Anda di halaman 1dari 11

PEMODELAN KUALITAS AIR TUKAD PENDEM

DI KOTA DENPASAR
Prana Wiraatmaja, I Putu
Fakultas Teknik Universitas Hindu Indonesia
Abstrak
Tukad (sungai) Pendem adalah salah satu sungai yang melintasi wilayah administrasi Kota
Denpasar dan merupakan salah satu bentuk ekosistem yang terbagi ke dalam wilayah hulu,
tengah dan hilir. Selain perannya sebagai saluran drainase, irigasi dan penampung air hujan,
Tukad Pendem juga menjadi lokasi pembuangan limbah domestik masyarakat terutama air
buangan kamar mandi dan dapur, sehingga menyebabkan kualitas air menurun. Salah satu
cara untuk menghitung daya tampung beban pencemaran air adalah dengan menggunakan
aplikasi QUAL2K, yang mampu mensimulasikan / memprediksi perubahan kualitas sungai
jika aliran limbah dikurangi atau ditambah. Dengan adanya aplikasi ini maka dapat
dimanfaatkan sebagai suatu media pendukung dalam menentukan daya tampung beban
pencemar di Tukad Pendem.
Kata kunci : Tukad Pendem, QUAL2K, Kota Denpasar
1.

PENDAHULUAN

Tukad (sungai) Pendem adalah salah


satu sungai yang melintasi wilayah
administrasi Kota Denpasar dan merupakan
salah satu bentuk ekosistem yang terbagi ke
dalam wilayah hulu, tengah dan hilir.
Wilayah hulu merupakan percabangan dari
Tukad Ayung yang didominasi oleh
permukiman dan kegiatan perdagangan,
sedangkan di wilayah hilir didominasi oleh
lahan sawah, perkebunan dan permukiman
penduduk.
Selain perannya
sebagai
saluran
drainase, irigasi dan penampung air hujan,
Tukad Pendem juga menjadi lokasi
pembuangan limbah domestik masyarakat
terutama air buangan kamar mandi dan
dapur, sehingga menyebabkan kualitas air
menurun, padahal airnya juga dimanfaatkan
untuk MCK (mandi, cuci, kakus) oleh
masyarakat disekitar daerah aliran sungai.
Kualitas air Tukad Pendem yang semakin
menurun dan tidak memenuhi batas
persyaratan minimum yang disarankan
Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air untuk kualitas
air sungai. Pencemaran yang terjadi dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap
kesehatan masyarakat dan kesehatan
lingkungan.

Salah satu cara untuk menghitung daya


tampung beban pencemaran air adalah
dengan menggunakan aplikasi QUAL2K,
yang mampu mensimulasikan / memprediksi
perubahan kualitas sungai jika aliran limbah
dikurangi atau ditambah. Aplikasi QUAL2K
merupakan program pemodelan kualitas air
sungai yang sangat komprehensif dan banyak
digunakan saat ini. Aplikasi QUAL2K
dikembangkan oleh US Environmental
Protecion Agency. Dengan adanya aplikasi
ini maka dapat dimanfaatkan sebagai suatu
media pendukung dalam menentukan daya
tampung beban pencemar di Tukad Pendem.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui kondisi kualitas air Tukad
Pendem dalam kurun waktu 5 tahun kedepan
dengan
permodelan
kualitas
air
menggunakan aplikasi Qual2K.
2.

METODOLOGI

A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tahapan
kegiatan sebagai berikut :
a. Mengumpulkan dan mempelajari pustaka
yang ada kaitannya dengan topik
penelitian.
b. Orientasi lapangan
c. Menentukan wilayah penelitian;
d. Menentukan variabel penelitian,

e. Pengumpulan data primer dan data


skunder seperti : peta, data iklim, data
debit sungai, profil sungai, data kualitas
air;
f. Pembuatan Model Cemaran Tukad
Pendem dengan menggunakan program
Qual2Kw;
g. Simulasi beban cemaran untuk penentuan
kelas sungai;
h. Penyusunan hasil penelitian.
B. Ruang Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian adalah menentukan
daya tampung beban cemaran Tukad Pendem
berdasarkan kadar cemaran BOD, COD dan
TSS sepanjang sungai dengan metode
Qual2Kw yaitu hasil perhitungan cemaran
sungai dibandingkan dengan kelas sungai
berdasarkan lampiran Peraturan Pemerintah
Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air.
Dari simulasi ini dapat diperoleh daya
tampung beban cemaran untuk masingmasing kelas Kemudian dari hasil
perhitungan daya tampung tersebut dapat
dilakukan simulasi model untuk memperoleh
kualitas mutu air Tukad Pendem untuk kelas
sungai, dengan tujuan untuk rekomendasi
pengendalian pencemaran.
Perhitungan daya tampung beban
cemaran Tukad Pendem, dimulai dengan
pembuatan model, dimana dari pembuatan
model ini diperoleh konstanta K1 dan K2,
kemudian untuk menghitung daya tampung
adalah dengan melakukan simulasi dengan
kelas sungai, dimana daya tampung dihitung
dari pengurangan beban cemaran yang
diijinkan dengan beban cemaran yang
terukur. Selanjutnya dalam menentukan
rekomendasi untuk kelas Tukad Pendem
dapat dilakukan dengan menentukan target
kelas sungai, kemudian dengan menurunkan
cemaran pada menu point load and
withdrawal untuk memperoleh BOD yang
memenuhi target kelas
C. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Tukad Pendem,
yang melewati 3 (tiga) wilayah administrasi
desa / kelurahan di Kota Denpasar, yaitu :

Kelurahan Tonja, Kelurahan Kesiman dan


Desa Sanur Kauh.

Gambar 1. Lokasi Penelitian


(ket :
= Tukad Pendem)
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini variabel yang akan
diamati adalah :
1. Parameter BOD (Biologycal Oxygen
Demand), COD (Chemical Oxygen
Demand) dan TSS (Total Suspended
Solids) tiap titik pengambilan sampel,
metode uji laboratorium menggunakan
metode Spektrofotometri untuk uji TSS,
Titrimetri untuk uji BOD dan COD.
2. Sifat hidrologi, debit sungai dan
penampang sungai pada titik pengambilan
sampel.
E. Jenis Dan Sumber Data
Jenis dan sumber data dalam penelitian
ini terdiri dari :
a. Data Primer
Pengukuran data primer dilakukan di
lapangan seperti pengukuran debit,
kecepatan aliran, lebar, kedalaman sungai
dan kualitas air sungai yang didapat dari
hasil pengujian sampel oleh UPT
Laboratorium Kesehatan Provinsi Bali.
b. Data Sekunder
Penelitian yang dilakukan meliputi
pengumpulan data skunder, yaitu data-

data sungai seperti panjang sungai,


penampang sungai, iklim dari Dinas
Pekerjaan Umum Bidang Pengairan dan
klimatologi wilayah dari BMKG Wilayah
III Provinsi Bali.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan
dalam penelitian terdiri dari :
a. Seperangkat alat pengambilan sampel
kualitas air;
b. Meteran, stop watch dan bandul bertali;
c. Peta, alat dokumentasi dan alat GPS;
d. Komputer dengan aplikasi Qual2Kw;
e. Peta sungai;
f. Dokumentasi;
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data
penelitian ini adalah :

dalam

1. Data skunder didapatkan dengan meminta


informasi dari intansi terkait seperti :
Badan Lingkungan Hidup Kota Denpasar,
Dinas Pekerjaan Umum Kota Denpasar
dan BMKG Wilayah III Provinsi Bali,
2. Data primer didapatkan dari observasi
lapangan antara lain dengan pengukuran
debit untuk sumber pencemar dan debit
pengambilan air sungai, kedalaman, lebar
sungai dan kualitas air sungai;
3. Penentuan titik pengambilan kualitas air
sungai didasarkan pada pertimbangan
percabangan sungai dan jarak antar titik
sampling.
4. Penentuan titik pengambilan sampel non
point source (drainase, usaha / kegiatan
masyarakat dan pertanian) didasarkan
pada kemudahan akses, biaya dan waktu
sehingga ditentukan titik-titik yang
dianggap mewakili non point source dari
hulu ke hilir.

Gambar 2. Reach dan Titik Sampling


H. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang dilakukan
adalah dengan menggunakan model kualitas
air. Model kualitas air adalah suatu
penyederhanaan dan idealisasi dari suatu
mekanisme badan air yang rumit yang mana
fenomena kimia, fisika, biokimia dan
mekanisme proses transport air sebagai
media pembawa dan pelarut secara simultan.
Salah satu tujuan dari USEPA (United States
Environmental Protection Agency) untuk
mengembangkan Model Qual2Kw adalah
sebagai peralatan untuk melakukan analisa
TDMLs (Total Daily Maximum Loads) pada
badan air sungai.
TDMLs ini akhirnya diadopsi oleh
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 110 Tahun 2003 Tentang
Penetapan
Daya
Tampung
Beban
Pencemaran Air Pada Sumber Air. Pada
Lampiran III keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup disebut dengan jelas
penggunaan
Model
Qual2Kw
untuk
menghitung
daya
tampung
beban
pencemaran air pada sumber air Untuk dapat
mengetahui besarnya TDMLs ini, pengguna
model Qual2Kw harus mengembangkan
berbagai pilihan input model kedalam
program Qual2Kw.
3. ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Rona Lingkungan Umum
Aliran sungai ini melewati 3 Kelurahan
di Kota Denpasar, yaitu Kelurahan Tonja,
Kelurahan Kesiman dan Desa Sanur Kauh.

Penggunaan lahan di 3 kelurahan ini


mayoritas adalah sebagai permukiman
penduduk di bagian hulu dan tengah,
sedangkan di bagian hilir didominasi oleh
persawahan. Jumlah penduduk disekitar alur
sungai ini sebanyak 52098 jiwa yang terdiri
dari 20811 jiwa di Kelurahan Tonja, 15694
jiwa di Kelurahan Kesiman
dan 15593 di
Desa Sanur Kauh. Dari 52098 jiwa tersebut,
berdasarkan luasan DAS Tukad Pendem ini,
diperkirakan hanya 30 % masyarakat (15629
jiwa) yang memanfaatkan Tukad Pendem ini
sebagai penunjang aktivitas sehari-harinya.
Survey
yang
telah
dilakukan,
memperlihatkan
Tukad
Pendem
ini
dipergunakan sebagai saluran drainase makro
oleh masyarakat dan ada juga yang
memanfaatkan sebagai sarana MCK terutama
untuk lokasi hulu sungai.
Ditinjau dari letak gografisnya, titik hulu
sungai ini terletak di 08o63'3120" LS dan
115o23'3441" BT dan titik hilir terletak pada
08o67'7594" LS dan 115o24'8913" BT. Secara
fisik, panjang sungai ini mencapai 6389 m
dengan rata-rata lebar atas sungai adalah 3,56
m, rata-rata lebar bawah adalah 3,15 m dan
rata-rata kedalaman mencapai 1,23 m.
Ditinjau dari klimatologinya, Tukad Pendem
beriklim tropis dengan 2 (dua) pergantian
musim. Sifat-sifat klimatologi Tukad Pendem
adalah sebagai berikut :
a. Suhu
Suhu harian rata-rata setiap bulannya
adalah 27,8oC dengan suhu minimum
sekitar 24,1oC yang terjadi pada bulan
Oktober,
sedangkan
suhu
udara
o
maksimum adalah 34,4 C yang terjadi
pada bulan Maret dan April.
b. Kelembaban relatif
Kelembaban relatif rata-rata harian antara
57,60 % sampai 76,60 % dengan rata-rata
kelembaban bulanan 67,30 %.
c. Evapotranspirasi
Berdasarkan data yang diperoleh dari
Badan Meteorologi dan Geofisika Balai
Wilayah III Stasiun Klimatologi diketahui
nilai evapotranspirasi rata-rata bulanan
sekitar 143,56 mm/bulan, dengan nilai
maksimum 186 mm/bulan di bulan
September dan 108 mm/bulan di bulan
Februari

d. Curah hujan
Curah hujan total tahunan yang tercatat
pada stasiun-stasiun penakar curah hujan
di Tukad Pendem, dapat diprediksi bahwa
besarnya volume base flow Tukad Pendem
akan menjadi cukup besar pada musim
penghujan.
Morfologi dari sungai ini cenderung
datar atau dapat disebut juga Lower
Watershed berupa dataran dengan
indeks kemiringan relatif datar ratarata 6 % - 14 %, rata-rata
ketinggian 7,5 meter (dpl) dengan
ketinggian maksimum 15 meter
(dpl), terletak dari Bendung Oongan
kearah selatan sampai saluran
irigasi di Jl. Tukad Nyali.
B. Rona Lingkungan Hasil Survey
Rona
lingkungan
hasil
survey
menggambarkan kondisi lingkungan pada
tiap reach (titik sampling) dimana masingmasing reach ini membagi ruas sungai
menjadi beberapa segmen yang mana
pembagian ini merupakan point source
sungai dalam menentukan daya tampung
sungai ini. Penelitian ini membagi sungai
menjadi 8 segmen sehingga terdapat 9 reach
untuk dilakukan sampling air sungai (gambar
2 dan 3). Adapun pembagian segmen dan
penentuan titik sampling air sungai, titik
sampling non point source (drainase
permukiman, saluran irigasi pertanian,
kegiatan usaha masyarakat dan arah aliran
sungai dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 3. Segmen Tukad Pendem


Gambar 2 dan 3. diatas memperlihatkan
adanya 9 reach yang merupakan point
source, 3 saluran drainase, 1 limbah
pertanian dan 2 limbah yang berasal dari
usaha / kegiatan masyarakat disekitar aliran
sungai sehingga diperoleh 15 sampel air yang
mempengaruhi kualitas air Tukad Pendem.
C. Kualitas
Air,
Hidrolika
dan
Klimatologi Sungai
a. Kualitas air
Kualitas air di bagian ini tidak memenuhi
kriteria mutu air Kelas I dimana parameter
yang telah melampaui baku mutu air
yaitu:
Kadar DO sebesar 2,69 mg/L di bawah
baku mutu air Kelas I sebesar 6 mg/L.
Kadar BOD5 sebesar 5,38 mg/L, di atas
baku mutu air Kelas I maksimal
dipersyaratkan 2,0 mg/L.
Kadar COD sebesar 17,98 mg/L, di
atas
baku mutu air Kelas I
dipersyaratkan 10 mg/L.
Total fosfat sebesar 1,023 mg/L, diatas
baku mutu air Kelas I dipersyaratkan
0,2 mg/L.

Untuk kriteria mutu air Kelas I, kondisi air


sungai di Tukad Pendem parameter yang
memenuhi persyaratan adalah coliform.
Sedangkan untuk Kelas II, parameter
COD memenuhi persyaratan baku mutu
untuk kelas tersebut.
b. Hidrolika
Penggambaran hidrolika Tukad
Pendem
adalah
dengan
membandingkan
volume
air
buangan yaitu dari buangan
domestik dan dari air hujan
dengan kapasitas tampung dari
Tukad Pendem. Total volume air
buangan yang dialirkan menuju
Tukad Pendem adalah sebesar
0.3229715422 m3/dtk.Km2 atau
setara
dengan
27904.74
m3/hari.Km2.
daya
tampung
volume
air
Tukad
Pendem
mencapai 28678 m3, dengan
demikian sampai saat ini Tukad
Pendem
masih
mampu
menampung volume air buangan,
hanya saja apabila dirinci tiap
segmen sungai, hanya segmen 1,
4 dan 5 yang menunjukkan
keterangan bahwa kondisi fisik
sungai
masih
mampu
menampung air buangan total,
sedangkan segmen 2, 3, 6, 7 dan
8 memerlukan revitalisasi pada
kondisi fisik sungai tersebut.
c. Klimatologi
Ditinjau dari klimatologinya, Tukad
Pendem beriklim tropis dengan 2 (dua)
pergantian musim.
Suhu : Suhu rata-rata : 27,8oC ; suhu
minimum sekitar 24,1oC (Oktober) ;
suhu maksimum adalah 34,4oC (Maret
dan April)
Kelembaban relatif : Kelembaban
relatif rata-rata harian antara 57,60 %
sampai 76,60 % dengan rata-rata
kelembaban bulanan 67,30 %.
Evapotranspirasi
:
Nilai
evapotranspirasi rata-rata bulanan
sekitar 143,56 mm/bulan, dengan nilai
maksimum 186 mm/bulan di bulan
September dan 108 mm/bulan di bulan
Februari

Curah hujan : Rata-rata curah hujan


harian adalah 168,85 mm/jam.
Morfologi dari sungai ini cenderung datar
atau dapat disebut juga Lower Watershed
berupa dataran dengan indeks kemiringan
relatif datar rata-rata 6 % - 14 %, rata-rata
ketinggian 7,5 meter (dpl) dengan
ketinggian maksimum 15 meter (dpl),
terletak dari Bendung Oongan kearah
selatan sampai saluran irigasi di Jl. Tukad
Nyali.
D. Sumber Pencemar Tukad Pendem
Sumber dan beban pencemaran air
Tukad Pendem yang utama berasal dari
pembuangan limbah domestik atau limbah
rumah tangga penduduk, sumber lainnya
adalah berasal dari ragam aktivitas dan usaha
masyarakat
seperti
usaha
pencucian
kendaraan, rumah makan, salon, laundry dan
pertanian.
E. Permodelan kualitas air Tukad
Pendem
Perhitungan daya tampung beban
pencemaran sungai dilakukan dengan
menghitung selisih antara beban pencemar
hasil simulasi dengan beban pencemar baku
mutu air kelas II. Dalam simulasi ini
digunakan 4 skenario yang detail yaitu mulai
skenario kondisi eksisting sampai skenario
(kondisi 5 tahun kedepan). skenario tersebut
adalah sebagai berikut.
E.1. Skenario Eksisting
Pada skenario eksisting, didapatkan
bahwa Tukad Pendem tidak mempunyai daya
tampung beban pencemaran BOD, COD dan
TSS pada keseluruhan segmen seperti
ditunjukan pada gambar 4,5 dan 6.

Gambar 4. Daya Tampung Beban


Pencemaran BOD Skenario Eksisting

Gambar 5. Daya Tampung Beban


Pencemaran COD Skenario Eksisting

Gambar 6. Daya Tampung Beban


Pencemaran TSS Skenario Eksisting
Pada gambar 4 tentang daya tampung
beban pencemaran BOD terlihat bahwa
gambar berada di bawah 0 kg/hari atau
mempunyai nilai negatif. Nilai daya tampung
yang berupa negatif ini memiliki arti bahwa
Tukad Pendem sudah tidak memiliki daya
tampung beban pencemaran untuk BOD
karena beban pencemaran BOD yang masuk
ke dalam sungai melebihi beban pencemaran
yang diijinkan sesuai dengan baku mutu air
kelas II. Sungai dengan kondisi tidak
mempunyai
daya
tampung
beban
pencemaran memiliki arti bahwa konsentrasi
pencemar yang ada di dalam sungai tersebut
telah melebihi baku mutu yang telah
ditetapkan. Kemampuan sungai untuk
melakukan self purification menjadi sangat
kecil sehingga sungai tidak mempunyai
toleransi terhadap kandungan pencemar yang
ada di dalamnya.
Pada gambar 5 tentang daya tampung
beban pencemaran COD, bahwa gambar
berada di bawah 0 kg/hari atau mempunyai
nilai negatif. Nilai daya tampung yang
berupa negatif ini memiliki arti bahwa Tukad
Pendem sudah tidak memiliki daya tampung
beban pencemaran untuk COD karena beban
pencemaran COD yang masuk ke dalam
sungai melebihi beban pencemaran yang
diijinkan sesuai dengan baku mutu air kelas
II.

Pada gambar 6 tentang daya tampung


beban pencemaran TSS, terlihat bahwa hanya
pada keseluruhan segmen telah memiliki
nilai positif. Hal ini berarti bahwa pada
keseluruhan segmen sudah memiliki daya
tampung beban pencemaran terhadap TSS.
Gambar daya tampung beban pencemaran
TSS juga mengalami peningkatan dari hulu
menuju hilir, hal ini dikarenakan konsentrasi
TSS dari hulu menuju hilir mengalami
penurunan sebagai akibat dari proses
pengenceran yang terjadi selama perjalanan.
E.2.

Skenario 1
Pada skenario 1 dimana sumber
pencemar telah memenuhi baku mutu air
limbah, nilai daya tampung beban
pencemaran
Tukad
Pendem
menjadi
bertambah besar walaupun untuk segmen 1
dan 5 Tukad Pendem masih tidak mampu
menerima beban pencemaran BOD, dan
segmen 5 9 telah mampu menerima beban
pencemaran BOD, untuk daya tamping beban
pencemaran COD dan TSS telah memiliki
daya tampung seperti ditunjukan pada
gambar 7, 8 dan 9.

Gambar 7. Daya Tampung Beban


Pencemaran BOD Skenario 1

Gambar 8. Daya Tampung Beban


Pencemaran COD Skenario 1

Gambar 9. Daya Tampung Beban


Pencemaran TSS Skenario 1
Pada gambar 7 tentang daya tampung
beban pencemaran BOD terlihat bahwa
gambar berada di bawah 0 kg/hari atau
mempunyai nilai negatif. Nilai daya tampung
yang berupa negatif ini memiliki arti bahwa
Tukad Pendem sudah tidak memiliki daya
tampung beban pencemaran untuk BOD
karena beban pencemaran BOD yang masuk
ke dalam sungai melebihi beban pencemaran
yang diijinkan sesuai dengan baku mutu air
kelas II.
Pada gambar 8 tentang daya tampung
beban pencemaran COD, terlihat bahwa
hanya pada segmen 1 - 3 yang memiliki nilai
negatif. Hal ini berarti bahwa pada segmen 1
3 sudah tidak memiliki daya tampung
beban
pencemaran
terhadap
COD.
Sedangkan untuk segmen 4 9 masih
memiliki daya tampung beban pencemaran
karena pada segmen tersebut konsentrasi
COD baik pada sungai maupun pada sumber
pencemar masih di bawah baku mutu.
Pada gambar 9 tentang daya tampung
beban pencemaran TSS, terlihat bahwa hanya
pada keseluruhan segmen telah memiliki
nilai positif. Hal ini berarti bahwa pada
keseluruhan segmen sudah memiliki daya
tampung beban pencemaran terhadap TSS.

E.3. Skenario 2
Pada skenario 2 dimana sumber
pencemar telah memenuhi baku mutu air
limbah dan kondisi hulu telah memenuhi
baku mutu air kelas II dimana sebelumnya
kondisi hulu masih berada dalam diatas baku
mutu. Setelah dilakukan simulasi untuk
skenario 2, didapatkan nilai daya tampung
beban pencemaran Tukad Pendem menjadi
lebih besar dari dua skenario sebelumnya
seperti ditunjukan pada gambar 10,11 dan 12.

Gambar 10. Daya Tampung Beban


Pencemaran BOD Skenario 2

Gambar 11. Daya Tampung Beban


Pencemaran COD Skenario 2

Gambar 12. Daya Tampung Beban


Pencemaran TSS Skenario 2
Pada gambar 10 dan 11, terlihat
bahwa gambar telah berada di atas 0 kg/hari
namun pada segmen 1 4 masih dibawah 0.
Nilai daya tampung beban pencemaran yang
besar ini berarti bahwa Tukad Pendem masih
mempunyai kemampuan untuk menerima
beban pencemar yang masuk ke dalamnya
tanpa mengalami pencemaran sungai. Hal ini
dikarenakan pada skenario ini kondisi hulu
diasumsikan telah memenuhi baku mutu air
kelas II. Menurut Suntoro Wongso Atmojo
(2007), perencanaan bagian hulu seringkali
menjadi fokus perhatian, mengingat adanya
keterkaitan biofisik hulu dan hilir melalui
daur hidrologi. Penanganan pengelolaan di
daerah hulu secara baik merupakan jaminan
keselamatan bagi masyarakat didaerah hilir,
sehingga untuk mendapatkan Tukad Pendem
dengan keadaan masih mampu menerima
beban pencemaran yang masuk ke dalamnya,
maka yang harus dilakukan adalah dengan
menurunkan konsentrasi pencemar di hulu
sungai menjadi baku mutu air kelas II. Selain
mengasumsikan
kondisi
hulu
telah

memenuhi baku mutu air kelas II, kondisi


sumber pencemar juga diasumsikan telah
memenuhi baku mutu air limbah sehingga
konsentrasi pencemar tidak berlebihan.
Menurut Ammaru dalam Winardi Dwi
Nugraha (2008), bila penambahan pencemar
di sungai tidak berlebihan maka air akan
membersihkan diri dengan sendirinya,
sehingga dalam melakukan pengelolaan
kualitas air sungai dapat dilakukan dengan
menurunkan konsentrasi pada sumber
pencemar sesuai dengan baku mutu air
limbah. Pada gambar 11 dan 12, gambar
mengalami peningkatan dari hulu menuju
hilir. Hal ini terjadi karena selain adanya
pengenceran selama perjalanan, juga karena
kondisi hulu yang telah memenuhi baku
mutu air kelas II. Konsentrasi hulu yang kecil
tentu akan menghasilkan pengaruh yang kecil
pula
untuk
segmen-segmen
sungai
setelahnya.
E.4. Skenario 3
Setelah dilakukan berbagai macam
skenario untuk mendapatkan kondisi yang
ideal bagi Tukad Pendem untuk mendapatkan
kemampuan
daya
tampung
beban
pencemaran sungai, maka selanjutnya adalah
melakukan simulasi keadaan sungai untuk
lima tahun mendatang. Simulasi ini
menggunakan skenario 3 dimana kondisi
hulu telah memenuhi baku mutu air kelas II,
data sungai sesuai data hasil simulasi pada
skenario 2, dan data sumber pencemar
merupakan estimasi lima tahun ke depan.
Estimasi
ini
dilakukan
dengan
memproyeksikan jumlah penduduk di
wilayah yang dilewati Tukad Pendem selama
lima tahun mendatang. Proyeksi jumlah
penduduk ini juga untuk mendapatkan nilai
debit sumber pencemar pada tahun 2017.
Tujuan dari skenario ini adalah untuk
mengetahui pengaruh pertambahan penduduk
di wilayah Tukad Pendem selama lima tahun
mendatang terhadap kondisi dan daya
tampung beban pencemaran sungai. Hasil
simulasi dan perhitungan daya tampung
beban
pencemaran
Tukad
Pendem
menunjukan bahwa nilai daya tampung
beban
pencemaran
Tukad
Pendem
mengalami penurunan dibandingkan dengan

kondisi sungai dengan skenario 2 seperti


ditunjukan pada gambar 13, 14 dan 15.

Gambar 13. Daya Tampung Beban


Pencemaran BOD Skenario 3

Gambar 14. Daya Tampung Beban


Pencemaran COD Skenario 3

semakin
menurunnya
nilai
beban
pencemaran dari hulu menuju hilir sebagai
akibat pengenceran konsentrasi pencemar
selama perjalanan.
E.5. Skenario 4
Setelah mengetahui besar daya tampung
beban pencemaran Tukad Pendem pada lima
tahun mendatang dengan kondisi Tukad
Pendem telah memenuhi baku mutu air kelas
II, maka untuk selanjutnya dilakukan
simulasi lima tahun mendatang dengan
kondisi Tukad Pendem dalam keadaan
eksisting. Tujuan dari simulasi dengan
skenario 4 ini adalah untuk mengetahui
berapa besar daya tampung beban
pencemaran Tukad Pendem pada lima tahun
mendatang dengan asumsi bahwa tidak ada
pengelolaan kualitias air sungai selama lima
tahun mendatang. Hasil simulasi dengan
skenario ini adalah besarnya daya tampung
beban pencemaran Tukad Pendem menjadi
sangat kecil melebihi pada skenario eksisting
seperti ditunjukan pada gambar 16, 17 dan
18.

Gambar 15. Daya Tampung Beban


Pencemaran TSS Skenario 3
Pada gambar 13 tentang daya tampung
beban pencemaran BOD, terihat bahwa
gambar masih brada di atas 0 kg/hari pada
segmen 4 9, namun pada segmen 1 3
masih berada di bawah 0. Hal ini berarti
sungai masih memiliki daya tampung beban
pencemaran terhadap BOD. Akan tetapi, nilai
daya tampung beban pencemaran pada
segmen 1 9 mengalami penurunan. Hal ini
disebabkan oleh nilai pertumbuhan penduduk
rata-rata untuk Desa Kesiman dan Sanur
Kaja yang paling besar, yaitu 616 dan 669.
Besarnya nilai pertumbuhan penduduk ratarata ini mengakibatkan semakin besar pula
debit limbah yang dihasilkan sehingga
mengurangi nilai daya tampung beban
pencemaran sungai. Pada gambar 14 dan 15
tentang daya tampung beban pencemaran
COD dan TSS, gambar masih berada di atas
0 kg/hari yang berarti sungai masih memiliki
daya tampung beban pencemaran terhadap
COD dan TSS. Gambar 14 dan 15 juga
menunjukan peningkatan yang diakibatkan

Gambar 16. Daya Tampung Beban


Pencemaran BOD Skenario 4

Gambar 17. Daya Tampung Beban


Pencemaran COD Skenario 4

Gambar 18. Daya Tampung Beban


Pencemaran TSS Skenario 4
Pada gambar 16 tentang daya tampung
beban pencemaran BOD terlihat bahwa
gambar berada di bawah 0 kg/hari atau
mempunyai nilai negatif. Nilai daya tampung
yang berupa negatif ini memiliki arti bahwa
Tukad Pendem sudah tidak memiliki daya
tampung beban pencemaran untuk BOD
karena beban pencemaran BOD yang masuk
ke dalam sungai melebihi beban pencemaran
yang diijinkan sesuai dengan baku mutu air
kelas II. Sungai dengan kondisi tidak
mempunyai
daya
tampung
beban
pencemaran memiliki arti bahwa konsentrasi
pencemar yang ada di dalam sungai tersebut
telah melebihi baku mutu yang telah
ditetapkan.
Pada gambar 17 dan 18 tentang daya
tampung beban pencemaran COD dan TSS,
terlihat bahwa keseluruhan segmen masih
memiliki nilai positif. Hal ini berarti bahwa
pada keseluruhan segmen daya memiliki
daya tampung beban pencemaran terhadap
COD dan TSS. Akan tetapi gambar daya
tampung beban pencemaran COD dan TSS
mengalami peningkatan dari hulu menuju
hilir, hal ini dikarenakan konsentrasi COD
dari hulu menuju hilir mengalami penurunan
sebagai akibat dari proses pengenceran yang
terjadi selama perjalanan.
F. Rekomendasi
Penurunan
Beban
Pencemar
Program atau kegiatan prioritas yang
dapat dilakukan dalam rangka penurunan
beban pencemar untuk mencapai mutu air
sasaran yang telah ditetapkan adalah sebagai
berikut :
a. Melakukan pengelolaan kualitas air ini
berdasarkan pasal 4 Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan
Kualitas
Air
dan
Pengendalian Pencemaran Air.

b. Melakukan pengelolaan limbah secara


terpadu dengan pemanfaatan DSDP yang
merupakan sistem pengelolaan limbah
terpadu yang berada di Kota Denpasar.
c. Melakukan pengelolaan sampah secara
terpadu.
d. Melakukan pemantauan kualitas air secara
lebih berkala.
e. Menata kembali daerah permukiman di
wilayah sempadan Sungai Tukad Pendem.
f. Meningkatkan koordinasi antar instansi
yang berkaitan dengan pengendalian
pencemaran air.
g. Melakukan pembuatan IPAL domestik,
seperti sanimas secara terpusat untuk
memperbesar
cakupan
pelayanan
pembuangan limbah penduduk.
h. Meningkatkan
pengetahuan
tentang
pengolahan limbah pertanian dan ternak.
i. Melakukan usaha penghijauan dan
konservasi lahan.
j. Melakukan revitalisasi fisik sungai dengan
pengerukan.
Melakukan upaya minimalisir kegiatan
masyarakat yang dapat menghasilkan beban
pencemar BOD.
4.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Hasil simulasi dengan pemodelan
Qual2K menghasilkan 4 skenario kualitas air
yang menggambarkan fluktuasi kondisi
beban pencemar (BOD, COD dan TSS).
Hasil skenario 4 yang merupakan
kondisi untuk 5 tahun kedepan didapatkan
bahwa :
a) Sungai tidak memiliki daya tampung
beban pencemaran untuk BOD
b) Sungai memiliki daya tampung beban
pencemaran untuk COD dan TSS
B. Saran
Saran yang dapat direkomendasikan
untuk studi pemodelan kualitas air pada masa
mendatang adalah :
a) Beberapa data debit dan kualitas dari
beberapa industri masih banyak yang
belum diketahui oleh pengelola sungai,
sehingga hasil dari penentuan daya
tampung belum mampu mendekati hasil
yang sebenarnya.

b) Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan


dengan parameter yang lebih banyak
sehingga hasil yang diharapkan lebih
representatif.
c) melakukan sampling air untuk dua musim
sehingga diperoleh hasil permodelan yang
seakin mendekati kondisi aslinya.
5. DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, 2012.
Denpasar Dalam Angka 2012.
Dinas Pariwisata Kota Denpasar, 2013.
Direktori Akomodasi Pariwisata Kota
Denpasar 2013.
Panduan Pengguna Qual2K Versi 5.1.,
Publication No. 06-03-0, Department of
Ecology,
cited
at
http://www.ecy.wa.gov/biblio/04030??.ht
ml.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.

Anda mungkin juga menyukai