Anda di halaman 1dari 13

1. Apa itu Komedo dan adneksa kulit?

Komedo adalah penyumbatan kulit yang terjadi karena penumpukan sel kulit
mati dan sebum pada muara kelenjar minyak. Jika tidak segera ditangani,
komedo bisa meradang dan menjadi jerawat membandel. Akibatnya, kulit
wajah bisa hilang kemulusannya. Daerah T, yaitu sekitar dahi, hidung, pipi
bagian dalam, dan dagu, merupakan wilayah favorit disinggahi komedo.
Penanganan komedo bisa dilakukan sendiri di rumah jika masih lunak dan
penyumbatan belum terlalu dalam. Tapi, jika komedo sudah terlalu lama
mengendap di pori-pori dan mengeras hingga sulit dikeluarkan, perlu
perawatan wajah dengan penanganan khusus. Sebelum menentukan jenis
perawatan yang cocok, lebih baik berkonsultasi dulu kepada ahlinya.
Komedo : sumbatan sebum, sperti lemak
- Black hat : sudah bercampur dg melanosit mudah di cabut
- White hat : blm bercampur dg melanosit sulit di cabut
Jerawat : komedo, sumbatan k. Sebasea.

2. Apa saja yg termasuk kelainan adneksa kulit?


Kuku
1. Kelainan kuku yang disebabkan agen
- Paronikia
Inflamasi pada lipatan kuku dengan pembengkakan tepi kuku, terkadang
disertai pus yang biasanya disebabkan oleh candida albicans, staphylococcus
atau pseudomonas
- Onikomikosis
Merupakan infeksi jamur candida
2. Kelainan kontur kuku, permukaan kuku dan pertumbuhan kuku
- Hippocratic (clubbed) fingers: kuku menggembung
- Shell nail syndrom : clubbed nail disertai atrofi dasar kuku
- Koilonikia : kuku tipis bentuk cembung pinggir meninggi
- Anonikia : kuku tidak tumbuh
- Onikogrifosis: kuku berubah bentuk menebal, warna putih dan kecoklatan,
melengkung tanpa menempel pada bantalan kuku
- Onikoatrofi : kuku tipis dan lebih kecil
- Onikolisis : terpisahnya kuku dari dasar kuku terutama bagian distal atau
lateral. Bila meluas sampai proksimal maka akan terbantuk ruang tempat
tertimbunnya kotoran
- Pakionikia: penebalan lempeng kuku
- Beaus lines : terowongan transversal dari lunula kearah distal sesuai
pertumbuhan kuku oleh karena penghentian sementara fungsi matriks kuku
- Hapalonikia : kuku tipis, lunak, mudah sobek
Kelainan perubahan warna kuku
-

Green nail
Black nail
Kuku coklat/merah tua
Kuku berwarna putih

Rambut
1. Alopesia = kebotakan
- Alopesia universalis : kebotakan seluruh rambut pada tubuh
- Alopesia totalis : kebotakan seluruh rambut kepala
- Alopesia arerata: kebotakan setempat berbatas tegas
2. Alopesia areata
3. Alopesia androgenika
4. Efluvium : kerontokan rambut
- Efluvium telogen
- Efluvium telogen pasca natal
- Efluvium psikis
- Efluvium pascafebris akut
Kelenjar
1. Kelenjar apokrin

a. Bromhidrosis : keadaan dimana bau yang menusuk hidung keluar dari kulit akibat
penguraian keringat apokrin oleh bakteri grm negatif
b. Kromhidrosis : kelainan dimana sekresi keringat apokrin berwarna
c. Hidradenitis supurativa : merupakan penyakit kronis supuratif dan sikatrikal pada
kulit lokasi kelenjar apokrin, terutama di aksila dan anogenital
2. Kelenjar ekrin
a. Hiperhidrosis : peningkatan sekresi keringat ekrin
b. Anhidrosis: hilangnya sebagian aktivitas kelenjar keringat
c. Miliaria : keadaan dimana pori-pori keringat tertutup sehingga timbul retensi
keringat dikulit
d. Dishidrosis : erupsi vesikuler, rekuren non inflamasi pada telapak tangan atau kaki
3. Kelenjar sebasea
a. Acne : peradangan menahun folikel pilosebasea yang ditandai adanya komedo,
papul, pustula, nodul, dan kista
Varian acne
- Akne vulgaris terjadi perubahan jumlah dan konsistensi lemak kelenjar akibat
multifaktoral dan varietasnya:
o Akne tropikalis
o Akne fulminan
o Pioderma fasiale
o Akne mekanika dan lainnya
- Akne venenata terjadi penutupan folikel sebasea oleh massa eksternal dan
varietasnya:
o Akne kosmetika
o Pomade acne
o Akne klor
o Akne akibat kerja
o Akne deterjen
-Akne komedonal akibat agen fisik dan varietasnya:
o Solar commedones
o Akne radiasi (sinar x. kobal)
b. Rosasea : penyakit kronik pada sentral wajah akibat kelainan kelenjar pilosebasea
pada daerah wajah berupa papul yang meradang disertai peningkatan aktivitas
kapiler sehingga terjadi flushing dan teleangiektasis
c. Dermatitis perioral : erupsi papuler, eksemateus dan berskuama dengan predileksi
lipat nasolabial dan bibir atas dengan perjalanan penyakit berfluktuasi
Sumber :Djuanda, A (2007). Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin, 5. FK-UI, Jakarta
3. Jelaskan etiologi dan pathogenesis adneksa kulit!
a) Sebum. Merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne.
b) Genetik. Faktor herediter yang sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas kelenjar
glandula sebasea. Apabila kedua orang tua mempunyai parut bekas akne, kemungkinan besar
anaknya akan menderita akne.

c) Usia. Umumnya insiden terjadi pada sekitar umur 14 17 tahun pada wanita, 16 19
tahun pada pria dan pada masa itu lesi yang predominan adalah komedo dan papul dan jarang
terlihat lesi beradang penderita
d) Jenis kelamin. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan Akne
vulgaris
e) Kebersihan wajah. Meningkatkan perilaku kebersihan diri dapat mengurangi kejadian akne
vulgaris pada remaja (Nami, 2009).
f) Psikis. Pada beberapa penderita, stres dan gangguan emosi dapat menyebabkan eksaserbasi
akne.Kecemasan menyebabkan penderita memanipulasi aknenya secara mekanis, sehingga
terjadi kerusakan pada dinding folikel dan timbul lesi yang beradang yang baru.
Hormon endokrin:
- Androgen. Konsentrasi testosteron dalam plasma penderita akne pria tidak berbeda dengan
yang tidak menderita akne. Berbeda dengan wanita, pada testosteron plasma sangat
meningkat pada penderita akne
- Estrogen. Pada keadaan fisiologi, estrogen tidak berpengaruh terhadap produksi sebum.
Estrogen dapat menurunkan kadar gonadotropin yang berasal dari kelenjar hipofisis. Hormon
gonadotropin mempunyai efek menurunkan produksi sebum.
- Progesteron. Progesteron, dalam jumlah fisiologis tidak mempunyai efek terhadap
efektivitas terhadap kelenjar lemak. Produksi sebum tetap selama siklus menstruasi, akan
tetapi kadang-kadang progesteron dapat menyebabkan akne premenstrual
g) Diet. Pada penderita yang makan banyak karbohidrat dan zat lemak, tidak dapat
dipastikan akan terjadi perubahan pada pengeluaran sebum atau komposisinya karena
kelenjar lemak bukan alat pengeluaran lemak yang kita makan.
h) Iklim. Di daerah yang mempunyai empat musim, biasanya akne bertambah hebat pada
musim dingin, sebaliknya kebanyakan membaik pada musim panas.Bertambah hebatnya akne
pada musim panas tidak disebabkan oleh sinar UV melainkan oleh banyaknya keringat pada
keadaan yang sangat lembab dan panas tersebut.
i) Bakteria. Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah corynebacterium acnes,
Stafilococcus epidermidis, dan pityrosporum ovale.
j) Kosmetika. Pemakaian bahan-bahan kosmetika tertentu seperti, bedak dasar (faundation),
pelembab (moisturiser), krem penahan sinar matahari (sunscreen), dan krem malam secara
terus menerus dalam waktu lama dapat menyebabkan suatu bentuk akne ringan yang terutama
terdiri dari komedo tertutup dan beberapa lesi papulopustular pada pipi dan dagu.

Sumber : Nami, U. 2009. Hubungan Tingkat stress Dan Kebersihan Diri dengan Acne
Vulgaris

Patogenesis

Patogenesis acne meliputi empat faktor, yaitu hiperproliferasi epidermis folikular


sehingga terjadi sumbatan folikel, produksi sebum berlebihan, infl amasi, dan aktivitas
Propionibacterium acnes (P. acnes) Androgen berperan penting pada patogenesis acne
tersebut .Acne mulai terjadi saat adrenarke, yaitu saat kelenjar adrenal aktif menghasilkan
dehidroepiandrosteron sulfat, prekursor testosteron. Penderita acne memiliki kadar
androgen serum dan kadar sebum lebih tinggi dibandingkan dengan orang normal,
meskipun kadar androgen serum penderita acne masih dalam batas normal.Androgen
akan meningkatkan ukuran kelenjar sebasea dan merangsang produksi sebum, selain itu
juga merangsang proliferasi keratinosit pada duktus seboglandularis dan
akroinfundibulum.Hiperproliferasi epidermis folikular juga diduga akibat penurunan

asam linoleat kulit dan peningkatan aktivitas interleukin 1 alfa.Epitel folikel rambut
bagian atas, yaitu infundibulum, menjadi hiperkeratotik dan kohesi keratinosit bertambah,
sehingga terjadi sumbatan pada muara folikel rambut. Selanjutnya di dalamfolikel rambut
tersebut terjadi akumulasi keratin, sebum, dan bakteri, dan menyebabkan dilatasi folikel
rambut bagian atas, membentuk mikrokomedo.1 Mikrokomedo yang berisi keratin,
sebum, dan bakteri, akan membesar dan ruptur. Selanjutnya, isi mikrokomedo yang
keluar akan menimbulkan respons infl amasi. Akan tetapi, terdapat bukti bahwa infl amasi
dermis telah terjadi mendahului pembentukan komedo.
Faktor keempat terjadinya acne adalah P. acnes, bakteri positif gram dan anaerob yang
merupakan fl ora normal kelenjar pilosebasea. Remaja dengan acne memiliki konsentrasi
P. acnes lebih tinggi dibandingkan remaja tanpa acne, tetapi tidak terdapat korelasi antara
jumlah P. acnes dengan berat acne.Peranan P. acnes pada patogenesis acne adalah
memecah trigliserida, salah satu komponen sebum, menjadi asam lemak bebas sehingga
terjadi kolonisasi P. acnes yang memicu infl amasi. Selain itu, antibodi terhadap antigen
dinding sel P. acnes meningkatkan respons inflamasi melalui aktivasi komplemen.
Enzim 5-alfa reduktase, enzim yang mengubah testosteron menjadi dihidrotestosteron
(DHT), memiliki aktivitas tinggi pada kulit yang mudah berjerawat, misalnya pada wajah,
dada, dan punggung. Pada hiperandrogenisme, selain jerawat, sering disertai oleh
seborea, alopesia, hirsutisme, gangguan haid dan disfungsi ovulasi dengan infertilitas dan
sindrom metabolik, gangguan psikologis, dan virilisasi. Penyebab utama
hiperandrogenisme adalah sindrom polikistik ovarium (polycystic ovarian syndrome,
PCOS). Sebagian penderita PCOS, yaitu sebanyak 70%, juga menderita acne. Meskipun
demikian, sebagian besar acne pada perempuan dewasa tidak berkaitan dengan gangguan
endokrin.8Penyebab utama acne pada kelompok ini adalah perubahan respons reseptor
androgen kulit terhadap perubahan hormon fisiologis siklus haid. Sebagian besar
perempuan mengalami peningkatan jumlah acne pada masa premenstrual atau sebelum
haid.
Sumber : (Theresia Movita Erha Clinic & Erha Apothecary, Kelapa Gading, Jakarta,
Indonesia Acne Vulgaris)

4. Jelaskan klasifikasi dari acne!


Klasifikasi
Acne Vulgaris : peradang menahun folikel sebasea pada masa remaja yang bisa sembuh
sendiri, karena faktor cuaca.
Acne Venenata : Peradang folikel sebasea yang disebabkan oleh penggunaaan kosmetik
Acne Komedorial : karena agent fisik dan varietasnya, contoh. Sinar UV.
Menurut plewig dan kligman (1975) dalam Djuanda (2003) akne diklasifikasikan
atas tiga bagian yaitu:
(1) Akne vulgaris dan varietasnya yaitu akne tropikalis, akne fulminan,

pioderma fasiale, akne mekanika dan lainnya.


(2) Akne venenata akibat kontaktan eksternal dan varietasnya yaitu akne
kosmetika, akne pomade, akne klor, akne akibat kerja, dan akne diterjen.
(3) Akne komedonal akibat agen fisik dan varietasnya yaitu solar comedones
dan akne radiasi.
Textbook of pediactic kligman
5. Apa hub stress dengan timbulnya bintil bernanah?
Etiologi dan Patogenesis terjadinya acne vulgaris yang pasti belum diketahui, namun ada
berbagai faktor yang berkaitan dengan patogenesis acne seperti: perubahan pola keratinisasi,
produksi sebum yang meningkat, peningkatan hormon androgen, terjadinya stress psikis,
faktor lain yaitu usia, ras, familial, makanan, cuaca. Terbentuknya fraksi asam lemak bebas
penyebab terjadinya proses inflamasi folikel yang dapat memicu kegiatan kelenjar sebasea
eprints.undip.ac.id/.../549_NANDA_INDRAWAN_G2.
6.
7.
8.
9.

Apakah penyakit pada scenario merupakan penyakit turunan ?


Mengapa bintil bernanah ?
Apa hub bintil hitam dan berminyak ?
Apa saja DD dari scenario?

Diagnosis : Akne Vulgaris penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang


umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gejal klinis akne vulgaris
sering polimorfi; terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa komedo, papul, pustul,
nodus, dan jaringan parut yang terjadi akibat kelainan aktif tersebut, baik jaringan parut
yang hipotrofik maupun yang hipertrofik.

Diagnosis banding :
Erupsi akneformis yang disebabkan oleh induksi obat, misalnya kortikosteroid, INH,
barbiturat, bromida, yodida, difenil hidantoin, trimetadion, ACTH, dan lainya. Klinis
berupa erupsi papulo pustul mendadak tanpa adanya komedo hampir di hampir seluruh
bagian tubuh. Dapat disertai demam dan dapat terjadi di semua usia.
Akne venenata dan akne akibat rangsangan fisis. Umumnya lesi monomorfi, tidak gatal
bisa berupa komedo atau papul, dengan tempat predileksi ditempat kontak zat kimia atau
rangsangan fisisnya.
Rosasea, merupakan penyakit peradangan kronik di daerah muka dengan gejala eritema,
pustul, telangiektasi dan kadang-kadang disertai hipertrofi kelenjar sebasea. Tidak terdapat
komedo kecuali bila kombinasi dengan akne.

Dermatitis perioral yang terjadi terutama pada wanita dengan gejala klinis polimorfi
eritema, papul, pustul, di sekitar mulut yang terasa gatal.
Sumber : Prof. Dr. Dr. Adhi Juanda. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi keenam.
Jakarta: fakultas kedokteran universitas Indonesia
10. Apa saja px adneksa pada kulit?
11. Bagaimana cara pencegahan komedo ?
Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipis sebum dan perubahan isi
sebum dengan cara : a) diet rendah lemak dan karbohidrat. Meskipun hal ini
diperdebatkan efektivitasnya, namun bila pada anamnesis menunjang, hal ini
dapat dilakukan
b) melakukakn perawatan kulit untuk membersihkn permukaan kulit dari
kotoran dan jasad renik yang mempunyai peran pada etiopatogenesis akne
vulgaris
Menghindari terjadinya faktor pemicu terjadinya akne, misal : a) hidup teratur
dan sehat, cukup istirahat,olhraga sesuai kondisi tubuh, menghindari stres

Pencegahan Akne Vulgaris


Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari jerawat adalah sebagai
berikut:
a) Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipid sebum dengan cara
diet
rendah lemak dan karbohidrat serta melakukan perawatan kulit untuk
membersihkan permukaan kulit dari kotoran.
b) Menghindari terjadinya faktor pemicu, misalnya : hidup teratur dan
sehat,
cukup berolahraga sesuai kondisi tubuh, hindari stres; penggunaan kosmetika
secukupnya; menjauhi terpacunya kelenjar minyak, misalnya minuman keras,
pedas, rokok, dan sebagainya.
c) Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab
penyakit, pencegahan dan cara maupun lama pengobatannya serta
prognosisnya. Hal ini penting terhadap usaha penatalaksanaan yang
dilakukan yang membuatnya putus asa atau kecewa =
Terapi Dermatologi Wasitaatmadja

12. Apa saja terapi yg diberikan kpd penderita ?


Pengobatan Akne Vulgaris
Pengobatan akne dapat dilakukan dengan cara memberikan obat-obatan topikal,
obat sistemik, bedah kulit atau kombinasi cara-cara tersebut.
a) Pengobatan topikal.

Pengobatan topikal dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo,


menekan peradangan, dan mempercepat penyembuhan lesi. Obat topikal
terdiri atas: bahan iritan yang dapat mengelupas kulit; antibiotika topikal
yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam folikel akne vulgaris; anti
peradangan topikal; dan lainnya seperti atil laktat 10% yang untuk
menghambat pertumbuhan jasad renik.
b) Pengobatan sistemik.
Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan pertumbuhan jasad
renik di samping juga mengurangi reaksi radang, menekan produksi sebum,
dan mempengaruhi perkembangan hormonal. Golongan obat sistemik terdiri
atas: anti bakteri sistemik; obat hormonal untuk menekan produksi androgen
dan secara kompetitif menduduki reseptor organ target di kelenjar sebasea;
vitamin A dan retinoid oral sebagai antikeratinisasi; dan obat lainnya seperti
anti inflamasi non steroid.
c) Bedah kulit.
Tindakan bedah kulit kadang-kadang diperlukan terutama untuk
memperbaiki jaringan parut akibat akne vulgaris meradang yang berat yang
sering menimbulkan jaringan parut (Wasitaatmadja, 2007).

1. Terapi Non Farmakologi


Terapi non farmakologi untuk mengobati Acne vulgaris antara lain dengan cara
membersihkan kulit dengan sabun dan air karena sabun dan air memiliki efek yang relatif
kecil pada jerawat dan memiliki dampak minimal dalam folikel, tidak disarankan untuk
menggosok kulit atau mencuci wajah berlebihan karena hal tersebut tidak selalu membuka
atau membersihkan pori-pori serta dapat menyebabkan iritasi kulit. Untuk menghindari
iritasi dan kekeringan selama terapi jerawat disarankan untuk menggunakan agen pembersih
yang lembut dan tidak menyebabkan kulit kering (Wells, et al., 2006).
Terapi Farmakologi
Selain terapi non farmakologi, Acne vulgaris juga dapat diobati dengan terapi
farmakologi. Algoritma pengobatan jerawat berdasarkan tingkat keparahan jerawat dapat
dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Algoritma Terapi Acne vulgaris (West et al., 2008).

Tabel 1. Tipe Lesi Dominan per Tingkat Keparahan Acne (West et al., 2008)

Frekuensi per Tipe Lesi

Tingkat
Keparaha

Lesi Dominan

Komedo

Komedo

Tertutup

Terbuka

Sedikit-

Sedikit-

banyak

banyak

Papula dan

Sedikit-

Sedikit-

postula

banyak

banyak

n Acne

Papula

Postula

Mungkin

Mungkin

Banyak

Banyak

Nodula

Luka

Tidak

Tidak

ada

ada

Beberapa

Mungkin

Lesi non
inflamatori
Ringan

(komedo
terbuka dan
tertutup)

Sedang

terinflaasi
dengan
beberapa lesi
non inflamasi
Lesi inflamasi
dan luka
Parah

dengan
beberapa lesi

Sedikit-

Sedikit-

Sangat

Sangat

Sangat

Sangat

banyak

banyak

banyak

banyak

banyak

banyak

non inflamasi

1. Terapi Topikal
a.
Benzoil Peroksida
Benzoil peroksida dapat digunakan untuk mengobati peradangan jerawat yang ringan.
Benzoil peroksida merupakan antibakteri non antibiotik yang bersifat bakteriostatik
terhadap P. acnes. Benzoil peroksida akan terurai pada kulit dengan sistein dan membebaskan
oksigen radikal bebas yang mengoksidasi protein bakteri. Hal tersebut akan meningkatkan
laju peluruhan sel epitel dan mengendur struktur steker folikular, sehingga dapat
menghasilkan aktivitas komedolitik.
b.
Tretinoin
Tretinoin (retinoid, vitamin topikal asam A) adalah agen komedolitik yang dapat
meningkatkan pergantian sel pada dinding folikel dan mengurangi kekompakan sel, dan
menyebabkan ekstrusi komedo serta penghambatan pembentukan komedo baru. Adanya hal
tersebut juga dapat mengurangi jumlah lapisan sel dalam stratum korneum.
c.
Adapalene
Adapalene (Differin) adalah retinoid generasi ketiga dengan aktivitas komedolitik,
keratolitik, dan anti-inflamasi. Adapalene diindikasikan untuk jerawat ringan sampai sedang.
d.
Tazarotene
Tazarotene (Tazorac) adalah retinoid acetylenic sintetis yang diubah menjadi bentuk
aktifnya, asam tazarotenic, setelah diaplikasikan secara topikal. Tazarotene digunakan dalam
pengobatan jerawat ringan sampai sedang dan memiliki aktivitas komedolitik, keratolitik, dan
anti-inflamasi.
e.

Erythromycin
Eritromisin dengan atau tanpa seng efektif untuk mengobati peradangan jerawat. Adanya
kombinasi dengan seng dapat meningkatkan penetrasi eritromisin ke pada unit pilosebasea.
Resistensi P. acnes terhadap eritromisin dapat dikurangi dengan terapi kombinasi dengan
benzoil peroksida.
f.
Clindamycin
Clindamycin dapat menghambat Propionibacterium acnes dan memiliki aktivitas
komedolitik dan anti inflamasi.
g.
Asam Azelaic
Asam azelaic memiliki aktifitas antibakteri, antiinflamsi, dan komedolitik. Baik
digunakan untuk jerawat ringan dan sedang pada pasien yang alergi benzoil peroksida. Asam

azelaic juga baik digunakan untuk mengobati post inflamasi hiperpigmentasi karena efek
mencerahkan kulitnya.
h.
Salicylic Acid, Sulfur, and Resorcinol
Asam salisilat, sulfur, dan resorcinol memiliki efek keratolitik dan antibakteri sedang.
Asam salisilat sendiri memiliki aktivitas komedolitik dan antiinflamasi.
(Wells, et al., 2006)
2. Terapi Sistemik
a.
Isotretinoin
Isotretinoin dapat menurunkan produksi sebum, mengubah komposisi sebum, dan
menghambat pertumbuhanPropionibacterium acnes di folikel, serta menghambat inflamasi.
Isotretinoin diindikasikan untuk nodular parah atau jerawat dengan inflamasi pada pasien
yang tidak memberikan respon terhadap terapi konvensional, untuk jerawat dengan luka,
untuk jerawat yang sering timbul, dan jerawat yang disebabkan oleh psikologi.
b.
Oral Antibacterial Agents
Beberapa antimikroba yang dapat digunakan untuk mengobati jerawat adalah eritromisin,
azitromisin, tetrasiklin, kotimoksazole, dan klindamisin. Eritromisin memiliki efikasi yang
mirip dengan tetrasiklin namun mudah resisten. Azitromisin aman untuk digunakan untuk
jerawar ringan hingga sedang dengan inflamasi. Kotrimoksazole dapat digunakan pada
pasien yang tidak dapat mentoleransi tetrasiklin dan eritromisin atau pasien yang resistensi
terhadap dua obat tersebut. Klindamisin digunakan secara terbatas pada pasien yang
mengalami diare dan memiliki resikocolitis pseudomembranours.
c.
Oral Contraceptives
Ortho Tri-Cyclen disetujui oleh FDA untuk terapi pengobatan jerawat sedang yang tidak
merespon terapi topikal.Produk ini mengandung ethinyl estradiol 0.035 mg dan norgestimate
yang bervariasi dari 0.180, 0.215, dan 0.250 mg. Kombinasi tersebut dapat meningkatkan
hormon sex-ikatan globulin dan dapat mengaktivasi testoteron.
(Wells, et al., 2006)
Rangkuman mengenai aktivitas obat antijerawat dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Mekanisme aksi terapi farmakologi acne (West et al., 2008)


Wellss, B.G., J.T. West, T.L. Schwinghammer, and C.W. Hamilton. 2006. Pharmacotherapy
Handbook, 6th Edition. USA: McGraw-Hills.
West, D.P., A. Loyd, K.A. Bauer, L.E. West, L. Scuderi, dan G. Micali. 2008. Acne Vulgaris. In:
Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, Seventh Edition. (editors): J.T. West,
R.L. Talbert, G.C. Yee, G.R. Matzke, B.G. Wellss, and L.M. Posey. USA: McGraw-Hills.

Anda mungkin juga menyukai