Anda di halaman 1dari 15

Assalammualaikum

Wr.Wb.

HUKUM WARIS MENURUT


UNDANG-UNDANG

A. Pengertian Hukum Waris


Menurut kompilasi Hukum Islam
Pasal 171 huruf a Inpres Nomor 1 Tahun 1991 berbunyi:
Hukum warisan adalah
hukum yang mengatur
tentang pemindahan hak pemilik harta peninggalan
(tirkah) pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak
menjadi ahli waris dan berapa bagian masing-masing.
Menurut Vollmart
Hukum waris adalah perpindahan dari sebuah harta
kekayaan seutuhnya, jadi keseluruhan hak-hak dan
wajib-wajib, dari orang yang mewariskan kepada
warisnya (Vollmart, 1989: 373).
Menurut Pitlo
Hukum waris adalah kumpulan peraturan, yang
mengatur hukum mengenai kekeyaan karena wafatnya
seseorang, yaitu mengenai pemindahan ini bagi orangorang yang memperolehnya, baik dalam hubungan
antara mereka dengan mereka, maupun dalam
hubungan antara mereka dengan pihak ketiga (Pitlo,
1981: 1).

B.Perihal Hukum Waris


Menurut undang-undang ada dua
cara mendapatkan warisan
yaitu:
1.Sebagai ahli waris menurut
ketentuan undang-undang
2.Karena ditunjuk dalam
surat wasiat (tastement)

Menurut pasal 834 B.W


Seorang ahli waris berhak untuk
menuntut supaya segala apa
saja yang termasuk harta
peninggalan si meninggal
diserahkan padanya
berdasarkan haknya sebagai
ahli waris.

Ketidakpatutan (Onwaardig)
Pasal 838 mengatakan, yang dianggap tidak patut menjadi
ahli waris dan karenanya dikecualikan dari pewarisan
adalah:
1. mereka yang telah dihukum karena dipersalahkan
membunuh atau mencoba membunuh si pewaris,
2. mereka yang dengan putusan hakim pernah
dipersalahkan karena secara fitnah telah
mengajukan pengaduan terhadap si pewaris, ialah
suatu pengaduan telah melakukan sesuatu kejahatan
yang terancam dengan hukuman penjara 5 tahun
lamanya atau hukuman yang lebih berat,
3. mereka yang dengan kekerasan atau perbuatan telah
mencegah si pewaris untuk membuat atau mencabut
wasiatnya,
4. mereka yang telah menggelapkan, merusak atau
memalsukan surat wasiat si pewaris.

C. Perihal Wasiat
Pasal 874 B.W.
menerangkan tentang arti wasiat yang
mengandung suatu syarat bahwa isi
pernyataan itu tidak boleh bertentangan
dengan undang-undang. Suatu wasiat
harus berisikan suatu erfstelling yaitu
penunjukkan seorang atau beberapa orang
menjadi ahli waris yang akan mendapat
seluruh atau sebagian dari warisan.

D. Cara Untuk Menyelenggarakan


Pembagian Warisan
Pewarisan Menurut Undang-Undang (Ab Intestato)
Pewarisan menurut undang-undang ialah pembagian warisan
kepada orang-orang yang mempunyai hubungan darah yang
terdekat dengan si pewaris

Mewaris Berdasarkan Haknya Sendiri


Para ahli waris yang terpanggil untuk mewaris karena
kedudukannya sendiri berdasarkan hubungan darah antara ia
dengan pewaris (852 B.W.)

Ahli waris karena penggantian tempat


Ahli waris yang merupakan (keturunan) keluarga
sedarah dari pewaris, yang muncul sebagai
pengganti tempat orang lain, yang seandainya tidak
mati lebih dahulu dari pewaris, sedianya akan
mewaris (pasal 841 B.W.)

E. Pola Pembagian Warisan


Orang-orang yang tidak berhak mendapat
warisan dari pewaris adalah:
1.

2.

mereka yang telah dihukum karena dipersalahkan telah


membunuh atau mencoba membunuh atau menganiaya
berat si yang meninggal (Pasal 838 ayat (1) KUH Perdata,
Pasal 172 ayat (1) Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang
Kompilasi Hukum Islam);
mereka dengan putusan Hakim pernah dipersalahkan
karena memfitnah telah mengajukan pengaduan terhadap si
yang meninggal, ialah suatu pengaduan telah melakukan
sesuatu kejahatan yang terancam dengan hukuman penjara
5 (lima) tahun lamanya atau hukuman yang lebih berat

Orang-orang yang berhak menerima


warisan
1.

2.

Ditentukan oleh undang-undang


Diatur didalam Pasal 832 KUH Perdata dalam

Pasal 174 Inpres Nomor 1 Tahun 1991


Wasiat
Ahli waris menurut wasiat adalah waris yang
menerima warisan, karena adanya wasiat
(testamen) dari pewaris kepada ahli waris, yang
dituangkannya dalam surat wasiat. Surat wasiat
(testamen) adalah suatu akta terjadi setelah ia
meninggal dunia, dan olehnya dapat dicabut
kembali (Pasal 875 KUH Perdata).

F. Bagian yang Diterima Ahli Waris dan


Hak-hak Khusus Ahli Waris
Hak Saisine
Hak ini diatur dalam pasal 833 B.W. sekalian ahli waris
dengan sendirinya karena hukum memperoleh hak milik
atas segala barang, segala hak dan segala piutang si yang
meninggal.

Hak Hereditatis Petitio


Diatur dalam pasal 384 dan 385 B.W. sebenarnya hak ini
dapat dilihat sebagai pelengkap daripada hak saisine,
karena dengan saisine, maka hak-hak dan kewajibankewajiban pewaris berpindah kepada ahli waris, termasuk
hak-hak tuntut yang dipunyai dan mungkin sedang
dijalankan oleh pewaris dan juga yang belum mulai
dilaksnakan.

Hukum waris BW telah ditentukan


bagian-bagian yang akan diterima ahli
waris
Bagian Keturunan dan Suami-Istri (Pasal 852
KUH Perdata)
Bagian Bapak, Ibu, Saudara Laki-Laki, dan
Saudara Perempuan (Pasal 854 sampai dengan
Pasal 856 KUH Perdata)
Bagian Anak Luar Kawin (Pasal 862 sampai
dengan Pasal 871 KUH Perdata)
Anak Zina (Pasal 867 KUH Perdata)

G. Kelahiran Anak di Luar


Pernikahan (Natuurlijke Kinderen)
Dalam Burgelijk Wetboek yang yang
mengatur mengenai hubungan hukum
tentang warisan antara si ibu dan si anak di
luar pernikahan, ada peraturan istimewa
yaitu tercantum pada pasal-pasal 862
sampai dengan 873 BW.

H. Menolak Warisan
Menurut pasal 1057, penolakan warisan
harus dilakukan dengan tegas. Orang yang
menolak warisan harus memberikan
pernyataan di kantor Panitera Pengadilan
Negeri di mana warisan terbuka

Wasalammualaikum
Wr.Wb
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai