DAVID PARASIAN
XII IPS 1
selaku Wakil Ketua dan KH A. Wahid Hasyim selaku Wakil Ketua. Tetapi Wahid Hasyim
yang kemudian ditunjuk sebagai pimpinan disana mewakili ayahnya yang tidak bisa
meninggalkan Jawa Timur. Badan ini yang menjelma menjadi Departemen Agama setelah
Indonesia merdeka.
Sebelum meninggalkan Indonesia, pemerintah Jepang membentuk Dokuritsu Zyunbi
Tyoosakaiatau Badan Penyelirik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan
Wahid Hasyim ditunjuk sebagai salah satu anggotanya. Setelah sidang pertama, dibentuk
panitia kecil yang terdiri atas sembilan orang yang dipilih, salah satunya adalah Wahid
Hasyim. Tokoh lainnya adalah Soekarno, Mohammad Hatta, A.A. Maramis, Abikoesno
Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakkir, Haji Agus Salim, Achmad Soebardjo, dan
Muhammad Yamin. Panitia kecil ini berhasil mencapai suatumodus vivendi antara dua
kelompok yang berbeda pendapat, yaitu pihak nasionalis dan Islam mengenai dasar negara.
Panitia Sembilan ini menyetujui rancangan preambul UUD Republik Indonesia yang mereka
tandatangani pada 22 Juni 1945, yang kemudian dikenal sebagai Piagam Jakarta.
Setelah berakhir masa revolusi dan Indonesia mendapat kedaulatan, Wahid Hasyim diangkat
menjadi Menteri Agama dalam Kabinet Hatta (20 Desember 1949 - 6 September 1950) dan
menduduki jabatan yang sama dalam dua kabinet berikutnya; Kabinet Natsir (6 September
1950 27 April 1951) dan Kabinet Sukiman (27 April 1951 3 April 1952). Banyak langkah
penting yang ia lakukan sebagai Menteri Agama, antara lain; mewajibkan pendidikan agama
di lingkungan sekolah umum, mendirikan sekolah guru agama, pendirian Perguruan Tinggi
Agama Silam Negeri pada 15 Agustus 1951 yang berkembang menjadi 14 Institut Agama
Islam negeri (IAIN) di 14 propinsi, dan lain-lain.
Saat itu Wahid Hasyim duduk sebagai Ketua Muda II Dewan Partai Masyumi, yang
merupakan satu-satunya partai politik Islam. Tetapi ia sering mengkritik kepemimpinan PB
Masyumi yang dianggap terlalu lemah. Hingga dalam kongres NU di Palembang pada April
1952, dimana ia bertindak sebagai pemimpin Kongres, NU memutuskan untuk lepas dari
Masyumi dan mengembangkan diri menjadi partai politik. Sebelumnya NU merupakan
anggota istimewa partai Masyumi.
Wahid Hasyim meninggal dunia pada 15 April 1953 dalam usia muda, belum genap 40 tahun.
Beliau meninggal dalam sebuah kecelakaan di Cimahi dan dimakamkan di Jombang di
pemakaman keluarga pesantren Tebuireng.
DAFTAR PUSTAKA
http://biografinya.blogspot.co.id/2013/03/kh-wahid-hasyim.html
http://www.biografipahlawan.com/2014/11/biografi-abdul-wahid-hasyim.html