Bab 2 Tinjauan Pustaka
Bab 2 Tinjauan Pustaka
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Glaukoma merupakan kelompok penyakit yang biasanya memiliki satu
gambaran berupa kerusakan nervus optikus yang bersifat progresif yang
disebabkan karena peningkatan tekanan intraokuler (TIO). Sebagai akibatnya
akan terjadi gangguan lapang pandang dan kebutaan. Glaukoma biasanya
menimbulkan gangguan pada lapang pandang perifer pada tahap awal dan
kemudian akan mengganggu penglihatan sentral. Glaukoma ini dapat tidak
bergejala karena kerusakan terjadi lambat dan tersamar. Glaukoma dapat
diobati jika dapat terdeteksi secara dini. Berdasarkan gangguan aliran humor
aqueous, glaukoma diklasifikasikan menjadi glaukoma sudut terbuka dan
glaukoma sudut tertutup. Sedangkan berdasarkan adanya keadaan lain yang
berhubungan dengan peningkatan TIO, glaukoma dibedakan menjadi
glaukoma primer dan sekunder (Ilyas, 2012).
Glaukoma kongenital adalah suatu glaukoma yang terjadi pada bayi
atau anak-anak, terjadi akibat penutupan bawaan dari sudut iridokorneal oleh
suatu membran yang dapat menghambat aliran dari humor aqueous sehingga
dapat meningkatkan TIO. Kondisi ini progresif dan biasanya bilateral dan
dapat merusak saraf optik. Glaukoma kongenital primer atau infantile terjadi
saat lahir atau dalam tahun pertama kehidupan. Kondisi ini terjadi karena
abnormalitas pada perkembangan anterior chamber angle yang menghambat
aliran aqueous pada ketiadaan anomali sistemik atau malformasi okular
lainnya. Glaukoma infantile sekunder berhubungan dengan inflamasi,
neoplastik, hamartomatus, metabolik, atau abnormalitas kongenital lainnya.
Glaukoma juvenilee primer disadari kemudian pada masa kanak-kanak
(umumnya setelah umur 3 tahun) atau pada awal masa dewasa (The Eye M.D
Association, 2001).
2.2. Klasifikasi
Glaukoma kongenital dapat dibagi menjadi: (1) Glaukoma kongenital
primer, yang menunjukkan kelainan perkembangan terbatas pada sudut
kamera anterior. (2) Anomali perkembangan segmen anterior, pada sindrom
3
Axenfeld, anomali Peter, dan sindrom Reiger. Disini perkembangan iris dan
kornea juga abnormal. Dan (3) berbagai kelainan lain, termasuk aniridia,
sindrom Sturge-Weber, neurofibromatosis, dan rubella kongenital. Pada
keadaan ini, anomali perkembangan pada sudut disertai dengan kelainan
okular dan ekstraokular lain. (The Eye M.D Association, 2001).
1. Glaukoma kongenital primer (trabekulodisgenesis)
Glaukoma kongenital primer terjadi akibat
terhentinya
sebagai
sindrom
Axenfeld.
Hal
ini
mirip
dengan
b. Dinding bola mata yang terdiri dari: sklera dan kornea. Kornea
kecuali sebagai dinding.
c. Juga berfungsi sebagai jendela untuk jalannya sinar.
d. Isi bola mata, yang terdiri atas macam-macam bagian dengan
fungsinya masing-masing.
4. Sistem kelenjar bola mata
Terbagi menjadi 2 bagian :
a. Kelenjar air mata yang fungsinya sebagai penghasil air mata.
b. Saluran air mata yang menyalurkan air mata dari forniks konjungtiva
ke dalam rongga hidung (The Eye M.D Association, 2001).
2.6. Epidemiologi
Glaukoma pada anak bersifat heterogen. Galukoma kongenital primer,
dihitung kira-kira 50%-70% dari glaukoma kongenital, terjadi kurang
daripada glaukoma dewasa primer dan jarang terjadi (1 dalam 10.000
kelahiran). Dari kasus glaukoma pediatrik, 60% didiagnosis pada umur 6
bulan dan 80% dalam tahun pertama kehidupan. Perkiraan 65% pasien adlah
laki-laki dan terjadi bilateral dalam 70% kasus.
Meskipun ada dugaan tentang adanya suatu autosomal dominan
inheritan, kebanyakan pasien memperlihatkan pola resesif dengan penetran
variabel atau inkomplit, dan kemungkinan multifaktorial inheritan. Beberapa
tipe glaukoma juvenile yang mempunyai pola autosomal dominan inheritan
dikelompokkan pada kromosom IQ 21-31. Beberapa kasus glaukoma
kongenital primer dihubungkan dengan penyusunan kembali pola kromosom.
Awal kekacauan ini bervariasi. Sebelum adanya terapi operasi yang efektif,
kasus terburuk dengan penyakit ini hampir selalu menyebabkan kebutaan.
Beberapa pasien dengan glaukoma kongenital, infantile atau juvenile
kemungkinan juga menderita sindrom Axenfeld, sindrom Rieger, aniridia,
atau kekacauan multi sistemik genetik. Semua pasien glaukoma anak dan
pasien dewasa yang menderita glaukoma pada masa anak-anak harus
dievaluasi oleh seorang ahli genetik untuk tujuan konseling (Wijana, 1993;
The Eye M.D Association, 2001).
2.7. Etiologi
Kelainan ini akibat terdapatnya membran kongenital yang menutupi
sudut bilik mata pada saat perkembangan bola mata, kelainan pembentukan
kanal Schlemm dan saluran keluar cairan mata yang tidak sempurna
terbentuk. Glaukoma kongenital juga berhubungan dengan penyakit
kongenital
lainnya.
Seperti
including
Sturge-Weber
syndrome,
10
Glaukoma jenis ini terjadi sejak lahir, atau pada tahun pertama setelah
lahir. Kelainan ini terjadi karena terhentinya pertumbuhan struktur sudut
iridokorneal sejak dalam kandungan kira-kira saat janin berumur 7 bulan.
Pada glaukoma ini, sejak lahir penderita memiliki bola mata yang besar yang
disebut bufthalmos. Bufthalmos disebabkan oleh kenaikan TIO saat masih
dalam kandungan dan mendesak dinding bola mata bayi yang masih lentur,
akibatnya sklera menipis dan kornea akan membesar dan keruh. Bayi akan
takut melihat cahaya karena kornea yang keruh akan memecah sinar yang
datang sehingga bayi merasa silau. Bayi cenderung rewel, karena peningkatan
TIO menyebabkan rasa tegang dan sakit pada mata.
Karena penemuan gambaran histopatologis pada glaukoma infantile
bervariasi, banyak teori yang telah dikemukakan, yang dibagi dalam 2
kelompok utama. Beberapa peneliti mengemukakan bahwa kelainan pada sel
atau membran trabecular meshwork merupakan mekanisme patologi primer.
Kelainan ini digambarkan sebagai salah satu anomaly impermeable
trabecular meshwork atau suatu membran yang menutupi trabekula
meshwork. Peneliti lain menegaskan suatu kelainan segmen anterior yang
lebih meluas. Termasuk kelainan insersi muskulus siliaris.
Meskipun kecepatan mekanisme dari glaukoma infantile primer tetap
tidak terbukti, terdapat sedikit keraguan bahwasanya
penyakit ini
11
Gambar buphtalmos
12
Gambar epifora
2. Tajam penglihatan
Tajam penglihatan dapat berkurang karena atrofi nervus optikus,
kekeruhan kornea, astigmat, ambliopia, katarak, dislokasi lensa, atau
ablasio retina. Ambliopia dapat disebabkan oleh kekeruhan kornea atau
kesalahan refraktif. Pembesaran mata dapat menyebabkan terjadinya
miopia, dimana robekan pada membran Descemet dapat menyebabkan
astigmat yang besar. Penilaian yang tepat dapat mencegah atau
mengobati ambliopia seharusnya dilakukan sedini mungkin.
3. Tonometer
Tonometri merupakan pemeriksaan untuk menentukan tekanan
bola mata seseorang berdasarkan fungsinya dimana tekanan bola mata
merupakan keadaan mempertahankan mata bulat sehingga tekanan bola
mata yang normal tidak akan memberikan kerusakan saraf optik atau
yang terlihat sebagai kerusakan dalam bentuk kerusakan glaukoma pada
papil saraf optik. Batas tekanan bola mata tidak sama pada setiap
individu, karena dapat saja tekanan ukuran tertentu memberikan
kerusakan pada papil saraf optik pada orang tertentu. Untuk hal demikian
yang dapat kita temukan kemungkinan tekanan tertentu memberikan
kerusakan. Dengan tonometer Schiotz tekanan bola mata penderita
diukur.
Pengukuran TIO pada beberapa bayi berumur dibawah 6 bulan
dapat dilakukan tanpa menggunakan anestesi umum atau sedatif, yaitu
dengan melakukan pengukuran ketika bayi itu tidur atau makan.
Bagaimana evaluasi yang kritis pada bayi memerlukan pemeriksaan
dalam anestesi. Banyak bahan anestesi umum atau sedatif yang dapat
menurunkan TIO, kecuali ketamin yang menaikkan TIO. Sebagai
tambahan, bayi dapat mengalami dehidrasi dalam persiapan untuk
13
a.
b.
c.
d.
kerusakan pada papil saraf optik. Reaksi mata tidak sama pada setiap
orang, sehingga tidaklah sama tekanan normal pada setiap orang. Tujuan
pemeriksaan dengan tonometer atau tonometri untuk mengetahui tekanan
bola mata seseorang. Tonometer yang diletakkan pada permukaan mata
atau kornea akan menekan bola mata ke dalam. Tekanan ke dalam ini
akan mendapatkan perlawanan tekanan dari dalam bola mata melalui
kornea.
4. Gonioskopi
Gonioskopi adalah suatu metode pemeriksaan sudut untuk
mengetahui sudut drainase mata, juga untuk melihat hal-hal yang
terdapat pada sudut bilik mata seperti benda asing. Tes ini penting untuk
menentukan
apakah
sudut
terbuka,
tertutup,
atau
sempit
dan
14
kanal
sklera
membesar
sebagai
respon
kenaikan TIO,
15
optikus,
tetapi
pola
kelainan
lapangan
pandang,
sifat
16
17
sklerokornea,
Peter
anomaly)
e. Keratomalasia
f. Gangguan metabolik yang dihubungkan dengan abnormalitas
kornea (mukopolisakaridosis, liposis kornea, cystinosis, penyakit
von Glerke)
g. Gangguan kulit yang mempengaruhi kornea (ichtyosis congenital
5.
18
.15. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan
adalah
untuk
mempertahankan
tajam
gagal,
kombinasikan
19
dicoba glaucoma valve-shunt. Jika cara ini juga gagal, dapat dilakukan
cyclodestruktif dengan laser.
Pembedahan lebih dipilih karena masalah pada penggunaan obat,
kurangnya pengetahuan tentang kumulatif dan efek sistemik obat pada
bayi, respon yang jelek dari obat- obat seperti antagonis beta adrenergik
atau carbonic anhydrase inhibitor dapat digunakan dahulu sebelum
pembedahan untuk mengontrol TIO dan menjernihkan kornea yang
berkabut. Obat-obat ini harus digunakan dengan hati-hati dan dosis
menurut berat badan anak untuk mencegah efek samping obat seperti
apneu dan hipotensi. Pembedahan mempunyai angka kesuksesan yang
tinggi dan rendahnya insiden komplikasi.
Pembedahan secepat mungkin itu penting. Kenaikan TIO yang lama
akan menyebabkan kerusakan yang berat. Dengan pembedahan yang tepat
dan cepat dapat menungkatkan peluang keberhasilan menurunkan TIO
sebelum tekanan yang tinggi menimbulkan tekanan yang permanen dan
adhesi trabekula. Pembedahan dianjurkan secepat mungkin setelah
diagnosis ditegakkan dan sering dilakukan pada hari kedua atau ketiga
pada pasien baru lahir dengan glaukoma.
Goniotomi dan trabekulektomi sebaiknya dilakukan oleh ahli bedah
berpengalaman saja. Keduanya memerlukan teknik yang tepat supaya
berhasil dan mengurangi komplikasi. Operasi yang pertama mempunyai
peluang sukses yang besar. Jika terjadi komplikasi, seperti hemoragi dan
bilik sempit, kesempatan untuk mengobati anak dapat hilang.
.15. Prognosis
Prognosis glaukoma kongenital adalah baik dalam 80%-90% pada
pasien yang ditangani lebih awal. Prognosis paling baik terlihat pada bayi
dengan operasi trabekulodisgenesis antara umur 2 bulan sampai 8 bulan.
Prognosis buruk terjadi pada bayi dengan peningkatan TIO dan kekeruhan
kornea saat lahir. Pada kasus yang tidak diobati, kebutaan timbul dini.
Mata mengalami peregangan hebat dan bahkan dapat ruptur hanya akibat
trauma ringan. Pencekungan diskus optikus khas glaukoma relatif cepat,
yang menekankan perlunya terapi segera.
Prognosis glaukoma kongenital dipengaruhi lama berlangsungnya
(durasi) glaukoma kongenital, kemungkinan komplikasu glaukoma
20