Anda di halaman 1dari 37

TERAPI DIET

PENYAKIT
HEPATITIS
Oleh :
Shelly Festilia A, S.Gz

Hati sebagai salah satu organ tubuh yang


vital mempunyai fungsi yang penting
dalam metabolisme gizi dan fungsi
detoksifikasi yang diperlukan untuk
menjaga keadaan tubuh.
Merupakan kelenjar tubuh yang paling
besar, beratnya antara 1000-1500 gr.
Mempunyai kapasitas cadangan yang besar
dan cukup memerlukan 10-20% fungsi
jaringan untuk mempertahankan hidup.

Fungsi Hati :
1. Fungsi pembentukan dan eksresi
empedu merupakan fungsi utama
hati. Saluran empedu mengalirkan,
kandungan empedu menyimpan dan
mengeluarkan empedu ke dalam usus
halus sesuai yang dibutuhkan. Unsur
utama empedu : air, elektrolit, garam
empedu (penting untuk pencernaan dan
absorbsi lemak dalam usus), kolesterol
dan pigmen empedu.

2. Fungsi Metabolik
Berperan penting dalam metabolisme KH,
protein, lemak, vit dan memproduksi
energi dan tenaga.
3. Fungsi pertahanan tubuh tdd fungsi
detoksifikasi dan fungsi perlindungan.
4. Fungsi vaskular hati setiap menit
mengalirkan 1200 cc darah portal ke dlm
hati sebagai ruang penampung dan dan
bekerja sebagai filter.

Pemeriksaan Biokimia Hati


A. Serum Transaminase
Dua transaminase yang sering
digunakan dlm menilai pyk hati adl
Serum Glutamic Oxaloacetic
Transaminase (SGOT) dan Serum
Glutamic Piruvic Transaminase
(SGPT).
Serum transaminase adalah indikator
yang peka pada kerusakan sel-sel hati.

B. Laktat Dehidrogenase (LDH)


Tidak begitu sensitif dalam mendiagnosa
kelainan hepatoseluler.Peningkatan dapat
terjadi pada pasien neoplasma, terutama yang
mengenai hati.
C. Isositrik Dehidrogenase
Meningkat pada kelainan hepatoseluler, tetapi
normal pada infark miokard dan miopatia.
D. Fosfatase Alkali (FA)
Enzim yang mengkatalisis hidrolisis ester
fosfat organik dalam suasana basa tdpt
dalam banyak jaringan

E. Gamma Glutamyl Transpeptidase (GGT)


Enzim yang tdpt dalam hati, pankreas
dan ginjal. Pada hepatitis akut kenaikan
GGT bersamaan dengan kenaikan SGOT
dan SGPT. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kenaikan GGT a.l : infark
miokard, penyakit ginjal, pneumonia,
infark paru kolitis ulseratif dll.
F. 5 Nukleotidase (5NT)
Enzim yang terdapat dalam kanalikuli dan
selaput sinusoid hati.

G. Leucine Amino Peptidase (LAP)


Enzim protease ini didapatkan pada
hampir seluruh jaringan manusia,
terutama pada hati dan sistem empedu.
H. Kolesterol Serum
Kolesterol terutama dibuat dalam hati.
Bila perubahan kolesterol menjadi
asam empedu terhambat akan terjadi
peningkatan kadar kolesterol dalam
serum

I.

Bilirubin Serum
Beberapa faktor yang meningkatkan
kadar bilirubin : gangg eksresi
ektrahepatik dan intrahepatik,
kebocoran bilirubin dari dalam sel-sel
hati, produksi yang berlebihan, gangg
pengambilan dan gangg konyugasi.
J. Bromsulftalein (BSP)
Uji ini dipakai untuk mengukur
kemampuan hati membersihkan zat
warna yang disuntikkan intravena.

K. Indo Cynanine Green (ICG)


ICG setelah disuntikkan akan diikat oleh
albumin dan lipoprotein alfa ditimbun
oleh sel-sel hati dan dieksresikan tanpe
konyugasi terlebih dahulu ke dalam
empedu.
L. Garam Empedu (Asam Empedu)
As. Empedu hanya dibuat dalam jar hati
sbg pembentuk garam empedu. Pyk
hati menyebabkan menurunnya
kemampuan hati untuk membersihkan
garam empedu dalam darah.

M. Albumin dan Globulin Serum


Hati mrp sbr utama protein serum.
Perubahan fraksi protein yang paling
banyak terjadi pada pyk hati adalah
penurunan kadar albumin dan
peningkatan kadar globulin.
N. Tes Flokulasi
Prinsip : penambahan reagen ttt pada
serum penderita akan menimbulkan
flokulasi (kekeruhan atau pengendapan)
yang tidak terjadi pada serum normal

O. Masa Protrombin
Hampir semua faktor pembekuan dibuat
dihati (kecuali faktor VIII). Tes pembekuan
yang paling dikenal dan praktis adalah
waktu protrombin (Protrombine Time = PT)
Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam 3 btk:
1. Berupa masa protrombin yg dinyatakan
dalam detik (PT normal : 11,5 -12,5 dtk)
2. Berupa kadar protrombine yg dinyatakan
dlm btk % dr normal (normal 75% atau lebih)
3. Rasio antara PT pasien dengan kontrol.

Jenis Klinis Hepatitis Viral


a. Hepatitis Akut
Pada umumnya hepatitis tipe A, B dan C
mempunyai perjalanan klinis yang sama
tipe B dan C cenderung lebih parah.
Gejala : ikterus, anoreksia dan nausea,
nyeri abdomen kanan atas, kadang
menderita sakit kepala hebat.
b. Hepatitis Fulminan
Jarang terjadi, biasanya mematikan
dalam 10 hari.

Gejala a.l: ikterus, muntah berulang,


kebingungan dan rasa mengantuk, timbul
kekakuan, leukositosis, terjadi koma.
c. Kolestasis
Merupakan ikterus yang berkepanjangan.
Permulaannya akut, kemudian timbul
ikterus dan semakin parah. Setelah bbrp
minggu pasien akan lebih merasa enak,
hepatomegali ringan.

Penatalaksanaan Nutrisi
Hepatitis Akut
Penderita harus dinasehati untuk makan
seperti biasanya, meskipun terdapat
keluhan anoreksia, mual, muntah. Selain
itu cairan juga harus dijaga agar tidak
timbul dehidrasi.
Pada keadaan akut kebutuhan energi
berkisar antara 2000-3000 kal dan protein
sekitar 1,5 - 2,5 g/kgBB. Lemak sedang
dan tidak perlu dibatasi krn akan
memperberat anoreksia.

Hepatitis Fulminant
Penderita akan mengalami hipoglikemia
sebab cadangan glikogennya akan
berkurang dan proses glikogenolisis dan
glikoneogenesis terganggu. Mereka juga
akan cepat mengalami malnutrisi karena
hilangnya nitrogen yang hebat akibat
nekrosis hati yang luas. Karenanya
penderita memerlukan suplai oksigen
yang konstan yang diberikan secara
intravena sbg larutan glukosa 10-20%
dalam volume asupan 150-200 g dalam
24 jam. /hr.

Bila terjadi nekrosis dan gejala enselopati serta


peningkatan amoniak darah, protein harus
dibatasi sebanyak 30-40 gr
Perlu suport nutrisi untuk mencegah
katabolisme protein.
Kholestasis
Berat ringannya tergantung derajad obstruksi
empedu dan reversibilitasnya. Pada penderita
sering terjadi steatorhea meski jarang bersifat
berat. Pemberian Vit K 10 mg/hari
diberikan selama 3 hari sebelum operasi.

Pada penderita kholestasis kronis maka


perlu pembatasan lemak dan KH
ditingkatkan sebagai pengganti kebutuhan
kalori. Lemak diberikan dalam bentuk
MCT. Penderita harus dimonitor kadar vit
A dan D serta waktu protrombin.Penderita
juga perlu pemberian suplemen kalsium.

Terapi Diet
Energi tinggi untuk mencegah pemecahan
protein yang diberikan bertahap, yaitu 40-45
kkal/hr.
Lemak cukup yaitu 20-25% dr keb total. Bila
terjadi steatorea digunakan MCT.
Protein tinggi yaitu 1,25 1,5 gr/kgBB agar
terjadi anabolisme protein. Pada Hepatitis
Fulminan bila terjadi nekrosis dan gejala
enselopati serta peningkatan amoniak darah,
protein harus dibatasi sebanyak 30-40 gr/hr.

Protein nabati memberikan keuntungan


karena kandungan serat dapat dapat
mempercepat proses pengeluaran
amoniak melalui feses dapat
menimbulkan rasa kembung.
Vitamin dan mineral diberikan sesuai
tingkat defisiensi. Bila perlu suplemen vit
B komplek, C, K dan mineral seng dan zat
besi bila ada anemia.
Natrium rendah bila ada odem dan asites
Cairan cukup, kecuali bila ada
kontraindikasi.

TERAPI DIET
SIROSIS HATI

Sirosis Hati adalah pyk hati menahun


difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai
nodul.
Biasanya dimulai dengan adanya
proses peradangan, nekrosis sel hati
yang luas, dan pembentukan jar ikat.
Infeksi hepatitis tipe B/C menimbulkan
peradangan sel hati yang
menimbulkan nekrosis yang luas dan
memacu timbulnya jaringan parut.

Penyebab
Hepatitis virus
Alkohol
Gangguan metabolik
Penyumbatan aliran empedu intra
hepatik dan ekstra hepatik yang lama
Gangguan imunitas
Toksin dan obat-obatan
Operasi usus pada keadaan obesitas
Infeksi parasit yang kronis
Disebutkan ada hubungan dengan
malaria

Pada penderita sirosis hepatis terjadi


perubahan metabolisme HA, lemak dan
protein sehingga terjadi hiperglikemia ,
menurunnya kadar trigliserida dan
perubahan rasio asam amino BCAA
dengan AAA yang menyebabkan
timbulnya ensefalopati hepatik.
Kelainan metabolisme protein merupakan
hal paling penting dibandigkan lemak
dan HA terkait dengan sintesa protein.
Bila asupan protein kurang maka hati
dapat mensintesis dari protein endogen
tubuh hingga 95%.

Pemberian protein pada pasien sirosis


dapat menjadi dilema protein
tinggi menyebabkan terjadinya
ensefalopati hepatik, sedangkan
pemberian protein rendah
menyebabkan malnutrisi, imunitas
menurun, morbiditas dan mortalitas
meningkat.

Penyebab
Hipoalbuminemia

Sintesa hati yang menurun disfungsi sel


hati, diit RP dan defisiensi protein nutrisi.
Katabolisme albumin yang meningkat,
misalnya kelaparan.
Kebocoran keruang ketiga akibat
meningkatnya permeabilitas kapiler
misalnya pada asites dan odema.
Kebocoran kapiler, misal pada sepsis atau
shock.

Cara Pemberian Albumin


1. Kecepatan infus
a. Pada infus albumin 20% kecepatan max 1
mL/menit
b. Pada infus 5% kecepatan 2-4 ml/menit.

2. Pada tindakan total parasentesis > 5L


a. Dosis yang diberikan 6-8 g per 1 liter
cairan asites yang dikeluarkan
b. Cara pemberian : 50% albumin diberikan
dalam 1 jam pertama (max 170 ml/jam)
dan sisa diberikan 6 jam berikutnya.

3. Sindrom hepatorenal tipe 1


albumin diberikan bersama dengan obat
vasoaktif seperti noradrenalin, oktreotid, dll
Hari 1 : 1 gr albumin /kgBB
Hari 2 dst : 20 40 gr/hr dihentikan bila
CVP (Central Venous Pressure) > 18 cm H2O
4. Peritonitis bakterial spontan
Infus albumin diberikan pada dosis 1,5
g/kgBB disertai antibiotik
5. Sirosis Hati dengan penyulit
Infus albumin diberikan dengan dosis =
selisih kadar albumin X kgBBs

Gejala
Tidak bugar
Gangguan makan (mual/muntah)
Spider naevi
Asites
Kemampuan kerja menurun
Pendarahan
Eritema palmaris
Hematemesis melena
Ensefalopati hepatikum

Bila penanganan tidak adekuat maka


sirosis hepatis dapat masuk ke dalam
fase dekompensasi yaitu bila
terdapat 5 dari 7 gejala berikut :
Spider naevi
Asites
Splenomegali
Serum albumin menurun
Eritema palmaris
Hematemesis melena
Vena koleteral

Bila fase dekompensasi berlanjut akan


sampai ke stadium ensefalopati
hepatikum untuk selanjutnya menjadi
koma hepatikum.
ENSEFALOPATI HEPATIKUM :
Merupakan status mental mulai dari
kelainan psikomotor yang tidak jelas
sampai koma akibat gangguan fungsi
hati.

Gejala klinis ensefalopati hepatikum :


Perubahan pola tidur, bicara kacau,
gelisah, sukar konsentrasi, gejala
emosi.
Pencetus : pendarahan saluran cerna,
muntah, diare, infeksi
Penyebab : peningkatan amonia
darah, toksisitas yang sinergi,
neurotransmitter palsu, peningkatan
GABA.

PENATALAKSANAAN
DIIT

Tujuan :
- Mempertahankan imbang nitrogen
dalam batas normal
- Mempertahankan fungsi hati
seoptimal mungkin
- Mempertinggi daya tahan tubuh :
cukup istirahat dan makan seimbang
- Mencegah komplikasi.

Syarat diet
Kalori cukup 40 45 kkal/kg BB ideal
Protein 0,8 2 g/kgBB (mula-mula
dicoba 05-0,79 g/kgBB sampai didapat
imbang nitrogen positif). 60-70%
protein bernilai biologis tingi
Karbohidrat 60-70% dari total energi
(KH kompleks)
Lemak 20% dari total energi (sebagian
besar MCT)

Suplementasi dengan vitamin B


kompleks, Vit. C, K,dan mineral Zn, Mg.
Bila ada kemungkinan koma, hindari
glisin, serin, treonin, glutamin yang
terdapat pada mentega, bawang, kecap,
keju dan anggur.
Hindari alkohol
Penderita dianjurkan makan banyak di
pagi hari, selanjutnya PKTS

Penatalaksanaan Nutrisi
Penderita dengan sirosis hati sering jatuh
dalam keadaan malnutrisi perlu
diperhatikan kandungan protein
terutama asam amino esensial.
Kebutuhan protein akan meningkat
sekitar 1,2 1,5 g/kgBB
mempertahankan keseimbangan
nitrogen.
Bila gangguan mual dan nafsu makan
dapat diatasi dengan obat lemak
sesuai keb (20% dr total kal)

Pembatasan lemak hanya diberikan


jika terjadi steatorrea.
Jika ada pembatasan lemak, maka
perlu ditambahkan vitamin larut
lemak.
Karbohidrat dapat diberikan tanpa
adanya pembatasan.
Jika pasien dalam keadaan odema
asites perlu dibatasi pemberian
Natrium

Anda mungkin juga menyukai