PENDAHULUAN
Limfadenopati adalah gejala penyakit yang ditandai dengan pembengkakan limfonodus (kelenjar
getah bening). Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) yang abnormal terjadi bila besar KGB
diameternya lebih dari 10 mm.1
Secara klinis limfadenopati dapat dibedakan menjadi limfadenopati lokalisata dan limfadenopati
generalisata. Limfadenopati lokalisata didefinisikan sebagai pembesaran KGB hanya pada satu
region saja, sedangkan limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB terjadi pada dua atau
lebih region yang berjauhan dan simtetris.12
Kejadian limfadenopati pada anak paling sering disebabkan oleh penyakit self limiting disease
karena infeksi virus (sebagaian besar virus tetapi sering pula bakteri) bukan oleh penyakit serius
seperti lymphoma, acquired immunodeficiency syndrome atau metastase kanker, oleh karena itu,
penting bagi kami untuk dapat menyingkirkan diagnosis penyakit-penyakit berbahaya tersebut
dengan banyaknya limfadenopati karena self-limiting disease.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan fisiologi
Sistem
limfatik
mempunyai
peranan
penting
dalam
sistem
kekebalan
tubuh.
Limfonodus/Kelenjar Getah Bening (KGB) menyaring cairan limfe yang beredar di sistem limfe
dalam seluruh tubuh. Limfonodus berkerja sama dengan limpa, timus, tonsil, adenoid, agregat
jaringan limfoid di lapisan dalam saluran pencernaan yang disebut bercak peyer atau gut
associated lymphoid tissue (GALT) terorganisir sebagai pusat sel sel imun untuk menyaring
antigen dari cairan ekstraseluler.2
adalah tempat
diferensiasi dan prolferasi antigen-dependent T-cell . Bagian terdalam dari KGB adalah bagian
medulla yang terdiri dari sel plasma dan small B lymphocytes yang memfasilitasi sekresi
immunoglobulin keluar dari kelenjar limfe.2
Ukuran KGB tergantung dari umur seseorang, lokasi dari KGB dalam tubuh dan kejadian
imunologis sebelumnya.2 Pada neonates KBG hampir tidak terlihat, sistem limfatik anak akan
mencapai puncak pertumbuhannya pada saat anak berusia 12 tahun.2
Definisi limfadenopati
Limdenopati menandakan adanya limfonodus yang abnormal dari segi ukuran, konsistensi atau
jumlah. 12 Kelenjar getah bening yang memiliki garis tengah terpanjang > 10 mm dikategorikan
sebagai suatu limfadenopati, dengan pengecualian untuk kelenjar getah bening epitroklear (bila
garis tengah terpanjang > 5 mm) dan inguinal (bila garis tengah terpanjang > 15 mm). Apabila
kelenjar getah bening supraklavikula, ilaka maupun poplitea dapat teraba juga sudah
dikategorikan sebagai suatu yang abnormal.9 Namun demikian, perlu diingat bahwa pada anak
sehat kelenjar getah bening aksila dan inguinal dapat teraba. 12 Secara klinis limfadenopati dapat
4
menyebabkan limfadenitis), dan apabila terdapat sel-sel kanker dapat menginfiltrasi langsung
atau proliferasi sel di KGB.4
2.3 Epidemiologi 13
Studi yang dilakukan di US, infeksi virus dan bakteri adalah peyebab tersering dari
limfadenopati. Limfadenitis lokalisata lebih banyak disebabkan strerptococcud B hemolitikus.
Penyebab lain seperti HIV, keganasan penyakit autoimun lebih jarang menyebabkan
limfadenopati. 13
Pada Negara berkembang seperti indonesia penyebab tersering dari limfadenopati adalah infeksi
tuberculosis , demam typhoid, trypanosomiasis, leishmaniasis, schistosomiasis, filariasis dan
infeksi jamur.
13
Mortalitas
Di United states Keganasan, seperti leukemia, lymphoma dan neuroblastoma adalah penyebab
mortalitas utama.13
Ras dan jenis kelamin
Ras dan jenis kelamin tidak berhubungan dengan kejadian limfadenopati.13
Usia
Limfadenopati paling sering terjadi pada anak-anak, dan satu pert iga pada neonates dan infant. 13
2.4 Pendekatan Klinis Limfadenopati
Diferensial diagnosis pada limfadenoapati itu sangat luas. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
seksama sangat penting untuk menyempitkan kemungkinan diagnosis.
2.4.1 Anamnesis
Dari anamnesis dapat diperoleh keterangan lokasi, gejala gejala penyerta, riwayat penyakit,
riwayat pemakaian obat dan riwayat pekerjaan.
Lokasi dan durasi
6
Lokasi pembesaran KGB pada dua sisi leher secara mendadak biasanya disebabkan oleh infeksi
virus saluran pernapasan bagian atas. Pada infeksi oleh penyakit kawasaki umumnya pembesaran
KGB hanya satu sisi saja.6 Apabila berlangsung lama (kronik) dapat disebabkan infeksi oleh
Mikobakterium, Toksoplasma, Ebstein Barr Virus atau Citomegalovirus.
Durasi dari
limfadenopati ketika sudah persistem (lebih dari 4 minggu) indikasi adanya infeksi kronik ,
collagen vascular disease atau keganasan , sedangkan linfadenopati lokalisata yang akut, sering
menyertai dari infeksi mononukleus dan faringitis bakterialis.6
Gejala penyerta
Gejala infeksi selain demam, dicari kemungkinan adanya faringitis (nyeri menelan batuk),
konjungtivitis (keluar secret, mata merah), ulserasi kulit, tinea (gatal pada daerah lipatan), nyeri
lokal, luka genital, keluar cairan dari genital, dan berkeringat di malam hari menandakan
kemungkinan tuberculosis. 6,12,13
Gejala keganasan metastasis: gejala konstitusional keganasan seperti penurunan berat badan dan
keringat malam.
Gejala konstitusional : demam keringat malam, dan / atau penurunan berat badan yang tidak
dapat dijelaskan lebih besar dari 10% dari berat badan selama 6 bulan mengenai untuk limfoma,
arthralgias, ruam, dan mialgia menunjukkan adanya penyakit vaskular kolagen.8,13
Riwayat penyakit
Riwayat penyakit sekarang dan dahulu seperti adanya peradangan tonsil sebelumnya,
mengarahkan kepada infeksi oleh Streptococcus; luka lecet pada wajah atau leher atau tanda
tanda infeksi mengarahkan penyebab infeksi Staphilococcus; dan adanya infeksi gigi dan gusi
juga dapat mengarahkan kepada infeksi bakteri anaerob. Transfusi darah sebelumnya dapat
mengarahkan kepadaCitomegalovirus, Epstein Barr Virus atau HIV. 5,13
Riwayat pemakaian obat
Penggunaan obat-obatan Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti
fenitoin
dan
isoniazid.
Obat-obatan
lainnya
seperti
allupurinol,
atenolol,
captopril,
Sumber: http://www.aafp.org/afp/1998/1015/p1313.html
8
Gambar 4. Diferensial diagnosis limfadenopati berdasarkan lokasi dan drainase aliran limfe
10
Sumber: http://www.aafp.org/afp/2002/1201/p2103.html
Evaluasi Penyebab Limfadenopati dan Gejala Penyerta 12
11
Gam
bar 5. Evaluasi Penyebab Limfadenopati dan Gejala Penyerta
Limfadenopati supraclavicular mempunyai resiko tingi terjadinya kegasan, diperkirakan 90%
pada dewasa usia >40 tahun, 25% pada usia < 40 tahun . Supraklavikula menerima aliran
limfatik dari torak dan abdomen, dan dapat juga adanya sinyal patologis pada testis, ovarium,
ginjal, pankreas, prostat, GIT atau kandung empedu. Limfadenopati supraklavikula kanan
berhubungan dengan lesi dalam mediastinum, paru-paru atau esophagus, contohnya pada
tuberculosis. Supraklavikula kiri mendrainase regio intra abdominal dan behubungan keganasan
ditemapt tersebut. 13
Pada pasien dengan limfadenopati generalisata, pemeriksaan fisik harus fokus dalam mencari
tanda-tanda penyakit sistemik. Temuan yang paling membantu adalah ruam, lesi selaput lendir,
hepatomegali, splenomegali atau arthritis. Splenomegali dan limfadenopati terjadi dalam
berbagai kondisi, termasuk mononucleosis-type syndromes, leukemia limfositik, limfoma dan
sarkoidosis. 12
Ukuran
12
Ukuran dari KGB bervariasi tergantung lokasinya. Kelenjar getah bening yang memiliki garis
tengah terpanjang > 10 mm dikategorikan sebagai suatu limfadenopati, dengan pengecualian
untuk kelenjar getah bening epitroklear (bila garis tengah terpanjang > 5 mm) dan inguinal (bila
garis tengah terpanjang > 15 mm). Apabila kelenjar getah bening supraklavikula, ilaka maupun
poplitea dapat teraba juga sudah dikategorikan sebagai suatu yang abnormal. Pada anak-anak,
limfadenopati yang diameternya > 2cm (disertai dengan foto toraks abnormal dan tidak ada
kelainan pada teling, hidung tenggorok) dapat dicurigai penyakit granulamotosa ( Tuberkulosis)
atau kanker . 9
Nyeri tekan
Pembesaran KGB menyebabkan kapsul meregang dan mengakibatkan adanya nyeri. Nyeri
biasanya disebabkan dari proses inflamasi atau supurasi, tetapi nyeri juga dapat disebabkan oleh
perdarahan di jaringan nekrotik karena keganasan, sehingga ada atau tidaknya nyeri tidak dapat
di jadikan indikasi adanya keganasan. 5,12
Konsistensi
Secara umum konsistensi tidak dapat menentukan etiologi. keras seperti batu mengarahkan
kepada keganasan, padat seperti karet mengarahkan kepada limfoma; lunak mengarahkan kepada
proses infeksi; fluktuatif mengarahkan telah terjadinya abses/pernanahan. 12,13
Mobilitas
KGB yang terfikasis menunjukkan karsinoma metastatik, sedangkan KGB yang mobile dapat
terjadi pada infeksi, penyakit kolagen vaskular dan limfoma. Evaluasi mobilitas KGB
supraklavikula dapat dibantu dengan pasien cara melakukan manuver Valsava. 12
2.5 Etiologi
Etiologi
Penyebab yang paling sering limfadenopati adalah:
Infeksi
- Infeksi virus
Infeksi virus sistemik paling sering menyebabkan limfadenopati generalisata.
13
Infeksi yang
disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas seperti Rinovirus, Parainfluenza
13
Virus, influenza Virus, Respiratory Syncytial Virus (RSV), Coronavirus, Adenovirus ataupun
Retrovirus. Virus lainnya Ebstein Barr Virus (EBV), Cytomegalo Virus (CMV), Rubela,
Rubeola, Varicella-Zooster Virus, Herpes Simpleks Virus, Coxsackievirus, dan Human
Immunodeficiency Virus (HIV).12
Limfadenopati generalisata yang persisten (persistent generalized lymphadenopathy/PGL)
adalah limfadenopati pada lebih dari dua tempat KGB yang berjauhan, simetris dan bertahan
lama 3 lebih dari 3 bulan hingga bertahun-tahun.17 PGL adalah gejala khusus infeksi HIV yang
timbul pada lebih dari 50% Orang.
Dengan HIV/AIDS (ODHA) dan PGL ini sering disebabkan oleh infeksi HIV-nya itu sendiri.
PGL biasanya dialami waktu tahap infeksi HIV tanpa gejala, dengan jumlah CD4 di atas 500,
dan sering hilang bila kadar CD4 menurun hingga kadar CD4 200. Kurang lebih 30% orang
dengan PGL juga mengalami splenomegali. Batasan limfadenopati pada infeksi HIV adalah
sebagai berikut:
Melibatkan sedikitnya dua kelompok kelenjar getah bening
Sedikitnya dua kelenjar yang simetris berdiameter lebih dari 1 cm
dalam setiap kelompok
Berlangsung lebih dari tiga bulan
Tidak ada infeksi lain yang menyebabkannya
Pembengkakan kelenjar getah bening bersifat tidak sakit, simetris dan kebanyakan terdapat di
leher bagian belakang dan depan, di bawah rahang bawah, di ketiak serta di tempat lain, tidak
termasuk di inguinal.17
- Infeksi bakteri
Pada infeksi bakteri biasanya menyebabkan limfadenopati lokalisata, tetapi dapat juga terjadi
limfadenopati generalisata pada penyakit demam tifoid, endokarditis, tuberculosis dan sifilis. 13
Peradangan KGB (limfadenitis) dapat disebabkan Streptokokus beta hemolitikus Grup A atau
stafilokokus aureus. Bakterianaerob bila berhubungan dengan caries dentis dan penyakit
gusi,radang apendiks atau abses tubo-ovarian.
Pada awal infeksi, aspirat mengandung campuran neutrofil dan limfosit. Kemudian mengandung
bahan pirulen dari neutrofil dan massa debris. Limfadenitis bakterial akut biasanya menyebabkan
KGB berwarna kemerah,teraba hangat dan nyeri tekan. Biasanya penderita demam dan terjadi
14
tuberkulosis, aspirat tampak karakteristik sel epiteloid dengan latar belakang limfosit dan sel
plasma. 3
Sel epiteloid berupa sel bentuk poligonal yang lonjong dengan sitoplasma yang pucat, batas sel
yang tidak jelas, kadang seperti koma atau inti yang berbentuk seperti bumerang yang pucat,
berlekuk dengan kromatin halus.
Gambar 6 Limfadenitis granulomatosa. Tampak sel epiteloid pada aspirat penderita limfadenitis
tuberkulosis.
Keganasan seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo-sarkoma dan limfoma juga dapat
menyebabkan limfadenopati. Diagnosis defenitif suatu limfoma membutuhkan tindakan biopsi
eksisi, oleh karena itu diagnosis subtipe limfoma dengan menggunakan biopsi aspirasi jar um
halus masih merupakan kontroversi. Aspirat Limfoma non-Hodgkin berupa populasi sel yang
monoton dengan ukuran sel yang hamper sama. Biasanya tersebar dan tidak berkelompok.
Diagnostik sitologi Limfoma Hodgkin umumnya dibuat dengan ditemukannya tanda klasik yaitu
sel Reed Sternberg dengan latar belakang limfosit, sel plasma, eosinofil dan histiosit. Sel Reed
Sternberg adalah sel yang besar dengan dua inti atau multinucleated dengan sitoplasma yang
banyak dan pucat. 17
15
Gambar 7. Limfoma Hodgkin. Tampak sel Reed Sternbergklasik dengan latar belakang limfosit
dan eosinofil. Metastasis karsinoma merupakan penyebab yang lebih umum dari limfadenopati
dibandingkan dengan limfoma. Dengan teknik biopsi aspirasi jarum halus lebih mudah
mendiagnosis suatu metastasis karsinoma daripada limfoma.
Imunisasi dilaporkan juga dapat menyebabkan limfadenopati di daerah leher, seperti setelah
imunisasi DPT, polio atau tifoid. Meskipun demikian, masing-masing penyebab tidak dapat
ditentukan hanya dari pembesaran KGB saja, melainkan dari gejala-gejala lainnya yang
menyertai pembesaran KGB tersebut
17
Biakan Darah
Untuk melihat adanya penyebab infeksi dengan bakteri yang spesifik.5
Tes mantoux
Jika pada anamnesis dan PF dicurigai adanya infeksi tuberculosis.3
Rongent toraks
Rongent toraks diperlukan pada kecurigaan adanya kelainan dari paru seperti pada
tuberculosis, lymphoma dan neuroblastoma, untuk melihat adanya limfadenopati
mediastinal.3
18
19
20
BAB III
KESIMPULAN
Fungsi utama limfonodus adalah sebagai filtrasi dari berbagai mikroorganisme asing dan
partikel-partikel akibat hasil dari degradasi sel-sel atau metabolism, mengembalikan cairan &
protein dari jaringan ke sirkulasi darah, mengangkut limfosit, membawa lemak emulsi dari usus,
menyaring & menghancurkan mikroorganisme untuk menghentikan penyebaran, menghasilkan
zat antibody
Secara klinis limfadenopati dapat dibedakan menjadi limfadenopati lokalisata dan limfadenopati
generalisata. Limfadenopati lokalisata didefinisikan sebagai pembesaran KGB hanya pada satu
region saja, sedangkan limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB terjadi pada dua atau
lebih region yang berjauhan dan simtetris
Penyebab Limfadenopari adalah infeksi virus, bakteri, parasit, keganasan, obat-obatan, storage
disease dan imunisasi. Pada Negara berkembang seperti indonesia penyebab tersering dari
limfadenopati adalah infeksi tuberculosis , demam typhoid, trypanosomiasis, leishmaniasis,
schistosomiasis, filariasis dan infeksi jamur
Diferensial diagnosis pada limfadenoapati itu sangat luas. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
seksama sangat penting untuk menyempitkan kemungkinan diagnosis
Dari anamnesis dapat diperoleh keterangan lokasi, gejala gejala penyerta (gejala infeksi,
konstitusional, kegansan) riwayat penyakit, riwayat pemakaian obat dan riwayat pekerjaan
Dari Pemeriksaan Fisik dapat diperoleh Lokasi Limfadenopati, ukuran, nyeri tekan, konsistensi
dan mobilitas. Ketika limfadenopati lokalisata , maka kita harus memeriksa infeksi, lesi kulit
atau tumor di daerah yang dilewati aliran drainase kelenjar getah bening tersebut. Pada pasien
dengan limfadenopati generalisata, pemeriksaan fisik harus fokus dalam mencari tanda-tanda
penyakit sistemik. Temuan yang paling membantu adalah ruam, lesi selaput lendir, hepatomegali,
splenomegali atau arthritis.
Limdenopati menandakan adanya limfonodus yang abnormal dari segi ukuran, konsistensi atau
jumlah. Kelenjar getah bening yang memiliki garis tengah terpanjang > 10 mm dikategorikan
sebagai suatu limfadenopati, dengan pengecualian untuk kelenjar getah bening epitroklear (bila
garis tengah terpanjang > 5 mm) dan inguinal (bila garis tengah terpanjang > 15 mm). Apabila
kelenjar getah bening supraklavikula, ilaka maupun poplitea dapat teraba juga sudah
dikategorikan sebagai suatu yang abnormal
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan jika tidak dapat disingkirakn dari anamnesis dan
pemeriksaaan fisik. Dapat dilakukan Pemeriksaan Darah lengkap, LED, Biakan Darah, Serologi
(Toxoplasma, EBV, CMV, HIV dll) , Rongent toraks ,Ultrasonografi (USG) ,CT Scan, Biopsi
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland W. A. N. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Terjemahan Huriawati
Hartanto. Edisi pertama. Jakarta : EGC. Hal : 181
2. Sherwood, L. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. EGC. Jakarta.
2001
3. Rahajoe et al. Tuberkulosis. Dalam Buku Ajar Respirologi Anak. IDAI. 2010.
4. Price, A. Sylvia. Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta:2007
5. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku Ajar Infeksi & Pediatri
Tropis Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit IDAI. 2008
6. Roberts KB, Tunnessen WW. Lymphadenopathy. In: Signs and Symptoms in Pediatrics.
3rd ed. Lippincott, Williams, and Wilkins; 1999:63-72
7. Moore SW, Schneider JW, Schaaf HS. Diagnostic aspects of cervical lymphadenopathy in
children in the developing world: a study of 1,877 surgical specimens. Pediatr Surg Int.
Jun 2003;19(4):240-4. [Medline].
8. Miller DR. Hematologic malignancies: leukemia and lymphoma (Differential diagnosis
of lymphadenopathy). In: Miller DR, Baehner RL, eds. Blood Diseases of Infancy and
Childhood. Mosby Inc; 1995:745-9
9. Gatot, Djajadiman Prof. Dr. Sp.A(K). Pendekatan Diagnostik Limfadenopati pada
Anak.2010 diunduh dari. http://www.idai.or.id/buletinidai/view.asp?ID=799&IDEdisi=73
pada tanggal 20 februri 2013
10. http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/838/diagnosis.html
11. Abba, AA .Khalil, MZ . Clinical approach to lymphadenopathy. 2012 diunduh dari
http://www.anmjournal.com/temp/AnnNigerianMed6111-1917974_051939.pdf
pada
22
17. Boswell SL. Approach to the Patient with HIV Infection. In: Goroll AH, Mulley AG,
eds. Principles of Primary Care, 5th ed. Philadelphia: JB Lippincott, 2005;78-91.
23