Anda di halaman 1dari 6

A.

PERKERASAN JALAN RAYA


Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas lapisan tanah dasar
(subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalu-lintas. Jenis konstruksi perkerasan
jalan pada umumnya ada dua jenis, yaitu :
Perkerasan lentur (flexible pavement) dan
Perkerasan kaku (rigid Pavement)
Selain dari dua jenis tersebut, sekarang telah banyak digunakan jenis gabungan
(composite pavement), yaitu perpaduan antara lentur dan kaku.
Perencanaan konstruksi perkerasan juga dapat dibedakan antara perencanaan untuk
jalan baru dan untuk peningkatan (jalan lama yang sudah pernah diperkeras).
Perencanaan konstruksi atau tebal perkerasan jalan, dapat dilakukan dengan banyak cara (metoda), antara lain : AASHTO dan The Asphalt Institute
(Amerika), Road Note (Inggris), NAASRA (Australia) dan Bina Marga (Indonesia).
Perencanaan perkerasan meliputi kegiatan pengukuran kekuatan dan sifat penting
lainnya dari lapisan permukaan perkerasan dan masing-masing lapisan di bawahnya serta
menetapkan ketebalan permukaan perkerasan, lapis pondasi, dan lapis pondasi bawah.
Mengingat perkerasan jalan diletakkan di atas tanah dasar, maka secara keseluruhan mutu dan daya tahan konstruksi perkerasan tidak terlepas dari sifat
tanah dasar. Tanah dasar yang baik untuk konstruksi perkerasan adalah tanah
dasar yang berasal dari lokasi setempat atau dengan tambahan timbunan dari lokasi lain yang telah dipadatkan dengan tingkat kepadatan tertentu, sehingga mempunyai daya dukung yang mampu mempertahankan perubahan volume selama
masa pelayanan walaupun terdapat perbedaan kondisi lingkungan dan jenis tanah
setempat.
Banyak metode yang dapat dipergunakan untuk menentukan daya dukung tanah dasar.
Di Indonesia daya dukung tanah dasar (DDT) pada perencanaan perkerasan lentur
dinyatakan dengan nilai CBR (California Bearing Ratio), yaitu nilai yang menyatakan
kualitas tanah dasar dibandingkan dengan bahan standar berupa batu pecah yang mempunyai
nilai CBR sebesar 100% dalam memikul beban lalu lintas. Menurut Basuki, I. (1998) nilai
daya dukung tanah dasar (DDT) pada proses perhitungan perencanaan tebal perkerasan
lentur jalan raya dengan metode analisa komponen sesuai dengan SKBI-2.3.26.1987 dapat
diperoleh dengan menggunakan rumus konversi nilai CBR tanah dasar.
Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1987) yang dimaksud dengan
perkerasan lentur (flexible pavement) adalah perkerasan yang umumnya menggunakan bahan campuran beraspal sebagai lapis permukaan serta bahan berbutir
sebagai lapisan dibawahnya. Perkerasan lentur jalan dibangun dengan susunan
sebagai berikut:
Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
1. Lapis permukaan (surface course), yang berfungsi untuk:
Memberikan permukaaan yang rata bagi kendaraan yang melintas diatasnya,
Menahan gaya vertikal, horisontal, dan getaran dari beban roda, sehingga harus
mempunyai stabilitas tinggi untuk menahan beban roda selama masa pelayanan
Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi lapisan di bawahnya

Sebagai lapisan aus.


2. Lapis pondasi atas (base course), yang berfungsi untuk:
Mendukung kerja lapis permukaan sebagai penahan gaya geser dari beban roda, dan
menyebarkannya ke lapisan di bawahnya
Memperkuat konstruksi perkerasan, sebagai bantalan terhadap lapisan
permukaan
Sebagai lapis peresapan untuk lapisan pondasi bawah
3. Lapis pondasi bawah (subbase course), yang berfungsi untuk:
Menyebarkan tekanan yang diperoleh ke tanah,
Mengurangi tebal lapis pondasi atas yang
menggunakan material berkualitas lebih tinggi sehingga dapat menekan biaya yang digunakan dan lebih
efisien,
Sebagai lapis peresapan air,
Mencegah masuknya tanah dasar yang berkualitas rendah ke lapis pondasi
atas,
Sebagai lapisan awal untuk melaksanakan pekejaan perkerasan jalan.
4. Lapisan tanah dasar (subgrade)
Tanah dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan tanah galian atau
permukaan tanah timbunan yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan tergantung dari sifat-sifat
daya dukung tanah dasar.

Perkerasan Kaku
Perkerasan yang menggunakan bahan ikat semen portland, pelat beton

dengan atau tanpa tulangan diletakkan di atas tanah dasar dengan atau tanpa
pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh pelat beton.
Lapis pondasi atas dan lapis pondasi bawah memberikan sumbangan
yang besar terhadap daya dukung perkerasan terutama didapat dari pelat beton.
Hal tersebut disebabkan oleh sifat pelat beton yang cukup kaku sehingga dapat
menyebarkan beban pada bidang yang Was dan menghasilkan tegangan yang
rendah pada lapisan-lapisan di bawahnya.
Jenis-jenis perkerasan kaku antara lain :
Perkerasan beton semen.
Yaitu perkerasan kaku dengan beton semen sebagai lapis aus. Terdapat
empat jenis perkerasan beton semen :
a Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulang.
b Perkerasan beton semen bersambung dengan tulang.
c Perkerasan beton semen bersambung menerus dengan tulang.
d Perkerasan beton semen pra tekan.
Perkerasan Komposit.
Yaitu perkerasan kaku dengan pelat beton semen sebagai lapis pondasi dan
aspal beton sebagai lapis permukaan. Perkerasan kaku ini sering digunakan
sebagai runway lapangan terbang.

B. ASPAL SEBAGAI BAHAN PERKERASAN JALAN RAYA


Aspal didefenisikan sebagai material berwarna hitam atau cokelat tua, pada
temperatur ruang berbentuk padat/agak padat. Hidrokarbon adalah bahan dasar utama
dari aspal yang disebut bitumen. Aspal yang umum digunakan saat ini adalah yang
berasal dari salah satu hasil proses minyak bumi, dan ada yang langsung berasal dari alam.
Berdasarkan dari cara diperolehnya aspal dapat dibedakan atas, Aspal alam (terbagi
dari Aspal gunung (Rock Asphalt) dengan contoh aspal dari Pulau Buton dan Aspal Danau
(Lake Asphalt) dengan contoh yang terdapat di Trinidad) serta Aspal Buatan yang terdiri dari,
Aspal keras/panas (Asphalt Cement), Aspal Cair (Cutback Asphalt), Aspal Emulsi (Emultion
Asphalt) dan Ter.
Aspal yang digunakan sebagai material perkerasan jalan, berfungsi antara lain sebagai:
Bahan Pengikat, yaitu memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat dan
antara sesama aspal.
Bahan Pengisi, yaitu untuk mengisi rongga antar butir agregat dan pori-pori yang
ada di dalam butir agregat itu sendiri.
Aspal beton sebagai lapis pondasi atas memliki fungsi sebagai lapis pembentuk
pondasi, jika dipergunakan pada pekerjaan peningkatan atau pemeliharaan. Sesuai
fungsi tersebut, kandungan agregat dan aspal yang dimilikinya pun berbeda. Sebagai
lapis aus, maka kadar aspal yang dikandungnya haruslah cukup sehingga dapat memberikan
lapis yang kedap air. Agregat yang dipergunakan lebih halus dibandingkan dengan aspal beton
Dalam campuran Aspal Beton (LASTON) yang banyak memakai agregat kasar,
penggunaaan kadar aspal menjadi sangat tinggi karena aspal disini berfungsi untuk
mengisi rongga - rongga antar agregat dalam campuran. Kadar aspal yang tinggi

menyebabkan campuran Aspal Beton (LASTON) memerlukan kadar aspal yang


tinggi pula. Untuk mengantisipasi kadar aspal yang tinggi digunakan aspal dengan
mutu baik, dengan tujuan memperbaiki kondisi campuran.
Ciri - ciri yang dimiliki oleh aspal beton antara lain :
1. Memiliki gradasi yang baik (well gradation) atau gradasi rapat (dense grade),
yaitu antara campuran agregat kasar dan halus memiliki porsi yang berimbang.
2. Memiliki stabilitas yang tinggi, mampu menerima beban lalu
lintas
tanpa
terjadi perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur dan bleeding.
3. Memiliki keawatan (durabilitas) dan kedap air serta bebas
dari material yang
lepas serta permukaan yang tajam.
4. Ekonomis dalam pemeliharaan.

C. AGREGAT PENYUSUN BAHAN PERKERASAN JALAN


Agregat merupakan campuran dari pasir, gravel, batu pecah, atau material lain dari bahan
mineral alami atau buatan. Agregat dari bahan batuan pada umumnya masih diolah lagi
dengan mesin pemecah batu (stone crusher) sehingga didapatkan ukuran sebagaimana
dikehendaki dalam campuran.
Menurut ukuran agregat dapat dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu :
Agregat Kasar (Coarse Agregate)
Adalah agregat yang tidak lolos saringan 2,36 mm.
Agregat Halus (Fine Agregate)
Adalah agregat yang lolos saringan 2,36 mm dan tertahan saringan No. 200.
Filler
Adalah bagian dari agregat yang lolos saringan No. 200 (<75mm)
Sifat agregat memberikan pengaruh yang penting pada campuran aspal beton. Sifat
agregat tersebut antara lain adalah gradasi. Gradasi adalah pembagian ukuran agregat.
Gradasi agregat dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :
Gradasi Seragam (Uniform Gradation)
Adalah gradasi dengan ukuran butir yang hampir sama.
Gradasi Baik (Well Gradation)
Adalah agregat dengan ukuran butir dari besar ke kecil dengan porsi yang hampir
seimbang.
Gradasi Senjang (Gap Gradation)
Adalah gradasi dimana ada bagian tertentu yang dihilangkan sebagian.
Penyusun bahan perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan
ikat yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai :
Batu pecah
Batu belah
Batu kali
Hasil peleburan baja
Bahan ikat yang dipakai
Aspal
Semen

Tanah liat

D. PENGUJIAN-PENGUJIAN LABORATORIUM ASPAL,


AGREGAT DAN CAMPURAN ASPAL DAN AGREGAT
a Pemeriksaan Agregat
Analisa Saringan (sieve analysis)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan gradasi atau pembagian butiran
agregat dengan menggunakan saringan.
Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan berat jenis bulk (bulk specific
gravity), berat jenis kering kering permukaan (saturated surface dry), berat jenis
semu (apparent specific gravity), penyerapan.
Pemeriksaan berat isi agregat (volumetric weight aggregate).
Bertujuan untuk mengetahui perbandingan agregat terhadap isi.
Indeks kepipihan agregat (flakiness index).
Untuk mengetahui persentase berat agregat pipih yang masih dapat digunakan
sebagai bahan perkerasan.
Indeks kelonjongan agregat (elongated index).
Untuk mengetahui persentase berat agregat lonjong yang masih dapat
digunakan sebagai bahan perkerasan.
Pemeriksaan kelekatan agregat terhadap aspal
Bertujuan untuk menentukan persentase luas permukaan agregat yang tertutup
aspal terhadap seluruh luas permukaan agregat.
b

Pemeriksaan Aspal
Pemeriksaan penetrasi
Dimaksudkan untuk menentukan penetrasi aspal keras atau lunak dengan
menggunakan jarum penetrasi, beban dan waktu tertentu pada suhu tertentu.
Pemeriksaan berat jenis aspal
Bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara berat aspal dengan berat air
suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu.
Pemeriksaan kehilangan berat aspal
Bertujuan menetukan berapa kehilangan berat aspal mula-mula dengan aspal setelah
di oven selama 5 jam pada suhu 163 C.

Pemeriksaan titik nyala dan titik bakar


Bertujuan untuk mengetahui berapa suhu pada saat titik nyala dan titik bakar.
Pemeriksaan kelekatan aspal terhadap agregat
Bertujuan untuk mengetahui kelekatan aspal pada batuan tertentu.
Pemeriksaan daktilitas
Dimaksudkan untuk mengetahui jarak terpanjang yang dapat ditarik antara dua
cetakan yang berisi aspal sebelum putus.
c Perancangan campuran :

Penggabungan campuran dengan cara diagonal


Pembuatan benda uji Marshall
Pengujian density benda uji Marshall
Pengujian stabilitas dan flow benda uji Marshall
d Kualiti kontrol:
Pengujian core driil
Pengujian kadar aspal dengan ekstraksi
Pengujian analisa saringan hasil ekstraksi

Anda mungkin juga menyukai