Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH

SISTEM PENCERNAAN
DIARE PADA MASA KEHAMILAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

RIANA INTAN SARI


NINDYA ATIKA PUTRI
LALE EKA BUDIANI
NOVA SARI
MARIANEP
ERNILA YASNI
ZANA LIATIN
M. AWALUDIN
L. M. ZAINUL JIHAD

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Saluran pencernaan berperan dalam serangkaian proses, yakni proses


ingesti makanan dan proses digesti makanan yang dibantu oleh getah
pencernaan dan dihasilkan oleh kelenjar ludah, hati dan pankreas. Hasil digesti
berupa zat gizi akan diserap (absorbsi) kedalam tubuh. Proses ini berlangsung
mulai dari mulut hingga rektum. Massa yang berupa bolus hasil campuran
makanan dan getah pencernaan didorong/digerakkan kearah anus; sisa dari
massa yang tidak diserap akan dikeluarkan dari anus (defekasi) berupa feses.
Saluran cerna juga mempunyai kekebalan yang bersifat spesifik, antara
lain antibodi (SIgA) yang berasal dari ASI, antibodi yang berasal dari plak
Peyer, CMI (cell mediated immunity) dan sel fagositosis/sel leukosit saluran
cerna. Selain itu, saluran cerna juga memiliki antibodi nonspesifik berupa
ludah (lisosim), keasaman lambung, gerakan peristaltik usus, lapisan
mukus/epitel, dan flora normal usus serta reaksi pertahanan tubuh (diare)
untuk mengeluarkan zat dan mikroorganisme yang berbahaya bagi tubuh.
Berbagai penyakit yang memengaruhi fungsi saluran cerna dan reaksi
pertahanan tubuh yang bersifat akut akan mengakibatkan kehilangan cairan,
gangguan keseimbangan asam basa, hipoglikemi, gangguan gizi, dan
gangguan sirkulasi. Pada diare kronik dapat terjadi efek yang merupakan
kombinasi dari berbagai mekanisme, antara lain diare osmotik, diare
sekretorik, bakteri tumbuh lampau, asam empedu dan asam lemak, tidak
adanya mekanisme absorpsi ion secara aktip yang biasanya terdapat dalam
keadaan normal, kerusakan mukosa, motilitas usus yang abnormal, sindroma
diare kronik dan mekanisme lainnya. Demikian pula pada kasus bedah saluran
cerna yang mendapat tindakan operasi akan terjadi perubahan yang
memengaruhi fungsinya.
Bentuk gangguan saluran cerna yang sering terjadi adalah diare akut. Akan
tetapi, dalam perjalanannya diare akut dapat berlansung selama lebih dari 2
minggu sehingga berkembang menjadi diare kronik.
2. Rumusan Masalah.
a) Apa definisi dari diare?.

b) Bagaimana perubahan system percernaan dalam masa kehamilan?.


c) Apa etiologi dari diare?.
d) Apa manifestasi klinis dari diare ?
e) Apa patofisiologi dari diare?.
f) Bagaimana penatalaksanaan dari diare?.
3. Tujuan.
a) Untuk mengetahui definisi dari diare.
b) Untuk mengetahui perubahan system pencernaan pada masa kehamilan.
c) Untuk mengetahui etiologi dari diare.
d) Untuk mengetahui manifestasi klinis dari diare.
e) Untuk mengetahui patofisiologi dari diare.
f) Untuk mengetahui petalaksanaan dari diare.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1) Definisi Diare.
Diare menurut Mansjoer (2000) adalah frekuensi defekasi encer lebih dari
3 x sehari dengan atau tanpa daerah atau tinja yang terjadi secara mendadak
berlangsung kurang dari tujuh hari yang sebelumnya sehat. Sedangkan
menurut Suruadi (2001) Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan

bentuk tinja yang encer atau cair. Dan menurut Ngastiyah (2005) Diare adalah
BAB dengan jumlah tinja yang banyak dari biasanya, dengan tinja yang
berbentuk cairan atau setengah cair dapat pula disertai frekuensi defekasi yang
meningkat.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi,
yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer
tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.

2) Tinjauan Sistem Pencernaan Dan Perubahannya Dalam Kehamilan


Fungsi utama sistem pencernaan adalah mentransfer nutrisi, air, dan
elektrolit dari makanan menjadi bahan bakar untuk aktivitas selular dan
menyediakan bahan pembangun untuk memperbarui dan mengembangkan
jaringan tubuh. Selama kehamilan, tekanan dari uterus yang membear dan
perubahan yang di perantarai oleh estrogen dan progesteron menimbulkan
penyesuaian anatomis dan isiologis yang mendukung peningkatan kebutuhan
nutrisi untuk ibu dan janin. Banyak gangguan minor selama kehamilan
dikaitkan dengan perubahan sistem pencernaan, termasuk mual dan muntah
diawal kehamilan, konstipasi, ngidam makanan, dan nyeri ulu hati.
Keterlambatan diagnosis kondisi saluran pencernaan yang lebih serius dapat
terjadi dan, jika terdapat masalah, kebutuhan janin mungkin sudah terganggu.
a) Sistem pencernaan tersusun atas :
1. Saluran cerna atau traktus gastrointestinal (GI). Saluran ini merupakan
saluran fibromuskular panjang yang dilapisi mukosa dan dibungkus
oleh otot polos yang memanjang dari mulut sampai anus.
2. Organ aksesoris/tambahan, termasuk kelenjar air liur, pankreas hati,
dan kandung empedu.
Saluran cerna diatur oleh sistem saraf otonom, yang mencakup
persyarafan simpatis dan parasimpatis. Saluran cerna juga memiliki
jaringan intrinsik yang terdiri atas serabut-serabut sraf yang saling

terhubung yang bekerja seluruhnya di dalam dinding sistem


pencernaan. Stimulai simpatis biasanya bertanggung jawab untuk
respons lawan dan lari (fight and flight), mengalihkan aktivitas
menjauhi sistem pencernaan ke area yang lebih penting, dengan
demikin kerjanya bertentangan dengan sistem parasimpatis. Dalam hal
respons saraf, fungsi saluran gastrointestinal diatur oleh berbagai ,
termasuk hormon. Hormon plasenta yang mencakup estrogen dan
khususnya progesteron memberi dampak pada sistem pencernaan.
Motilitas lambung menurun selama persalinan sebagai respons
terhadap rasa cemas dan nyeri.
b) Kebutuhan nutrisi inti untuk kehamilan dan menyusui.
1) Peningkatan asupan kalori.
2) Peningkatan kebutuhan protein dan sumber protein harus mengandung
asam amino esensial.
3) Asam lemak esensial, termasuk omega 3, penting untuk pertumbuhan
janin, otak, dan perkembangan penglihatan.
4) Kalsium, fosfor, magnesium di butuhkan untuk pertumbuhan tulang
rangka dan jaringan.
Rangkuman perubahan saluran pencernaan selama kehamilan.
Organ
Saluran

Perubahan
Signifikansi/fisiologi
Peningkatan nafsu makan dan
Perubahan

pencernaan

rasa haus.

karbohidrat untuk memenuhi

umum
Mulut

metabolism

kebutuhan janin yang sedang

Ngidam makan atau tidak

makan.
Gingivitis

(pembengkakan

tumbuh.
Penumpulan indera pengecap.
Peningkatan
kebutuhan
glukosa dan nutrient lain.

gusi dengan kecendrungan

berdarah).
Kemungkinan

produksi saliva.
Peningkatan

peningkatan
frekuensi

Peningkatan ssuplai darah ke

gusi.
Peningkatan pergantian dan
penipisan sel yang melapisi

terjadinya karies gigi.

epithelial gusi.
1-2 liter perhari, walaupun ini
masih

dianggap

normal.

Lenih terasa sebagai masalah


karena

kesulitan

menelan

selama periode mual dan


Esophagus

Penurunan tekanan dan tonus

muntah.
Nyeri ulu hati akibat refluks

Lambung

sfingter kardiak.
Penurunan
tonus

asam lambung.
Peningkatan resiko refluks

gastro-esopagus dan muntah.


Refluks material basa ke

dan

motilitas dengan perlambatan

Usus halus dan

waktu pengosongan lambung.


Penurunan
keasaman

lambung.
Inkompetensi sfingter pilorus.
Penurunan
tonus
dan

usus besar.

motilitas

dalam lambung.

dengan

kalium, dan glukosa.


Peningkatan abrsopsi
sehingga

Usus halus dan

absorpsi

nutrient penting, seperti besi,

perpanjangan waktu transit di


usus.
Hipertrofi vili duodenum.

Memfasilitasi

usus besar

air

mengakibatkan

konstipasi.
Penurunan

tonus

mengakibatkan

sehingga
flatulensi

(buang angin).

Efek

relaksan

dari

progesterone terhadap otot


polos.

Mempersulit

diagnosis

apendisitis pada kehamilan.

Apendiks

dan

sekum

terdorong ke atas oleh janin


Kandung

yang membesar.
Penurunan
tonus

motilitas.
Kecendrungan

empedu

dan

Pancreas

Volume empedu meningkat


dan

terbentuknya

batu empedu berbahan dasar


kolesterol.
Kecenderungan

laju

pengosongan

empedu menurun.
Empedu lebih encer, dengan
penurunan kemampuan untuk

meretensi

garam empedu.

menghancurkan kolesterol.
Gatal/pruritus.

Peningkatan produksi insulin

Respons

terhadap

peningkatan

resistensi

oleh sel pulau langerhans.

insulin,

yang

membantu

plasenta mentransfer glukosa

ke janin.
Mungkin
laktogen

Hati

Tergeser

membesar.
Perubahan produksi nzim hati,

oleh

uterus

yang

protein plasma, bilirubin, dan

lipid serum.
Peningkatan

disebabkan
plasenta

manusia

dan kortisol.
Dapat terjadi keslitan dalam
menginterpretasi uji fungsi

hati.
Efek

dari

estrogen

hemodilusi.
penyimpanan

glikogen dan trigliserida di sel


hati.
3) Etiologi
Faktor infeksi diare menurut Ngastiyah (2005).
1. Infeksi enteral : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare
Infeksi bakteria : vibrio, E. coli, salmonella campilo baster.
Infeksi virus : Rotavirus, calcivilus, Enterovirus, Adenovirus, Astrovirus.
Infeksi parasit : cacing (ascaris, oxyuris), protozoa (entamoba histolica,
giardia lambia), jamur (candida aibicans).

oleh

dan

2. Infeksi Parenteral : Infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti


Tonsilitis, broncopneumonia, Ensefalitis, meliputi :
Faktor makanan : basi, racun, alergi.
Faktor Malabsobsi : karbohidrat, lemak, protein
Faktor psikologis : rasa takut dan cemas.
3. Klasifikasi Diare
DepartemenKesehatanRI(2000),mengklasifikasikanjenisdiarem
enjadiempat kelompokyaitu:
1. Diareakut:yaitudiareyangberlangsungkurangdariempatbelashari(u
mumnyakurang dari tujuhhari),
2. Disentri;yaitu diareyangdisertaidarahdalamtinjanya,
3. Diarepersisten;yaitudiareyangberlangsunglebihdariempatbelashari
secaraterus menerus,
4. Diare dengan masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut
dan persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam,
gangguan gizi atau penyakitlainnya.
4) Manifestasi klinis.
Beberapa tanda dan gejala tentang diare menurut Suriadi (2001) antara lain :
1. Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer.
2. Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas
kulit menurun) ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
3. Kram abdominal.
4. Demam.
5. Mual dan muntah.
6. Anoreksia.
7. Lemah.
8. Pucat.

9. Perubahan TTV, nadi dan pernafasan cepat.


10. Menurun atau tidak ada pengeluaran urin.
5) Patofisiologi
Menurut Suriadi (2001), patofisiologi dari Gastroenteritis adalah
meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan
akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang
berlebihan, cairan sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga
ekstraseluler kedalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan
elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik.
Diare yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif akibat rangsangan
toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel dalam mukosa
intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit.
Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga
mengurangi fungsi permukaan intestinal. Perubahan kapasitas intestinal dan
terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit. Peradangan akan menurunkan
kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahanbahan makanan ini terjadi pada sindrom malabsorbsi. Peningkatan motilitas
intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ada 3 macam yaitu:
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan dalam rongga yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.
2. Gangguan sekresi
akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare.

Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri


kambuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.
Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan :
a. Kehilangan

air

dan

elektrolit

(terjadi

dehidrasi)

yang

mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis


metabolik hipokalemia)
b. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran
bertambah)
c. Hipoglikemia
d. Gangguan sirkulasi darah
6) Pathway
F malabsorbsi
Masuk dan
berkembang
dlm usus

KH,Lemak,Protei
n Tek
Meningk.

Hipersekresi air
dan elektrolit
(

isi rongga
usus)

Toksin tak
dapat diserap

osmotik
Pergeseran air
dan elektolit ke
rongga usus

cemas

Hiperperistaltik
Menurunya kesempatan
usus menyerap makanan

GASTROENTRITIS

Distensi
abdomen

Frek. BAB
meningkat
Kehilangan cairan &
elektrolit berlebihan

Mual
muntah

Gangguan
keseimbangan
Cairan & elekt
7)

Deficit
volume
cairan

Nafsu
makan
Kerusakan
integritas kulit

Nutrisi
kurang dari
kebutuhan

8) KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi dari diare menurut Suriadi (2001 ) adalah :
Hipokalemia ( dengan gejala matiorisme hipotoni otot lemah bradikardi
perubahan elektrokardiogram ).
Hipokalsemia
Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipokalsemia.
Hiponatremi.
Syok hipovalemik.
Asidosis
Dehidrasi
9) PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang diare menurut Suriadi (2001 ) adalah :
a. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan.
b. Pemeriksaan intubasi duodenum.
c. Pemeriksaan elektrolit dan creatinin.
d. Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa, dan adanya darah.
Adapun Pemeriksaan penunjang yang lain menurut Mansjoer (2000)
1. Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis PH dan kadar gula juga
ada intoleransi gula biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab dan
uji retensi terhadap berbagai antibiotik.
2. Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD), elektrolit
( terutama Na, K, Ca, P Serum pada diare yang disertai kejang ).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal
ginjal.
4. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif
dan kualitatif terutama pada diare kronik.
10. Pencegahan
Padadasarnyaadatigatingkatanpencegahanpenyakitsecaraumu
myakni:
pencegahantingkatpertama(PrimaryPrevention)yangmeliputipromosik
esehatandan
pencegahankhusus,pencegahantingkatkedua(SecondaryPrevention)yan
gmeliputi
diagnosisdinisertapengobatanyangtepat,danpencegahantingkatketiga

(tertiaryprevention)yangmeliputipencegahanterhadapcacatdanrehabilit
asi (NasryNoor,1997).
1. PencegahanPrimer
Pencegahanprimerpenyakitdiaredapatditujukanpadafaktorp
enyebab,lingkungandanfaktorpejamu.Untukfaktorpenyebabdilaku
kanberbagaiupayaagarmikroorganisme
penyebabdiaredihilangkan.Peningkatanairbersihdansanitasilingkun
gan,perbaikanlingkunganbiologisdilakukanuntukmemodifikasiling
kungan.Untukmeningkatkandaya
tahantubuhdaripejamumakadapatdilakukanpeningkatanstatusgizid
anpemberianimunisasi.
a. Penyediaanairbersih
Airadalahsalahsatukebutuhanpokokhidupmanusia,bahk
anhampir70%tubuhmanusiamengandungair.Airdipakaiuntukke
perluanmakan,minum,mandi,dan
pemenuhankebutuhanyanglain,makauntukkeperluantersebutW
HOmenetapkan
kebutuhanperorangperhariuntukhidupsehat60liter.Selaindariper
ananairsebagai
kebutuhanpokokmanusia,jugadapatberperanbesardalampenular
anbeberapapenyakitmenulartermasukdiare(Sanropie,1984).
Sumberairyangseringdigunakanolehmasyarakatadalah:
airpermukaanyangmerupakanairsungai,dandanau.Airtanahyan
gtergantungkedalamannyabisadisebutair
tanahdangkalatauairtanahdalam.Airangkasayaituairyangberasa
ldariatmosfirseperti hujandansalju(Soemirat, 1996).
Airdapatjugamenjadisumberpenularanpenyakit.Peranai
rdalamterjadinya
penyakitmenulardapatberupa,airsebagaipenyebarmikrobapatog
en,saranginsekta

penyebarpenyakit,bilajumlahairbersihtidakmencukupi,sehingg
aorangtidakdapat
membersihkandirinyadenganbaik,danairsebagaisaranghospesse
mentara penyakit (Soemirat,1996).
Denganmemahamidaur/siklusairdialamsemestaini,mak
asumberairdapatdiklasifikasikanmenjadi;a)airangkasasepertihu
jandanairsalju,b)airtanahsepertiair
sumur,mataairdanartesis,c)airpermukaanyangmeliputisungaida
ntelaga.Untuk
pemenuhankebutuhanmanusiaakanair,makadarisumberairyang
adadapatdibangunbermacammacamsaranpenyediaanairbersihyangdapatberupaperpipaan,su
murgali,
sumurpompatangan,perlindunganmataair,penampunganairhuja
n,dansumurartesis (Sanropie,1984).
Untukmencegahterjadinyadiaremakaairbersihharusdia
mbildarisumberyangterlindungiatautidakterkontaminasi.Sumb
erairbersihharusjauhdarikandangternakdankakuspalingsedikits
epuluhmeterdarisumberair.Airharusditampungdalamwadahyan
g
bersihdanpengambilanairdalamwadahdenganmenggunakangay
ungyangbersih,dan
untukminumairharusdimasak.Masyarakatyangterjangkauolehp
enyediaanairbersihmempunyairesikomenderitadiarelebihkecilb
iladibandingkandenganmasyarakatyang
tidakmendapatkanairbesih(Andrianto,1995).
b. Tempatpembuangantinja
Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari
kesehatan lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak tepat dapat
berpengaruh langsung terhadap insiden penyakit tertentu yang
penularannya melalui tinja antara lain penyakit diare (Haryoto,

1983).
Keluarga yang tidak memiliki jamban harus membuat dan
keluarga harus membuang air besar di jamban. Jamban harus
dijaga dengan mencucinya secara teratur. Jika tak ada jamban,
maka anggota keluarga harus membuang air besar jauh dari
rumah, jalan dan daerah anak bermain dan paling kurang sepuluh
meter dari sumber air bersih (Andrianto, 1995).
Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan,
maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik.
Suatu jamban memenuhi syarat kesehatan apabila memenuhi
syarat kesehatan: tidak mengotori permukaan tanah, tidak
mengotori air permukaan, tidak dapat di jangkau oleh serangga,
tidak menimbulkan bau, mudah digunakan dan dipelihara, dan
murah (Notoatmodjo, 1996).
Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat
sanitasi akan meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada
anak balita sebesar dua kali lipat dibandingkan keluarga yang
mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat
sanitasi (Wibowo, 2003). Menurut hasil penelitian Irianto (1996),
bahwa anak balita berasal dari keluarga yang menggunakan
jamban (kakus) yang dilengkapi dengan tangki septik, prevalensi
diare 7,4% terjadi di kota dan 7,2% di desa. Sedangkan keluarga
yang menggunakan kakus tanpa tangki septik 12,1% diare terjadi
di kota dan 8,9 % di desa. Kejadian diare tertinggi terdapat pada
keluaga

yang

mempergunakan

sungai

sebagai

tempat

pembuangan tinja, yaitu, 17,0% di kota dan 12,7% di desa.


c. Statusgizi
Status gizi didefinisikan sebagai keadaan kesehatan yang
berhubungan dengan penggunaan makanan oleh tubuh (Parajanto,
1996). Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai metode, yang tergantung dan tingkat kekurangan gizi.

Menurut

Gibson (1990) metode penilaian

tersebut

adalah; 1) konsumsi makanan; 2) pemeriksaan laboratorium, 3)


pengukuran antropometri dan 4) pemeriksaan klinis. Metodemetode ini dapat digunakan secara tunggal atau kombinasikan
untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif. Makin buruk gizi
seseorang anak, ternyata makin banyak episode diare yang
dialami. Mortalitas bayi dinegara yang jarang terdapat malnutrisi
protein energi (KEP) umumnya kecil (Canada, 28,4 permil). Pada
anak dengan malnutrisi, kelenjar timusnya akan mengecil dan
kekebalan sel-sel menjadi terbatas sekali sehingga kemampuan
untuk mengadakan kekebalan nonspesifik terhadap kelompok
organisme berkurang (Suharyono, 1986).
d. Pemberianairsusuibu(ASI)
ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi
komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan
seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI
saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6
bulan. Untuk menyusui dengan aman dan nyaman ibu jangan
memberikan cairan tambahan seperti air, air gula atau susu
formula terutama pada awal kehidupan anak. Memberikan ASI
segera setelah bayi lahir, serta berikan ASI sesuai kebutuhan. ASI
mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya
antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut
memberikan perlindungan terhadap diare, pemberian ASI kepada
bayi yang baru lahir secara penuh mempunyai daya lindung empat
kali lebih besar terhadap diare dari pada pemberian ASI yang
disertai dengan susu botol. Pada bayi yang tidak diberi ASI pada
enam bulan pertama kehidupannya, risiko mendapatkan diare
adalah 30 kali lebih besar dibanding dengan bayi yang tidak diberi
ASI (Depkes, 2000).
Bayi yang memperoleh ASI mempunyai morbiditas dan

mortalitas diare lebih rendah. Bayi dengan air susu buatan (ASB)
mempunyai risiko lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang
selain mendapat susu tambahan juga mendapatkan ASI, dan
keduanya mempunyai risiko diare lebih tinggi dibandingkan
dengan bayi yang sepenuhnya mendapatkan ASI. Risiko relatif ini
tinggi dalambulan-bulanpertamakehidupan(Suryono, 1988).
e. Kebiasaanmencuci tangan
Diare merupakan salah satu penyakit yang penularannya
berkaitan dengan penerapan perilaku hidup sehat. Sebahagian
besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur
oral. Kuman-kuman tersebut ditularkan dengan perantara air atau
bahan yang tercemar tinja yang mengandung mikroorganisme
patogen dengan melalui air minum. Pada penularan seperti ini,
tangan memegang peranan penting, karena lewat tangan yang
tidak bersih makanan atau minuman tercemar kuman penyakit
masuk ke tubuh manusia.
Pemutusan rantai penularan penyakit seperti ini sangat
berhubungan dengan penyediaan fasilitas yang dapat menghalangi
pencemaran sumber perantara oleh tinja serta menghalangi
masuknya sumber perantara tersebut kedalam tubuh melalui
mulut. Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun adalah perilaku
amat penting bagi upaya mencegah diare. Kebiasaan mencuci
tangan diterapkan setelah buang air besar, setelah menangani tinja
anak, sebelum makan atau memberi makan anak dan sebelum
menyiapkan makanan. Kejadian diare makanan terutama yang
berhubungan langsung dengan makanan anak seperti botol susu,
cara menyimpan makanan serta tempat keluarga membuang tinja
anak (Howard & Bartram, 2003).
Hubungan kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian
diare dikemukakan oleh Bozkurt et al (2003) di Turki, orang tua
yang tidak mempunyai kebiasaan mencuci tangan sebelum

merawat anak, anak mempunyai risiko lebih besar terkena diare.


Heller (1998) juga mendapatkan adanya hubungan antara
kebiasaan cuci tangan ibu dengan kejadian diare pada anak di
Betim-Brazil.
Anak kecil juga merupakan sumber penularan penting
diare. Tinja anak, terutama yang sedang menderita diare
merupakan sumber penularan diare bagi penularan diare bagi
orang lain. Tidak hanya anak yang sakit, anak sehatpun tinjanya
juga dapat menjadi carrier asimptomatik yang sering kurang
mendapat perhatian. Oleh karena itu cara membuang tinja anak
penting sebagai upaya mencegah terjadinya diare (Sunoto dkk,
1990). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Aulia dkk., (1994)
di Sumatera Selatan, kebiasaan ibu membuang tinja anak di
tempat terbuka merupakan faktor risiko yang besar terhadap
kejadian

diare

dibandingkan

dengan

kebiasaan

ibu

membuangtinjaanakdijamban.
f. Imunisasi
Diareseringtimbulmenyertaipenyakitcampak,sehinggap
emberianimunisasi
campakdapatmencegahterjadinyadiare.Anakharusdiimunisasite
rhadappenyakitcampak
secepatmungkinsetelahusiasembilanbulan(Andrianto,1995).
2. PencegahanSekunder
Pencegahantingkatkeduainiditujukankepadasianakyangtela
hmenderitadiare
atauyangterancamakanmenderitayaitudenganmenentukandiagnosa
dinidanpengobatan
yangcepatdantepat,sertauntukmencegahterjadinyaakibatsampingda
nkomplikasi.
Prinsippengobatandiareadalahmencegahdehidrasidenganpemberia
noralit(rehidrasi)dan

mengatasipenyebabdiare.Diaredapatdisebabkanolehbanyakfaktors
epertisalahmakan,
bakteri,parasit,sampairadang.Pengobatanyangdiberikanharusdises
uaikandenganklinis
pasien.Obatdiaredibagimenjaditiga,pertamakemoterapeutikayang
memberantas

penyebabdiaresepertibakteri

atauparasit,obstipansiauntukmenghilangkangejaladiaredan
spasmolitikyangmembantumenghilangkankejangperutyangtidakm
enyenangkan.
Sebaiknyajanganmengkonsumsigolongankemoterapeutikata
nparesepdokter.Dokterakanmenentukanobatyangdisesuaikandenga
npenyebabdiarenyamisalbakteri,parasit.Pemberiankemoterapeutik
amemilikiefeksampingdansebaiknyadiminumsesuaipetunjuk
dokter(Fahrial Syam,2006).
3. PencegahanTertier
Pencegahan
tingkatketigaadalahpenderitadiarejangansampaimengalami
kecatatandankematianakibatdehidrasi.Jadipadatahapinipenderitadi
arediusahakan
pengembalianfungsifisik,psikologissemaksimalmungkin.Padatingk
atinijugadilakukan
usaharehabilitasiuntukmencegahterjadinyaakibatsampingdaripeny
akitdiare.Usahayang
dapatdilakukanyaitudenganterusmengkonsumsimakananbergizida
nmenjaga
keseimbangancairan.Rehabilitasijugadilakukanterhadapmentalpen
deritadengantetap
memberikankesempatandanikutmemberikandukungansecaramenta
lkepadaanak.Anakyangmenderitadiareselaindiperhatikankebutuha
nfisikjugakebutuhanpsikologisharusdipenuhidankebutuhansosiald
alamberinteraksiataubermaindalampergaulandengan

temansepermainan.
11. Penatalaksanaan Diare
a) Anjurkan hidrasi oral. Gatorade atau Pedialyte dapat membantu anjurkan
diet karbohidrat lunak yang disebut diet BRAT : Banana (pisang), Rise
(nasi), Apple sauce (saus apel), dan Toast (roti panggang) tanpa lemak
dan/atau produk susu.
b) Intervensi medis: antiperistaltik meliputi imodium A-D (kategori resiko B
dalam kehamilan menurut FDA), opiot sintesis yang terkadang
memperlambat waktu transit di usus. Dosis awal 4mg, setelah itu diminum
2mg setiap selesai buang air besar. Mengantuk merupakan efek samping
yangjarang. Opiat dapat digunakan. (kaopektat merupakan suatu absorbent
yang belum terbukti bekerja secara klini. Feses dapat menjadi lebih
berbentuk, tetapi terjadi peningkatan kehilangan cairan, natrium, dan
kalium. Pepto Bismol berisi produk salisilat dan dikontraindikasikan
selama kehamilan.)
c) Diare persisten memerlukan hidrasi parenteral yang diberikan atas hasil
konsultas dengan dokter.
d) Penangan penyakit yang berkaitan dengan C. Difficile : terdiri atas isolasi,
hidrasi, koreksi elektrolit, dan penghentian antibiotik. Dari kasus sedang
hingga berat pilihan obatnya adalah metronidazol 250-500 mg 4x sehari
selama 10 hari.
e) Pengobatan alternatif untuk diare :
Beberapa ahli merekomendasikan homeopatik untuk diare.
Anjuran nutrisi : sup, khususnya sup barley dengan sedikit bubuk cabe,
dapat meredakan sistem. Tambahkan kayu manis, yang meredakn diare
kedalam saus apel. Bawang putih merupakan anti bakteri dan anti
fungi dan diperkirakan mengisi kembali usus dengan flora normal
sementara membunuh patogen. Satu kapsul atau cengkeh dapat
dikonsumsi 3x sehari. Suplemen yang kurang berbau juga tersedia.
12. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penatalaksanaan medis menurut Biddulp and Stace (1999) adalah
pengobatan dengan cara pengeluaran diet dan pemberian cairan.

a. Diare tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun


misalnya air gula, sari buah segar, air teh segar, kuah sup, air tajin,
ASI. Jangan memberikan air kembang gula, sari buah air dalam botol
karena

cairan

yang

terlalu

banyak

mengandung

gula

akan

memperburuk diare.
b. Diare dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang
mengandung campuran gula dan garam yang disebut larutan dehidrasi
oral ( LRO ). LRO ini dibuat dengan mencampurkan sebungkus garam
rehidrasi kedalam 1 liter air bersih.
c. Diare dengan dehidrasi berat memerlukan cairan intravena disamping
LRO.
2. Penatalaksanaan keperawatan menurut Nelson (1999) antara lain :
a. Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan
enterik termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
penderita.
b. Jas panjang bila ada kemungkinan pencernaan dan sarung tangan bila
menyentuh barang terinfeksi.
c. Penderita dan keluarganya dididik mengenal cara perolehan entero patogen
dan cara mengurangi penularan.

Konsep Dasar Diare pada Ibu Hamil


1. Definisi Diare
Gastroentritis adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih
dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feces
encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lender dan
darah atau lender saja (Ngastiyah, 2005).
Gastroentritis merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja
yang tidak normal atau tidak seperti biasanya ditandai dengan
peningkatan volume cairan, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3

kali sehari pada neonatus dengan atau tanpa lender dan darah
(Hidayat, 2006).
Gastroentritis adalah defekasi encer lebih dari 4 kali sehari
dengan atau tanpa darah dan lender dalam tinja (Mansjoer, 2000).
Jadi gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan yang
abnormal dengan defekasi encer lebih dari 4 kali dalam sehari baik
pada neonatus,anak-anak ataupun pada orang dewasadisertai dengan
atau tanpa adanya lendir darah.
2. Etiologi
1. Ibu hamil mengalami ngidam makanan pedas, asam, bahkan
beberapa jajanan yang tidak sehat.
2. Mual dan muntah yang dialami ibu hamil menyebabkan hilangnya
nafsu makan sehingga lambung sering kosong dan iritasi oleh
asam lambung.
3. Kekebalan tubuh berkurang sehingga bakteri, parasit, jamur yang
masuk ke dalam tubuh melalui makanan ataupun udara.
4. Mengalami alergi pada susu atau jenis makanan lainnya.
5. Mengonsumsi obat pencahar untuk mengatasi sembelit.
Sedangkan faktor yang menyebabkan diare pada wanita hamil
selain akibat pola makan yang tidak sehat juga dapat disebabkan oleh
beberapa hal, seperti berikut:
1. Minum Susu: Minum susu yang berlebihan dan tidak mengandung
laktosa atau sedikit mengandung laktosa, maka tubuh akan sulit
untuk mencernanya dan mengakibatkan usus tidak dapat
beradaptasi yang kemudian menyebabkan diare.
2. Infeksi Bakteri :Tubuh yang terinfeksi oleh bakteri parasit dan
virus seperti bakteri E. coli, salmonella, balantadium coli
nentamoeba ritavirus dan adenovirus yang terdapat dalam bahan
makanan yang dikonsumsi oleh manusia, menyebabkan tubuh
akan mengalami diare.

3. Konsumsi Obat : Mengonsumsi obat-obatan tertentu seperti obat


untuk mengatasi sembelit dan obat penetral asam lambung akan
dapat

mengganggu

keseimbangan

usus

yang

akhirnya

menyebabkan diare pada wanita hamil.


4. Perubahan Hormon : Meningkatnya produksi hormon yang pesat
saat hamil akan membuat produksi asam lambung menjadi
tergangu dan sistem pencernaan tubuh secara keseluruhan yang
akan menjadi penyebab diare pada ibu hamil. Selain itu faktor
diare pada wanita hamil bisa dipengaruhi karena membesarnya
ukuran rahim yang membuat gerakan usus menjadi tersumbat, dan
membuat bakteri dapat tumbuh dengan pesat dan akhirnya
menyebabkan diare.
Selama kehamilan, seorang wanita pada umumnya lebih
mungkin mengalami sembelit daripada diare (meskipun banyak
perempuan mendapatkan diare pada awal kehamilan). Infeksi yang
paling sering menyebabkan diare selama kehamilan biasanya tidak ada
ancaman bagi bayi, namun diare yang disertai dehidrasi dapat
membahayakan bagi bayi. Untuk mencegah dehidrasi, minum banyak
cairan dan menghindari kafein.
Seperti halnya dengan wanita yang tidak hamil, ada banyak
kemungkinan penyebab diare pada ibu hamil. Mungkin penyebab
yang paling umum adalah infeksi dengan virus yang menyebabkan flu
perut. Secara teknis, istilah "flu perut" adalah tidak benar. Yang
disebut flu perut tidak disebabkan oleh virus influenza, juga tidak
menginfeksi lambung. Sebaliknya, virus flu perut menginfeksi usus
kecil. Lain yang mungkin menyebabkan diare selama kehamilan
meliputi bakteri (misalnya Escherichia coli), parasit (misalnya
Giardia), obat-obatan, atau kondisi medis lainnya (seperti sindrom
iritasi usus besar atau penyakit Crohn).

Kemungkinan penyebab diare selama kehamilan yaitu :


1. Beberapa jenis bakteri yang dikonsumsi melalui makanan dan
air yang terkontaminasi dapat menyebabkan diare selama
kehamilan.
2. Virus seperti Rotavirus, Cyptomegalovirus dapat menyebabkan
diare.
3. Parasit: Parasit dapat memasuki tubuh melalui makanan dan air
serta menetap di sistem pencernaan. Beberapa parasit yang
menyebabkan diare pada ibu hamil termasuk Giardia lamblia.
4. Obat-obatan seperti obat tekanan darah, antasida yang
mengandung magnesium dan antibiotik dapat menyebabkan
diare selama kehamilan.
5. Irritable bowel syndrome dan penyakit-penyakit usus seperti
penyakit Crohn dapat menyebabkan diare.
6. Diare selama kehamilan dapat disebabkan oleh peningkatan
asupan air. Hal ini dapat disebabkan oleh makanan yang tinggi
kandungan air, seperti buah-buahan (semangka), sayuran dan
air dalam jumlah besar asupan.
7. Penyebab lainnya termasuk laktosa intoleransi, flu perut dan
keracunan makanan.

ii. Manifestasi Klinis


Beberapa wanita mengalami diare pada akhir kehamilan.

Tergantung pada penyebab diare, gejala lain mungkin atau mungkin


tidak terjadi dengan hal itu. Gejala lain yang mungkin menyertai
diare antara lain:
1. Demam
2. Kulit tidak mengering
3. Denyut nadi masih normal
4. Air seni tidak berwarna keruh
5. Seringnya BAB
6. Terjadi pendarahan pada feses
7. Perut mual dan kram
8. Muntah
9. Nyeri di kepala
10. Jantung berdebar kencang
11. Nyeri otot
12. Ibu hamil merasa lelah selama diare
Diarepada ibu hamil dapat bertahan 1-10 hari tergantung pada
penyebabnya. Hal ini dapat berkisar dari ringan sampai berat jenis
diare. Umumnya, wanita hamil lebih mungkin mengalami sembelit
dari pada diare karena vitamin prenatal, yang mengandung zat besi
yang tinggi yang sering mengikat. Diare selama kehamilan sebaiknya
tidak berlangsung lama. Jika itu berlangsung selama lebih dari 2 hari,
hubungi dokter segera. Kadang-kadang, diare bisa menjadi indikasi
persalinan prematur.
1. Pathway
Ibu Hamil

Faktor infeksi

Faktor malabsorbsiPerubahan Hormone

Asam lambung

rahim membesar

terganggu
gerakan usus tersumbat

Gangguan peristaltik

Endotoksin

Tekanan osmotik

Hiperperistaltik Hipoperistaltik

merusak mukosa
usus
Pergeseran cairan
danelektrolit ke

makanan tidak sempat

diserap.

pertumbuhan

bakteri
Endotoksin berlebih

Isi lumen usus

hipersekresi cairan dan


elektrolit

Rangsangan pengeluaran
Hiperperistaltik
Diare

Mual,muntah,

dehidrasi,turgor kulit

Anoreksia,BB

oliguri,mulut kerning,

Pusing,keram perut Demam lemah,


nyeri perut.

letih.

dan pecah-pecah.

Gangguan
keseimbangan
nutrisi

Gangguan
keseimbang
an cairan
dan
elektrolit.

Nyeri
akut.

Hipertermi

Intoleransi
aktivitas.

2. Penatalaksanaan
1. Memperbanyak waktu istirahat.
2. Meningkatkan asupan cairan elektrolit pada tubuh agar terhindar
dari dehidrasi.
3. Perbanyak minum air putih atau oralit.
4. Jika masih terjadi diare ringan, maka

usahakan

untuk

memperbanyak mengkonsumsi sup, minuman jahe atau roti


panggang untuk membantu mengatasi diare yang Anda alami.
5. Mengkonsumsi madu karena madu sangat baik untuk
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan juga sangat mudah
dicerna oleh tubuh.
6. Hentikan untuk sementara konsumsi susu dan berbagai produk
olahannya.
7. Hentikan mengonsumsi kubis/kol, roti, pasta, apel, pear, jagung
manis, gandum, kentang, serta makanan olahan.
8. Perbanyak minum air putih matang yang ditambah sedikit madu.
9. Perbanyak konsumsi asam folat dan vitamin B selama sebulan.
10. Hindari atau kurangi konsumsi vitamin D.
Diare merupakan proses tubuh dalam mengurangi infeksi.
Sebenarnya, proses tersebut tidak perlu dihambat, namun ada
beberapa terapi obat yang dapat digunakan untuk membantu
mengatasi gejala diare dan sebaiknya dipilih obat yang bekerja
mengatasi diare dengan cara yang benar. Berikut ini adalah beberapa
pilihan terapi antidiare yang ada di Indonesia serat tinjauan
keamanannya terhadap kondisi kehamilan.
Tingkat Keamanan Obat Simptomatik Diare pada Wanita Hamil
dan Menyusui :

Obat

Keterangan

Faktor Risiko: BM
Loperamide

Fetal Risk Summary


Tidak ada laporan yang menunjukkan adanya hubungan penggunaan

loperamide dengan cacat bawaan. Penelitian yang berkaitan dengan


reproduksi pada tikus dan kelinci dengan dosis hingga 30 kali dosis
manusia telah menunjukkan bahwa tidak ada bukti pada gangguan
kesuburan,

teratogenik,

atau

yang

membahayakan

janin.

Pada studi observasi Medicaid Michigan yang melibatkan 229.101


sampel yang telah menyelesaikan masa kehamilan antara tahun 1985
dan 1992, 108 bayi yang baru lahir telah terpapar dengan loperamide
selama 1 trimester (F. Rosa, personal communication, FDA, 1993).
Sebanyak enam (5,6%) kelahiran yang diamati mengalamimajor
birth defects (lima yang normal), tiga di antaranya mengalami cacat
kardiovaskular (satu yang normal). Tidak ada hal yang tidak normal
yang teramati dalam lima kategori cacat lainnya (oral clefts, spina
bifida, polydactyly, limb reduction defects, dan hypospadias) pada
data

spesifik

yang

tersedia.

Jumlah

cacat

kardiovaskular

menunjukkan adanya kemungkinan keterkaitan, namun faktor-faktor


lain, termasuk penyakit ibu, bersamaan penggunaan obat-obatan,
mungkin
Breast

terlibat.
Feeding

Summary

Tidak ditemukan adanya laporan yang menunjukkan loperamide ada


didalam air susu ibu setelah mengkonsumsi obat. Namun, sebuah
studi yang meneliti loperamide oxide, prodrug yang tidak aktif secara
farmakologi mengurangi loperamide saat akan melalui saluran
pencernaan, selama menyusui. Enam perempuan dalam periode
pasca-melahirkan, yang tidak menyusui, diberi dua 4-mg dosis oral
loperamide oxide 12 jam secara terpisah. Sampel yang berasal dari
plasma dan susu dikumpulkan pada 12 jam setelah dosis pertama, dan
6 dan 24 jam setelah dosis kedua. Sejumlah kecil loperamide oxide
diukur dalam beberapa sampel plasma, tetapi rata-rata loperamide
oxidepada susu konsentrasinya kurang dari 0,10 ng / mL (batas
deteksi) pada setiap waktu pengambilan sampel. Rata-rata konsentrasi
loperamide pada susu untuk tiga sampel adalah 0,18, 0,27, dan 0,19
ng / mL, masing-masing, sesuai dengan konsentrasi pada susu: rasio
pada masing-masing plasma adalah 0,50, 0,37, dan 0,35. Meskipun
jumlah ini sangat kecil, sumber sebelumnya merekomendasikan agar

loperamide tidak digunakan pada ibu menyusui karena potensi efek


samping pada bayi. Namun, karena tidak adanya efek ini, American
Academy of Pediatrics mempertimbangkan loperamide dapat
digunakan pada saat menyusui.
Kaolin / Pektin

Faktor Risiko: C
Fetal Risk Summary
Kaolin merupakan hydrated aluminum silicate clayyang digunakan
untuk adsorben pada diare, dan pektin merupakan polisakarida yang
diperoleh dari jaringan tanaman yang digunakan sebagai agen untuk
memperkuat jaringan. Agen ini tidak diserap ke dalam sirkulasi
sistemik.
Tidak ada laporan terkait penggunaan campuran kaolin / pektin pada
kehamilan dengan hasil yang merugikan pada janin. Terdapat laporan
adanya anemia yang kekurangan zat besi dan hipokalemia setelah
menggunakan kaolin. Mekanisme ini dianggap baik untuk
mengurangi asupan makanan yang mengandung besi atau gangguan
pada penyerapan zat besi. Pada manusia, anemia dengan kekurangan
zat besi secara signifikan meningkatkan adanya beratbadan lahir bayi
yang rendah dan kelahiran prematur.
Tikus betina yang diberikan diet mengandung 20% kaolin menjadi
anemia dan pada anak anjing mengalami penurunan yang signifikan
dalam berat badan lahir. Ketika suplemen besi ditambahkan pada diet
yang diperkaya kaolin, tidak ada anemia atau pengurangan berat
badan lahir.
Breast Feeding Summary
Selain mengalami anemia pada ibu setelah penggunaan yang lama,
campuran kaolin / pektin seharusnya tidak berpengaruh pada laktasi.
Faktor Risiko: C

Bismut

Fetal Risk Summary

subsalisilat

Bismut subsalisilat (bismuth salisilat) dihidrolisis dalam saluran


pencernaan menjadi garam bismut dan sodium salisilat. Sebuah
penelitian menunjukkan penyerapan bismut yang minimal
(konsentrasi serum tidak spesifik) dari bismut subsalisilat pada 12

subjek sehat didapatkan tingkat puncak serumnya 0,050 g / mL


setelah dosis 216 mg colloidal bismuth subcitratepada satu pasien.
Beberapa absorpsi bismut ada di mukosa lambung normal, tetapi
terjadi absorpsi utama dari duodenum. Pada hasil pengamatan
penelitian observasi didapatkan bahwa penyerapan bismut hanya
terjadi pada gastric antrum, bukan dalam lambung atau duodenum.
Meskipun penyerapan garam bismut anorganik diabaikan, dalam
sebuah studi dengan pemberiaan bismut tartrat 5 mg / kg / hari, salah
satu dari empat anak domba yang lahir mengalami kondisi dimana
ekor kambing menjadi kerdil, tak berbulu, dan exophthalmic, dan
yang dua mengalami keguguran. Selain itu, pada penelitian casereport, penggunaan antidiare dengan campuran yang mengandung
bismut subsalisilat dikaitkan dengan ensefalopati bismut pada orang
tua 60tahun pada penggunaan selama 1 bulan. Ensefalopati
didiagnosis dari elektroensefalogram dengan adanya toksisitas bismut
dan level bismut darah adalah 72 ng / mL (batas atas normal adalah 5
ng / mL).
Tidak ada laporan yang merugikan pada janin setelah menggunakan
bismut subsalisilat pada manusia. The Collaborative Perinatal
Projectmencatat adanya 15 subjekpada kehamilan trimester pertama
dengan paparan garam bismut (bismut subgallate N = 13, bismut
subcarbonate N = 1, dan milk of bismuthN = 1), tetapi bukan bismut
subsalicylate (7, hal. 384-7). Dalam jumlah yang kecil tidak
ditemukan bukti yang yang berhubungan dengan kelainan bawaan.
Untuk penggunaannya selama kehamilan, 144 pasangan ibu-anak
yang terkena paparan bismut subgallate dan terdapat 5 anak yang
terpapar dari dalam rahim mengalamia inguinal hernia, di sebuah
rumah sakit dengan standardized relative risk (SRR).Bagaimanapun
hubungan sebab akibat, tidak dapat ditentukan dari data ini.
Secara ringkas, garam bismut anorganik, terbentuk dari metabolisme
bismut subsalisilat dalam saluran pencernaan, tampaknya sedikit atau
tidak ada resiko bagi janin dari dosis terapeutik yang normal, namun
data yang tersedia untuk bismut dalam kehamilan masih sedikit dan
risiko janin yang sebenarnya tidak dapat ditentukan. Di sisi lain,

potensi risiko salisilat pada janin sangat kompleks. Meskipun risiko


toksisitas mungkin kecil, secara signifikan pada janin mengakibatkan
adanya efek samping setelahterpaparsalisilat. Oleh karena itu,
penggunaan bismut subsalisilat selama kehamilan harus dibatasi
untuk semester pertama kehamilan, dan dalam jumlah yang tidak
melebihi dosis yang dianjurkan.
Breast Feeding Summary
Bismut diekskresi dalam jumlah yang besar dari bismut subsalisilat
ke dalam air susu karena absorpsi bismut yang sedikit dalam sirkulasi
sistemik. Bagaimanapun, salisilat diekskresi ke dalam air susu dan
dieliminasi secara lambat dari air susu daripada plasma dengan rasio
air susu:plasma adalah 0.03-0.08 pada 3 jam pertama hinggs 0.34
pada 12 jam kemudian. Karena adanya potensi efek samping pada
bayi, American Academy of Pediatrics merekomendasikan bahwa
salisilat harus digunakan secara hati-hati pada saat menyusui. Pada
review terbaru menyatakan bahwa bismut subsalisilat harus dihindari
selama menyusui karena penyerapan salisilat sistemik.

3. Pencegahan
Di bawah ini beberapa hal agar terhindar dari diare:
1. Hentikan konsumsi obat pencahar yangdigunakan untuk mengatasi
keluhan sembelit (konstipasi).
Beberapa ibu hamil akan minum obat pencahar untuk mengatasi
sembelit. Namun, cara ini tidaklah baik karena berisiko dapat
menyebabkan diare.
2. Berusahalah untuk berdamai dengan segala perubahan yang terjadi selama
masa kehamilan agar emosi anda relatif stabil.
3. Hindari mengonsumsi makanan yang belum

pernahdikonsumsi

sebelumnya, terutama bagi yang berbakat alergi.


4. Biasakan selalu berpola hidup bersih dan sehat :
a. Makan makanan yang bersih dan diolah dengan baik.
b. Hindari makanan mentah yang kemungkinan mengandung
telur cacing ataupun kuman yang berbahaya.
c. Jika ingin menyantap lalapan maka sebaiknya rendam terlebih
dahulu sayuran dengan air garam agar telur cacing mati.

d. Olahraga secara teratur, seperti jalan kaki, berenang, senam,


dan lain-lain.
5. Minum air putih 810 gelas/hari
Diare akan menyebabkan tubuh mengeluarkan banyak cairan
hingga mengakibatkan dehidrasi. Karena itu, minumlah air putih
yang banyak untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang agar
terhindar dari rasa lemas akibat dehidrasi.
6. Minum oralit
Oralit dapat menyembuhkan diare. Cara membuat oralit adalah
dengan mencampurkan 1 liter air matang dengan 1 sdt garam dan 8
sdt gula pasir. Aduk rata, lalu minumlah segera. Oralit ini juga
dapat dibeli di apotek dalam bentuk serbuk.
7. Minum jus jambu biji
Mengonsumsi jus jambu biji dipercaya dapat mengobati diare.
8. Mengganti produk susu hamil
Ketidakcocokan dalam mengonsumsi susu hamil merk tertentu
dapat menjadi penyebab terserang diare. Karena itu, segera ganti
produk susu yang sedang digunakan dengan produk susu lain.
Ataujuga bisa mengonsumsi jenis susu lain, seperti susu kedelai,
susu bukan khusus kehamilan, dan lain-lain.
9. Konsumsi makanan bernutrisi
Makanan bernutrisi dengan kandungan gizi lengkap dapat
melindungi tubuh dari serangan bakteri ataupun kuman penyebab
diare.
4. Komplikasi
Diare pada ibu hamil dapat mengganggu kesehatan janin,
apalagi jika diare sudah menyebabkan dehidrasi akut, bahkan apabila
disertai dengan muntah, demam, keluar lendir, dan darah. Karena itu,
diare harus selalu kita waspadai karena dapat membahayakan janin
hingga pada risiko lahir prematur ataupun keguguran.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan


merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data
dari sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentisikasi status
kesehatan klien (Oyer, 1996). Tahap pengkajian merupakan dasar
utama dalam memberikan asuhan keperawatn sesuai dengan
kebutuhan individu. Pengkajian yang akurat, lengkap sesuai dengan
kenyataan kebenaran data sangat penting dalam merumuskan suatu
diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan
sesuai dengan respon individu, sebagai yang telah ditentukan dalam
standar praktik keperawatan (Nusralam, 2001).
1. Identitas Klien/biodata
Meliputi nama lengkap. Tempat tinggal, jenis kelamin,
tempat tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama
orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan pada pasien diare
akut, sebagian besar adalah anak yang berumur dibawah dua
tahun, insiden paling tinggi terjadi pada anak umur 6-11 bulan
karena pada masa ini mulai diberikan makanan pendamping.
2. Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB <4
kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair
(dehidrasi ringan atau sedang) atau BAB >10 kali (dehidrasi
berat). Apabila diare berlangsung 14 hari maka diare tersebut
adalah diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14 hari
atau lebih adalah diare persisten.
3. Riwayat penyakit sekarang menurut (Nursalam, 2001).
a.
Mula-mula Klien menjadi gelisah, suhu badan makin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak dan
b.

kemungkinan timbul diare.


Tinja makin cair, disertai atau tidak lender dan darah, warna
tinja berubah menjadi kehijauan Karena bercampur dengan

c.

cairan empedu.
Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering
defekasi dan sifatnya makin lama makin asam.

d.
e.

Gejala muntah terjadi sebelum atau sesudah diare.


Apabila pasien sudah telah banyak kehilangan cairan dan

f.

elektrolit, mka gejala dehidrasi akan semakin tampak.


Diuresis menjadi oligura (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila
terjadi dehidrasi, urine pada diare tanpa dehidrasi, diare
sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada
urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat)

4. Riwayat penyakit dahulu


Biasanya pada ibu hamil sering mengalami mual, muntah,
panas pada perut.
5. Riwayat penyakit keluarga.
Apakah didalam anggota keluarga ada yang menderita
penyakit diare tanda dan gejala infeksi lain yang menyebabkan
diare

seperti

otitis

media

akut,

tonsillitis,

faringitis,

bronkopnemonia, dan ensefalitis.


6. Riwayat Obstetri
a.
Riwayat Menstruasi
1) Menarche :
haid pertama
2) Banyaknya
:
banyaknya haid yang keluar
3) HPHT
:
hari pertama haid terakhir
4) Siklus
:
21-28 hari
5) Lamanya :
tergantung dari keadaan klien
6) Keluhan :
selama menstruasi
b.
Riwayat Persalinan, Kehamilan, Nifas Yang lalu
Kesehatan ibu hamil, pernah mengalami kelainan
atau penyakit apa yang pernah diderita ibu dan apakah
memeriksakan kandungannya.
7. Riwayat imunisasi
Riwayat imunisasi terutama campak karena diare lebih
sering terjadi atau berakibat berat pada anak-anak dengan
campak atau yang menderita campak dalam 4 minggu terakhir,
sebagai akibat penurunan kekebalan pada pasien.
8. Riwayat alergi

Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan


(antibiotik) karena factor ini merupakan salah satu kemungkinan
penyebab diare.
9. Model Adaptasi Callista Roy
a. Mode Fungsi Fisiologis
1) Nutrisi
Pada klien dengan diare akan mengalami
gangguan pada status nutrisinya, karena klien merasa
mual, muntah dan kurangnya nafsu makan.
2) Eliminasi
Pada klien dengan diare mengalami gangguan
pada sistem pencernaan. Biasanya klien akan mengeluh
frekuensi BAB yang berlebihan (lebih dari 4xsehari)
dengan konsistensi cair. Klien tidak mengalami masalah
pada eliminasi urine.
3) Integritas Kulit
Pada

klien

dengan

diare

biasanya

akan

mengalami gangguan pada turgor kulit. Karena klien


dengan diare mengalami dehidrasi sehingga turgor kulit
menjadi menurun.
4) Neurosensori
Pada klien dengan diare biasanya tidak terjadi
gangguan pada neurosensori, hanya saja akan sering
mengeluh pusing dan letih.

5) Pernafasan (Oksigenasi)
Kaji status pola peranafasan klien, biasanya pada
klien dengan diare tidak terjadi gangguan pernafasan.
6) Aktivitas dan Istirahat

Pada klien dengan diare akan mengalami


kelemahan, keletihan, keterbatasan pergerakan, aktifitas,
partisipasi, pekerjaan atau profesi.
7) Cairan dan Elektrolit
Menjelaskan pola-pola kebutuhan cairan dan
elektrolit. Pada klien dengan diare akan terjadi
peningkatan kebutuhan cairan karena diare yang dialami
biasanya disertai dengan dehidrasi. Sehingga terjadi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh
klien.
8) Endokrin
Menjelaskan pola-pola kontrol dan pengturan
termasuk respon stress dan sistem pencernaan. Pada
klien dengan diare mengalami stress yang sangat hebat
karena gangguan pada sistem pencernaan dan adanya
gangguan konsep diri.
9) Indra Perasa
Menjelaskan

fungsi

sensori

perceptual

sehubungan dengan informasi penglihatan, pendengaran,


pengecapan, perabaan dan penciuman, pada klien dengan
diare tidak mengalami gangguan pada sistem perasa.
b. Mode Konsep Diri
Mengenali pola-pola nilai, kepercayaan-kepercayaan,
dan emosi sehubungan dengan ide-ide pribadi perhatian
diberikan kepada fisik, personal, dan moral ethical pribadi.
1) Fisik diri terdiri dari: seksual self concept, perilaku
seksual yang agresif, kehilangan.
2) Personal self terdiri dari: Cemas, tidak berdaya,
bersalah dan rendah diri.
c. Mode Peran dan Fungsi
Fungsi peran mode mengenal pola-pola interaksi
sosial seseorang dalam hubungannya dengan orang lain
dicerminkan oleh peran primer, sekunder dan tertier.

Fokusnya pada peran identitas dan peran keunggulan, yang


terdiri dari : transisi peran, konflik peran dan kegagalan
peran.
d. Interpendent Mode
Mengenali pola-pola manusia tentang nilai-nilai kasih
sayang cinta dan ketegasan. Proses ini terjadi melalui
hubungan interpersonal, pada tingkat perorangan atau
kelompok terdiri dari : cemas karena perpisahan dan
kesepian.
10. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Baik, sadar (tanpa dehidrasi)
2) Gelisah, rewel (dehidrasi ringan dan sedang)
3) Lesu, lunglai atau tidak sadar (dehidrasi berat)
b. Tanda-tanda vital
Peningkatan suhu mungkin mengindikasikan adanya infeksi
atau dehidrasi.
c. Kesadaran biasanya menurun pada dehidrasi sedang, berat
d. Pemeriksaan head to toe
1) Inspeksi
Rambut

: Tidak ditemukan kelainan

Kepala

Mata :

Bentuk kelopak mata biasanya cowong, air

mata tidak ada.


Hidung

:Tidak ada kelainan.

Telinga

: Tidak ada kelainan

Mulut : Mukosa mulut tampak kering


Leher

: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan

pembesaran vena jugularis.


Dada

: Pada dehidrasi sedang, berat sering

ditemukan pernafasan cepat dan dalam.


Integument : Biasanya turgor kulit menurun (>2 detik).

Abdomen

: Biasanya mengalami distensi, kram dan

bising usus yang meningkat.


Genetalia

: Apakah ada iritasi pada kulit disekitar anus

nampak kemerahan
Ekstremitas : Tidak ditemukan kelainan
2) Auskultasi
Auskultasi abdomen harus dilakukan sebelum
palpasi atau perkusi untuk menghindari perubahan bising
usus.
Auskultasi abdomen untuk mengkaji bising usus
(perhatikan ada tidaknya atau hiperaktifitas).
3) Palpasi
Auskultasi

palatum

lunak

dan

keras

untuk

kemungkinan efek Palpasi abdomen untuk menentukan


adanya nyeri tekan, rigiditas, massa, dan organomegali.
4) Perkusi
Lakukan perkusi pada abdomen untuk mengetahui
adanya

gas

yang

berlebihan,

massa,

cairan

dan

pembesaran hepar.
11. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan feces : periksalah adanya darah, mucus, bentuk
dan konsistensinya, pewarnaan metilen biru pada apusan
feces untuk melihat sel-sel poliomorfonuklear kultur bakteri
bila

dicurigai

adanya

infeksi

Salmonella

shigella,

Campylobacter, dll, keadaan anak yang tampak toksik atau


adanya demam, pemeriksaan parasit (bila diperlukan) atau
toksin clostiridum (bila indikasi).
b. Urine

: pemeriksaan berat jenis dengan dispastick,

mikroskpik kultur bila ada indikasinya.


c. Darah

: periksalah darah lengkap, elektrolit, BUN, kultur

bila ada indikasi.

12.

Pengelompokan data
D/S :
a. Klien mengatakan tidak ada nafsu makan
b. Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya
D/O :
a. Turgor kulit jelek
b. Nadi meningkat
c. Suhu meningkat
d. Nafsu makan menurun
e. Sering haus
f. Berat badan menurun
g. Anus merah dan lecet
h. Tidak mengetahui tanda dan gejala
i. Tidak mengetahui komplikasi

13.

Analisa data
Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dan
menghubungkan data tersebut dengan konsep teori dan prinsip
yang relevan untuk membuat kesimpulan dan menentukan masalah
kesehatan dan perawatan klien.Berdasarkan data-data yang telah
terkumpul maka dapat dianalisa dan mencari kemungkinan
penyebab timbulnya masalah dan merumuskan diagnosa yang ada
pada pasien baik aktual maupun potensial (Nursalam, 2001).

2. Diagnosa Keperawatan
Suatu pernyataan dari masalah klien yang nyata/potensial
berdasarkan data yang telah dikumpulkan yang pemecahannya dapat
dilakukan dalam batas wewenang perawat untuk diagnosa keperawatan
sebagai berikut :

1.

Devisit volume cairan berhubungan dengan hiperperistaltik yang


ditandai dengan frekuensi bab meningkat, turgor kulit yang jelek,
nadi meningkat, suhu meningkat, nafas cepat

2.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan distensi abomen yang ditandai dengan nafsu makan
menurun, berat badan menurun, sering haus.

3.

Nyeri akut berhubungan dengan isi lumen usus meningkat yang


ditandai oleh Pusing,keram perut dan nyeri perut.

4.

Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi yang ditandai


oleh demam.

5.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipersekresi cairan dan


elektrolit yang ditandai oleh lemah, letih.
(Hidayat, 2006).

3. Perencanaan Keperawatan
Berdasarkan diagnosa yang diangkat, kita harus menyusun
rencana keperawatan, perencanaan ini meliputi tujuan yang ingin
dicapai dan criteria hasil intervensi harus jelas sehingga orang lain
mengerti dengan rasional dari tindakan yang diberikan. Dalam
perencanaan kita menentukan prioritas masalahnya, biasanya prioritas
adalah memenuhi persyaratan yang mengancam jiwa, mengatasi
masalah yang lain (Hidayat, 2006).
SMART : Specific, Measurable, Achievable, Reality and Time
(singkat, jelas, dapat dimengerti, spesifik, dapat diukur, dapat dinilai,
realistis, berdasarkan diagnosis keperawatan dan kriteria waktu
tertentu).

1.

Diagnosa I
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan di harapkan volume cairan
dapat teratasi dengan criteria :

a. Turgor kulit membaik


b. Jumlah cairan yang masuk seimbang dengan yang keluar
c. Membrane mukosa lembab
d. Tanda vital dalam batas normal
Intervensi
a. Catat intake dan out put
R/ : Dapat mengetahui cairan yang masuk dan keluar
b. Berikan oralit setiap kali mencret
R/ : Koreksi kekurangan cairan, larutan
c. Periksa tanda vital : nadi, suhu, respirasi, dan tekanan darah
R/ : Mengetahui perkembangan penyakit klien
d. Periksa turgor : kulit, tonus, ubun-ubun
R/ : Deteksi dini kekurangan cairan
e. Control berat jenis urina tiap 4 jam
R/ : Mengetahu berat jenis urine yang tinggi, cairan kurang
f. Timbang berat badan setiap hari
R/ : Indikator dari status gizi
2.

Diagnosa II
Tujuan :
Setelah mendapatkan tindakan perawatan di harapkan kebutuhan
nutrisi teratasi dengan criteria :
a. Peningkatan berat badan status gizi membaik sesuai dengan
standar.
b. Bising usus normal (45-20 kali/menit).
c. Nafsu makan meningkat.
Intervensi
a. Berikan penjelasan tentang pentingnya nutrisi bagi proses
penyembuhan.
R/ : Klien dapat kooperatif
b. Berikan makanan sesuai dengan diit
R/ : Meningkatkan nafsu makan

c. Hindari makanan yang dapat mengiritasi mukosa lambung dan


susu.
R/ : Mencegah terjadinya komplikasi
d. Jaga keberihan mulut
R/ : Mencegah mulut kering
e. Timbang berat badan setiap hari
R/ :

Mengetahui peningkatan BB dari kebersihan.

3.

Diagnosa III
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Rasa nyeri
berkurang atau hilang.
Intervensi
a. Kaji dan catat adanya distensi abdomen, karaktristik nyeri dan
lokasinya.
R/ : Mengetahui lebih spesifik tentang nyeri klien sehingga
mendapat penanganan yang tepat.
b. Anjurkan pada pasien untuk rileks serta ajarkan tehnik
relaksasi serta beberapa cara untuk mengurangi rasa nyeri.
R/ : Teknik relaksasi dapat mengurangi nyeri klien secara
nonfarmakologis.
c. Kolaborasi dalam pemberian analgesik dan anti kolinergik.
R/ : Mengurangi nyeri klien dengan bantuan obat.
d. Observasi keluhan serta TTV.
R/ : Mengetahui keadaan umum klien dan adanya perubahan
pada system persistem bagian tubuh.

4.

Diagnosa IV
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu tubuh klien kembali
normal.
Intervensi

a.

Observasi keadaan umum dan TTV

R/ : Mengetahui keadaan klien dan adanya perubahan sistem


b. Anjurkan klien untuk memakai pakaian tipis dan menyerap
keringat
R/ : Untuk mempercepat proses evaporasi
c. Anjurkan keluarga untuk memberikan kompres air hangat pada
daerah dahi, ketiak dan lipat paha
R/ : Daerah dahi, aksila dan lipat paha merupakan jaringan
tipius

dan

terdapat

pembuluh

darah

sehingga

proses

vasodilatasi pembuluh darah lebih cepat


d. Anjurkan klien banyak minum air putih
R/ : Untuk mengganti cairan yang hilang saat evaporasi
e. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik
R/ : Obat antipiretik bekerja sebagai pengatur kembali pusat
pengaturan panas di otak.
5.

Diagnosa V
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien
tidak mengalami injury ketika melakukan kegiatan sehari-hari
Intervensi :
a. Kaji tingkat kemampuan klien dalam melakukan gerak
R/ : Sebagai dasar untuk memberikan alternative dan latihan
gerak yang sesuai dengan kemampuannya
b. Rencanakan tentang pemberian program latihan sesuai
kemampuan klien
R/ : Latihan pergerakan dapat meningkatkan otot dan stimulasi
sirkulasi darah
c. Ajarkan klien tentang cara melakukan aktivitas sehari-hari
R/ : Untuk meningkatkan pergerakan dan melakukan
pergerakan yang aman
d. Libatkan keluarga untuk melatih mobilitas klien
R/ : Untuk memberikan dukungan kepada klien

4. Tindakan Keperawatan

Implementasi adalah merealisasikan perencanaan yang telah


disusun sesuai ketentuan dan program. Implementasi ini didapatkan
sebagai sumber data yang baru yang digunakan dalam catatan
perkembangan (Hidayat, 2006).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir proses keperawatan
adalah suatu tindakan untuk melihat sejauh mana keberhasilan yang
dicapai dari tujuan yang telah dibuat. Evaluasi merupakan aspek
yang pentingdari proses keperawatan karena kesimpulan yang
didapat dari evaluasi menentukan apakah intervensi dihentikan,
dilanjutkan atau di ubah. Tolak ukur yang digunakan untuk menilai
pencapaian tujuan pada tahap evaluasi ini adlah criteria yang telah
dibuat pada tahap perencanaan. Berpatokan pada sebagian atau
belum sama sekali atau justru timbul masalah baru. Selanjutnya
perkembangan respon klien dituangkan dalam catatan perkembangan
klien dan diuraikan berdasarkan urutan SOAP.
S ( Subyektif )

Keluhan-keluhan klien

O ( Obyektif )

Apa yang dilihat, dicium, diraba, diukur dan


didengar perawat.

A ( Analisa )

P ( Plan of Care ) :

Kesimpulan perawat tentang kondisi klien.


Rencana tindakan keperawatan selanjtnya
untuk

mengatasi masalah klien.

Adapun evaluasi dari masing-masing diagnosa keperawatan


yang muncul adalah sebagai berikut :
1.

Defisit volume cairan tdak terjadi dengan criteria hasil klien


tidak mengeluh mencret dan muntah, klien tampak segar,
tanda-tanda vital dan turgor kulit normal, ubun-ubun tidak
cekung, mata tidak cowong.

2.

Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh


dengan criteria hasil nafsu makan klien meningkat, berat badan
bertambah (stabil), tidak merasa haus.

3.

Kerusakan integritas kulit tidak terjadi dengan criteria hasil


tidak ada kemerahan pada sekitar anus tidak ada.

4.

Kurang pengetahuan ibu tentang penyakit tidak terjadi dengan


criteria hasil orang tua dapat mengerti tentang penyakit, tanda
dan gejala, dan komplikasi.

5.

Kecemasan atau ketakutan anak tidak terjadi dengan criteria


hasil anak tidak gelisah, menangis, nerasa takut suasana di RS
(Hidayat, 2006).

6.

Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah pencatatan yang lengkap
dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
Dokumentasi dilakukan segera setelah setiap kegiatan atau tindakan
dalam setiap langkah proses keperawatan dari pengkajian sampai
dengan evaluasi.
Sebagai dokumentasi yang mencatat semua pelayanan
keperawatan klien, dokumentasi tersebutdapat diartikan sebagai
suatu catatan bisnis dan hokum yang mempunyai banyak manfaat
dan penggunaan. Tujuan utama dari pendokumentasian adalah untuk:

1.

Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat


kebutuhan

klien,

merencanakan,

melaksanakan

tindakan

keperawatan dan mengevaluasikan tindakan.


2.

Dokumentasi untuk Penulisan, keuangan, hokum dan etika.


Sedangkan manfaat dan pentingnya dokumentasi dapat dilihat
dari berbagai aspek seperti hukum, jaminan mutu pelayanan,
komunikasi, keuangan, pendidikan, Penulisan dan akreditasi
(Nursalam, 2001)

BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Diare pada ibu hamil dapat bertahan 1-10 hari tergantung pada
penyebabnya. Hal ini dapat berkisar dari ringan sampai berat jenis diare.
Umumnya, wanita hamil lebih mungkin mengalami sembelit dari pada
diare karena vitamin prenatal, yang mengandung zat besi yang tinggi yang
sering mengikat. Diare selama kehamilan sebaiknya tidak berlangsung
lama. Jika itu berlangsung selama lebih dari 2 hari, hubungi dokter segera.
Kadang-kadang, diare bisa menjadi indikasi persalinan prematur.

DAFTAR PUSTAKA

Judy,Bothamleydan Boyle Maureen. 2011. PatofisiologidalamKebidanan.Jakarta:


EGC
Suandi. 2011. Diet Anak Sakit. Jakarta: EGC
Sinclair, Constance. 2009. Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC
Reeder, Sharon J. 2013. Keperawatan Maternitas : kesehatan wanita, bayi &
keluarga. Ed. 18. Jakarta : EGC
Denise Tiran. 2007. Mengatasi mual muntah dan gangguan lain selama
kehamilan. Jakarta : diglossia
Ida Ayu Chandranita. 2010. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan KB untuk
pendidikan bidan. Ed. 2. Jakarta : EGC
Asmadi. (2008). Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba
Medika
Iqbal, Chayatin. (2008). Asuhan Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: EGC.
ISO. (2010). ISO Informasi Spesialis Obat Indonesia. Jakarta: Ikatan Apoteker
Indonesia
Janice L. Williams. (2005). Diagnostik Fiik: Evaluasi Diagnosis Dan Fungsi Di
Bangsal. Jakarta: EGC
Rohmah Nikmatur. (2009). Proses Keperawatan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Anda mungkin juga menyukai