Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK

RANCANGAN REGENERASI TOPOLOGI JARINGAN GEDUNG


FIXED DAN ROTARY WING PT. DIRGANTARA INDONESIA
Bondan Fiqi Riyalda1), Ir. Kodrat I.S., MT.2)
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,
Jln. Prof. Sudarto, Tembalang, Semarang, Indonesia
email : bobotatan@yahoo.com
ABSTRAK
Pada abad sekarang ini kemajuan di dunia informasi begitu pesat dan berdampak pada perkembangan
bidang telekomunikasi. Kebutuhan masyarakat akan transfer maupun komunikasi data semakin meningkat,
sehingga penerapan teknologi, pemilihan komponen dan perancangan arsitektur jaringan yang tepat dan efisien
perlu dilakukan.Terdapat kendala yang sedang dialami PT. Dirgantara Indonesia pada tahun 2014 nanti, yaitu
mengalami fase peralihan dan regenerasi pegawai. Rancangan regenerasi topologi jaringan dan subnetting IP
Address merupakan suatu hal yang layak untuk dikaji lebih mendalam, mengingat PT. Dirgantara Indonesia
merupakan suatu perusahaan berskala internasional di Indonesia. Menentukan pengalokasian IP Address dapat
dimulai dari gedung fixed dan rotary wing PT. Dirgantara Indonesia, karena kedua gedung merupakan jantung
utama proses pembuatan pesawat maupun helikopter industri tersebut.
Wawancara, Study Literatur, pembimbingan dan pengamatan di lapangan merupakan metodologi
yang tepat untuk menunjang proses regenerasi gedung fixed dan rotary wing. Analisa, perancangan topologi
dan subnetting jaringan komputer internal gedung fixed dan rotary wing menjadi kunci dari permasalahan yang
ada dan harus dilakukan demi terciptanya suatu topologi dan subnetting jaringan komputer internal yang tepat
dan efisien. Faktor keterampilan sumber daya engineer IT dalam jaringan komputer internal dan
mengefisiensikan alokasi IP Address, merupakan harapan perusahaan dalam mengoptimalkan pemakaian IP
Address untuk para user pada perusahaannya maupun tertatanya jaringan komputer internal gedung fixed dan
rotary wing yang efektif dan sesuai standar internasional yang berlaku .
KataKunci : Jaringan Komputer, Topologi, Subnetting

I.
1.1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada abad sekarang ini kemajuan di
dunia informasi begitu pesat dan berdampak
pada perkembangan bidang telekomunikasi.
Kebutuhan masyarakat akan transfer maupun
komunikasi data semakin meningkat, sehingga
penerapan teknologi, pemilihan komponen dan
perancangan arsitektur jaringan yang tepat
perlu dilakukan.
PT. Dirgantara Indonesia sendiri
adalah sebuah industri pesawat terbang di
Indonesia yang juga memerlukan suatu
jaringan dengan kecepatan akses yang tinggi
demi memudahkan para pegawainya dalam
melakukan pekerjaan. Selain itu penyusunan
topologi jaringan, dan pemilihan komponen
yang sesuai dengan kebutuhan akan dapat
mengoptimalkan kinerja sistem. Hasil dari
optimalisasi tersebut adalah peningkatan
performa dan kualitas jaringan. Namun
terdapat kendala yang sedang dialami PT.
Dirgantara Indonesia pada tahun 2014 nanti,

yaitu mengalami fase peralihan dan regenerasi


pegawai. Maka diperlukanya penataan ulang
topologi jaringan yang sudah ada sesuai
kebutuhan PT. Dirgantara Indonesia itu
sendiri, sehingga proses produksi perusahaan
tersebut tidak terganggu.
Rancangan
regenerasi
topologi
jaringan dan subnetting IP address merupakan
suatu hal yang layak untuk dikaji lebih
mendalam,
mengingat
PT.
Dirgantara
Indonesia merupakan suatu perusahaan
berskala
internasional
di
Indonesia.
Subnetting IP address fungsinya adalah
pengalokasian IP Address yang digunakan
supaya efisien dan optimal.
Berdasarkan
banyaknya
jumlah
gedung di sana (14 buah) dan letaknya yang
saling berjauhan, ada baiknya kalau gedung
perakitan yang merupakan jantung utama
proses pembuatan pesawat maupun helikopter
industri tersebut harus lebih diutamakan proses
regenerasi topologi jaringan komputernya. PT.
Dirgantara Indonesia memiliki 2 buah gedung

perakitan yang terdapat jembatan penghubung


antar kedua gedung tersebut. Kedua gedung
tersebut adalah Fixed dan Rotary Wing, dan
pada kedua gedung tersebut terdapat gudanggudang
perakitannya
masing-masing.
Spesifikasi tiap gedungnya berbeda-beda,
dimana gedung Fixed Wing terdapat 6 lantai,
gedung Rotary Wing terdapat 7 lantai dan
sedangkan jembatannya terdiri atas 6 lantai.
1.2 Tujuan
Tujuan dan manfaat melakukan kerja
Praktek ini adalah :
1. Merancangan
regenerasi
topologi
jaringan gedung fixed dan rotary wing
PT. Dirgantara Indonesia.
2. Mengetahui komponen-komponen yang
digunakan dalam merancang topologi
jaringan
dan
mampu
mengalokasikannya sesuai kebutuhan
gedung fixed dan rotary wing PT.
Dirgantara Indonesia.
3. Membuat subnetting dan menentukan IP
address yang dipakai oleh users pada
gedung Fixed dan Rotary Wing beserta
Bridge.
1.3 Batasan Masalah
Adapun pembatasan masalah dalam
laporan ini yatu sebagai berikut:
1. Hanya merancang regenerasi topologi
jaringan gedung fixed dan rotary wing
PT. Dirgantara Indonesia.
2. Hanya membahas topologi jaringan,
arsitektur topologi jaringan, dan
komponen - komponen topologi
jaringan gedung fixed dan rotary wing
di PT. Dirgantara Indonesia.
3. Hanya membahas skema topologi
jaringan gedung fixed dan rotary wing
di PT Dirgantara Indonesia beserta
daftar komponen-komponennya.
4. Hanya membuat subnetting dan
menentukan IP address yang dipakai
oleh users pada gedung Fixed dan
Rotary Wing beserta Bridge.
II.

KONSEP DASAR JARINGAN DAN


SUBNETTING
2.1
Pengenalan Jaringan Komputer
Jaringan komputer merupakan sebuah
kumpulan komputer dan perangkat keras
lainnya yang terhubung satu sama lain.
Informasi dan data bergerak melalui media

penghubung
sehingga
memungkinkan
pengguna jaringan dapat bertukar data-data,
menggunakan perangkat keras atau lunak yang
terdapat dalam jaringan tersebut.
2.1.1

Klasifikasi Jaringan Komputer


Berdasarkan Geografis
a. Local Area Network (LAN)
Sebuah LAN adalah jaringan yang
dibatasi oleh area yang relatif kecil, umumnya
dibatasi oleh area lingkungan seperti sebuah
perkantoran di sebuah gedung atau sebuah
sekolah.

Gambar 1 Local Area Network

b. Metropolitan Area Network (MAN)


Metropolitan Area Network (MAN)
adalah suatu jaringan dalam suatu kota dengan
transfer data berkecepatan tinggi yang
menghubungkan berbagai lokasi seperti
kampus, perkantoran, pemerintahan, dan
sebagainya. Jaringan MAN adalah gabungan
dari beberapa LAN.

Gambar 2 Local Area Network

c. Wide Area Network (WAN)


Wide Area Network (WAN) merupakan
jaringan komputer yang mencakup area besar.
Jangkauannya mencakup daerah geografis
yang luas, sebagai contoh yaitu jaringan
komputer antar wilayah, antar kota, antar
negara, bahkan benua.

Gambar 6 Topologi Star


Gambar 3 Wide Area Network

2.1.2

Klasifikasi Jaringan Komputer


Berdasarkan Topologi
2.1.2.1 Topologi Bus
Topologi jaringan ini menghubungkan
seluruh komputer terkoneksi ke satu jalur data
utama. Pada topologi ini semua sentral
dihubungkan secara langsung pada medium
transmisi dengan konfigurasi yang disebut
Bus.

2.1.2.4 Topologi Tree


Topologi
tree
merupakan
generalisasi dari topologi bus, media transmisi
berupa kabel yang bercabang tanpa loop
tertutup. Topologi tree selalu dimulai pada
titik yang disebut headend. Satu atau beberapa
kabel berasal dari headend.

Gambar 7 Topologi Tree


Gambar 4 Topologi Bus

2.1.2.2 Topologi Ring


Topologi
ring
adalah
cara
menghubungkan komputer sehingga berbentuk
ring (lingkaran). Setiap simpul mempunyai
tingkatan yang sama. Jaringan akan disebut
sebagai loop, data dikirimkan kesetiap simpul
dan setiap informasi yang diterima simpul
diperiksa alamatnya apakah data itu untuknya
atau bukan

2.1.2.5 Topologi Mesh


Jenis topologi yang merupakan dari
berbagai jenis topologi yang lain(disesuaikan
dengan kebutuhan). Biasanya digunakan pada
jaringan yang tidak memiliki terlalu banyak
node di dalamnya. Dikarenakan setiap
perangkat dihubungkan dengan perangkat
lainnya.

Gambar 8 Topologi Mesh

Gambar 5 Topologi Ring

2.1.2.3 Topologi Star


Pada topologi star terdapat perangkat
pengendali yang berfungsi sebagai pengatur
dan pengendali komunikasi data. Sedangkan
perangkat lain terhubung dengan perangkat
pengendali sehingga pengiriman data akan
melalui perangkat pengendali.

2.2
2.2.1

Komponen Jaringan
Kabel UTP
Kabel UTP (Unshielded Twisted Pair)
adalah suatu kabel yang digunakan sebagai
media penghubung antar komputer dan
peralatan jaringan (hub atau switch).
2.2.1.1 Ketgori Kabel UTP
1. Kategori 1 merupakan kabel UTP dengan
kualitas transmisi terendah, yang didesain
untuk mendukung koneksi atau komunikasi
suara analog saja.
2. Kategori 2 adalah kabel UTP dengan
kualitas transmisi yang lebih baik
dibandingkan dengan kabel UTP Category
1 (Cat1).Kabel ini dapat mentransmisikan
data hingga 4 megabit per detik (4Mbps).

3. Kategori 3 adalah kabel UTP dengan kualitas


transmisi yang didesain untuk data network
dengan frequensi hingga 16Mhz dan lebih
populer untuk protocol ethernet dengan
kecepatan data hingga 10 Mbps.
4. Kategori 4 adalah kabel UTP dengan kualitas
transmisi yang lebih baik dibandingkan
dengan kabel UTP Category 3 (Cat3), yang
didesain untuk mendukung komunikasi data
dan suara hingga kecepatan 16 megabit per
detik.
5. Kategori 5 adalah kabel dengan kualitas
transmisi yang jauh lebih baik dibandingkan
dengan kabel UTP kategori 4, yang didesain
untuk mendukung komunikasi data serta
suara pada kecepatan hingga 100 megabit per
detik (100Mbps).
6. Memiliki kecepatan up to 250Mbps atau
lebih dari dua kali cat-5 dan cat-5e.
Frekuensi signal yang dapat dilewatkan
sampai 200 MHz. Secara fisik terdapat
separator yg terbuat dari plastik yang
berfungsi memisahkan keempat pair di
dalam kabel tersebut. Kategori 6a kecepatan
up to 10Gbps.
2.2.1.2 Macam Kabel UTP
2.2.1.2.1 Kabel Straight
Kadang-kadang Anda akan menggunakan
kabel Straight, biasanya digunakan untuk
menghubungkan perangkat jenis yang beda.

2.2.2 Crimping Tool


Crimp tool / Crimping Tool adalah
alat untuk memasang kabel UTP ke konektor
RJ-45 / RJ-11 tergantung kebutuhan.
Bentuknya macam-macam ada yang besar
dengan fungsi yang banyak, seperti bisa
memotong kabel, mengupas dan lain
sebagainya.
Ada
juga
yang
hanya
diperuntukan untuk crimp RJ-45 atau RJ-11
saja

Gambar 11 Crimping Tool

2.2.3 LAN Tester


LAN Tester adalah sebuah alat yang
digunakan untuk pengecekan Kabel UTP yang
telah terpasang RJ 45 maka gunakan LAN
Tester. Anda bisa membeli yang merek dari
Taiwan saja agar lebih murah. Bentuknya
seperti kotak dan ada lampu LED-nya delapan
pasang dan bisa kedap-kedip.

Gambar 12 LAN Tester

2.2.4 Konektor RJ-45


Konektor RJ-45 adalah alat yang
dipasang pada ujung kabel UTP tujuanya agar
kabel dapat dipasang pada port LAN.
Konektor RJ-45 harus dipasangkan pada ujung
kabel UTP apabila tidak maka Kabel UTP
tidak akan berguna.
Gambar 9 kabel Straight

2.2.1.2.2 Kabel Crossover


Kadang-kadang Anda akan menggunakan
kabel crossover, biasanya digunakan untuk
menghubungkan perangkat jenis yang sama.

Gambar 10 kabel crossover

Gambar 13 Konektor RJ-45

3.4.5 Kabel Fiber Optik


Fiber optik adalah suatu materi,
filament, ataupun bahan yang terbuat dari
glass atau fiber kaca yang berdiameter lebih
kurang 120 micrometer (hampir sama dengan
sehelai rambut manusia). Fiber optik
digunakan untuk mengantarkan jauh lebih
banyak sinyal dalam bentuk pulsa cahaya (bisa
berupa komunikasi suara maupun data) hingga
mencapai lebih dari 50 kilometer tanpa

memerlukan lagi bantuan perangkat repeater


(penguat sinyal).

Gambar 14 Fiber Optik

Core berfungsi untuk menentukan


cahaya merambat dari satu ujung ke ujung
lainnya. Cladding berfungsi sebagai cermin
yaitu memantulkan cahaya agar dapat
merambat ke ujung lainnya. Buffer Coating
berfungsi sebagai pelindung mekanis pada
fiber optik dan identitas kode warna.

3.5

Switch Jaringan Komputer

Switch adalah perangkat telekomunikasi


yang menerima pesan dari perangkat yang
terhubung
dengannya
dan
kemudian
mengirimkan pesan hanya untuk perangkat
yang
pesan
dimaksud
atau
sebagai
sentral/konsentrator pada sebuah network. Hal
ini membuat switch adalah perangkat yang
lebih cerdas daripada hub (yang menerima
pesan dan kemudian mengirimkan ke semua
perangkat lain pada jaringan.) karena dapat
mengecek frame yang error dan langsung
membloknya.
Ada empat jenis utama dari Switch
Jaringan Komputer, yaitu
1. Unmanaged Switch adalah pilihan
termurah dan biasanya digunakan di kantor
atau bisnis kecil. Switch Jaringan Komputer ini
melakukan fungsi dasar mengelola aliran data
antara printer bersama dan beberapa komputer.
Mereka dapat menjadi model desktop atau rak
mount.
2. Managed Switch memiliki antarmuka
pengguna atau menawarkan perangkat lunak
yang memungkinkan
pengguna
untuk
mengubah pengaturan switch. Ada beberapa
metode untuk memperbarui switch jaringan,
mulai dari konsol serial ke aplikasi berbasis
Internet. Jenis Switch Jaringan Komputer
mengharuskan pengguna berpengetahuan
untuk menyesuaikan pengaturan yang
diperlukan.
3. Smart Switch menawarkan produk
tengah antara switch unmanaged dan managed.

Antarmuka pengguna berbasis web dan set


dengan pengaturan default yang paling
populer. Penyesuaian terhadap satu hasil
pengaturan dalam penyesuaian otomatis untuk
pengaturan yang terkait.
4. Managed Companies Switch memiliki
berbagai pengaturan yang dapat disesuaikan
untuk memungkinkan digunakan dalam
perusahaan atau organisasi besar. Jenis Switch
Jaringan Komputer ini biasanya dikelola oleh
spesialis jaringan dan terus-menerus dipantau,
karena ukuran dan kompleksitas jaringan.

3.6 IP Address dan Subnetting IP Address


3.6.1 IP Address
Alamat IP (Internet Protocol Address
atau sering disingkat IP) adalah deretan angka
biner sepanjang 32-bit dan direpresentasikan
dalam bentuk desimal dibagi menjadi 4
bagian, dipisahkan oleh titik yang dipakai
sebagai alamat identifikasi untuk tiap
komputer dalam jaringan komputer.
3.6.2 Kelas IP Address
IP address dibagi menjadi lima kelas, A
sampai E. IP address yang dipakai secara
umum dibagi dalam 3 kelas, sementara 2 kelas
lainnya dipakai untuk kepentingan khusus. Ini
untuk memudahkan pendistribusian IP address
keseluruh dunia.
1. KELAS A
Format:
0nnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh.hhhhhhhh
Bit pertama : 0
Panjang Network ID : 8 bit
Panjang Host ID : 24 bit
Byte pertama : 0 127
Jumlah : 126 kelas A (0 dan 127 dicadangkan)
Range
IP
:
1.xxx.xxx.xxx
sampai
126.xxx.xxx.xxx
Jumlah IP : 16.777.214 IP address pada tiap
kelas A
IP address kelas ini diberikan kepada suatu
jaringan yang berukuran sangat besar, yang
pada tiap jaringannya terdapat sekitar 16 juta
host.

2. KELAS B
Format:
10nnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh
2 bit pertama : 10
Panjang Network ID : 16 bit

Panjang Host ID : 16 bit


Byte pertama : 128 191
Jumlah : 16.384 kelas B
Range
IP
:
128.0.xxx.xxx
sampai
191.255.xxx.xxx
Jumlah IP : 65.535 IP address pada tiap kelas
B
IP address kelas ini diberikan kepada jaringan
dengan ukuran sedang-besar.
3. KELAS C
Format
:
110nnnnn.nnnnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh
3 bit pertama : 110
Panjang Network ID : 24 bit
Panjang Host ID : 8 bit
Byte pertama : 192 223
Jumlah : 2.097.152 kelas C
Range
IP
:
192.0.0.xxx
sampai
223.255.255.xxx
Jumlah IP : 254 IP address pada tiap kelas C
IP kelas ini dialokasikan untuk jaringan
berukuran kecil.
IP kelas D digunakan sebagai alamat multicast
yaitu sejumlah komputer memakai bersama
suatu aplikasi. Contohnya adalah aplikasi realtime video conference yang melibatkan lebih
daridua host. Ciri IP kelas D adalah 4 bit
pertamanya 1110. IP kelas E (4 bit pertama
1111)
dialokasikan
untuk
keperluan
eksperimen.
3.6.3 Subnetting
Jumlah IP address sangat terbatas,
apalagi jika harus memberikan alamat semua
host di Internet. Oleh karena itu, perlu
dilakukan efisiensi dalam penggunaan IP
address
supaya
dapat
mengalamati
semaksimal mungkin host yang ada dalam satu
jaringan. Konsep subnetting dari IP address
merupakan teknik yang umum digunakan di
Internet untuk mengefisienkan alokasi IP
address dalam sebuah jaringan supaya bisa
memaksimalkan penggunaan IP Address.
Subnetting juga dilakukan untuk mengatasi
perbedaan hardware dan media fisik yang
digunakan dalam suatu network.
3.6.4 Subnet Mask
Suatu subnet didefinisikan dengan
mengimplementasikan masking bit (subnet
mask) kepada IP Address. Struktur subnet
mask sama dengan struktur IP Address, yakni
terdiri dari 32 bit yang dibagi atas 4 segmen.

Bentuk subnet mask adalah urutan bit 1,


diikuti bit 0. Jumlah bit 1 menentukan tingkat
subnet mask.

III. ANALISA

PERANCANGAN
TOPOLOGI DAN SUBNETTING
JARINGAN KOMPUTER INTERNAL
GEDUNG FIXED DAN ROTARY
WING

3.1

Jaringan Backbone PT Dirgantara


Indonesia
Backbone adalah saluran yang menjadi
lintasan utama dalam sebuah jaringan. Dimana
backbone ini merupakan dasar untuk
pengembangan jaringan selanjutnya. Jaringan
backbone memiliki koneksi berkecepatan
tinggi yang menjadi lintasan utama dalam
sebuah jaringan.
Dengan
menggunakan
jaringan
backbone, masalah kecepatan interkoneksi
antar jaringan lokal dapat teratasi. Sebenarnya
bisa saja jika hanya menggunakan kabel
jaringan UTP untuk menggabungkan atar
jaringan lokal tersebut, tetapi akan terasa
sekali lambatnya. Sehingga kabel yang cocok
untuk digunakan pada jaringan backbone
adalah kabel fiber optik.
3.1.1

Peta Internal PT Dirgantara


PT Dirgantara Indonesia terdiri atas
beberapa bangunan yaitu IT- Center, GPM,
Diklat, AE-MT, East of Aero, Center of Aero,
West of Aero, NC-Program, GPT, GRW,
GFW, FTC, CBC dan HMP. Gambar berikut
menunjukan peta internal dari PT Dirgantara
Indonesia :

Gambar 15 Peta Internal PT Dirgantara

3.1.2 Topologi Jaringan pada Backbone


PT Dirgantara Indonesia
Berdasarkan jalur gorong-gorong
bawah tanah PT Dirgantara, maka topologi
yang paling sesuai untuk diterapkan pada
backbone PT Dirgantara adalah topologi star.

Gambar 16 Topologi Star Jaringan PT Dirgantara


Indonesia

Dalam pengukuran jarak tersebut,


seorang engineer harus mengukurnya secara
teliti dan akurat menggunakan meteran
beroda. Kabel fiber optik yang ditentukan
menjadi
terlalu
panjang
sehingga
menyebabkan kerugian finansial atau bahkan
terlalu pendek sehingga kabel fiber optik
perlu disambung dengan menggunakan
teknik splicing yang prosesnya sangat rumit.
3.3

Sistem Switching di PT Dirgantara


Indonesia
Switch adalah perangkat/komponen
jaringan yang berperan sebagai jembatan
untuk perangkat-perangkat jaringan sehingga
masing-masing perangkat dapat terhubung
satu dengan yang lain (menghubungkan
komputer satu dengan yang lainnya). Switch
memiliki sejumlah port ethernet untuk
menghubungkan dirinya dengan perangkatperangkat lain di jaringan
Untuk switch yang diggunakan pada
jaringan komputer di PT Dirgantara Indonesia
menggunakan metode Multi layer switching,
yaitu penyusunan perangkat network switch
menjadi beberapa tingkatan dikarenakan end
user yang terkoneksi ke dalam suatu jaringan
memiliki jumlah yang sangat banyak, sehingga
perlu melakukan trunking (menyambungkan
switch satu dengan switch lain) antar network
switch secara bertingkat.
Di bawah ini
merupakan gambaran multi layer switching
yang diterapkan pada PT Dirgantara Indonesia
:

Gambar 17 Multi Layer Switching pada Jaringan


Komputer PT Dirgantara

Core Switch yang digunakan di PT


Dirgantara adalah Switch HP5820 dengan
jumlah port SFP sebanyak 24 port dan port
RJ-45 sebanyak 4 port. . Fungsi Core Switch
adalah sebagai network switch yang
menggabungkan beberapa device network
switch menjadi satu kesatuan (integrated
network).
Distribution Switch berfungsi sebagai
penghubung antara Core Switch dengan
Access Switch. Pada switch layer kedua
(Distribution Switch), switch yang digunakan
adalah switch AT-94245/XP dengan jumlah
port SFP sebanyak 4 port dan port RJ45
sebanyak 24 port. . Switch ini digunakan
sebagai penghubung core switch dengan
access switch.
Sedangkan untuk switch layer ketiga
(Access Switch), switch yang digunakan adalah
switch AT-GS950 dengan jumlah port SFP
sebanyak 4 port dan port RJ45 sebanyak 24
port. Switch inilah yang menghubungkan
jaringan dengan end use.
3.4

Jaringan Komputer Internal


Gedung Fixed dan Rotary Wing
Jaringan Komputer Internal adalah
suatu saluran yang digunakan untuk aktifitas
transfer data, dimana lingkupnya adalah hanya
dalam suatu area tertentu dalam suatu
bangunan, dan lebih tepatnya lagi adalah area
sebuah
gedung.
Dalam
laporan
ini
pembahasan utamanya adalah 2 buah gedung
perakitan yang ada di perusahaan PT.

3.4.1 Jaringan Komputer Internal


Gedung Fixed dan Rotary Wing serta
Bridge
3.4.1.1 Jaringan Komputer Internal
Gedung Fixed Wing
Gedung Fixed Wing merupakan
sebuah gedung perancangan dan perakitan
pesawat yang terdapat pada PT. Dirgantara
Indonesia. Gedung ini berjarak 1 km dari
gedung IT Center. Gedung ini memiliki 6 buah
lantai dan jumlah user yang mencapai 197
orang. Dalam perancangannya, gedung ini
memerlukan 1 buah Distribution Switch AT94245/XP dan 10 buah Access Switch ATGS950 untuk meng-handle semua user yang
ada. Berikut ini merupakan tabel perinciannya:
Tabel 1

Rincian Gedung Fixed Wing

LANTAI JML USER


1
25
1,5
3
2
15
3
88
4
57
5
9
TOTAL
197

KET

Switch Access
1 (24 Port)
0
1 (24 Port)
4 (24 Port)
3 (24 Port)
1 (24 Port)
10 (24 Port)

Switch Distribusi

1 (24 Port)

1 (24 Port)

Berdasarkan tabel 1, terdapat contoh


pada lantai 3 Gedung Fixed Wing memiliki
jumlah sebanyak 88 user, sedangkan switch
Access Switch berjumlah 4 buah. Apabila
digambarkan letak user dan perancangan
topologi internal lantainya sebagai berikut:
37 m
22m

13m

17 m 19 m

44m

30m

50 m

16m

19m

52 m

35 m

39 m

16 m

8m

36 m

12 m

44 m

16 m

11

10

12

13

15

14

53 m

16

17

18

19

20

35 m

14 m
12 m

34 m

30 m
31 m

LIFT C

3m

26

27

LIFT D

24

25

23

32 m
2m

22

21

2m
33 m

WC

WC

WC

36 m

33
43

38 m

28

42

1m

1 m 49

1m

1m

8 PORT

29

32
30

25m

31

34
39m

33m

33m
32m

40
35

30 m

36

37

38

28 m

6m

12 m

14 m

16 m

16 m
45 m

48 m

15 m

17 m

50
44

10 m

12 m

41

39

16 m 17 m

13 m

6 PORT

Dirgantara Indonesia, yaitu Gedung Fixed dan


Rotary Wing. Namun terdapat Bridge sebagai
perantara antara Gedung Fixed dan Rotary
Wing.
Jaringan komputer internal memang
akan lebih efektif apabila transfer datanya
menggunakan kabel fiber optik, namun ketika
terdapat pemindahan posisi beberapa user
ataupun permutasian user ke gedung lainnya,
maka kabel fiber optik yang telah terpasang
akan menjadi sia sia menganggur atau tidak
terpakai. Padahal harga kabel fiber optik
tidaklah murah dan bersifat mudah rusak bila
terinjak atau tertimpa beban yang lumayan
berat, karena di dalamnya berisi kaca.
Oleh sebab itu solusi pengkabelan
jaringan komputer internal adalah kabel UTP.
Kabel UTP yang digunakan adalah tipe kabel
UTP Cat6, karena dapat melayani proses
transfer data hingga 10Gbps, lebih murah
daripada kabel fiber optik, dan sifatnya tidak
gampang rusak bila tertimpa benda.
Sedangkan yang dipakai adalah kabel UTP
jenis straight untuk switch ke komputer dan
cross untuk sesama switch.
Jenis topologi yang digunakan oleh
jaringan komputer internal yang dirancang
adalah topologi star. Hal tersebut didasari oleh
komponen yang digunakan untuk menyusun
jaringan komputer internal, yaitu penggunaan
multilayer switch. Standar yang digunakan
dalam perancangan kabel UTP adalah
TIA/EIA-568-B.1-2 Commercial Building
Telecommunications Cabling Standard, yaitu
jarak maksimal kabel UTP CAT6 yang
digunakan adalah 90-95 meter. Selain jenis
topologi yang dipakai terdapat sebuah hal
penting yang harus diperhatikan. Hal-hal yang
perlu diperhatikan sebelum membangun
jaringan komputer internal , yaitu:
1. Kebutuhan yang berkaitan dengan desain
akses jaringan, meliputi jenis data,
pelayanan, IP, dan frame relay
2. Kapasitas yang dibutuhkan dalam
membangun jaringan komputer internal
tergantung pada desain keluarannya
3. Topologi dan teknologi yang akan
digunakan
perlu
dipertimbangkan,
Topologi akan berpengaruh pada jumlah
dan letak switch, user, desain saluran,
maupun keseluruhan desain akses
jaringan komputer internal.

45

46

13 m 14 m 15 m

8 PORT

47
11 m

6m

Gambar 18 Perancangan Jaringan Komputer


Internal Gedung Fixed Wing Lantai 3

Pada gambar diatas gambar diatas,


perancangan topologi internal lantainya telah
dirancang dengan baik dan efisien sesuai
standar
TIA/EIA-568-B.1-2
Commercial
Building
Telecommunications
Cabling
Standard, yaitu jarak maksimal kabel UTP
CAT6 yang digunakan adalah 90-95 meter.
Port switch yang digunakan tidak semuanya
digunakan, ada beberapa port switch yang
dicadangkan apabila suatu ketika ada

48

19 m

kerusakan mendadak dari sebuah port yang


terpakai. Sedangkan pada gambar, jarak kabel
UTP penghubung Distribution Switch dengan
Access Switch terjauh adalah 81 meter.
Sedangkan jarak terjauh untuk UTP
penghubung Access Switch dengan user adalah
44 meter.

19 m 20 m 21 m

13 m 14 m

22 m

14 m 13 m
15 m

15 m

17 m

19 m

21 m

25 m

15 m

27 m

29 m

31 m
33 m

18 m
23 m

Rotary Wing

Fix Wing

WIDE

30 m
33 m

3.4.1.2 Jaringan Komputer Internal


Bridge
Gedung Bridge merupakan sebuah
gedung penghubung antara Gedung Fixed dan
Rotary Wing yang terdapat pada PT.
Dirgantara Indonesia. Pada Bridge terdapat
beberapa
gudang
penyimpanan
untuk
peralatan-peralatan yang digunakan untuk
perancangan dan perakitan pesawat maupun
helikopter,
yang
nantinya
akan
diimplementasikan di Gedung Fixed dan
Rotary Wing. Gedung ini berjarak 1 km dari
gedung IT Center. Gedung ini memiliki 6 buah
lantai dan jumlah user yang mencapai 61
orang. Dalam perancangannya, gedung ini
memerlukan 6 buah Access Switch AT-GS950
untuk meng-handle semua user yang ada.
Berikut ini merupakan tabel perinciannya:
Tabel 2
Rincian Bridge
LANTAI JML USER
KET
Switch Access
2
7
2 (24 Port)
3
13
0
4
6
2 (24 Port)
5
4
0
6
31
2 (24 Port)
TOTAL
61
6 (24 Port)
Secara kalkulasi subnetting nantinya,
terdapat port Distribution Switch yang kosong
pada Gedung Fixed Wing. Sedangkan pada
Bridge tidak dipasang Distribution Switch,
karena
untuk
keperluan
memudahkan
subnetting nantinya, maka Distribution Switch
pada bridge menginduk pada Gedung Fixed
Wing.
Berdasarkan tabel 2, terdapat contoh
pada lantai 6 Bridge memiliki jumlah
sebanyak 31 user, sedangkan switch Access
Switch
berjumlah
2
buah.
Apabila
digambarkan letak user dan perancangan
topologi internal lantainya sebagai berikut:

37 m

41 m

15 m

17 m

19 m

21 m

23 m

25 m

27 m

Gambar 19 Perancangan Jaringan Komputer


Internal Bridge Lantai 6

Pada gambar diatas gambar diatas,


perancangan topologi internal lantainya telah
dirancang dengan baik dan efisien sesuai
standar
TIA/EIA-568-B.1-2
Commercial
Building
Telecommunications
Cabling
Standard, yaitu jarak maksimal kabel UTP
CAT6 yang digunakan adalah 90-95 meter.
Port switch yang digunakan tidak semuanya
digunakan, ada beberapa port switch yang
dicadangkan apabila suatu ketika ada
kerusakan mendadak dari sebuah port yang
terpakai. Sedangkan pada gambar, kabel fiber
optic single mode 6 core yang digunakan
untuk penghubung Distribution Switch dengan
Access Switch terjauh adalah 316 meter.
Sedangkan jarak terjauh untuk UTP
penghubung Access Switch dengan user adalah
41 meter.
3.4.1.1 Jaringan Komputer Internal
Gedung Rotary Wing
Gedung Rotary Wing merupakan
sebuah gedung perancangan dan perakitan
helikopter yang terdapat pada PT. Dirgantara
Indonesia. Gedung ini berjarak 1 km dari
gedung IT Center. Gedung ini memiliki 7 buah
lantai dan jumlah user yang mencapai 160
orang. Dalam perancangannya, gedung ini
memerlukan 1 buah Distribution Switch AT94245/XP dan 8 buah Access Switch ATGS950 untuk meng-handle semua user yang
ada. Berikut ini merupakan tabel perinciannya:
Tabel 3
LANTAI
2
2,5
3
4
5
6
7
TOTAL

Rincian Gedung Fixed Wing


JML USER
27
10
8
60
34
10
11
160

KET

Switch Access
1 (24 Port)
0
1 (24 Port)
3 (24 Port)
2 (24 Port)
0
1 (24 Port)
8 (24 Port)

Switch Distribusi

1 (24 Port)

1 (24 Port)

Berdasarkan tabel 3, terdapat contoh


pada lantai 4 Gedung Rotary Wing memiliki

jumlah sebanyak 60 user, sedangkan switch


Access Switch berjumlah 3 buah. Apabila
digambarkan letak user dan perancangan
topologi internal lantainya sebagai berikut:
43 m

43 m

45 m

25 m

21 m

19 m

16 m

5m

14 m

20 m

10

19 m

11

20 m

26 m

12

13

12 m

40 m

2m

26 m

23 m

10 m

14

14 m

41 m

24 m

39 m
21 m
9m

5m

17
19

20

16

LIFT B

LIFT A
16

18

25 m

22 m

21 26 m

28 m

22
WC

28 m

8m

WC

7m

7m
33 m

16 m

23

16 m

6m
10 m

27

18 m

31

38
8m

27 m

35

4m

7m

24

26
25

8m

7m

26 m

41
9m

12 m

28

11 m

29

30

17 m

32

33

34

36
30 m

40 m

11 m

11 m

21 m

11 m

6m

37
8m

39
10 m

40

40

28 m

Gambar 20 Perancangan Jaringan Komputer


Internal Gedung Rotary Wing Lantai 4
Pada gambar diatas gambar diatas,
perancangan topologi internal lantainya telah
dirancang dengan baik dan efisien sesuai
standar
TIA/EIA-568-B.1-2
Commercial
Building
Telecommunications
Cabling
Standard, yaitu jarak maksimal kabel UTP
CAT6 yang digunakan adalah 90-95 meter.
Port switch yang digunakan tidak semuanya
digunakan, ada beberapa port switch yang
dicadangkan apabila suatu ketika ada
kerusakan mendadak dari sebuah port yang
terpakai. Sedangkan pada gambar, jarak kabel
UTP penghubung Distribution Switch dengan
Access Switch adalah 52 meter. Sedangkan
jarak terjauh untuk UTP penghubung Access
Switch dengan user adalah 45 meter.
3.5

Subnetting Jaringan Komputer


Internal Gedung Fixed dan Rotary
Wing
Jumlah IP Address sangat terbatas,
apalagi jika harus memberikan alamat semua
host di Internet. Oleh karena itu, perlu
dilakukan efisiensi dalam penggunaan IP
Address
supaya
dapat
mengalamati
semaksimal mungkin host yang ada dalam satu
jaringan. Konsep subnetting dari IP Address
merupakan teknik yang umum digunakan di
Internet untuk mengefisienkan alokasi IP
Address dalam sebuah jaringan supaya bisa
memaksimalkan penggunaan IP Address.
Untuk
beberapa
alasan
yang
menyangkut efisiensi IP Address, mengatasi
masalah topologi network dan organisasi,
network administrator biasanya melakukan
subnetting. Esensi dari subnetting adalah
memindahkan garis pemisah antara bagian
network dan bagian host dari suatu IP Address.
Beberapa bit dari bagian host dialokasikan

menjadi bit tambahan pada bagian network.


Address satu network menurut struktur baku
dipecah menjadi beberapa subnetwork. Cara
ini menciptakan sejumlah network tambahan
dengan mengurangi jumlah maksimum host
yang ada dalam tiap network tersebut.
Berdasarkan keterangan di atas
memang benar kenyataannya yang dialami
oleh perusahaan Internasional sebesar PT.
Dirgantara Indonesia. Faktor banyaknya
pegawai hingga mencapai angka ribuan,
padahal harus diberikannya alamat kepada
semua host atau pekerja yang menggunakan
komputer. Membuat langkah subnetting dinilai
mampu mengatasi masalah mengefisiensikan
penggunaan IP Address supaya dapat
mengalamati semaksimal mungkin host yang
ada dalam satu jaringan topologi network
tersebut.
Pada Laporan ini akan khusus dibahas
subnetting dari Gedung Fixed dan Rotary
Wing beserta Bridge yang menghubungkan
kedua bangunan ini. Namun sebelum
membahas masalah subnetting yang terdapat
pada Gedung Fixed dan Rotary Wing beserta
Bridge, akan terlebih dahulu menententukan
blok subnet yang terbentuk berdasarkan dari
jumlah user terbanyak tiap gedung dari 14
gedung yang ada di PT. Dirgantara Indonesia.
Berdasarkan
pengamatan
dilapangan,
didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 4
Jumlah user per gedung PT.
Dirgantara Indonesia
NO
GEDUNG
1 IT CENTER
2 GPM
3 GPT
4 DIKLAT
5 AE CENTER
6 AE WEST
7 AE EAST
8 NC PROGRAM
9 MT
10 RW
11 FW + Bridge
12 CBC
13 MPH
14 FTC

TOTAL

TOTAL Core Switch Distribution Switch Access Switch


55
1
4
456
1
25
702
1
40
85
1
5
1
8
1
8
600
1
8
1
1
8
1
8
160
1
8
258
1
16
194
1
11
30
1
4
112
1
10
1
2652
14
163

Dari data di atas dapat dijelaskan


bahwa user terbanyak berada pada gedung
GPT, yaitu sebanyak 702 user. Sehingga
setiap subnet dialokasikan masing-masing
memerlukan host sebanyak (2^10) - 2 (untuk
network dan broadcast) = 1022 host. Angka
(2^10) digunakan, karena 1022 mendekati
angka 702 berdasarkan perhitungan 2^n .

Maka 1022 host yang nantinya digunakan


untuk acuan menentukan IP Address.
3.5.1

Menentukan jumlah network dan


blok subnet
Pada PT. Dirgantara Indonesia, IP
Address yang digunakan adalah kelas A yang
dijadikan kelas B. Terdapat sebuah cara
melakukan subnetting untuk mencari network
dan host. Sebagai gambaran dan lagkahlangkahnya adalah sebagai berikut :
kelas A (10.1.x.x)
(00001010.00000001.hhhhhhhh.hhhhhhhh)
subnet mask
(11111111.11111111.00000000.00000000)
Diubah menjadi satu subnet kelas B untuk satu
gedung:
kelas B (10.1.n.x)
(00001010.00000001.nnnnnnhh.hhhhhhhh)
subnet mask
(11111111.11111111.11111100.00000000)
Berarti terdapat 22 bit pada subnet
mask kelas B, sehingga netmask yang
terbentuk terbilang (255.255.252.0). Dari
bilangan tersebut dapat dibuat suatu formula
untuk menentukan IP Address yang berlaku
pada jaringan komputer tiap gedung yang ada
di area Regional PT. Dirgantara Indonesia.
Formula
tersebut
adalah
(11111111.11111111.nnnnnnhh.hhhhhhhh).
Dengan kata lain IP Address yang tersedia
mulai dari :
(11111111.11111111.000000hh.hhhhhhhh)
(11111111.11111111.000001hh.hhhhhhhh)
(11111111.11111111.000010hh.hhhhhhhh)
hingga
(11111111.11111111.111111hh.hhhhhhhh)
Kemudian
setelah
ditemukan
formula tersebut, maka langkah berikutnya
adalah mencari jumlah network. Untuk
mencari jumlah network tersebut berpatokan
pada jumlah network (n) yang terdapat dalam
formula , yaitu 6 buah. Berarti untuk mencari
jumlah network, menggunakan cara :
Jumlah network : 2^6 = 64 sub network
Sedangkan sudah dijelaskan di atas tadi bahwa
tiap 1 sub network mampu melayani host
sebanyak (2^10) - 2 (untuk network dan
broadcast) = 1022 host.
Setelah formula penentuan IP
Address, jumlah sub network, jumlah host
yang dapat dilayani tiap sub networknya
ketemu, langkah terakhir sebelum membuat

tabel IP Address secara global adalah


menentukan blok subnet. Blok subnet dapat
ditentukan dari pengurangan antara jumlah
maksimal IP Address tiap kelasnya, yaitu 2^8
=256, dibagi dengan jumlah networknya, yaitu
2^6=64. Maka secara matematika dihasilkan
perhitungan :
Blok subnet = 256 / 64 = 4
Jadi cara pemahaman mudahnya IP
Address 10.1.(+4).x untuk setiap sub network
yang terbentuk. Untuk lebih jelasnya, terdapat
tabel hasil perhitungan yang telah dilakukan
berdasarkan formula penentuan IP Address,
jumlah sub network, jumlah host yang dapat
dilayani tiap sub network, dan blok subnet
sebagai berikut:
Tabel 5
Jatah IP Address tiap gedung
GEDUNG
IT CENTER GPM
GPT
DIKLAT
AE CENTER AE WEST
Host Pertama 10.1.0.0 10.1.4.0 10.1.8.0 10.1.12.0 10.1.16.0 10.1.20.0
Host Terakhir 10.1.3.255 10.1.7.255 10.1.11.255 10.1.15.255 10.1.19.255 10.1.23.255

GEDUNG
AE EAST NC PROGRAM
MT
RW
FW
Host Pertama 10.1.24.0 10.1.28.0 10.1.32.0 10.1.36.0 10.1.40.0
Host Terakhir 10.1.27.25510.1.31.25510.1.35.255 10.1.39.255 10.1.43.255
GEDUNG
CBC
MPH
FTC
............
Host Pertama 10.1.44.0 10.1.48.0 10.1.52.0 .hingga.
Host Terakhir 10.1.47.25510.1.51.25510.1.55.255 ...........

subnet ke-64
10.1.252.0
10.1.255.255

Walaupun PT. Dirgantara Indonesia


hanya menggunakan 14 sub network saja. Hal
tersebut membuktikan bahwa cara yang
digunakan untuk menentukan jumlah network
dan blok subnet sudah lebih efisien, sehingga
pemakaian IP Address lebih maksimal,
optimal dan tidak boros.
Pengalokasian pemakaian IP Address
Gedung Fixed Wing dan Bridge sangatlah
penting. Jumlah user dalam PT. Dirgantara
Indonesia sangatlah banyak, sehingga dalam
pengalokasian pemakaian IP Address Gedung
Fixed Wing dan Bridge harus efisien.
Dalam jaringan komputer, sub
network (network utama) dapat terdiri dari
beberapa network kecil yang baru. Untuk
memenuhi struktur IP Address user, maka
diperlukan pembagian yang tepat terhadap
network. Pembagian tersebut dapat berawal
dari pembagian network utama (misal:
10.1.40.x
atau
dapat
dibilang
10.1.40.hhhhhhhh) menjadi network kecil
yang
baru,
seperti
10.1.40.nhhhhhhh,
10.1.40.nnhhhhhh, dan seterusnya, tergantung
2^n yang dibutuhkan untuk mengalokasikan
banyaknya IP Address user.

Bisa
saja
network
utama
(10.1.40.hhhhhhhh) tidak perlu dibagi ke
dalam beberapa network kecil yang baru,
apabila dalam suatu lantai terdapat banyak
user. Bahkan tak menutup kemungkinan
apabila sebuah lantai memerlukan lebih dari 1
buah network utama. Sebut saja cara ini
sebagai Prinsip Pembagian Network. Berikut
gambaran jelasnya untuk pembagian network
utama menjadi network-network kecil yang
baru, demikian penjelasan lengkapnya:
1. 10.1.40.nhhhhhhh apabila ingin dipecah
menjadi 2 network atau (2^1) yang dapat
melayani 128-2(untuk network dan
broadcast)= 126 host untuk tiap
networknya.
2. 10.1.40.nnhhhhhh apabila ingin dipecah
menjadi 4 network atau (2^2) yang dapat
melayani 64-2(untuk network dan
broadcast)= 62 host untuk tiap
networknya.
3. 10.1.40.nnnhhhhh apabila ingin dipecah
menjadi 8 network atau (2^3) yang dapat
melayani 32-2(untuk network dan
broadcast)= 30 host untuk tiap
networknya.
4. 10.1.40.nnnnhhhh apabila ingin dipecah
menjadi 16 network atau (2^4) yang
dapat melayani 16-2(untuk network dan
broadcast)= 14 host untuk tiap
networknya.
5. Dan seterusnya hingga 10.1.40.nnnnnnnn
.
Network tersebutlah yang nantinya
digunakan untuk mengalokasikan IP Address
tiap lantainya. Sedangkan simbol n tersebut
nantinya diisikan dengan angka biner (0 dan 1)
untuk menentukan IP Address user.
Pada prinsip Pembagian Network juga
diperkenankan melakukan pembagian network
lagi dari network kecil baru yang terbentuk,
menjadi beberapa network lebih kecil yang
baru. Tentu perubahan tersebut memiliki
syarat, yaitu dari IP Address dengan network
sedikit (10.1.40.nhhhhhhh) menjadi IP
Address dengan network lebih banyak
(10.1.40.nnhhhhhh), (10.1.40.nnnhhhhh), dan
seterusnya.
Sedangkan
pada
Prinsip
Pembagian Network juga diperkenankan pula
melakukan pembagian network lagi dari
network lebih kecil baru yang terbentuk,
menjadi beberapa network lebih kecil lagi
yang baru dan seterusnya hingga efisiensi
pengalokasian
didapatkan.
Selain
itu,
penentuan pembagian network mengacu pada

jumlah user/host terbanyak pada sebuah lantai,


apabila nantinya dibuat pengelompokan lantai
dalam pengalokasian IP Address.
PT. Dirgantara Indonesia memiliki
request
tersendiri
dalam
menentukan
pengalokasian IP Address. Request tersebut
cenderung berbentuk peraturan bahwa :
1. 1 network tidak boleh untuk digunakan
beberapa lantai.
2. Kalau bisa 1 lantai dioptimalkan dengan
menggunakan 1 network saja.
3. 1 lantai minimal menggunakan 1 network,
namun kalo lebih dari 1 network pun
juga boleh, asalkan efisien dan optimal.
Faktor keterampilan sumber daya
engineer IT dalam jaringan komputer internal
dan mengefisiensikan alokasi IP Address,
merupakan harapan perusahaan dalam
mengoptimalkan pemakaian IP Address untuk
para user pada perusahaannya maupun
tertatanya jaringan komputer internal gedung
fixed dan rotary wing yang efektif dan sesuai
standar internasional yang berlaku .
3.5.1.1 Alokasi IP Address Gedung Fixed
Wing dan Bridge
Gedung Gedung Fixed Wing memiliki
karekteristik rincian gedung seperti pada tabel
1. Sedangkan Bridge memiliki karekteristik
rincian gedung seperti pada tabel 2. Bridge
memang sengaja dirancang untuk mengikuti
pengalokasian IP Address pada Gedung Fixed
Wing, karena semua Access Switch yang
berada pada Bridge terhubung ke Distribution
Switch yang ada pada Gedung Fixed Wing.
Secara otomatis, pengalokasian IP Address
User pada Bridge pun ikut dalam perhitungan
pengalokasian IP Address User pada Gedung
Fixed Wing. Sedangkan cara pengalokasian
pemakaian IP Address untuk user yang berada
pada Gedung Fixed Wing berdasar kepada
jatah IP Address tiap gedung yang telah
dibahas di atas. Berarti Gedung Fixed Wing
dan Bridge memiliki jatah IP Address sebagai
berikut :
Tabel 6 Jatah IP Address Gedung Fixed
Wing dan Bridge
GEDUNG
Host pertama
Host terakhir

FW
10.1.40.0
10.1.43.255

Dari tabel diatas dapat menentukan


pengalokasian lebih khusus lagi untuk tiap IP
Address user yang berada di Gedung Fixed
Wing dan Bridge. Jatah IP Address user yang

berada di Gedung Fixed Wing dan Bridge


memiliki 4 buah sub network. Pada prinsipnya
sesuai perhitungan di sub bab sebelumnya
bahwa setiap sub network dapat melayani
maksimal 1022 host. Namun, tidak semuanya
sub network nantinya akan dipakai, karena
tujuan untuk sub bab ini adalah pengoptimalan
alokasi IP Address.
Untuk membuat suatu alokasi IP
Address user yang efisien, maka perlu
diperhatikan karekteristik rincian gedung,
jatah IP Address Gedung Fixed Wing dan
Bridge yang di padukan dengan prinsip
pembagian network. Dari hasil perpaduan dan
perhitungan yang matang, maka didapatkan
data pengalokasian yang dinilai efisien sebagai
berikut ini:
Tabel 7
Pola

Efisiensi alokasi IP Address


Gedung Fixed Wing dan Bridge

Alokasi lantai

Struktur IP Address
Network address
Host
Jumlah Host Broadcast Address Keterangan
10.1.40.00hhhhhh 10.1.40.0
10.1.40.1 - 10.1.40.62
62
10.1.40.63
untuk lantai 1
10.1.40.01hhhhhh 10.1.40.64 10.1.40.65 - 10.1.40.126 62
10.1.40.127
untuk lantai 1,5
10.1.40.x lantai 1 ; 1,5 ; dan 2 10.1.40.nnhhhhhh
10.1.40.10hhhhhh 10.1.40.128 10.1.40.129 - 10.1.40.190 62
10.1.40.191
untuk lantai 2
10.1.40.11hhhhhh 10.1.40.192 10.1.40.193 - 10.1.40.254 62
10.1.40.255
tidak terpakai
lantai 3 10.1.41.0hhhhhhh 10.1.41.0hhhhhhh 10.1.41.0 10.1.41.1 - 10.1.41.126 126
10.1.41.127
untuk lantai 3
10.1.41.x
10.1.41.10hhhhhh 10.1.41.128 10.1.41.129 - 10.1.41.190 62
10.1.41.191
untuk lantai 4
lantai 4 ; 5 10.1.41.1hhhhhhh
10.1.41.11hhhhhh 10.1.41.192 10.1.41.193 - 10.1.41.254 62
10.1.41.255
untuk lantai 5
lantai 2 bridge
10.1.42.000hhhhh 10.1.42.0
10.1.42.1 - 10.1.42.30
30
10.1.42.31 untuk lantai 2 bridge
lantai 3 bridge
10.1.42.001hhhhh 10.1.42.32 10.1.42.33 - 10.1.42.62
30
10.1.42.63 untuk lantai 3 bridge
lantai 4 bridge
10.1.42.010hhhhh 10.1.42.64 10.1.42.65 - 10.1.42.94
30
10.1.42.95 untuk lantai 4 bridge
lantai 5 bridge
10.1.42.011hhhhh 10.1.42.96 10.1.42.97 - 10.1.42.126 30
10.1.42.127 untuk lantai 5 bridge
10.1.42.x
10.1.42.nnnhhhhh
lantai 6 bridge
10.1.42.100hhhhh 10.1.42.128 10.1.42.129 - 10.1.42.158 30
10.1.42.159 untuk lantai 6 bridge
lantai 6 bridge
10.1.42.101hhhhh 10.1.42.160 10.1.42.161 - 10.1.42.190 30
10.1.42.191 untuk lantai 6 bridge
tidak terpakai
10.1.42.110hhhhh 10.1.42.192 10.1.42.193 - 10.1.42.222 30
10.1.42.223
tidak terpakai
tidak terpakai
10.1.42.111hhhhh 10.1.42.224 10.1.42.225 - 10.1.42.254 30
10.1.42.255
tidak terpakai
10.1.43.hhhhhhhh
10.1.43.x tidak terpakai
10.1.43.0 10.1.43.1 - 10.1.43.254 254
10.1.43.255
tidak terpakai

Dari tabel di atas didapatkan suatu


efisiensi alokasi IP Address Gedung Fixed
Wing dan Bridge yang dinilai tepat. Dimana
untuk lantai 1; 1,5 dan 2 menggunakan prinsip
pembagian network dari network utama
(10.1.40.hhhhhhhh) menjadi network kecil
baru (10.1.40.nnhhhhhh) yang dipecah ke 4
network atau (2^2) yang dapat melayani 642(untuk network dan broadcast)= 62 host
untuk tiap network-nya, karena pada ketiga
lantai tersebut maksimal terbesar user-nya
(host) adalah pada lantai 1 dengan dengan 25
host (<62 host).
Pada lantai 3 di gabung dengan lantai
4 dan 5 menggunakan prinsip pembagian
network
dari
network
utama
(10.1.41.hhhhhhhh) menjadi network kecil
baru (10.1.41.nhhhhhhh) yang dipecah ke 2
network atau (2^1) yang dapat melayani 1282(untuk network dan broadcast)= 126 host
untuk tiap network-nya, karena pada ketiga
lantai tersebut maksimal terbesar user-nya
(host) adalah pada lantai 3 dengan dengan 88

host (<126 host). Baru kemudian lantai 4 dan 5


menggunakan prinsip pembagian network dari
network kecil baru
(10.1.41.nhhhhhhh)
menjadi
network
lebih
kecil
baru
(10.1.41.nnhhhhhh) yang dipecah ke 4
network atau (2^2) yang dapat melayani 642(untuk network dan broadcast)= 62 host
untuk tiap network-nya, karena pada ketiga
lantai tersebut maksimal terbesar user-nya
(host) adalah pada lantai 4 dengan dengan 57
host (<62 host).
Sedangkan
network
utama
(10.1.42.hhhhhhhh) dialokasikan untuk bridge
yang memiliki 5 lantai. Dari kelima lantai
tersebut menggunakan menggunakan prinsip
pembagian network dari network utama
(10.1.42.hhhhhhhh) menjadi network kecil
baru (10.1.42.nnnhhhhh) yang dipecah ke 8
network atau (2^3) yang dapat melayani 322(untuk network dan broadcast)= 32 host
untuk tiap network-nya, karena pada ketiga
lantai tersebut jumlah maksimal terbesar usernya (host) adalah pada lantai 6 dengan dengan
31 host (menggunakan 2 network kecil yang
mampu menampung 30 host tiap networknya). Langkah tersebut diambil untuk
mengupayakan masalah efisiensi.
Sedangkan terdapat beberapa IP
Address yang tidak terpakai seperti network
utama (10.1.43.hhhhhhhh) dan beberapa sisa
lainnya, dimana nantinya digunakan apabila
terdapat suatu proses regenerasi atau
penambahan jumlah user baik pada Gedung
Fixed Wing maupun Bridge.
3.5.1.2 Alokasi IP Address Gedung Rotary
Wing
Gedung Rotary memiliki karekteristik
rincian gedung seperti pada tabel 3. Cara
pengalokasian pemakaian IP Address untuk
user yang berada pada Gedung Rotary Wing
berdasar kepada jatah IP Address tiap gedung
yang telah dibahas di atas. Berarti Gedung
Rotary Wing memiliki jatah IP Address
sebagai berikut :
Tabel 8
Jatah IP Address Gedung Rotary
Wing
GEDUNG
RW
Host Pertama 10.1.36.0
Host Terakhir 10.1.39.255

Dari tabel diatas dapat menentukan


pengalokasian lebih khusus lagi untuk tiap IP
Address user yang berada di Gedung Rotary
Wing. Jatah IP Address user yang berada di
Gedung Rotary Wing memiliki 4 buah sub

network. Pada prinsipnya sesuai perhitungan


di sub bab sebelumnya bahwa setiap sub
network dapat melayani maksimal 1022 host.
Namun, tidak semuanya sub network nantinya
akan dipakai, karena tujuan untuk sub bab ini
adalah pengoptimalan alokasi IP Address.
Untuk membuat suatu alokasi IP
Address user yang efisien, maka perlu
diperhatikan karekteristik rincian gedung,
jatah IP Address Gedung Rotary Wing yang di
padukan dengan prinsip pembagian network.
Dari hasil perpaduan dan perhitungan yang
matang, maka didapatkan data pengalokasian
yang dinilai efisien sebagai berikut ini:

Tabel 9
Pola

Efisiensi alokasi IP
Gedung Rotary Wing

Address

Alokasi Lantai

Struktur IP Address
Network address
Host
Jumlah Host Broadcast address Keterangan
10.1.36.00hhhhhh 10.1.36.0 10.1.36.1 - 10.1.36.62
62
10.1.36.63
lantai2
10.1.36.01hhhhhh 10.1.36.64 10.1.36.65 - 10.1.36.126 62
10.1.36.127 lantai 2,5
10.1.36.x lantai 2 ; 2,5 ; 3 ; 4 10.1.36.nnhhhhhh
10.1.36.10hhhhhh 10.1.36.128 10.1.36.129 - 10.1.36.190 62
10.1.36.191
lantai 3
10.1.36.11hhhhhh 10.1.36.192 10.1.36.193 - 10.1.36.254 62
10.1.36.255
lantai 4
10.1.37.00hhhhhh 10.1.36.0 10.1.37.1 - 10.1.37.62
62
10.1.37.63
lantai 5
10.1.37.01hhhhhh 10.1.36.64 10.1.37.65 - 10.1.37.126 62
10.1.37.127
lantai 6
10.1.37.x lantai 5 ; 6 ; 7 10.1.37.nnhhhhhh
10.1.37.10hhhhhh 10.1.36.128 10.1.37.129 - 10.1.37.190 62
10.1.37.191
lantai 7
10.1.37.11hhhhhh 10.1.36.192 10.1.37.193 - 10.1.37.254 62
10.1.37.255 tidak terpakai
10.1.38.x tidak terpakai
10.1.38.hhhhhhhh
10.1.38.0 10.1.38.1 - 10.1.38.254 254
10.1.38.255 tidak terpakai
10.1.39.x tidak terpakai
10.1.39.hhhhhhhh
10.1.39.0 10.1.39.1 - 10.1.39.254 254
10.1.39.255 tidak terpakai

Dari tabel di atas didapatkan suatu


efisiensi alokasi IP Address Gedung Rotary
Wing yang dinilai tepat. Dimana untuk lantai
2; 2,5; 3 dan 4 menggunakan prinsip
pembagian network dari network utama
(10.1.36.hhhhhhhh) menjadi network kecil
baru (10.1.36.nnhhhhhh) yang dipecah ke 4
network atau (2^2) yang dapat melayani 642(untuk network dan broadcast)= 62 host
untuk tiap networknya, karena pada ketiga
lantai tersebut maksimal terbesar user-nya
(host) adalah pada lantai 4 dengan dengan 60
host (<62 host).
Pada lantai 5; 6 dan 7 menggunakan
prinsip pembagian network dari network utama
(10.1.37.hhhhhhhh) menjadi network kecil
baru (10.1.37.nnhhhhhh) yang dipecah ke 4
network atau (2^2) yang dapat melayani 642(untuk network dan broadcast)= 62 host
untuk tiap networknya, karena pada ketiga
lantai tersebut maksimal terbesar user-nya
(host) adalah pada lantai 4 dengan dengan 60
host (<62 host).
Sedangkan terdapat beberapa IP
Address yang tidak terpakai seperti network
utama
(
10.1.38.hhhhhhhh
dan
10.1.39.hhhhhhhh ) dan beberapa sisa lainnya,
dimana nantinya digunakan apabila terdapat

suatu proses regenerasi atau penambahan


jumlah user pada Gedung Rotary Wing
IV PENUTUP
4.1 Simpulan
Selama melaksanakan kerja praktek di
PT Dirgantara Indonesia, maka dapat diambil
simpulan, sebagai berikut :
1. Switch yang digunakan pada jaringan
komputer di PT Dirgantara Indonesia
menggunakan
metode
Multilayer
switching yang terdiri dari Core Switch,
Distribution Switch dan Access Switch.
2. Core Switch yang berada di gedung IT
center dengan Access Switch yang berada
pada mayoritas pada tiap lantai gedung
memiliki karakteristik perbandingan
antara port UTP dengan port Fiber Opticnya berbanding terbalik , dimana Core
Switch lebih banyak port (24 port) untuk
port Fiber Optic dan untuk port kabel
kabel UTP hanya sedikit (2 - 4 port),
Sedangkan pada Access Switch lebih
banyak port (24 port) untuk port kabel
UTP dan untuk port kabel Fiber Optic
hanya sedikit (2 - 4 port).
3. Pada gedung berlantai Fixed dan Rotary
Wing terdapat suatu ruang khusus yang
saling terhubung satu lantai dengan lantai
lainnya, dimana ruangan tersebut
digunakan untuk penempatan kabel yang
menghubungkan lantai tersebut dengan
lantai yang lainnya dalam satu gedung.
4. Panjang maksimal kabel UTP cat6 untuk
proses transfer data adalah 100 meter,
namun panjang maksimal efektif kabel
UTP cat6 yang disarankan untuk proses
transfer data adalah 90-95 meter.
5. Untuk membuat
suatu rancangan
jaringan, maka harus diketahui berapa
jumlah user yang akan dicover oleh
jaringan tersebut dan seberapa jauh jarak
yang dibutuhkan untuk menghubungkan
jaringan tersebut.
6. Faktor keterampilan sumber daya
engineer IT dalam jaringan komputer
internal dan mengefisiensikan alokasi IP
Address, merupakan harapan perusahaan
dalam mengoptimalkan pemakaian IP
Address
untuk
para
user
pada
perusahaannya
maupun
tertatanya
jaringan komputer internal gedung fixed
dan rotary wing yang efektif dan sesuai
standar internasional yang berlaku .

4.2 Saran
1. Untuk wilayah gudang dari gedung Fixed
dan
Rotary
Wing,
sebaiknya
menggunakan switch dengan 16 port saja,
karena mengingat jarak yang berjauhan
antar usernya dan jumlah user yang tidak
terlalu banyak (kecuali lantai 6 bridge).
2. Pemilihan switch sebaiknya yang
manageble, supaya lebih tahan lama (long
life duration ).
3. Pada ruang kabel pada tiap lantai gedung
Fixed dan Rotary Wing perlu diberi
penerangan, mengingat hanya berpijak
pada ram-ram besi saja.
DAFTAR PUSTAKA
[1] __________. 2013. How to Design Switch
Network or Designing LAN | CCDA.
http://www.w7cloud.com/how-to-designswitch-network-or-designing-lan-ccda/.
diakses pada 20 Agustus 2013
[2] Lesmana,
Ricky.
2009.
Jaringan
Komputer, IP Address & Subnetting.
Bandung : Unikom
[3] Lusi, Reskita. 2013. Merancang Jaringan
Antar
Gedung.
http://reskitalusi.blogspot.com/2013/04/me
rancang-jaringan-antar-gedung.html.
diakses pada 25 Agustus 2013.
[4] Fauzi, Nurman. 2008. Sistem Komunikasi
Serat/Fiber
Optik.
http://zethcorner.wordpress.com/2008/07/
22/sistem-komunikasi-serat-fiber-optik/.
diakses pada 25 Agustus 2013.
[5] ---, 2013. Jaringan Komputer dalam
id.wikipedia.org.
http://id.wikipedia.org/wiki/Jaringan_ko
mputer. Diakses : 26 Oktober, 2013.

BIODATA
Bondan Fiqi Riyalda,
lahir di Semarang, 2
Januari
1993.
Menempuh pendidikan
dasar di SD Sompok
Semarang. Melanjutkan
ke SMPN 5 Semarang
dan pendidikan tingkat
atas di SMAN 15
Semarang. Dari tahun
2010 sampai saat ini masih menempuh studi
Strata-1 di Jurusan Teknik Elektro Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro Semarang,
konsentrasi Teknologi Informasi.

Semarang, November 2013


Mengetahui dan Menyetujui,
Dosen pembimbing

Anda mungkin juga menyukai