Gemelli Js New 2
Gemelli Js New 2
(GEMELLI)
PENDAHULUAN
Kehamilan kembar terjadi 1% dari seluruh kehamilan. Two for the price of one
atau Instant family kedengarannya suatu hal yang baik hingga dapat disadari
bahwa pada kehamilan kembar dapat terjadi peningkatan seluruh komplikasi
obstetrik kecuali post maturitas. Hiperemesis, keguguran, premature partum
bleeding, pertumbuhan fetus yang terganggu, kematian fetus, presentasi abnormal,
malformasi dan perdarahan post partum seluruhnya dapat meningkat. Pada bayi
kembar mortalitas perinatal 3-6 kali lebih besar dan resiko terjadinya cerebral
palsy 6 kali lebih besar.(1,2,3,4)
Kehamilan kembar ini penting untuk dibicarakan karena beberapa sebab :
1. Tingginya angka mortalitas dan morbiditas sebagian besar dihubungkan
dengan prematuritas , pertumbuhan janin terhambat, malformasi janin dan
sindroma twin-twin transfusi. Penelitian Scotland menyatakan bahwa
angka kejadian mortalitas pada hamil kembar 6x lebih sering
dibandingkan hamil tunggal.
2. Faktor resiko dari semua komplikasi kehamilan pada hamil kembar lebih
besar dibandingkan hamil tunggal.
3. Peningkatan jumlah kembar akhir-akhir ini disebabkan meningkatnya
penggunaan obat-obatan pemicu ovulasi.
Bayi kembar kedua dapat membawa resiko perinatal yang tinggi akibat dari
presentasi sungsang dan lahir dengan aspiksia, yang disebabkan dari kontraksi
atau pemisahan sebagian plasenta setelah persalinan bayi kembar pertama atau
periode yang berkepanjangan dimana infant merasakan efek dari kompresi
aortocaval. Berdasarkan hal ini telah menjadi prinsip yang umum untuk
mempersingkat kala II persalinan pada bayi kembar dua.
Jika pembelahan embrio terjadi setelah 3 hari fertilisasi (antara 4-8 hari),
dimana morulla sudah terbentuk, maka akan terjadi komunikasi antara
sirkulasi plasenta sehingga terjadi kembar diamniotik monokorionik
sekitar 4%.
sudah
terbentuk
akan
menjadi
kembar
monokorionik,
monoamniotik
3. Fetus papyraceous
INSIDENSI
Kembar terjadi pada 1% dari semua kehamilan dengan dua pertiga (70%) adalah
dizigot dan sepertiga (30%) adalah monozigot. Insiden dari kembar bervariasi
menurut :
Usia maternal (2% setelah 35 tahun). Paling tinggi pada wanita yang
berusia 37 tahun, dimana terjadi stimulasi hormonal yang maksimal
Riwayat keluarga
Insidensi kembar monozigot sama pada semua kelompok etnis dan tidak berbeda
oleh usia maternal, paritas maupun metode konsepsi yaitu 3,4/1000 kelahiran.
Insidensi untuk kehamilan kembar menurut Hukum Hellin adalah 1 dalam 80 n-1
kehamilan, misalnya gemelli 1: 80 kehamilan, triplet 1:802, kuadriplet 1 : 803, dan
seterusnya.
(2,5,9,10,12)
ETIOLOGI
Bangsa, hereditas, umur dan paritas hanya mempunyai pengaruh terhadap
kehamilan kembar yang berasal dari dua telur. Juga obat klomid dan hormon
gonadotropin
yang
digunakan
untuk
menimbulkan
ovulasi
dilaporkan
PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya kehamilan kembar adalah ketika sperma bertemu dengan
ovum di tuba fallopi, fertilisasi bergabungnya ovum dan sperma ovum yang
telah dibuahi bergerak turun dari tuba falopii uterus nidasi dan pertumbuhan
fetus, selama proses ini kembar dapat terbentuk. Kehamilan kembar dapat
fraternal atau identikal. Kebanyakan kembar fraternal berkembang dari telur dan
sperma yang terpisah. Kembar fraternal memiliki plasenta dan kantong amnion
terpisah. Berbeda dengan kembar identikal, dapat terjadi ketika telur yang dibuahi
membelah lebih awal saat kehamilan dan berkembang menjadi 2 fetus. Kembar
identik memiliki 1 plasenta, tapi fetus biasanya memiliki kantung amnion yang
terpisah.(6)
Gambaran 5. Kehamilan berasal dari satu telur terjadi : Akibat adanya kerja
faktor penghambat (inhibiting factor) pada masa awal pertumbuhan embrio
intrauterin, mempengaruhi segmentasi selanjutnya pada berbagai tingkatan.(6)
KEMBAR PERTAMA
Kepala
Sungsang
Lintang
Kepala
39
13
0,6
Sungsang
26
9
0,6
Lintang
8
4
0,6
Tabel 1. Distribusi letak dan posisi janin kembar
DIAGNOSA
Diagnosa gemelli seringkali tidak dapat ditegakkan sampai kehamilan tua, dan
terkadang sampai persalinan lanjut. Identifikasi kehamilan dengan penyulit janin
multipel banyak terlewat, bukan karena sangat sukar, tetapi karena pemeriksa
tidak memikirkan kemungkinan adanya kehamilan multipel tersebut.(9)
Untuk mempertinggi ketepatan diagnosa, haruslah dipikirkan kemungkinan kehamilan
kembar bila didapatkan hal-hal berikut; besarnya uterus melebihi lamanya amenore,
uterus bertumbuh lebih cepat daripada biasanya pada pemeriksaan berulang,
penambahan berat badan ibu yang mencolok yang tidak disebabkan oleh edema atau
obesitas, banyak bagian kecil yang teraba, teraba 3 bagian besar janin, teraba dua
ballotement.(5)
Diagnosa dari gemeli dapat ditegakkan dengan :
a. Tanda dan Gejala
Mual dan muntah yang lebih hebat dari kehamilan tunggal, hal ini
mungkin disebabkan kadar hCG yang lebih tinggi dalam darah
b. Pemeriksaan Klinis :
Uterus lebih besar dari usia kehamilan yang ditentukan dari data hari
pertama haid terakhir
Pada auskultasi terdengar lebih dari 1 tempat Djj dengan jarak yang
berjauhan dan perbedaan frekuensi paling sedikit 10 x/menit pada waktu
pendengaran yang sama.
c. Pemeriksaan Penunjang :
Ultrasonografi
USG pada trimester awal dapat menentukan diagnosa kehamilan ganda,
korionisitas, malformasi dan mendukung prosedur korionik villus sampling
atau fetisid. Diagnosa kembar dapat dimungkinkan pada usia kehamilan 5-6
minggu dengan transvaginal sonografi. Temuan satu korion mengindikasikan
kembar monozigotik sedangkan dua korion menandakan kembar monozigot
atau dizigot.
Pada kehamilan menjelang 10 minggu apabila didapatkan 2 gestational
saccus menandakan dikorionik, sementara jika satu gestasional saccus
dengan 2 embrio menandakan monokorionik. Sulit untuk menentukan
diamniotik saccus pada kehamilan monokorionik ini. Setelah kehamilan
Jika diagnosa dini dari kehamilan kembar gagal dilakukan, dapat terjadi
peningkatan insiden dari PJT dan persalinan prematur, yang keduanya akan
meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal. Hal ini juga dapat
meningkatkan komplikasi. Sebuah statistik pada literature lama menyatakan
bahwa 50% kembar tidak terdiagnosa sampai waktu melahirkan. Karena sekarang
penggunaan yang luas dari USG diagnostik, hal ini tidak benar lagi.(9,10)
Beberapa observasi telah menyatakan kepercayaan bahwa kembar lebih cepat post
date dibandingkan kehamilan tunggal. Pertama adalah fakta bahwa rata-rata
panjang dari kehamilan adalah antara 36-37 minggu dari 40 minggu. Kedua,
plateu pertumbuhan janin pada 24 sampai 35 minggu dan plasenta matang lebih
10
cepat. Ketiga observasi klinis bahwa cairan amnion sering berkurang lebih cepat
pada kembar dibandingkan kehamilan tunggal. Terakhir, sebuah observasi umum
yang dibuat terdahulu, bahwa insidensi dari kematian intra-uterin meningkat
setelah 37 sampai 38 minggu.(10,11)
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Diagnosa banding pada kehamilan kembar :
1.
2.
Polihidramnion
3.
4.
Kista abdominalis
5.
Molahidatiform(7)
KOMPLIKASI
Komplikasi dari suatu kehamilan kembar adalah komplikasi terhadap ibu
(maternal) maupun janin (fetal).
Komplikasi Maternal
- Anemia
Komplikasi Fetal
- Plasenta previa
- Hidramnion
- Solusio plasenta
- Insufisiensi plasenta
- Partus prematurus
- Malpresentasi
- Inersia uteri
- Atonia uteri
- Prematuritas
- Retensio plasenta
11
Komplikasi Intrapartum
A. Plasenta
Komplikasi Peripartum
A. Prolapsus tali pusat
Plasenta previa
PPH
C. Solusio plasenta
E. Locked twins :
besar
Anemia megaloblastik
Pielonephritis
D. Insufisiensi plasenta
D. Post-partum hemorrhage
Pertumbuhan retardasi
Kembar siam
Hiperemesis gravidarum
Defek kongenital
PENATALAKSANAAN
12
Diet dan pola makan yang baik, wanita dengan kehamilan normal
mengalami peningkatan 25-35 pounds setelah 9 bulan, pada kehamilan
kembar mengalami peningkatan 35-45 pounds, kehamilan triplet
peningkatan 50-60 pounds. The American College of Obstetricians and
Gynecologists merekomendasikan bahwa wanita dengan kehamilan
kembar untuk mengkonsumsi lebih 300 kalori/hari dari pada wanita
dengan hamil normal (total sekitar 2700-2800 kalori/hari)(5,7)
2)
Suplemen besi dan asam folat, pemberian tablet Fe pada saat prenatal
sekurangnya 30 mg, anemia defisiensi besi adalah yang paling sering
dijumpai dan dapat meningkatkan resiko persalinan preterm.(5,7)
3)
4)
5)
b.
pada kehamilan
kembar, yang
akan
13
c.
6)
8)
14
B. Intrapartum
Sebaiknya dilakukan di kamar operasi dan sudah disiapkan pemeriksaan crossmatch serta dihadiri ahli anestesi, ahli kebidanan dan ahli anak.
a. Jika kembar presentasi vertex-vertex; dilahirkan per vaginam dengan
melakukan episiotomi mediolateral untuk mengurangi tekanan pada kepala
bayi.
b. Jika presentasi vertex-non vertex :
Siapkan SC, atau
Partus per vaginam diikuti dengan persalinan bokong Breech delivery)
Partus per vaginam diikuti ekstraksi bokong totalis atau melakukan
internal podalic version (hal ini dilakukan dengan catatan tidak
dijumpai hiperekstensi kepala bayi dan memerlukan keterampilan
penolong untuk membedakan tangan dan kaki bayi)
Partus per vaginam diikuti dengan melakukan eksternal version (versi
luar) dimana hal ini memerlukan pemantauan dengan USG portabel
untuk melihat secara akurat letak bayi kedua
c. Jika presentasi non vertex-vertex atau non vertex-non vertex: SC
d. Jika hamil kembar 3 atau lebih : SC
e. Pada kembar premature :
Vertex-vertex : partus per vaginam
Vertex-non vertex : Umumnya SC
Non vertex-vertex atau non vertex-non vertex : SC
Kembar 3 atau lebih : SC
f. Pada locking twins : segera lakukan SC
Ada tiga tipe :
Kollisi; adanya kontak antara bagian janin sehingga tidak bisa
memasuki pintu atas panggul
Kompaksi; adanya engagement
15
Gambar 7. Anak pertama lintang atau sungsang dan akan kedua memanjang
(terjadi posisi saling mengunci interlocking)(6)
16
CARA PERSALINAN
Cara persalinan yang terencana harus mempertimbangkan letak dan presentasi
masing-masing janin. Persalinan pervaginam harus diusahakan jika tidak ada
kontraindikasi.
Jika pertama :
Pantau keadaan janin dengan auskultasi DJJ, jika terdapat kelainan DJJ
(kurang dari 110 x / menit), curigai adanya gawat janin.
Tinggalkan klem pada ujung maternal tali pusat dan jangan melahirkan
plasenta sebelum janin kedua dilahirkan.
b.
c.
17
Presentasi Verteks
1)
Jika kepala belum masuk pintu atas panggul, masukkan kepala secara manual
(dengan bantuan tangan di abdomen), jika memungkinkan
2)
3)
4)
Jika his tidak adekuat setelah kelahiran bayi I, berikan infus oksitosin dengan
cara cepat untuk menimbulkan his yang baik ( 3 x 40/10)
5)
Jika janin tidak lahir dalam dua jam dengan his yang baik, atau terdapat tandatanda gawat janin (DJJ kurang dari 110 x / menit), lakukan SC.(9,10)
Presentasi Bokong
Jika taksiran BB janin tidak lebih besar dari janin pertama dan serviks tidak
mengecil rencanakan partus spontan.
1)
Jika his tidak ada atau tidak adekuat setelah kelahiran janin I, beri infus
oksitosin dengan cara cepat untuk menimbulkan his yang baik ( 3x 40/10)
2)
Pecahkan ketuban dengan klem kokher jika ketuban belum pecah dan bokong
sudah turun
3)
Periksa DJJ diantara 2 kontraksi uterus. Jika DJJ anormal (DJJ < 110 x /
menit), lakukan SC
4)
Jika persalinan per vaginam tidak memungkinkan, lahirkan bayi dengan SC.
(9,10)
Letak Lintang
1) Jika selaput ketuban utuh, lakukan versi luar
2) Jika versi luar gagal dan pembukaan lengkap dan selaput ketuban masih utuh
lakukan versi dalam dan lanjutkan dengan ekstraksi.
a. Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi,
masukkan satu tangan ke dalam uterus dan raihlah kaki janin.
b. Secara perlahan tarik janin ke bawah
c. Lanjutkan dengan tarik janin ke bawah
3) Periksa DJJ diantara his
18
4) Jika versi luar gagal dan versi dalam (internal cephalic version) tidak
dianjurkan atau gagal segera lakukan seksio sesarea
5) Berikan oksitosin 10 unit IM atau ergometrin 0,2 mg IM. Dalam waktu 1
menit setelah bayi terakhir lahir dan teruskan penanganan aktif kala III untuk
mengurangi perdarahan paska persalinan.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Guttmacher AF, Schuyler GK. The Fetus of multiple gestations. Obstet
Gynecol, 1958: 528-41.
2. Kalaichandran S. Twin Pregnancy Double Trouble or Twice The Joy.
Lecturere University of Ottawa Obstetric and Gynaecology, 1999 in
http://www.twinspregnancy/obstetric.html
3. James FM. Anesthetic Considerations for Breech or Twin Delivery. Clinics In
perinatology, 1982: 77-94.
4. Malinov AM. Ostheimer GW Anesthesia for the high risk parturient. Obstet
Gynecol, 1987: 951-64.
5. Center for Disease Control and Prevention. Use of assisted reproduktif
technology United States 1996 and 1998. Morbidity and Mortal;ity Weekly
Report, 2002.
6. American College of Obstetricians and Gynaecologists (ACOG), Special
problems of multiple gestation. ACOG Education Bulletin, December 2004.
7. Moses S. Multiple gestation (twin gestation) in Obstetrics. Family practice
notebook, LLC. 2000.
8. Radiological Society of North America, inc (RSNA). Objectives of Obstetrics
Ultrasound : Guidelines for Obstetric Ultrasound. 2005.
9. Cunnigham FG, Mac Donald PC, Gant NF. William Obstetri. Edisi 18.
McGraw-Hill Company, Texas, 1999.
10. Hacker NF, Moore JG. Essensial Obstetri dan Ginekologi. Alih Bahasa
Nugroho e, Editor : Christina Y. Edisi 2. cetakan 1. 2001.
11. Wiknjpsastro H. Kehamilan kembar. Dalam : Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
12. Mochtar R. Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi. Jilid 1. Edisi 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
20
LAPORAN KASUS
Ny. E, 21 tahun, G2P1A0, Batak, Kristen, SMA, IRT i/d Tn. M, 24 tahun, Batak,
Kristen, SMA, Wiraswasta, datang ke RSHAM pada tanggal 11 Juli 2008 pukul
11.30 WIB, dengan :
KU
: Hal ini dialami os sejak tanggal 11 Juli 2008 pukul 08.00 WIB. Keluar
lendir darah (+), sejak tanggal 11 Juli 2008 pukul 10.00 wib. Keluar air
(+) sejak tanggal 11 Juli 2008 pukul 10.30 wib.
RPT
RPO
: (-)
: tidak jelas
: CM
Anemis
: (-)
TD
: 110/80 mmHg
SIanosis
: (-)
HR
: 84 x/i
Ikterus
: (-)
RR
: 22 x/i
Dispnoe
: (-)
: 36,90 C
Edem : (-)
STATUS OBSTETRIKUS
Abdomen
: membesar asimetris
TFU
Teregang
: kanan
21
Terbawah
: kepala
Gerak
:(+)
HIS
:(+)
4 x 40/10
DJJ
:(+)
I. 140 x/i
II. 152 x/i
EBW
Hb : 9,5 gr%
Ht : 28,5%
Leukosit : 16.200/mm3
Trombosit : 257.000/mm3
DIAGNOSA
Gemelli + SG + KDR (aterm) +
P.kepala + AH + Kala II
L.Lintang + AH
PENATALAKSANAAN
Rawat
IVFD RL 20 gtt/i
22
P.Kepala
L.Lintang
23
Th /:
IVFD RL + Oksitosin 10 IU 30 gtt/i
Amoxicillin 3 x 500 mg
Metronidazole 3 x 500 mg
SF 1 x 1
Instruksi :
Awasi VS dan tanda perdarahan
Cek Hb 2 jam post partum
FOLLOW UP RUANGAN
Tanggal 12 Juli 2008, Pukul 08.00 WIB
KU : baik
SP : Sens : CM
TD
: 100/60
HR
: 80 x/i
RR
: 20 x/i
: 37,00 C
SO :
TFU
: setentang pusat
Konstraksi
: (+) baik
P/V
: (-)
Lochia
: (+) rubra
ASI
: (-)
BAB/BAK
: (-) / (+)
P.Kepala + NH0
L.Lintang
Th/:
Diet MB
Amoxicillin 3 x 500 mg
Metronidazole 3 x 500 mg
24
SF 1 x 1
: 120/80 mmHg
HR
: 78 x/i
RR
: 20 x/i
: 36,90 C
SO :
TFU : 1 jari dibawah pusat
Konstraksi
: (+) baik
P/V
: (-)
Lochia
: (+) rubra
ASI
: (-)
BAB/BAK
: (+) biasa
P.Kepala + NH1
L.Lintang
Th/:
Diet MB
Amoxicillin 3 x 500 mg
Metronidazole 3 x 500 mg
SF 1 x 1
25
KU : baik
SP :
Sens
: CM
TD
: 110/70 mmHg
HR
: 80 x/i
RR
: 20 x/i
: 36,80 C
Status Obstetrikus :
TFU
: (-)
Lochia
: (+) rubra
ASI
: (+) banyak
BAB/BAK
: (+) biasa
P.Kepala + NH2
P.Lintang
Th/:
Amoxicillin 3 x 500 mg
Metronidazole 3 x 500 mg
SF 1 x 1
OS PBJ kontrol ke PIH
26
ANALISA KASUS
Telah dilaporkan suatu kasus, Ny. E, 21 tahun, G2P1A0, datang ke RSHAM pada
tanggal 11 JULI 2008 pukul 11.30 WIB, dengan keluhan mules-mules mau
melahirkan. Dari anamnese didapati mules-mules (+) teratur sejak tanggal 11 Juli
2008 pukul 08.00 WIB. Keluar lendir darah (+), sejak tanggal 11 Juli 2008 pukul
10.00 wib. Keluar air (+) sejak tanggal 11 Juli 2008 pukul 10.30 wib.
Dari status obstetrikus dijumpai : TFU 2 jari bpx (38 cm), terbawah kepala , HIS :
(+) 4 x 40/10, DJJ (+) 140 x/i / 152 x/i. Dari pemeriksaan dalam, didapati Cx
pembukaan lengkap, sel. Ketuban (-),SRM 1 jam,kepala , H IV, UUK Y . Dari
laboratorium darah rutin didapatkan hasil Hb : 9,5 gr%. Diputuskan untuk
persalinan pervaginam. Bayi lahir pada tanggal 11 Juli 2008, pukul 11.45 WIB
dengan KU ibu post partum baik. Pasien dirawat sampai Tanggal 14 Juli 2008.
Dan pasien PBJ dalam keadaan umum baik.
Permasalahan :
1.
2.
27