Paper Orto Dian New
Paper Orto Dian New
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Achondroplasia berasal dari bahasa Yunani; achondros yaitu tidak memiliki kartilago
dan plasia yaitu pertumbuhan. Istilah yang pertama kali digunakan oleh Parrot (1878) ini
secara harfiah berarti pembentukan kartilago menjadi tulang tulang (terutama tulang
panjang) yang terganggu. Achondroplasia ini merupakan suatu penyakit genetika yang
diturunkan secara autosom dominan, namun sebagian besar kasus juga terjadi karena
adanya mutasi dalam gen secara spontan.
Akondroplasia adalah salah satu bentuk kekerdilan tubuh yang sering dijumpai. Nama
lain
dari
Akondroplasia
ini
diantaranya
adalah
Achondroplastic
dwarfism,
Achondroplasia disebabkan oleh mutasi dominan autosomal pada gen faktor reseptor
pertumbuhan fibroblast 3, atau FGFR3 (fibroblast growth factor receptor 3) pada lengan
pendek kromosom 4p16.3 Gen FGFR3 berfungsi memberi instruksi dalam hal
pembentukan protein yang terlibat dalam pembentukan dan pemeliharaan tulang,
khususnya pembentukan tulang secara osifikasi endokondral. Dua mutasi spesifik pada gen
FGFR3 bertanggungjawab pada hampir semua kasus Achondroplasia. Sekitar 98% kasus,
terjadi mutasi G ke A pada nukleotida 1138 pada gen FGFR3. Sebesar 1% kasus
disebabkan oleh mutasi G ke C. Mutasi-mutasi ini mengakibatkan protein tidak bekerja
sebagaimana mestinya, sehingga mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan tulang.
Osifikasi endokondral adalah salah satu jenis pertumbuhan tulang dimana sel
mesenkim yang tidak terdifferensiasi langsung berkondensasi dan berdifferensiasi
membentuk kondroblas. Kondroblas berproliferasi dan berdifferensiasi membentuk
kondrosit yang secara bertahap menjadi dewasa membentuk hipertrofik kondrosit. Setelah
itu, hipertrofik kondrosit akan mengalami apoptosis (kematian sel) dan pada regio tersebut
terjadi kalsifikasi matriks ekstraseluler. Proses ini akan membentuk pelat pertumbuhan
(growth plate) dan pertumbuhan normal tulang panjang tercapai melalui differensiasi dan
maturasi
kondrosit
yang
sinkron.
Adanya
mutasi
gen
FGFR3
sedangkan kebanyakan penyakit genetik lebih banyak terkait seiring dengan bertambahnya
usia ibu. Penyakit Achondroplasia ini merupakan suatu penyakit yang menyebabkan cacat
secara morfologi yang juga mempengaruhi kinerja organ organ tubuh. Penyakit
komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih
sehingga penderita penyakit ini dapat memiliki jangka waktu hidup yang normal.
Makalah ini akan membahas mengenai penyakit Achondroplasia, bagaimana penyakit
ini dapat diwariskan dan gen apa yang menyebabkan terjadinya penyakit ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Istilah Achondroplasia pertama kali digunakan oleh Parrot (1878). Achondroplasia
berasal dari bahasa Yunani yaitu; achondros: tidak ada kartilago dan plasia: pertumbuhan.
Secara harfiah Achondroplasia berarti tanpa pembentukan/ pertumbuhan kartilago,
walaupun sebenarnya individu dengan Achondroplasia memiliki kartilago. Masalahnya
adalah gangguan pada proses pembentukan kartilago menjadi tulang terutama pada tulangtulang panjang.
Achondroplasia adalah dwarfisme atau kekerdilan yang disebabkan oleh gangguan
osifikasi endokondral akibat mutasi gen FGFR 3 (fibroblast growth factor receptor 3) pada
lengan pendek kromosom 4p16. Sindroma ini ditandai oleh adanya gangguan pada tulangtulang yang dibentuk melalui proses osifikasi endokondral, terutama tulang-tulang
panjang. Selain itu, Achondroplasia memberikan karakteristik pada kraniofasial.
Achondroplasia juga dikenal dengan nama Achondroplastic Dwarfism, Chondrodystrophia
Fetalis, Chondrodystrophy Syndrome atau Osteosclerosis Congenital.
2.2. Penyebab
Achondroplasia disebabkan oleh mutasi dominan autosomal pada gen FGFR3
(fibroblast growth factor receptor 3) pada lengan pendek kromosom 4p16. Gen FGFR3
berfungsi memberi instruksi dalam hal pembentukan protein yang terlibat dalam
pembentukan dan pemeliharaan tulang, khususnya pembentukan tulang secara osifikasi
endokondral. Dua mutasi spesifik pada gen FGFR3 bertanggung jawab pada hampir semua
kasus Achondroplasia. Sekitar 98% kasus, terjadi mutasi G ke A pada nukleotida 1138
pada gen FGFR3. Perubahan basa nukleat glisin menjadi arginin ini terjadi pada posisi
380. Sebesar 1% kasus disebabkan oleh mutasi G ke C. Mutasi-mutasi ini mengakibatkan
protein tidak bekerja sebagaimana mestinya, sehingga mempengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan tulang
Osifikasi endokondral adalah salah satu jenis pertumbuhan tulang dimana sel
mesenkim yang tidak terdifferensiasi langsung berkondensasi dan berdifferensiasi
membentuk kondroblas. Kondroblas berproliferasi dan berdifferensiasi membentuk
kondrosit yang secara bertahap menjadi matur membentuk hipertrofik kondrosit. Setelah
itu, hipertrofik kondrosit akan mengalami apoptosis (kematian sel) dan pada regio tersebut
terjadi kalsifikasi matriks ekstraseluler. Proses ini akan membentuk pelat pertumbuhan
(growth plate) dan pertumbuhan normal tulang panjang tercapai melalui differensiasi dan
maturasi kondrosit yang sinkron. Adanya mutasi gen FGFR3 pada Achondroplasia
menyebabkan gangguan pada proses osifikasi endokondral, dimana kecepatan perubahan
sel kartilago menjadi tulang pada pelat pertumbuhan (growth plates) menurun sehingga
pertumbuhan dan perkembangan tulang terganggu.
Pada lingkup kraniofasial yang terpengaruh adalah basis kranium dan bagian tengah
wajah (midface) karena bagian-bagian ini dibentuk secara osifikasi endokondral. Rongga
kranium dan maksila dibentuk secara osifikasi intramebranosa, sedangkan mandibula
dibentuk melalui osifikasi periosteal dan aposisi Basis kranium yang kurang berkembang
pada penderita Achondroplasia berpengaruh pada perkembangan maksila, karena
pertumbuhan basis kranium akan mendorong maksila ke anterior dan ke bawah. Saat
perlekatan maksila ke ujung anterior basis kranium, perpanjangan atau pertumbuhan basis
kranium akan mendorong maksila ke anterior. Sampai usia 6 tahun, pergerakan dari
pertumbuhan basis kranium adalah bagian penting dalam pertumbuhan maksila ke anterior.
Kegagalan perkembangan atau pertumbuhan basis kranium secara normal pada penderita
Achondroplasia, memberikan karakteristik midface deficiency atau hypoplasia midface.
Hal ini yang mengakibatkan maksila menjadi retrognatik, sedangkan mandibula normal
atau sedikit prognatik, sehingga menghasilkan hubungan rahang Klas III. Hypoplasia
midface juga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan atas sehingga meningkatkan
resiko gangguan pernafasan, gangguan fonetik dan infeksi telinga
5
2.3. Epidemiologi
Akondroplasia merupakan suatu bentuk yang cukup umum dari dwarfisme. Sekitar
85-90% kasus merupakan mutasi genetik. Akondroplasia pertama kali ditemukan oleh
Parrot (1878). Angka kejadian kelainan ini adalah 1/25.000 kelahiran.1 Sumber lain
mengatakan bahwa di Amerika Serikat, akondroplasia merupakan penyakit herediter yang
paling umum terjadi menyangkut perawakan pendek yang tidak seimbang. Kasus ini
terjadi 1 dalam 15.000-40.000 kelahiran hidup. 2,3,4,5
Tidak ada hubungan antara ras dengan kasus akondroplasia. Ditemukan lebih banyak
penderita akondroplasia pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki. Akondroplasia
dapat dideteksi saat antenatal. Akondroplasia diturunkan secara autosomal dominan. Jika
salah satu orang tua menderita akondroplasia, 50% kemungkinan akan diturunkan kepada
anaknya. Jika kedua orang tua memiliki kelainan ini, kemungkinannya akan meningkat
75%. 1,3,4,5,6
Walaupun demikian, kira-kira 80% dari orang dengan akondroplasia memiliki orang
tua yang berperawakan sedang atau rata-rata. Hal ini disebabkan oleh mutasi baru dari gen
FGFR3. Komplikasi dari akondroplasia mempengaruhi seluruh kelompok usia. Pasien
dengan tipe homozigot dari akondroplasia jarang yang mampu bertahan hidup karena dapat
mengalami masalah serius yang berkaitan dengan pertumbuhan tulang dan biasanya akan
meninggal pada saat lahir atau beberapa lama setelah lahir oleh karena kegagalan napas.
2,4,5
Batang tubuh dan tungkai pendek . tungkai bengkok dan segmen tungkai proksimal
lebih pendek (rhizomelia). Cranium biasanya lebih besar daripada presentil ke 97 pada
yang kecil
Jari-jari bayi yang terkena achondroplasia pendek dan jari tengah memiliki kelainan
atau kecacatan. Kebanyakan persendiannya dapat memanjang lebih dari normal.
Sebagai contoh, lutut dapat memanjang melampaui titik berhenti yang normal.
Bayi dengan achondroplasia akan mengalami hypotonia. Hal ini disebabkan karena
kepala yang besar, terutama dibandingkan dengan seluruh tubuh, anak dengan
achondroplasia akan mengalami keterlambatan dalam perkembangan dibandingkan
anak-anak lainnya.
2.5. Diagnosa
A. Diagnosis Klinik
Akondroplasia dapat didiagnosis berdasarkan karakteristik klinis dan gambaran
radiologi. Pada bayi, dimana diagnosis mungkin sulit dilakukan, dan pada seseorang
dengan gejala yang tidak khas, tes molekul genetik dapat digunakan untuk mendeteksi
mutasi dari gen FGFR3 (lokus 4p16.3). 2,4
7
Pemendekan anggota gerak (terutama lengan dan tungkai bagian proksimal) atau
rhizomelia yang dapat dikenali pada saat lahir
Tangan berbentuk trident, dimana antara jari tengah dan jari manis terdapat jarak
sehingga tangan seperti garpu bersusuk tiga
Genu varum
Gambar 1
Gambar 1. contoh anak yang mengalami akondroplasia
B. Gambaran Radiologi
Gambaran radiologik menunjang diagnosis yaitu ditemukannya basis kranium yang
kecil, kepala relatif lebih lebar dari wajah dengan penonjolan frontal dan hipoplasia
mandibula, pemendekan tulang-tulang panjang dan pelvis yang sempit. Riwayat adanya
akondroplasia dalam keluarga semakin memperkuat diagnosis ini. 4
1. Foto Polos X-Ray
a. Vertebra
Roentgenogram menampakkan diameter anteroposterior dari korpus vertebra pendek,
tetapi tinggi dari tulang vertebra tidak berkurang secara signifikan. Pada regio
9
torakolumbal (vertebra torakalis bawah atau vertebra lumbalis atas), satu atau dua dari
korpus vertebra dapat tampak seperti baji anterior atau menonjol seperti moncong peluru
(bullet-nosed). Korpus vertebra torakolumbal mungkin mirip seperti yang ditemukan pada
sindrom Hurler. Lekuk-lekuk dari bagian posterior tulang vertebra dapat terlihat, utamanya
vertebra lumbalis. 3,6
Gambar 2
Gambar 3
Pelvis menjadi pendek, kecil dan diameternya berkurang. Sayap iliaka menjadi lebih
lebar dan sedikit memberikan gambaran batu nisan (tombstone appereance). Asetabulum
letak posterior dan atap asetebulum menjadi horizontal. L5 letak lebih dalam dan
kemiringan pelvis berlebihan menyebabkan penonjolan dari gluteus dan bentuk punggung
lordosis. Lekukan sakroiskiadika yang sempit dan dalam (champagne glass appereance).
3,6
Gambar 4.
Gambar 5.
Penyempitan
progresif
jarak
interpedikel dengan gambaran
pelvis champagne-glass. Kedua
tungkai lurus pada bayi. 4
c. Tulang-tulang Panjang
Tulang panjang, panjangnya berkurang, terutama pada segmen tungkai proksimal,
tampak agak lebar dan pendek gemuk. Pemendekan paling besar pada falang. Tubulus
tulang memendek, tampak melebar dan memiliki insersi otot yang jelas. Humerus dan
11
Gambar 6.
Gambar 7
d.
(atap tengkorak) relatif membesar dibandingkan dengan wajah disertai dengan penonjolan
frontal dan hipoplasia maksila, tetapi basis krani memendek. Sela tursika dapat mengecil.
Foramen magnum mengecil dan berbentuk corong (funnel-shapped) yang tidak teratur. 3,6
Hidrosefalus dapat terjadi dan telah dihubungkan oleh penyebab mekanik ini.
Gambar 8.
Pembesaran kalvaria kranii (atap
tengkorak). Perhatikan adanya
pembesaran
mandibula
dan
penonjolan
frontal
(frontal
bossing). 4
12
e. Dada
Diameter anteroposterior dada berkurang disertai pemendekan iga anterior. Gambaran
radiologis
akondroplasia
serupa
dengan
pseudoakondroplasia,
tapi
pada
Gambar 9
Pemendekan tulang-tulang iga.4
13
Gambar 10.
Tangan berbentuk trident (Trident hands).
Jari-jari melebar dengan panjang yang
hampir sama.4
2. CT-Scan
CT-Scan menunjukkan bahwa anak-anak dengan akondroplasia memiliki beberapa
derajat penekanan foramen magnum. Sekitar 96% anak-anak, foramen magnum kurang
dari 3 standar deviasi. CT-Scan dan atau MRI dapat menggambarkan perubahan ini. 4
Kanalis spinalis yang kecil terjadi pada servikal sejak lahir, tetapi gejala dari stenosis
kanalis servikalis secara umum tidak timbul sampai usia pertengahan atau lebih. Pencitraan
preoperatif dengan CT, CT mielografi dan atau MRI penting untuk suatu operasi. 4
Sensitivitas CT mielografi lebih besar daripada mielografi konvensional. CT
menggambarkan tulang lebih mendetail daripada MRI. MRI memiliki keuntungan bebas
dari radiasi, tetapi banyak klinikus yang menganggap bahwa derajat stenosis biasanya
paling baik dilihat dengan menggunakan mielografi. 4
Fossa posterior dari otak dan sumsum tulang lebih baik terlihat pada MRI daripada CT.
Edema sumsum tulang dan perubahan-perubahan yang menyertai myelomalacia biasanya
tidak dapat dilihat dengan CT. CT-Scan juga hanya memberikan kelainan yang menyertai
secara tidak langsung, seperti syringomyelia, sedangkan MRI menunjukkan karakteristik
secara langsung dan lebih jelas. 4
3. MRI
Pada kanalis spinalis, kelainan yang menyertai akondroplasia seperti syringomyelia dan
perubahan myelomalacia dapat dicitrakan dengan baik oleh MRI. Pada syringomyelia,
MRI akan memperlihatkan cairan sentral yang mengisi kavitas.4,15
14
Gambar 11.
Potongan sagital vertebra bagian
servikal.
MRI
menunjukkan
penyempitan foramen magnum pada
level C1, ruang subarachnoid tidak
terlihat jelas. Pasien berumur 6 tahun
dengan tanda defisit neurologi.4
4. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat dilakukan pada pemeriksaan antenatal terhadap wanita yang
memiliki risiko akondroplasia. Ultrasonografi merupakan suatu modalitas yang noninvasif
dan baik untuk menilai keadaan ventrikel pada bayi sebelum fontanela menutup. USG
mungkin dapat ditambah dengan CT dan atau MRI kepala untuk memonitor kompresi dari
foramen magnum. 4
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Patel dan Filly pada 15 fetus dengan
risiko akondroplasia tipe homozigot, disimpulkan bahwa pembentukan lengkung
15
pertumbuhan femoral pada trimester kedua dengan sonogram serial memungkinkan kita
untuk membedakan tipe homozigot, heterozigot dan fetus normal dari kedua orang tua
yang menderita akondroplasia tipe heterozigot. 4
DIAGNOSIS BANDING
Walaupun lebih dari 100 displasia tulang yang menyebabkan perawakan pendek telah
diketahui, banyak di antaranya yang jarang ditemukan, dan semuanya memiliki gambaran
klinik dan radiologi yang membedakannya dengan akondroplasia. Berbeda dengan
displasia skeletal lainnya, tanda-tanda klinik dari akondroplasia terlihat saat lahir, tetapi
tidak disertai dengan insufisiensi napas.4
1. Hipokondroplasia sering sukar untuk dibedakan dari keadaan-keadaan perawakan
pendek yang lain. Namun, dapat disimpulkan bahwa vertebra lumbal dan tungkai
merupakan daerah yang paling sering menjadi fokus diagnosis untuk penyakit ini.
Untuk mengurangi risiko kesalahan diagnosis, evaluasi radiologi dan pemeriksaan fisis
diperlukan terutama untuk pasien yang tidak memiliki kelainan genetik.4
2. Pseudoakondroplasia merupakan displasia spondiloepimetafisis yang ditandai dengan
perawakan pendek yang tidak seimbang, kelemahan ligamen dan osteoarthritis
prekoks. Pada kebanyakan keluarga, penyakit ini dapat pula diturunkan secara
autosomal dominan.4
3. Akondrogenesis merupakan dwarfisme letal yang diturunkan secara autosomal resesif.
Kedua osifikasi endokondral dan membranosa dipengaruhi. Kalvaria, tulang belakang,
dan tulang-tulang panjang dapat dipengaruhi dan sering terjadi fraktur iga yang
berulang. Pemendekan anggota-anggota gerak sangat buruk. Kranium dan tulang16
tulang kurang terosifikasi. Penyempitan rongga dada juga menyertai kondisi ini, tetapi
kepala tidak membesar relatif terhadap postur tubuh. Polihidramnion juga selalu
terjadi.4
4. Chondroectodermal dysplasia atau Ellis-van Creveld syndrome merupakan penyakit
genetik yang diturunkan secara autosomal resesif dengan tampilan yang bermacammacam. Tulang-tulang iga sangat pendek. Penyakit ini disertai dengan pemendekan
tulang anggota-anggota gerak, penyempitan rongga toraks, polidaktili, dan penyakit
jantung bawaan. Kira-kira 50% pasien memiliki defek septum atrial (ASD) yang besar.
Ukuran dari rongga toraks sangat menyolok ketika dibandingkan dengan ukuran
abdomen dan kepala.4
5. Osteogenesis imperfekta tipe IIa merupakan keadaan letal yang diturunkan secara
autosomal dominan. Kalvaria kranii penderita menjadi tipis yang mungkin dapat kolaps
dan pasien ini juga mempunyai anggota-anggota gerak yang pendek, menebal dan
membengkok oleh karena terjadi fraktur multipel.4,14
6. Displasia diastrofik merupakan suatu penyakit autosomal resesif dengan kontraktur
multipel dan ibu jari yang melengkung ke dalam (hitchhikers thumb).4
7. Displasia tanatoforik terjadi secara sporadik dan merupakan displasia skeletal yang
bersifat letal terbanyak. Sekitar 14% pasien memiliki kepala berbentuk daun semanggi
(cloverleaf skull). Penyakit ini mungkin diturunkan pula secara autosomal resesif.
Displasia tanatoforik ditandai dengan penyempitan rongga toraks dan mikromelia.
Pembesaran ukuran kepala dengan dahi yang menonjol, kadang-kadang hidrosefalus
dan polihidramnion pada masa fetus. Jaringan-jaringan lunak pada anggota gerak
mungkin menebal. Displasia tanatoforik ini lebih sering terjadi pada fetus laki-laki
daripada fetus perempuan.4
8. Fibrokondrogenesis merupakan suatu penyakit autosomal resesif yang disertai dengan
kalvaria krani yang tipis. Sering pula terjadi kolaps sutura. Tulang-tulang anggota
gerak menjadi pendek dan tipis, tulang-tulang iga tipis dan sulit untuk divisualisasikan
pada foto thoraks. Tulang belakang tidak termineralisasi dengan baik dan metafisis
menjadi lebar.4
17
2.7. Penanganan
Salah satu komplikasi dari akondroplasia adalah hidrosefalus yang biasanya
diakibatkan dari obstruksi foramen magnum dan karena sindrom kompresi medula spinalis
segmen lumbalis dan akar saraf, maloklusi gigi, gangguan pendengaran karena otitis media
berulang dan strabismus (akibat dismorfisme kraniofasial). Pembengkokan kaki dan kifosis
menetap dapat juga memerlukan perhatian. Di samping pengenalan segera dan pengobatan
yang tepat, manajemen masalah psikologis pada masa kanak-kanak harus diperhatikan.
Terapi segera dan tepat terutama diperlukan pada setiap episode otitis media akut.
Hidrosefalus tidak lazim tetapi harus dikenali seawal mungkin. Ada beberapa sumber
mengatakan bahwa fisioterapi dan penahan selama masa anak-anak dan dapat
memperbaiki komplikasi kifosis infantil yang lama atau lordosis berat yang dapat
memperjelek stenosis lumbalis pada umur dewasa. Osteotomi dapat terindikasi tepat
sebelum atau selama remaja untuk mengoreksi pembengkokan kaki progresif berat. 3
2.8. Prognosis
Harapan hidup pada akondroplasia adalah normal, kecuali untuk sedikit (jarang)
penderita dengan hidrosefalus atau dengan komplikasi berat kompresi medula spinalis
servikalis atau lumbalis. Rata-rata tinggi orang dewasa pada akondroplasia sekitar 131,5
cm pada pria dan 125cm pada wanita. 3 Bayi yang homozigot pada akondroplasia jarang
yang bertahan hidup lebih dari beberapa bulan. Akondroplasia yang bersifat homozigotik
disebabkan oleh adanya 2 alel yang mutan pada nukleotida 1138 dari gen FGFR3,
merupakan penyakit yang serius sehubungan dengan perubahan-perubahan radiologi yang
secara kualitatif berbeda dari kebanyakan kasus akondroplasia. Kematian dini terjadi
karena insufisiensi pernapasan yang berhubungan dengan kecilnya kavum toraks dan
defisit neurologis karena stenosis medula spinalis daerah servikal. Kematian karena
penyakit jantung yang terjadi pada umur 25-35 tahun, sepuluh kali lebih tinggi
dibandingkan dengan kematian pada populasi umum. 4
2.9. Pencegahan
18
BAB III
19
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Achondroplasia merupakan suatu penyakit genetika yang diturunkan secara autosom
dominan, namun sebagian besar kasus juga terjadi karena adanya mutasi dalam gen secara
spontan.
Achondroplasia disebut
kekerdilan.
Pada
DAFTAR PUSTAKA
1. Hartiono, V dan Satriono, R. Sub.Bagian Endokrinologi BIKA FK - Unhas RSUP
Dr.
Wahidin
Sudirohusodo.
Akondroplasia.
[online].
Available
from:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/15_Akonroplasia.pdf/15_Akonroplasia.html
20
2. Best,
M.A,
MD,
MPH,
MBA,
FCAP,FASCP.Achondroplasia.[online].
Availablefrom:http://www.accessdna.com/condition/Achondroplasia/15?gclid
MD.
Achondroplasia.
[online].
Available
from:
Available
from:
http://healthtools.aarp.org/galecontent/achondroplasia-2/3
URL:www.freemedicaljournals.com
13.
Anonym.
Achondroplasia.
[online].
http://www.lifescript.com/Health/A-Z/Conditions_AZ/Conditions/A/Achondroplasia.aspx?
21
gclid=CPrZ6JzPiqACFclA6wodQHCsdA&trans=1&du=1&ef_id=135
0:3:s_09ca01afe9b7cdae46cf140e563f6a96_2630480431:S4TrldB
briUAAHamMm4AAABA:20100224090421
URL :www.freemedicaljournals.com
14. Eastman, G.W, MD. Generalized Bone Diseases. Disease of The Bone. In: Getting
Started in Clinical Radiology, From Image to Diagnosis. Eastman, G.W, Wald, C,
Crossin, J, MD. Thieme. Germany. 2006; 135-137
15. Patel, P.R. Siringomielia. Neuroradiologi. In: Lecture Notes Radiologi Ed.2. Patel,
P.R. Trans: Umami, V, dr. Erlangga. Jakarta; 286
22