Bandingkan
Tipe-Tipe erosi
Berdasarkan bentuknya erosi, diantaranya yaitu :
Erosi percikan (splash erosion) adalah terlepas dan
terlemparnya partikel-partikel tanah dari massa tanah
akibat pukulan butiran air hujan secara langsung
Erosi lembaran (sheet erosion), adalah erosi akibat
terlepasnya tanah dari lereng dengan tebal lapisan
yang tipis.
ton/ha/th
mm/th
< 1,75
< 0,1
Sangat Ringan
II
Ringan
1,75 17,50
0,1 1,0
III
Sedang
17,50 46,25
1,0 2,5
IV
Berat
46,25 92,50
2,5 5,0
Sangat Berat
> 92,50
>5,0
Model USLE (Universal Soil Loss Equation) adalah metode yang paling
umum digunakan. Metoda USLE dapat dimanfaatkan untuk memprakirakan
besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi
iklim yang berbeda. USLE memungkinkan perencana memprediksi laju
erosi rata-rata lahan tertentu pada suatu kemiringan dengan pola hujan
tertentu untuk setiap jenis tanah dan penerapan pengelolaan lahan
(tindakan konservasi lahan). USLE dirancang untuk memprediksi erosi
jangka panjang dari erosi lembar (sheet erosion) dan erosi alur di bawah
kondisi tertentu. Persamaan tersebut juga dapat rmemprediksi erosi pada
lahan-lahan non pertanian, tapi tidak dapat untuk memprediksi
pengendapan dan tidak memperhitungkan hasil sedimen dari erosi parit,
tebing sungai dan dasar sungai (Suripin, 2004). Persamaan USLE adalah
sebagai berikut
Ea = R x K x LS x C x P
Perkuatan lereng
Perkuatan lereng (revetments) adalah bangunan yang
ditempatkan pada permukaan suatu lereng guna
melindungi suatu tebing aIur sungai atau permukaan
lereng tanggul dan secara keseluruhan berperan
meningkatkan stabilitas alur sungai atau tubuh tanggul
yang dilindunginya.
c. Kantong lahar
Bahan-bahan endapan hasil letusan gunung berapi atau hasil
pelapukan batuan lapisan atas permukaan tanah yang oleh
pengaruh air hujan bergerak turun dari lereng-lereng gunung
berapi atau pegunungan memasuki bagian hulu alur sungai
arus deras. Oleh aliran air sungai arus deras ini bahan-bahan
endapan ini bergerak turun baik secara massa maupun
secara fluvial dengan konsentrasi yang tinggi memasuki
bagian sungai di sebelah hilirnya
Pengendalian Banjir
1. Fenomena Banjir
Cek dam
Drainase Kota
Pengertian
tentang
drainase
kota
pada
dasarnya
telah
diatur
dalam SK Menteri PU 233
tahun 1987. Menurut SK
tersebut, yang dimaksud
drainase kota adalah:
Jaringan
pembuangan
air
yang
berfungsi
mengeringkan
bagianbagian
wilayah
administrasi kota dan
daerah
urban
dari
genangan air, baik dari
hujan
lokal
maupun
luapan
sungai
yang
melintas di dalam kota.
Drainase
adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air
permukaan ke badan air atau ke bangunan
resapan buatan.
Sistem Drainase
1.Saluran Penerima (Interceptor Drain)
2.Saluran Pengumpul (Collector Drain)
3.Saluran Pembawa (Conveyor Drain)
4.Saluran Induk (Main Drain)
5.Badan Air Penerima (Receiving Water)
c.Pengendalian
banjir
( flood control)
Sungai
yang
melalui
wilayah
kota
yang
berfungsi mengendalikan
air sungai, sehingga tidak
mengganggu dan dapat
memberi manfaat bagi
kehidupan masyarakat.
Pengelolaan pengendalian
menjadi tanggung jawab
Direktorat Jenderal SDA
Balai Besar Wilayah Sungai
Berdasarkan fisiknya:
a. Sistem saluran primer:
Adalah saluran utama yang
menerima masukan aliran
dari saluran sekunder.
Dimensi saluran ini relatif
besar.
Akhir saluran primer adalah
badan penerimaair.
b. Sistem saluran sekunder:
Adalah saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima
aliran air dari saluran tersier dan limpasan air dari permukaan
sekitarnya.
Dimensi saluran tergantung pada debit yang dialirkan.
Meneruskan air ke saluran primer.
c. Sistem saluran tersier :
Adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran drainase
SK
SNI
T-07-1990-F,
tentang
Cara
Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
1. Kapasitas sistem harus mencukupi, baik untuk melayani air hujan yang
dialirkan kebadan penerima air (laut, sungai) atau yang diserapkan kedalam
tanah. Bilamana kapasitas tidak mencukupi, maka sistem akan menemui
kegagalan, dan terjadilah banjir atau genangan. Untuk mencapai kapasitas
sistem yang memadai, dilakukan berdasarkan prinsip hidrologi dan hidrolika.
2. Tata letak sistem memenuhi kriteria perkotaan dan memiliki kesempatan
untuk perluasan sistem. Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan segi
hidraulik dan tata letak dalam kaitannya dengan prasarana lain.
3. Stabilitas sistem harus terjamin, baik dari segi struktural, keawetan sistem
dan kemudahan dalam operasi dan pemeliharaannya. Dalam pelaksanaannya
diperlukan prinsip-prinsip struktural yang harus dipenuhi, termasuk bentuk
struktur yang memudahkan operasi dan pemeliharaan.
4. Mengalirkan secara gravitasi, sistem drainase perkotaan sedapat mungkin
menggunakan sistem pengaliran secara gravitasi, mengingat cara ini lebih
ekonomis dalam pengoperasian dan pemeliharaannya. Penggunaan system
pompa hanya pada situasi-situasi khusus yang keadaan medannya memang
tidak memungkinkan untuk diterapkan system gravitasi
5. Minimalisasi pembebasan tanah, pengembangan sistem drainase
perkotaan harus diusahakan mencari jalur terpendek kebadan penerima air.
Hal ini agar pembebasan tanah dapat ditekan sekecil mungkin.
Ad.1 Data Tata Guna Tanah ( dari Rencana Induk Tata Guna Tanah
untuk rencana pengembangan ) Kondisi Fisik daerah,( Peta
kontour dan survey penunjang ) Data hidrologi, ( Data hujan,
Catatan banjir, studi-studi terdahulu,pengenalan medan)
2.
a)
b)
c)
d)
3.
a)
b)
c)
d)
e)
Teknis :
inventarisasi sistem drainase yang ada,
data hidrologi,
data hidraulik,
data kapasitas dan truktur bangunan
pelengkap
Sosial-Ekonomi :
Data aspek sosial ekonomi
Data kerugian langsung yang diakibatkan oleh
genangan
Data kerugian tidak langsung yang ditimbulkan
karena adanya genangan, gangguan kesehatan
4. Lingkungan:
dan terganggunya aktifitas ekonomi
a) data lingkungan,
Data partisipasi masyarakat
b) data lingkungan pada lokasi
Data harga tanah
pembebasan tanah,
c) data lingkungan pada tempat
penampungan (pemukiman)
penduduk yang terkena proyek.
2. Analisa masalah
3. Usulan
Analisis biaya
Analisa biaya dilakukan dengan memperhatikan pengaruh langsung dan
tidak langsung, biaya pembangunan serta biaya operasi dan
pemeliharaan :
1) Manfaat proyek dihitung dari pengaruh langsung dan tidak langsung
2) Biaya proyek dihitung dari biaya pembangunan dan biaya operasi dan
pemeliharaan,
3) Pengaruh langsung, terdiri dari:
a) Pengurangan biaya untuk pembuatan dan perbaikan sistem
drainase yang rusak,
b) Pengurangan biaya untuk pembuatan dan perbaikan prasarana dan
sarana kota lainnya yang rusak,
c) Pengurangan biaya untuk pembuatan dan perbaikan bangunan dan
rumah-rumah yang rusak,
d) Pengurangan biaya penanggulangan akibat genangan,
e) Biaya harga tanah.
4. Pengaruh tidak langsung terdiri dari:
f) Pengurangan biaya sosial akibat bencana banjir, seperti :
kesehatan, pendidikan dan lingkungan,
g) Pengurangan biaya ekonomi yang harus ditanggung masyarakat
akibat banjir, seperti: produktifitas, perdagangan, jasa pelayanan,
h) Kenaikan harga tanah.