasi dengan radioterapi dan
kemoterapi. Pada lesi yang masif, atau karena keterbatasan anatomis yang tidak
dimungkinkan eksisi langsung maka dapat dipertimbangkan kemoterapi infus panas
intra-arteri, sampai tumor mengecil berulah dieksisi dan tambah radioterapi pasca
operasi.
Fibroma desmoplastika
Fibroma

desmoplastik

adalah

tumor

dengan

progresivitas

lambat dengan

sel

yangberdiferensiasi baik yang memproduksi kolagen.


Tempat yang paling sering terkena adalah mandibula, femur dan pelvis Epidemiologi
dapat ditemukan baik pada wanita maupun pria.
Gejala klinis biasanya ditemukan sebagai efusi yang terletak dekat dengan sendi. Hanya
12% kasus yang disetai dengan fraktur.
Pemeriksaan radiologi menunjukkan osteolitik meluas , lesi sklerotik meduler dengan
batas tegas.biasanya ditemukan tumor berbentuk oval dalam metaphysis sejajar
dengan sumbupanjang

tulang.

Terdapat

penipisan

pada korteks,

dan

trabekula

memberikantampilan yang berlobul seperti sabun berbuih


Tumor saraf perifer jinak. Biasanya tumor ini berasal dari selubung saraf tepi.
Kelompok tumor ini antara lain adalah neurolemoma, neurofibroma soliter,
neurofibromatosis. Neurofibromatosis tipe I (von Recklinghausen disease) merupakan
kelainan genetic (autosomal dominan) dengan insidensi 1 dari 3000 kelahiran. Penyakit
mulai timbul pada tahun pertama berupa timbulnya bercak caf au lait (coklat

kehitaman) sejalan dengan pertumbuhan, tumor akan tumbuh membesar dan dan menjadi
multiple.
Tumor Jaringan Lunak Ganas . Tumor jaringan lunak ganas terdiri dari tumor
adipose ganas, tumor fibroblastic ganas, tumor fibrohistiotik ganas, tumor otot rangka
ganas, tumor vascular ganas, dan tumor kondro-osseus ganas.Secara umum,
penatalaksanaan tumor jaringan lunak ganas sama dengan tumor tulang ganas.
Kemoterapi dan atau radioterapi adjuvant akan sangat membantu pembedahan dan
ditambah dengan upaya rekonstruksi akan meningkatkan harapan hidup penderita.
2.6Diagnosis
Metode diagnosis yang paling umum selain pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan
biopsi, bisa dapat dengan biopsi aspirasi jarum halus (FNAB) atau biopsi dari jaringan
tumor langsung berupa biopsi insisi yaitu biopsi dengan mengambil jaringan tumor
sebagian sebagai contoh bila ukuran tumornya besar. Bila ukuran tumor kecil, dapat
dilakukan biopsi dengan pengangkatan seluruh tumor. Jaringan hasil biopsi diperiksa
oleh ahli patologi anatomi dan dapat diketahui apakah tumor jaringan lunak itu jinak atau
ganas. Bila jinak maka cukup hanya benjolannya saja yang diangkat, tetapi bila ganas
setalah dilakukan pengangkatan benjolan dilanjutkan dengan penggunaan radioterapi dan
kemoterapi. Bila ganas, dapat juga dilihat dan ditentukan jenis subtipe histologis tumor
tersebut, yang sangat berguna untuk menentukan tindakan selanjutnya.
2.7 Pemeriksaan Penunjang

Foto Rontgen, biasanya tampak massa isodens, berlatar belakang bayangan otot.
Beberapa lesi menunjukkan gambaran yang

spesifik seperti aebolit di dalam

hemangioma, massa kartilago pada osteokondromatosis synovial, kalsifikasi perifer


pada miositis osifikans. Foto rontgen juga bisa menunjukkan reaksi tulang akibat
invasi tumor jaringan lunak seperti destruksi, reaksi periosteal atau remodeling tulang.

USG, mempunyai dua peran yaitu dapat membedakan tumor kistik atau padat, dan
mengukur besarnya tumor. Pada sarcoma jaringan lunak akan didapatkan gambaran
massa hiperechoic, kecuali pada liposarkoma. USG Doppler berwarna sangat berguna
untuk melihat vaskularisasi massa jaringan lunak.

CT Scan, memiliki keunggulan dalam mendeteksi kalsifikasi dan osifikasi, melihat


metastasis di tempat lain (misalnya paru-paru), dan mengarahkan FNAB (biopsy
tertutup) tumor jaringan lunak.

MRI, merupakan modalitas diagnostic terbaik untuk mendeteksi, karakterisasi, dan


menentukan stadium tumor jaringan lunak, MRI mampu membedakan jaringan tumor
dengan otot di sekitarnya dan dapat menilai terkena tidaknya komponen neurovascular
yang penting dalam limb salvage surgery. MRI juga bisa digunakan untuk mengarah
biopsy, merencanakan teknik operasi, mengevaluasi respons kemoterapi, penentuan
ulang stadium, dan evaluasi jangka panjang terjadinya kekambuhan local.

2.8 Terapi
Secara umum, pengobatan untuk jaringan lunak tumor tergantung pada tahap dari
tumor. Tahap tumor yang didasarkan pada ukuran dan tingkatan dari tumor. Pengobatan
pilihan untuk jaringan lunak tumors termasuk operasi, terapi radiasi, dan kemoterapi.

1. Terapi Pembedahan (Surgical Therapy)


Bedah adalah yang paling umum untuk perawatan jaringan lunak tumor. Jika
memungkinkan, dokter akan menghapus kanker dan margin yang aman dari jaringan
sehat di sekitarnya. Penting untuk mendapatkan margin bebas tumor untuk
mengurangi kemungkinan kambuh lokal dan memberikan yang terbaik bagi
pembasmian dari tumor. Tergantung pada ukuran dan lokasi dari tumor, mungkin,
jarang sekali, diperlukan untuk menghapus semua atau bagian dari lengan atau kaki.
2. Terapi radiasi
Terapi radiasi dapat digunakan untuk operasi baik sebelum atau setelah shrink Tumor
operasi apapun untuk membunuh sel kanker yang mungkin tertinggal. Dalam
beberapa kasus, dapat digunakan untuk merawat tumor yang tidak dapat dilakukan
pembedahan. Dalam beberapa studi, terapi radiasi telah ditemukan untuk
memperbaiki tingkat lokal, tetapi belum ada yang berpengaruh pada keseluruhan
hidup.
3. Kemoterapi

Kemoterapi dapat digunakan dengan terapi radiasi, baik sebelum atau sesudah operasi
untuk mencoba bersembunyi di setiap tumor atau membunuh sel kanker yang tersisa.
Penggunaan kemoterapi untuk mencegah penyebaran jaringan lunak tumors belum
membuktikan untuk lebih efektif. Jika kanker telah menyebar ke area lain dari tubuh,
kemoterapi dapat digunakan untuk Shrink Tumors dan mengurangi rasa sakit dan
menyebabkan kegelisahan mereka, tetapi tidak mungkin untuk membasmi penyakit.
Tumor Tulang
Tumor tulang adalah istilah yang dapat digunakan untuk pertumbuhan tulang
yang tidak normal, tetapi umumnya lebih digunakan untuk tumor tulang utama, seperti
osteosarkoma, chondrosarkoma, sarkoma Ewing dan sarkoma lainnya.2
Menurut Errol Untung Hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah
Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455
kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus
tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor
ganas yang sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari
seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang
dalam stadium lanjut. Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika
belum terjadi penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5
tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang
dalam keadaan sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak
segera ditangani maka tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara penyembuhannya
sangat menyakitkan karena terkadang memerlukan pembedahan radikal diikuti
kemoterapi.2
A. Anatomi dan fisiologi muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung
jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem muskuloskeletal adalah jaringan

ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot, tendon, ligament, bursae, dan jaringanjaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.1,2

1. Tulang
a. Bagian-bagian utama tulang rangka
Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah jaringan
hidup yang akan menyuplai darah. Tulang banyak mengandung bahan
kristalin anorganik (terutama garam-garam kalsium) yang membuat tulang
keras dan kaku, tetapi sepertiga dari bahan tersebut adalah jaringan fibrosa
yang membuatnya kuat dan elastis.1

b. Fungsi utama tulang rangka 1


1) Sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi bentuk tubuh.
2) Untuk memberikan suatu sistem pengungkit yang digerakan oleh kerja
otot-otot yang melekat pada tulang tersebut.
3) Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-elemen lain.
4) Untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih serta trombosit dalam
sumsum merah tulang tertentu.

c. Struktur tulang

Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi : 1,2


1) Tulang panjang ditemukan di ekstremitas.
2) Tulang pendek terdapat di pergelangan kaki dan tangan.
3) Tulang pipih pada tengkorak dan iga.
4) Tulang ireguler (bentuk yang tidak beraturan) pada vertebra, tulangtulang wajah dan rahang.
Lapisan terluar dari tulang (cortex) tersusun dari jaringan tulang yang padat,
sementara pada bagian dalam di dalam medulla berupa jaringan sponge.
Bagian tulang paling ujung dari tulang panjang dikenal sebagai epiphyse
yang berbatasan dengan metaphysis. Metaphysis merupakan bagian dimana
tulang tumbuh memanjang secara longitudinal. Bagian tengah tulang dikenal
sebagai diaphysis yang berbentuk silindris. 1
d. Perkembangan dan pertumbuhan tulang
Perkembangan dan pertumbuhan pada tulang panjang tipikal : 1
1) Tulang didahului oleh model kartilago.
2) Kolar periosteal dari tulang baru timbul mengelilingi model korpus.
Kartilago dalam korpus ini mengalami kalsifikasi. Sel-sel kartilago mati
dan meninggalkan ruang-ruang.
3) Sarang lebah dari kartilago yang berdegenerasi dimasuki oleh sel-sel
pembentuk tulang (osteoblast), pembuluh darah dan sel-sel pengikis
tulang (osteoklast). Tulang berada dalam lapisan tak teratur dalam
bentuk kartilago.
4) Proses osifikasi meluas sepanjang korpus dan juga mulai memisah pada
epifisis yang menghasilkan tiga pusat osifikasi.

5) Pertumbuhan memanjang tulang terjadi pada metafisis, lembaran


kartilago yang sehat dan hidup antara pusat osifikasi. Pada metafisis selsel kartilago memisah secara vertikal. Pada awalnya setiap sel
meghasilkan kartilago sehat dan meluas mendorong sel-sel yang lebih
tua. Kemudian sel-sel mati. Kemudian semua ruang membesar untuk
membentuk lorong-lorong vertikal dalm kartilago yang mengalami
degenerasi. Ruang-ruang ini diisi oleh sel-sel pembentuk tulang.
6) Pertumbuhan memanjang berhenti pada masa dewasa ketika epifisis
berfusi

dengan

korpus.

Pertumbuhan

dan

metabolisme

tulang

dipengaruhi oleh mineral dan hormon sebagai berikut : 1


a) Kalsium dan posfor, tulang mengandung 99% kalsium tubuh dan
90% posfor. Konsentrasi kalsium dan posfor dipelihara dalam
hubungan terbalik. Sebagai contoh, apabila kadar kalsium tubuh
meningkat maka kadar posfor akan berkurang.
b) Calcitonin, diproduksi oleh kelenjar tyroid memilki aksi dalam
menurunkan kadar kalsium serum jika sekresinya meningkat diatas
normal.
c) Vitamin D, penurunan vitamin D dalam tubuh dapat menyebabkan
osteomalacia pada usia dewasa.
d) Hormon paratiroid (PTH), saat kadar kalsium dalam serum
menurun, sekresi

hormone paratiroid akan meningkat dan

menstimulasi tulang untuk meningkatkan aktivitas osteoplastik dan


menyalurkan kalsium ke dalam darah.

e) Growth hormone (hormone pertumbuhan), bertanggung jawab


dalam peningkatan panjang tulang dan penentuan jumlah matrik
tulang yang dibentuk pada masa sebelum pubertas.
f) Glukokortikoid, adrenal glukokortikoid mengatur metabolisme
protein.
g) Sex hormone, estrogen menstimulasi aktivitas osteobalstik dan
menghambat peran hormone paratiroid. Ketika kadar estrogen
menurun seperti pada saat menopause, wanita sangat rentan
terhadap menurunnya kadar estrogen dengan konsekuensi langsung
terhadap kehilangan masa tulang (osteoporosis). Androgen, seperti
testosteron, meningkatkan anabolisme dan meningkatkan masa
tulang.

2. Sendi
Artikulasi atau sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulangtulang ini dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita
fibrosa, ligament, tendon, fasia, atau otot. Sendi diklasifikasikan sesuai dengan
strukturnya. 1,2
a. Sendi fibrosa (sinartrodial)
Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Tulang-tulang dihubungkan oleh
serat-serat kolagen yang kuat. Sendi ini biasanya terikat misalnya sutura
tulang tengkorak. 1,2

b. Sendi kartilaginosa (amfiartrodial)

Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan kartilago dan dihubungkan oleh


jaringan fibrosa kuat yang tertanam ke dalam kartilago misalnya antara
korpus vertebra dan simfisis pubis. Sendi ini biasanya memungkinkan
gerakan sedikit bebas. 1,2
c. Sendi synovial (diartrodial)
Sendi ini adalah jenis sendi yang paling umum. Sendi ini biasanya
memungkinkan gerakan yang bebas (misalnya, lutut, bahu, siku, pergelangan
tangan, dll.) tetapi beberapa sendi sinovial secara relatif tidak bergerak (mis.,
sendi sakroiliaka). Sendi ini dibungkus dalam kapsul fibrosa dibatasi dengan
membran sinovial tipis. Membran ini mensekresi cairan sinovial ke dalam
ruang sendi untuk melumasi sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak
membeku, dan tidak berwarna atau berwarna kekuningan. Jumlah yang
ditemukan pada tiap-tiap sendi normal relatif kecil (1 sampai 3 ml). hitung
sel darah putih pada cairan ini normalnya kurang dari 200 sel/ml dan
terutama adalah sel-sel mononuklear. Cairan synovial juga bertindak sebagai
sumber nutrisi bagi rawan sendi. 1,2

3. Otot rangka
Otot rangka merupakan setengah dari berat badan orang dewasa. Fungsi
utamanya adalah untuk menggerakan tulang pada artikulasinya. Kerja ini dengan
memendekkan

(kontraksi)

otot.

Dengan

memanjang

(relaksasi)

otot

memungkinkan otot lain untuk berkontraksi dan menggerakan tulang. Otot ada
yang melekat langsung
terbesarnya

pada

tulang,

tetapi

dimana

bagian

mempengaruhi fungsi (misalnya pada tangan), tangan yang berhubungan


langsung dengan tulang, atau dimana kerjanya perlu dikonsentrasikan, otot
dilekatkan dengan tendon fibrosa. Tendon menyerupai korda, seperti tali, atau
bahkan seperti lembaran (misalnya pada bagian depan abdomen). Tidak ada otot
yang bekerja sendiri. Otot selalu bekerja sebagai bagian dari kelompok, dibawah
kontrol sistem saraf. Fungsi otot dapat digambarkan dengan memperhatikan
lengan atas. Otot bisep dari lengan atas dilekatkan oleh tendon ke skapula.
Perlekatan ini biasanya tetap stasioner dan adalah asal (origo) dari otot. Ujung
yang lain dari otot dilekatkan pada radius. Perlekatan ini untuk menggerakan otot
dan diketahui sebagai insersio dari otot. Bisep adalah otot fleksor ; otot ini
menekuk sendi, mengangkat lengan saat ia memendek. Otot ini juga cenderung
memutar lengan untuk memposisikan telapak tengadah karena titik insersinya.
Otot trisep pada punggung lengan atas adalah otot ekstensor ; otot ini meluruskan
sendi, mempunyai aksi yang berlawanan dengan otot bisep. 1,2

B. Tumor tulang
1. Definisi
Tumor adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif dimana sel-selnya
tidak pernah menjadi dewasa. Tumor tulang primer merupakan tumor tulang dimana
sel tumornya berasal dari sel-sel yang membentuk jaringan tulang, sedangkan tumor
tulang sekunder adalah anak sebar tumor ganas organ non tulang yang bermetastasis
ke tulang.5
Tumor tulang adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana selsel tersebut tidak pernah menjadi dewasa. Dengan istilah lain yang sering digunakan

Tumor Tulang, yaitu pertumbuhan abnormal pada tulang yang bisa jinak atau
ganas.2,5
Tumor tulang merupakan kelainan pada sistem muskuloskeletal yang bersifat
neoplastik. Tumor dalam arti yang sempit berarti benjolan. Sedangkan setiap
pertumbuhan yang baru dan abnormal disebut neoplasma.2

2. Etiologi
Tulang merupakan organ ketiga yang paling sering diserang oleh penyakit
metastatik (penyakit dari suatu organ yang menyebar ke bagian tubuh lainnya).2
Kanker yang paling sering menyebar ke tulang adalah kanker payudara, paruparu, prostat, tiroid dan ginjal. Bila dibandingkan antara karsinoma dan sarkoma,
maka jenis kanker yang lebih sering menyebar ke tulang adalah karsinoma. Tulang
pertama yang biasanya terkena adalah tulang rusuk, tulang panggul dan tulang
belakang; tulang-tulang distal (ujung tubuh) jarang terkena.2,5
Penyebaran terjadi jika suatu tumor tunggal atau sekumpulan sel tumor
masuk ke dalam aliran darah dan melalui pembuluh darah di kanalis Harves sampai
ke sumsum tulang, dimana mereka berkembang biak dan membentuk pembuluh
darah yang baru. Pleksus vena Batson di tulang belakang memungkinkan sel-sel
kanker masuk ke dalam sirkulasi tulang belakang tanpa harus melalui paru-paru
terlebih dahulu. Aliran darah di dalam pleksus ini sangat lambat sehingga sel-sel
kanker bisa bertahan hidup dan mempertinggi angka kejadian metastase kanker
prostat ke tulang belakang.2
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini,
penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat
meningkatkan kejadian tumor tulang.4,7

a. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi.


b. Keturunan.
c. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit Paget (akibat
pajanan radiasi).

3. Klasifikasi
Klasifikasi tumor tulang adalah sebagai berikut : 2,7,8
a. Primer
1) Tumor yang membentuk tulang (osteogenik)
a) Jinak
Osteoid osteoma
b) Ganas

Osteosarkoma

Osteoblastoma

Parosteal osteosarkoma

2) Tumor yang membentuk tulang rawan (kondrogenik)


a) Jinak
Kondroblastoma
b) Ganas

Kondrosarkoma

Kondromiksoid fibroma

Enkondroma

Osteokondroma

3) Tumor jaringan ikat (fibrogenik)


a) Jinak
Non ossifying fibroma
b) Ganas
Fibrosarkoma
4) Tumor sumsum tulang (myelogenik)
Ganas :

Multiple myeloma

Sarkoma Ewing

Sarkoma sel reticulum

5) Tumor lain-lain
a) Jinak
Giant cell tumor
b) Ganas

Adamantinoma

Kordoma

b. Sekunder / metastatik
Tumor Tulang Metastatik merupakan tumor tulang yang berasal dari tumor di
bagian tubuh lain yang telah menyebar ke tulang.
1) Lesi tulang metastatik dibagi menjadi 3 kelompok :
a) Lesi osteolitik
b) Lesi osteoblastik
c) Lesi campuran

Lesi osteolitik paling sering ditemukan pada proses destruktif


(penghancuran tulang). Lesi osteoblastik terjadi akibat pertumbuhan
tulang baru yang dirangsang oleh tumor. Secara mikroskopis, sebagian
besar tumor tulang metastatik merupakan lesi campuran.
2) Neoplasma Stimulating Lesions
a) Simple bone cyst
b) Aneurysmal bone cyst

c) Fibrous dysplasia
d) Eosinophilic granuloma
e) Brown tumor / hyperparathyroidism
c. Klasifikasi menurut TNM
1) T (Tumor induk)
TX. Tumor tidak dapat dicapai
T0. Tidak ditemukan tumor primer
T1. Tumor terbatas dalam periost
T2. Tumor menembus periost
T3. Tumor masuk dalam organ atau struktur sekitar tulang
2) N (Kelenjar limf regional)
N0. Tidak ditemukan tumor di kelenjar limf
N1. Tumor di kelenjar limf regional
3) M (Metastasis jauh)
M1. Tidak ditemukan metastasis jauh
M2. Ditemukan metastasis jauh

4. Patofisiologi
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel
tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses
destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses
pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik, karena
adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat
tempat lesi terjadi, sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.3,6

Faktor resiko: keturunan, radiasi, tidak diketahui pasti

Etologi

Adanya tumor tulang

Jaringan lunak diinvasi oleh tumor

Reaksi tulang normal

Osteolitik (destruksi tulang), Osteoblastik (pembentukan tulang).

Pertumbuhan tulang yang abortif

Gambar 1. Skema Patofisiologi Tumor Tulang 3,6

5. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala tumor tulang yaitu : 4,7


a. Nyeri dan / atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi
semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas
penyakit).

b. Fraktur patologik.
c. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan
yang terbatas.
d. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya
pelebaran vena.
e. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat
badan menurun dan malaise.

6. Pemeriksaan fisik 4,7


a. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit diatas massa serta adanya
pelebaran vena.
b. Pembengkakan pada / di atas tulang atau persendian serta gerakan yang
terbatas.
c. Nyeri tekan atau nyeri lokal pada sisi yang sakit.

7. Pemeriksaan diagnostik
Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang
diagnosis seperti : 1,2,8
a.
b.
c.
d.
e.

Foto roentgen
Radiografi
Tomografi
MRI
Mielogram

f.
g.
h.
i.
j.

Asteriografi
Pemindaian tulang
Radiostop / biopsi tulang bedah
Tomografi paru
Tes lain untuk diagnosis banding, aspiraasi sumsum tulang belakang

(sarkoma Ewing)
k. Pemeriksaan biokimia darah dan urine
Pemeriksaan foto toraks dilakukan sebagai prosedur rutin serta untuk followup adanya stasis pada paru-paru. Fosfatase alkali biasanya meningkat pada sarkoma
osteogenik. Hiperkalsemia terjadi pada kanker tulang metastasis dari payudara, paru,
dan ginjal. Gejala hiperkalsemia meliputi kelemahan otot, keletihan, anoreksia,
mual, muntah, poliuria, kejang dan koma. Hiperkalsemia harus diidentifikasi dan
ditangani segera. Biopsi bedah dilakukan untuk identifikasi histologik. Biopsi harus
dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang terjadi
setelah eksesi tumor.2,8

Gambaran foto roentgen tumor tulang


Kondroma
Kira-kira 50 % enkondroma terdapat pada tulang-tulang tangan dan kaki; sekitar
40 % pada tangan clan 10 % pada kaki. Gambaran radiologik tulang rawan
adalah radiolusen, sehingga tumor ini akan terlihat sebagai bayangan radiolusen
yang berbatas tegas di daerah medula. Kadang-kadang tampak pelebaran tulang
karena ekspansi dan tampak penipisan korteks, kadang-kadang terlihat
perkapuran dan hal ini penting untuk diagnosis.8
Umumnya kondroma adalah soliter. Enkondroma pada tulang pipih dan tulang
yang besar lebih jarang tetapi penting oleh karena pada tulang-tulang ini lebih

sering ditemukan kondrosarkoma. Bila bertambah besar dengan cepat dan terasa
sakit harus difikirkan kemungkinan tumor menjadi ganas (degenerasi maligna). 8

Gambar 2. Kondroma 8

Osteokondroma
Biasanya mengenai tulang panjang, terutama sekitar lutut. Tumor mulai pada
metafisis, tetapi karena tulang tumbuh, makin lama makin bergeser ke diafisis.
Biasanya soliter, kadang-kadang multipel dan dikenal sebagai diaphyseal
aclasia. Degenerasi maligna pada osteokondroma soliter sekitar 1 %, sedangkan
pada diaphyseal aclasia sekitar 10 %. 8
Gambaran radiologik : tampak penonjolan tulang dengan korteks dan spongiosa
yang normal. Komponen tulang rawan seringkali tidak kelihatan karena berada
di luar tulang; dapat dilihat dengan CT-Scan. Dengan bertambahnya umur

pasien terlihat kalsifikasi pada tulang rawan yang makin lama makin banyak.
Gambaran radiologik tumor ini khas.

Gambar 3. Osteokondroma 8

Kondroblastoma
Biasanya penderita mengeluh sakit di daerah sendi, karena tumor kebanyakan
pada epifisis dan berhubungan dengan lempeng epifiser.
Gambaran radiologik : tampak sebagai bayangan radiolusen, biasanya berbentuk
bundar dengan batas yang tegas. Kadang kadang tampak pinggiran sklerotik.
Kalsifikasi terdapat pada kira-kira 50 %.
Diagnosis banding : 8

Giant cell tumor

Abses Brodie

Tuberkulosis tulang

Gambar 4. Kondroblastoma 8
Kondromiksoid fibroma
Tumor ini biasanya didapatkan pada anak-anak dan dewasa muda. Pada tulang
panjang paling banyak di daerah metafisis dan lokasinya eksentrik, paling sering
pada tulang sekitar lutut. Gambaran radiologik : tumor ini tampak sebagai
daerah yang radiolusen di daerah metafisis tulang panjang, letaknya eksentris,
berbatas tegas, kadang-kadang dengan pinggiran sklerotik. Korteks menipis
karena ekspansi tumor. Tidak ada reaksi periosteal. Kalsifikasi jarang. Kadangkadang terdapat gambaran menyerupai busa sabun (soap-buble appearance).8
Diagnosis banding : 8
Giant cell tumor & kista tulang aneurisma (aneurysmal bone cyst).

Gambar 5. Kondromiksoid Fibroma 8


Osteoma
Tumor jinak tulang ini termasuk jarang dan terdiri seluruhnya dari tulang yang
berdiferensiasi baik. Biasanya ditemukan di daerah sinus paranasal dan
kalvarium. Bila lokasinya pada sinus paranasal dapat menimbulkan gangguan
drainase.8
Gambaran radiologik : Biasanya terlihat sebagai bayangan opak yang bundar
atau lonjong, berbatas tegas. Jarang lebih besar dari 2,5 cm.8

Gambar 6. Osteoma 8

Giant cell tumor


Tumor ini biasanya dijumpai pada usia dewasa, setelah terjadi fusi tulang.
Kebanyakan dijumpai pada usia 30-40 tahun. Pada tulang panjang, tumor ini
lokasinya pada ujung tulang (subartikuler), paling sering sekitar sendi lutut.8
Gambaran radiologik : tampak daerah radiolusen pada ujung tulang panjang
dengan batas yang tidak tegas. Ada zona transisi antara tulang normal dan
patologik,

biasanya

kurang

dari

cm.

Lesi biasanya eksentrik, bersifat ekspansif sehingga korteks menjadi tipis. Tidak
ada reaksi periosteal. Tumor yang sudah besar dapat mengenai seluruh lebar
tulang dan sering terjadi fraktur patologik.8

Gambar 7. Giant Cell Tumor 8

Osteosarkoma
Merupakan tumor ganas primer tulang yang paling sering dengan prognosis
yang buruk. Kebanyakan penderita berumur antara 10-25 tahun. Jumlah kasus
meningkat lagi setelah umur 50 tahun yang disebabkan oleh adanya degenerasi
maligna,

terutama

penyakit

Paget.8

Paling sering ditemukan sekitar lutut, yaitu lebih dari 50 %. Tulang-tulang yang
sering terkena adalah femur distal, tibia proksimal, humerus proksimal, dan
pelvis. Pada tulang panjang, tumor biasanya mengenai metafisis. Garis epifiser
merupakan barrier dan tumor jarang menembusnya. Metastasis cepat terjadi
secara hematogen, biasanya ke dalam paru.8

Gambaran radiologik : tampak tanda-tanda destruksi tulang yang berawal pada


medula dan terlihat sebagai daerah yang radio lusen dengan batas yang tidak
tegas. Pada stadium yang masih dini terlihat reaksi periosteal yang gambarannya
dapat lamelar atau seperti garis-garis tegak lurus pada tulang (sunray
appearance). Dengan membesarnya tumor, selain korteks juga tulang
subperiosteal akan dirusak oleh tumor yang meluas ke luar tulang. Dari reaksi
periosteal itu hanya sisanya yaitu pada tepi yang masih dapat dilihat, berbentuk
segi tiga dan dikenal sebagai segi tiga Codman. Pada kebanyakan tumor ini
terjadi penulangan (ossifikasi) dalam jaringan tumor sehingga gambaran
radiologiknya variabel bergantung pada banyak sedikitnya penulangan yang
terjadi. Pada stadium dini gambaran tumor ini sukar dibedakan dengan
osteomielitis.8

Gambar 8. Osteosarkoma 8

Sarkoma Ewing
Tumor ganas primer ini paling sering mengenai tulang panjang, kebanyakan
pada diafisis. Tulang yang juga sering terkena adalah pelvis dan tulang iga.
Kira-kira 75 % dari penderita dibawah umur 20 tahun, paling sering umur 5-15
tahun.8
Metastasis terjadi cepat secara hematogen ke paru-paru atau tulang-tulang
lainnya di mana gambaran metastasisnya mirip dengan tumor primernya. 8
Tumor ini sensitif terhadap terapi penyinaran, tetapi tidak kurabel. Sifat radio
sensitif ini penting untuk diagnostik.8
Gambaran radiologik : tampak lesi destruktif yang bersifat infiltratif yang
berawal di medula; pada foto terlihat sebagai daerah daerah radiolusen. Tumor
cepat merusak korteks dan tampak reaksi periosteal. Kadang-kadang reaksi
periostealnya tampak sebagai garis-garis yang berlapis-lapis menyerupai kulit
bawang dan dikenal sebagai onion peel appearance. Gambaran ini pernah
dianggap patognomonis untuk tumor ini, tetapi ternyata bisa dijumpai pada lesi
tulang lain.8
Tumor membesar dengan cepat, biasanya dalam beberapa minggu tampak
destruksi tulang yang luas dan pembengkakan jaringan lunak yang besar karena
infiltrasi tumor ke jaringan sekitar tulang. Kadang-kadang tumor ini pada
metafisis tulang panjang sehingga sukar dibedakan dengan osteosarkoma. Juga
tumor ini kadang-kadang memberikan gambaran radiologik yang sukar
dibedakan dengan osteomielitis.8

Gambar 9. Sarkoma Ewing 8

Simple bone cyst


Kista tulang ini bukan neoplasma tetapi gambaran radiologiknya mirip dengan
tumor jinak tulang. Selalu soliter dan biasanya ditemukan pada metafisis
proksimal humerus, femur, atau tibia. Etiologinya tidak diketahui.8
Gambaran radiologik: tampak bayangan radiolusen pada tulang dengan batas
tegas dan tepi sklerotik. Korteks menipis dan kadang-kadang mengembung
keluar. Lesi dapat unilokuler atau multilokuler.8

Gambar 10. Simple Bone Cyst

Aneurysmal bone cyst


Kelainan ini bukan neoplasma. Etiologinya tidak diketahi, diduga kelainan
vaskular yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah. Kira-kira 70 % lesi ini
dijumpai pada usia 5-20 tahun. Kelainan ini dapat ditemukan pada tiap bagian
dari skelet. Pada tulang panjang biasanya di daerah metafisis.8
Gambaran radiologik : tampak daerah radiolusen pada tulang yang memberi
kesan adanya destruksi tulang. Lesi bersifat ekspansif, korteks menjadi sangat
tipis dan mengembung keluar. Gambaran sangat mirip dengan giant cell tumor.
Batas lesi tegas dan seringkali disertai tepi sklerotik; sifat-sifat ini penting untuk
membedakannya dari giant cell tumor yang mempunyai batas tidak tegas.8

Gambar 11. Aneurysmal Bone Cyst

8. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah : 4,7
a. Gangguan produksi antibodi.
b. Infeksi akibat kerusakan sumsum tulang.
c. Fraktur patologik.
d. Gangguan hematologik.

9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor,
pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal
dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan meliputi
pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi kombinasi.4,7

Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan


kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin
(doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi
(MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau
dalam kombinasi.2,4,7
Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian
cairan normal intravena, diuretika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat,
mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid.4,7

10. Pencegahan
Berikut ini beberapa pencegahan tumor tulang : 4,7
a.

Filter air yang diminum


Penelitian telah menunjukkan bahwa air yang anda minum langsung dari
wastafel dapat menyebabkan tumor tulang.

b.

Merendam daging yang akan dipanggang


Merendam daging sekitar satu jam ditujukan untuk mencegah daging yang
dipanggang menyebabkan tumor tulang.

c.

Mengkonsumsi kopi
Kopi telah dikenal untuk mencegah berbagai jenis kanker termasuk tumor
tulang. Mengkonsumsi 4-5 cangkir kopi sehari dapat membantu mencegah
tumor tulang.

d.

Mengkonsumsi banyak air minum


Air dapat mengurangi risiko kanker dengan minum 8 gelas air setiap hari.

e.

Mengkonsumsi suplemen kalsium


Kalsium membantu memperkuat tulang serta sistem kekebalan tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC
2. Rasjad, Choiruddin. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makasar : Bintang
Lamimpatue
3. Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
4. Gole, Danielle & Jane Chorette. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi.
Jakarta : EGC
5. Otto, Shirley E. 2003. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC
6. Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses
Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
7. Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III.
Edisi 8. Jakarta : EGC
8. Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik. Jakarta : Badan Penerbit FK UI.

Anda mungkin juga menyukai