Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

BIMBINGAN KONSELING

Dosen: Dr. Yeni Karneli, M.Pd, Kons

Yony utami
14029039
Pendidikan Matematika

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah swt yang mana berkat rahmat dan
karunia Beliaulah penulis telah bisa menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Mudah- mudahan dengan adanya penulisan makalah ini dapat membawa manfaat bagi
pembaca sekalian terutama untuk diri penulis sendiri.Penulis menyadari masih banyak
kekurangan yang masih harus di perbaiki dalam penulisan makalah ini, karna itu penulis
meminta bimbingan dan dukungan dari pembaca sekalian.
Selanjutnya penulis tidak pernah bosan-bosannya meminta sedikit kritik dan saran yang
membangun bagi penulis,agar penulisan makalah ini lebih baik di masa yang akan datang, akhir
kata penulis mengucapkan ribuan terimakasih kepada pembaca sekalian.

Padang, 21 oktober 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................i


DAFTAR ISI .............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG ...................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH .............................................................................................2
1.3 TUJUAN MASALAH ..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................................3
2.1 BK DALAM KURIKULUM 2013.............................................................................3
2.2 PELAKSANAAN LAYANAN PEMINATAN DI SATUAN PENDIDIKAN.............3
BAB III PENUTUP...................................................................................................................25
3.1 KESIMPULAN ............................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pelayanan Arah Peminatan Siswa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan
terintegrasi dalam program pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan,
khususnya dalam jenjang pendidikan dasar dan menengah. Artinya, program pelayanan
bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan yang lengkap dan penuh harus memuat
kegiatan pelayanan arah peminatan siswa. Upaya ini mengacu kepada program pelaksanaan
Kurikulum Tahun 2013, khususnya terkait dengan peminatan akademik, peminatan kejuruan,
pilihan lintas minat dan pendalaman minat mata pelajaran, dan peminatan studi lanjutan.
Program bimbingan dan konseling dengan pelayanan arah peminatan siswa itu sepenuhnya
berada di bawah tanggung jawab Guru Bimbingan dan Konseling (Guru BK) atau Konselor
di setiap satuan pendidikan.
Pelayanan Arah Peminatan Siswa merupakan kegiatan bimbingan dan konseling yang
amat penting dan menentukan kesuksesan dalam belajar, perkembangan dan masa depan
masing-masing siswa. Untuk itu, pelaksanaannya memerlukan Panduan Pelayanan
Bimbingan dan Konseling Arah Peminatan Siswa demi kelancaran dan ketepatannya. Hal ini
terkait secara langsung dengan konstruk dan isi Kurikulum Tahun 2013 yang dapat
menghasilkan insan Indonesia yang cerdas, kompetitif, produktif, kreatif, inovatif, afektif
melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi.
Dalam konstruk dan isinya Kurikulum Tahun 2013 mementingkan terselenggaranya
proses pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan siswa. Proses belajar yang
dilakukan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach) dengan penilaian hasil
belajar berbasis proses dan produk. Untuk ini, selain memuat isi kurikulum dalam bentuk
mata pelajaran dan kegiatan lainnya, Kurikulum Tahun 2013 menyajikan kelompok mata
pelajaran wajib, mata pelajaran peminatan, dan mata pelajaran pilihan untuk pendidikan
menengah yang diikuti peserta didik sepanjang masa studi mereka. kelompok mata pelajaran
peminatan meliputi peminatan akademik,peminatan vokasional, peminatan pendalaman dan
lintas mata pelajaran dan peminatan studi lanjutan. Untuk SMA/MA/SMALB peminatan

akademik meliputi peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, peminatan Ilmu
Pengetahuan Sosial dan peminatan Bahasa dan Budaya; sedangkan untuk SMK meliputi
peminatan Akademik dan Kejuruan. Guru BK atau Konselor melalui pelayanan Bimbingan
dan Konseling membantu siswa dalam memenuhi Arah Peminatan Siswa sesuai dengan
kemampuan dasar, bakat, minat dan kecenderungan umum pribadi masing-masing siswa.
Pelayanan bimbingan dan konseling untuk arah peminatan siswa memberikan
kesempatan yang cukup luas bagi siswa untuk menempatkan diri pada jalur yang lebih tepat
dalam rangka penyelesaian studi secara terarah, sukses, dan jelas dalam arah pendidikan
selanjutnya. Wilayah arah peminatan siswa ini, dalam keseluruhan program pendidikan
satuan pendidikan dasar dan menengah merupakan bidang pelayanan bimbingan dan
konseling yang menjadi wilayah tugas pokok Guru BK atau Konselor dalam kerangka
keseluruhan program pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan. Dengan
demikian, Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Arah Peminatan Siswa merupakan
bagian dari Panduan Umum Pelayanan Bimbingan dan Konseling secara menyeluruh.
Penyelenggaraan Pelayanan Peminatan Siswa berada dalam wilayah manajemen bimbingan
dan konseling yang merupakan bagian integral dari manajemen pendidikan pada satuan
pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana BK dalam kurikulum 2013?
2. Bagaimana pelaksanaan layanan peminatan di Satuan Pendidikan?
SD?MI
SMP/MTs
SMA/SMK/MA/MAK
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui implementasi Bk dalam kurikulum 2013
2. Mengetahui pelaksanaan layana peminatan di satuan pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 BK DALAM KURIKULUM 2013


Bimbingan dan konseling adalah upaya pendidikan dan merupakan bagian integral dari
pendidikan yang secara sadar memposisikan "... kemampuan peserta didik untuk
mengeksplorasi, memilih, berjuang meraih, serta mempertahankan karier itu ditumbuhkan
secara isi-mengisi atau komplementer oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor dan
oleh guru mata pelajaran dalam setting pendidikan khususnya dalam jalur pendidikan formal,
dan sebaliknya tidak merupakan hasil upaya yang dilakukan sendirian oleh Konselor, atau
yang dilakukan sendirian oleh Guru. (ABKIN: 2007).
Ini berarti bahwa proses peminatan, yang difasilitasi oleh layanan bimbingan dan
konseling, tidak berakhir pada penetapan pilihan dan keputusan bidang atau rumpun
keilmuan yang dipilih peserta didik di dalam mengembangkan potensinya, yang akan menjadi
dasar bagi perjalanan hidup dan karir selanjutnya, melainkan harus diikuti dengan layanan
pembelajaran yang mendidik, aksesibilitas perkembangan yang luas dan terdiferensiasi, dan
penyiapan lingkungan perkembangan/belajar yang mendukung. Dalam konteks ini bimbingan
dan konseling berperan dan berfungsi, secara kolaboratif, dalam hal-hal berikut.
1

Menguatkan Pembelajaran yang Mendidik


Untuk mewujudkan arahan Pasal 1 (1), 1 (2), Pasal 3, dan Pasal 4 (3) Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara utuh, kaidah-kaidah
implementasi Kurikulum 2013 sebagaimana dijelaskan harus bermuara pada perwujudan
suasana dan proses pembelajaran mendidik yang memfasilitasi perkembangan potensi
peserta didik. Suasana belajar dan proses pembelajaran dimaksud pada hakikatnya adalah
proses mengadvokasi dan memfasilitasi perkembangan peserta didik yang dalam
implementasinya memerlukan penerapan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling.
Bimbingan dan konseling harus meresap ke dalam kurikulum dan pembelajaran untuk
mengembangkan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan potensi peserta
didik. Untuk mewujudkan lingkungan belajar dimaksud, guru hendaknya: (1) memahami
kesiapan belajar peserta didik dan penerapan prinsip bimbingan dan konseling dalam
pembelajaran, (2) melakukan asesmen potensi peserta didik, (3) melakukan diagnostik
kesulitan perkembangan dan belajar peserta didik, (4) mendorong terjadinya internalisasi
nilai sebagai proses individuasi peserta didik. Perwujudan keempat prinsip yang
disebutkan dapat dikembangkan melalui kolaborasi pembelajaran dengan bimbingan dan

konseling.
Memfasilitasi Advokasi dan Aksesibilitas
5

Kunkulum 2013 menghendaki adanya diversifikasi layanan, jelasnya layanan peminatan.


Bimbingan dan konseling berperan melakukan advokasi, aksesibilitas, dan fasilitasi agar
terjadi diferensiasi dan diversifikasi layanan pendidikan bagi pengembangan pribadi,
sosial, belajar dan karir peserta didik. Untuk itu kolaborasi guru bimbingan dan
konseling/konselor dengan guru mata pelajaran perlu dilaksanakan dalam bentuk: (1)
memahami potensi dan pengembangan kesiapan belajar peserta didik, (2) merancang
ragam program pembelajaran dan melayani kekhususan kebutuhan peserta didik, serta (3)
3

membimbing perkembangan pribadi, sosial, belajar dan karir.


Menyelenggarakan Fungsi Outreach
Dalam upaya membangun karakter sebagai suam keutuhan perkembangan, sesuai dengan
arahan Pasal 4 (3) UU No. 20/2003, Kurikulum 2013 menekankan pembelajaran sebagai
proses pemberdayaan dan pembudayaan. Untuk mendukung prinsip dimaksud bimbingan
dan konseling tidak cukup menyelenggarakan fungsi-fungsi inreach tetapi juga
melaksanakan fungsi outreach yang berorientasi pada penguatan daya dukung lingkungan
perkembangan sebagai lingkungan belajar. Dalam konteks ini kolaborasi guru bimbingan
dan konseling/konselor dengan guru mata pelajaran hendaknya terjadi dalam konteks
kolaborasi yang lebih luas, antara lain: (1) kolaborasi dengan orang tua/keluarga, (2)
kolaborasi dengan dunia kerja dan lembaga pendidikan, (3) "intervensi" terhadap institusi
terkait lainnya dengan tujuan membantu perkembangan peserta didik

Eksistensi Bimbingan dan Konseling Dalam Implementasi Kurikulum 2013


Keberadaan Bimbingan dan konseling dalam pendidikan di Indonesia, sesungguhnya
sudah dimulai sejak tahun 1964, yang disebut "Bimbingan dan Penyuluhan" ketika
diberlakukan "Kurikulum Gaya Baru. "Bimbingan dan Penyuluhan pada waktu itu dipandang
sebagai unsur pembaharuan dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Sejak
diberlakukan Kurikulum Tahun 1975, pelayanan bimbingan dan penyuluhan telah dijadikan
sebagai bagian integral dari keseluruhan upaya pendidikan. Petugas yang secara khusus
melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling pada saat itu disebut Guru Bimbingan dan
Penyuluhan (Guru BP).
Sejak diberlakukannya kurikulum 1994, sebutan untuk Guru BP berubah rnenjadi Guru
Pembimbing, sebutan resmi ini diperkuat dengan Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 84 Tahun 1995 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya, serta Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.025/0/1995
tentang Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka
6

Kreditnya antara lain mengandung arahan dan ketentuan pelaksanaan pelayanan bimbingan
dan konseling di Sekolah/Madrasah oleh guru kelas di SD dan guru pembimbing di SLTP dan
SLTA. Walaupun kedua aturan tersebut mengandung hal-hal yang berkenaan dengan
pelayanan bimbingan dan konseling, tetapi tugas itu dinyatakan sebagai tugas guru (dengan
sebutan guru pembimbing) dan tidak secara eksplisit dinyatakan sebagai tugas konselor. Hal
ini dapat dipahami karena sebutan konselor belum ada dalam perundangan. Penggunaan
sebutan guru, sangat merancukan konteks tugas guru yang mengajar dan konteks tugas
konselor sebagai penyelenggara pelayanan ahli bimbingan dan konseling. Guru pembimbing
yang pada saat ini ada di lapangan pada hakikatnya melaksanakan tugas sebagai konselor,
tetapi sering diperlakukan dan diberi tugas layaknya guru mata pelajaran. Bimbingan dan
konseling bukanlah kegiatan pembelajaran dalam konteks adegan belajar mengajar di kelas
yang layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi, melainkan pelayanan ahli
dalam konteks memandirikan peserta didik. (ABKIN: 2007).
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006), seperti yang diamanatkan
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, posisi dan arah layanan bimbingan dan
konseling di sekolah dimasukan dalam struktur kurikulum sebagai kegiatan pengembangan
diri. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru.
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap
peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau
dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk
kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan oleh konselor atau guru
bimbingan dan konseling dalam bentuk kegiatan

pelayanan konseling yang berkenaan

dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta
didik.
Pelayanan

bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian integral dari

keseluruhan upaya pendidikan dalam jalur pendidikan formal dan layanan ini meskipun
dilakukan oleh pendidik yang disebut sebagai konselor, tetapi ekspektasi kinerja
profesionalnya berbeda dengan ekspektasi kinerja profesional yang dilakukan oleh guru. Jika
ekspektasi kinerja guru menggunakan materi pelajaran sebagai konteks layanan keahliannya,
maka ekspektasi kinerja konselor tidak demikian. Ekspektasi kinerja konselor tidak
meggunakan materi pelajaran dalam koteks layanan keahliannya (bimbingan dan konseling),
melainkan menggunakan proses pengenalan diri peserta didik (konseli) dengan memahami
7

kekuatan dan kelemahannya dengan peluang dan tantangan yang terdapat dalam
lingkungannya, untuk menumbuhkembangkan kemandirian dalam mengambil berbagai
keputusan penting dalam perjalanan hidupnya, sehingga mampu memilih, meraih serta
mempertahankan karir (kemajuan hidup) untuk mencapai hidup yang efektif, produktif, dan
sejahtera dalam konteks kemaslahatan umum.
Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam nemfasilitasi
peserta didik mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku efektif,
pengembangan lingkungan perkembangan, dan meningkatan keberfungsian individu di dalam
lingkungannya. Semua perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan, yakni
proses interaksi antara individu dengan lingkungan perkembangan melalui interaksi yang
sehat dan produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab
mengembangkan
individu

dengan

lingkungan
lingkungannya,

untuk

perkembangan, membangun interaksi dinamis antara


membelajarkan

individu

untuk

mengembangkan,

memperbaiki, dan memperhalus perilaku.


Posisi bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal seperti tertera pada
Gambar 1, mengindikasikan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bagian
integral dari program pendidikan. Dengan demikian, posisi guru bimbingan dan konseling
(dalam Pasal 1 ayat 6 UU RI No. 20/2003 disebut konselor) sejajar dengan guru bidang
studi/mata pelajaran dan administrator Sekolan/Madrasah. Demikian pula dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah menempatkan pelayanan bimbingan dan konseling sebagai
bagian integral dari program pendidikan di sekolah/madrasah.

Gambar 1. Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan


Merajuk pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, sebutan untuk guru bimbingan dan konseling dinyatakan dalam sebutan 'Konselor."
Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu
kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor,
widyaiswara,

fasilitator,

instruktur,fasilitator

dan

sebutan

lain

yang

sesuai

kekhususannya,serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan (UU RI No. 20/2003,


Pasal 1 angka 6). Pengakuan secara eksplisit dan kesejajaran posisi antara tenaga pendidik
satu dengan yang lainnya tidak menghilangkan arti bahwa setiap tenaga pendidik, termasuk
konselor, memiliki konteks tugas, ekspektasi kinerja, dan setting pelayanan spesifik yang
mengandung keunikan dan perbedaan.

2.2 PELAKSANAAN LAYANAN PEMINATAN DI SATUAN PENDIDIKAN

Hakikat Peminatan dalam Implementasi Kurikulum Tahun 2013


Pelayanan Bimbingan dan Konseling tentang arah peminatan merupakan upaya untuk

membantu siswa dalam memilih dan mendalami mata pelajaran yang diikuti pada satuan
pendidikan (SD/MI, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB danSMK), memahami dan
memilih arah pengembangan karir, dan menyiapkan diri serta memilih pendidikan lanjutan
sampai ke perguruan tinggi. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling (BK) upaya
pelayanan arah peminatan ini merupakan salah satu bentuk layanan penempatan/penyaluran.
Kaidah dasar yang dinyatakan secara eksplisit dalam Kurikulum 2013 yang berkaitan
langsung dengan pelayanan bimbingan dan konseling adalah kaidah peminatan. Peminatan
dipahami sebagai upaya advokasi dan fasilitasi perkembangan peserta didik agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,akhlak mulia,serta keterampilan yang
diperlukan dirinya,masyarakat,bangsa,dan negara (arahan Pasal 1 angka 1 UU Nomor 20
Tahun 2003 Sisdiknas) sehinga mencapai perkembangan optimum. Perkembangan optimum
bukan sebatas tercapainya prestasi sesuai dengan kapasitas intelektual dan minat yang
dimilikinya, melainkan sebagai sebuah kondisi perkembangan yang memungkinkan peserta
didik mampu mengambil pilihan dan keputusan secara sehat dan bertanggung jawab serta
memiliki daya adaptasi tinggi terhadap dinamika kehidupan yang dihadapinya. Dengan
demikian, peminatan adalah sebuah proses yang akan melibatkan serangkaian pengambilan
pilihan dan keputusan oleh pserta didik yang didasarkan atas pemahaman potensi diri dan
peluang yang ada di lingkungannya. Ditinjau dari konteks ini maka pelayanan bimbingan dan
konseling adalah wilayah layanan yang bertujuan memandirikan individu yang normal dan
sehat dalam menavigasi perjalanan hidupnya melalui pengambilan keputusan termasuk yang
terkait dengan keperluan untuk memilih, meraih serta mempertahankan karier untuk
mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera,serta untuk menjadi warga masyarakat
yang peduli kemaslahatan umum (the Common Good) melalui (upaya ) pendidikan.
(ABKIN:2007).
Peminatan adalah proses yang berkesinambungan untuk menfasilitasi peserta didik
mencapai tujuan pendidikan nasional, dan oleh karena itu peminatan harus berpijak padad
10

kaidah-kaidah dasar yang secara eksplisit dan implisit,terkandung dalam kutikulum. Kaidahkaidah dimaksud ialah bahwa Kurikulum Tahun 2013:
a

memiliki spirit kuat untuk pemulihan fungsi dan arah pendidikan yang lebih konsisten
sesuai dengan Pasal 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang bermakna bahwa watak dan peradaban bangsa yang sesuai
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945 harus menjadi
tujuan eksistensial pedidikan, yang melandasi upaya mencerdaskan kehidupan bangsa
sebagai

tujuan

kolektif-kultural

pendidikan,

yang

diejawantahkan

melalui

pengembangan potensi peserta didik sebagai tujuan individual pendidikan.


dimaksudkan untuk menyiapkan peserta didik agar sukses dalam menghadapi
berbagai tuntutan dan tantangan kehidupan di era globalisasi dengan tetap berpijak

pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.


menitikberatkan pada pencapaian kompetensi sikap, keterampilan. dan pengetahuan
sebagai keutuhan yang harus dicapai oleh peserta didik; dan juga tidak memisahkan
antara mata pelajaran dengan muatan local, pendidikan akademik, dan pendidikan

karakter sebagai keutuhan yang memberikan kemaslahatan bagi bangsa.


memiliki spirit yang kuat untuk memulihkan proses pendidikan sebagai proses
pembelajaran yang mendidik dan wahana pengembangan karakter, kehidupan yang
demokratis, dan kemandirian sebagai softskills, serta penguasaan sains, teknologi, dan
seni sebagai hardskills. Capaian pendidikan merupakan interaksi yang fungsional
antara efektivitas kurikulum berbasis kompetensi dan pembelajaran siswa aktif

dengan lama pembelajaran di sekolah.


memandang bahwa peserta didik aktif dalam proses pengembangan potensi dan
perwujudan dirinya dalam konteks sosial kultural, sehingga menuntut profesionalitas
guru yang mampu mengembangkan strategi pembelajaran yang menstimulasi peserta

didik untuk belajar lebih aktif.


menekankan penilaian berbasis proses dan hasil. Ini berarti ukuran keberhasilan
pendidikan tidak hanya akumulasi fakta dan pengetahuan sebagai hasil dari ekspose

didaktis, tetapi juga menekankan pada proses pembelajaran yang mendidik.


tidak menyederhanakan upaya pendidikan sebagai pencapaian target-target kuantitatif
berupa angka-angka hasil ujian sejumlah mata pelajaran akademik saja, tanpa
penilaian proses atau upaya yang dilakukan oleh peserta didik. Kejujuran, kerja keras
dan disiplin adalah hal yang tidak boleh luput dari penilaian proses. Hasil penilaian
juga harus serasi dengan perkembangan akhlak dan karakter peserta didik sebagai
makhluk individu, sosial, warga negara dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
11

mengakui dan menghormati adanya perbedaan kemampuan dan kecepatan belajar


peserta didik, yang secara tegas menuntut adanya remediasi dan akselerasi secara
berkala pasca penilaian, terutama bagi peserta didik yang belum mencapai batas
kompetensi yang ditetapkan. Tidak semua peserta didik memiliki kemampuan dan
kecepatan yang sama dalam mencapai kompetensi yang ditetapkan. Memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk mencapai kompetensi utuh sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan belajaraya adalah prinsip pendidikan yang paling
fundamental. Kurikulum 2013 lebih sensitif dan respek terhadap perbedaan

kemampuan dan kecepatan belajar peserta didik.


memberikan peluang yang lebih terbuka kepada setiap peserta didik untuk
mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara fleksibel tanpa dibatasi

dengan sekat-sekat penjurusan yang terlalu kaku.


menuntut adanya kolaborasi yang baik antara guru mata pelajaran, guru bimbingan
dan konseling atau konselor dan orang tua/wali dalam mengoptimalkan potensi

peserta didik.
menekankan pada proses, mengandung implikasi peran pendidikan yang mengarah
kepada orientasi perkembangan dan pembudayaan peserta didik. Oleh karena itu,
proses pendidikan melibatkan manajemen, pembelajaran, dan bimbingan dan
konseling.

Pelayanan Arah Peminatan Siswa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan
terintegrasi dalam program pelayanan Bimbingan dan Konseling (BK) pada satuan
pendidikan, khususnya dalam jenjang pendidikan dasar dan menengah. Artinya, program
pelayanan BK pada satuan pendidikan yang lengkap dan penuh harus memuat kegiatan
pelayanan arah peminatan siswa. Upaya ini mengacu kepada program pelaksanaan
kurikulum, khususnya terkait dengan peminatan akademik, peminatan vokasional, peminatan
pendalaman dan lintas mata pelajaran, dan peminatan studi lanjutan. Program bimbingan dan
konseling dengan pelayanan arah peminatan siswa itu sepenuhnya berada di bawah tanggung
jawab Guru Bimbingan dan Konseling (Guru BK) atau Konselor di setiap satuan pendidikan.
Pelayanan Arah Peminatan Siswa merupakan kegiatan bimbingan dan konseling yang
amat penting dan menentukan kesuksesan dalam belajar, perkembangan dan masa depan
masing-masing siswa. Untuk itu, pelaksanaannya memerlukan Panduan Khusus tersendiri
demi kelancaran dan ketepatannya. Hal ini terkait secara langsung dengan konstruk dan isi
Kurikulum Tahun 2013 yang dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif,
inovatif, afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi.
12

Dalam konstruk dan isinya Kurikulum Tahun 2013 mementingkan terselenggaranya


proses pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa bagi
kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis siswa. Proses belajar yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan ilmiah
(scientific approach) dengan penilaian hasil belajar berbasis proses dan produk. Untuk ini,
selain memuat isi kurikulum dalam bentuk mata pelajaran dan kegiatan lainnya, Kurikulum
Tahun 2013 menyajikan kelompok mata pelajaran wajib, mata pelajaran peminatan, dan mata
pelajaran pilihan untuk pendidikan menengah yang diikuti peserta didik sepanjang masa studi
mereka. kelompok mata pelajaran peminatan meliputi peminatan akademik,peminatan
vokasional, peminatan pendalaman dan lintas mata pelajaran dan peminatan studi lanjutan.
Untuk SMA/MA/SMALB peminatan akademik meliputi (a) peminatan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, (b) peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial, dan (c) peminatan Bahasa dan
Budaya; sedangkan untuk SMK peminatan kejuruan meliputi (a) peminatan teknologi dan
rekayasa;

(b) peminatan kesehatan; (c) peminatan seni, kerajinan, dan pariwisata; (d)

peminatan teknologi informasi dan komunikasi; (e) peminatan agribisnis dan agroteknologi;
(f) peminatan bisnis dan manajemen; atau (g) peminatan lain yang diperlukan masyarakat.
Secara rinci bidang peminatan kejuruan untuk SMK ada pada tabel lampiran 3.
Guru BK atau Konselor melalui pelayanan Bimbingan dan Konseling membantu siswa
dalam memenuhi Arah Peminatan Siswa sesuai dengan kemampuan dasar, bakat, minat dan
kecenderungan umum pribadi masing-masing siswa. Pelayanan BK untuk arah peminatan
siswa memberikan kesempatan yang cukup luas bagi siswa untuk menempatkan diri pada
jalur yang lebih tepat dalam rangka penyelesaian studi secara terarah, sukses, dan jelas dalam
arah pendidikan selanjutnya. Wilayah arah peminatan siswa ini, dalam keseluruhan program
pendidikan satuan pendidikan dasar dan menengah merupakan bidang pelayanan BK yang
menjadi wilayah tugas pokok Guru BK atau Konselor dalam kerangka keseluruhan program
pelayanan BK pada satuan pendidikan. Dengan demikian, Panduan Khusus Pelayanan BK
dalam bentuk Panduan Pelayanan Arah Peminatan Siswa merupakan bagian dari Panduan
Umum Pelayanan BK secara menyeluruh. Penyelenggaraan Pelayanan Peminatan Siswa
berada dalam wilayah manajemen Bimbingan dan Konseling yang merupakan bagian integral
dari manajemen pendidikan pada satuan pendidikan.
1. TINGKAT ARAH PEMINATAN

13

Memperhatikan pengertian, fungsi, dan tujuan di atas, tingkat arah peminatan yang
perlu dikembangkan dapat digambarkan sebagai berikut :

Perguruan
Tinggi
4

SLTAS

3aSMA

SMALB3b

MA
2

SMP /MTs SLTP


SMPLB
1

SD/MI/SDL
B
Keterangan
1

Arah peminatan pertama perlu dikembangkan pada siswa SD/MI/SDLB yang akan
melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs/SMPLB. Mereka dibantu untuk memperoleh
informasi untuk memilih SMP/MTs/SMPLB (lihat no.1 pada gambar )

Arah peminatan kedua perlu dibangun pada siswa SMP/MTs/SMPLB

yang akan

melajutkan ke SMA/MA/ SMALB dan SMK. Mereka dibantu untuk memperoleh


informasi yang cukup lengkap tentang jenis dan penyelenggaraan masing-masing
14

SMA/MA/SMALB dan SMK, pilihan mata pelajaran dan arah karir yang ada, dan
kemungkinan studi lanjutannya.
3

Arah peminatan ketiga umum perlu dikembangkan pada siswa SMA/MA/SMALB dan
SMK untuk mengambil pilihan dan pendalaman, serta keterkaitan lintas mata pelajaran
tertentu, pilihan arah pengembangan karir (lihat no. 3b pada gambar).

Arah peminatan ketiga kejuruan perlu dikembangkan pada siswa SMK untuk memilih
dan mendalami dan mengakses keterkaitan lintas mata pelajaran praktik/kejuruan yag
ada di SMK (lihat no. 3b pada gambar).

Arah peminatan keempat perlu dikembangkan pada siswa di SMA/MA/SMALB dan


SMK yang akan melanjutkan studi ke perguruan tinggi, mereka dibantu untuk memilih
salah satu fakultas dengan program studinya yang ada di perguruan tinggi, sesuai dengan
bakat dan minat, serta pilihan/pendalaman mata pelajaran di SMA/MA/SMALB atau
SMK (lihat no.4 pada gambar).

Masing-masing tingkat arah peminatan itu memerlukan penanganan yang akurat sesuai
dengan tingkat perkembangan dan karakteristik siswa yang bersangkutan, serta karaketristik
satuan pendidikan di mana siswa belajar.

2. ASPEK ARAH PEMINATAN

Untuk setiap tingkat arah peminatan digunakan lima aspek pokok sebagai dasar
pertimbangan bagi arah peminatan yang akan ditempuh. Kelima aspek tersebut secara
langsung mengacu kepada beberapa karakteristik pribadi siswa dan lingkungannya, kondisi
sekolah dan kondisi pihak-pihak yang bertanggung jawab atas pendidikan siswa yang
bersangkutan, yaitu :
1

Bakat, minat, yang dan kecenderungan pribadi yang dapat diukur dengan tes bakat
dan/atau inventori tentang bakat/ minat.

Kemampuan dasar umum (kecerdasan), yaitu kemampuan dasar yang biasanya diukur
dengan tes intelegensi.

Kondisi dan kurikulum yang memuat mata pelajaran dan/atau praktik/latihan yang
dapat diambil/didalami siswa atas dasar pilihan, serta sistem Satuan Kredit Semester
(SKS) yang dilaksanakan.
15

Prestasi hasil belajar, yaitu nilai hasil belajar yang diperoleh siswa di
sekolah/madrasah, baik (a) rata-rata pada umumnya, maupun (b) per mata pelajaran,
baik yang bersifat wajib maupun pilihan, dalam rangka peminatan akademik,
vokasional dan studi lanjutan.

Ketersediaan fasilitas sekolah/madrasah, yaitu apa yang ada di tempat siswa belajar
yang dapat menunjang pilihan atau arah peminatan siswa.

Dorongan moral dan finansial, yaitu kemungkinan penguatan dan berbagai sumber
yang dapat membantu siswa , seperti orang tua dan kemungkinan bantuan dari pihak
lain, dan beasiswa.

Dalam penerapannya arah peminatan siswa merupakan gabungan dan kemungkinan yang
paling mengutungkan dari kombinasi semua yang ada itu pada setiap jenis dan jenjang satuan
pendidikan. Keterkaitan antara tingkat dan aspek arah peminatan siswa tergambar dalam tabel
berikut.
Tabel 1
Tingkatan dan Aspek-aspek Arah Peminatan
Tingkat Arah
Peminatan

Posisi Siswa
di

Arah
Peminatan
Akademik

Arah Peminatan
Kejuruan

Arah Peminatan
Studi Lanjutan

Arah
peminatan
pertama

SD/MI/
SDPLB

Meminati semua
mata pelajaran

Pemahaman awal
tentang
pekerjaan/karir

SLTP :
SMP/MTs/SMPL
B/ SMPLB

Arah
peminatan
kedua

SMP/MTs/S
MPLB/SMP
LB

Meminati semua
mata pelajaran

Pemahaman
tentang
pekerjaan/karir dan
kemungkinan
bekerja

SLTA :
SMA/MA/
SMALB/SMK

Arah
peminatan
ketiga umum

SMA/MA/S
MALB

Meminati semua
mapel pilihan
dan lintas mapel

Pemahaman
definitif tentang
pekerjaan/karir dan
arah pelaksanaan
pekerjaan/karir

Prog. Khusus
bidang studi
IPA/IPS/BHS

Arah
peminatan
ketiga

SMK

Meminati
mapel pilihan
dan lintas
mapel/ kejuruan

Arah definitif
tentang
pelaksanaan
pekerjaan/karir
(jenjang operator)

Prodi Khusus
Bidang Kejuruan

Arah

Tamat

Bekerja atau

Arah

Fak dan Prodi di

16

peminatan
keempat

SMA/MA/S
MALB/SMK

kuliah sesuai
dengan pilihan
mapel dan lintas
mapel/ kejuruan
di SLTA

pekerjaan/karir
(jenjang
teknisi/analis,
profesi, atau ahli)

PT

3. LANGKAH POKOK PELAYANAN ARAH PEMINATAN SISWA

Pelayanan arah peminatan dimulai sejak sedini mungkin, yaitu sejak siswa menyadari
bahwa ia berkesempatan memilih jenis sekolah dan/atau mata pelajaran dan/atau arah karir
dan/atau studi lanjutan. Ketika itulah langkah-langkah pelayanan arah peminatan secara
sistematik dimulai, mengikuti sejumlah langkah yang disesuaikan dengan tingkat arah
peminatan tertentu.
1

Langkah pertama: Pengumpulan Data


Langkah ini dilakukan untuk mengumpulkan data tentang :
a

Data pribadi siswa : kemampuan dasar (intelegensi), bakat dan minat serta
kecenderungan potensi.

Keluarga

Kondisi lingkungan

Mata pelajaran wajib dan pilihan

Sistem pembelajaran, termasuk Sistem Kredit Semester (SKS)

Informasi pekerjaan/karir

Bahan informasi karir

Bahan informasi pendidikan lanjutan

Data kegiatan belajar

Data hasil belajar

Data khusus tentang siswa.

Langkah kedua: layanan informasi/orientasi arah peminatan


Dengan langkah ini kepada para siswa diberikan informasi selengkapnya, sesuai dengan

jenis dan jenjang satuan pendidikan siswa, yaitu informasi tentang :

17

Sekolah ataupun program yang sedang mereka ikuti dan setamat dari sekolah atau
selepas dari kelas yang mereka duduki sekarang.

Kurikulum dan berbagai mata pelajaran baik yang wajib maupun pilihan yang diikuti
siswa, terutama berkenaan dengan arah dan pendalaman mata pelajaran, serta lintas
mata pelajaran.

Informasi tentang karir atau jenis pekerjaan yang perlu dipahami dan/atau yang dapat
dijangkau oleh tamatan pendidikan yang sedang ditempuh sekarang, terutam
berkenaan dengan peminatan vokasional.

Informasi tentang studi lanjutan setamat pendidikan yang sedang ditempuh sekarang.

Layanan informasi tentang berbagai hal di atas dapat dilakukan melalui layanan
informasi klasikal. Layanan informasi ini dapat dilengkapi dengan layanan orientasi melalui
kunjungan ke sekolah/ madrasah dan/atau lembaga kerja yang dapat menjadi arah peminatan/ pilihan siswa.
3

Langkah ketiga : Identifikasi dan Penetapan Arah Peminatan


Langkah ini terfokus pada kecocokan antara kondisi pribadi siswa dengan syarat-syarat

atau tuntutan mata pelajaran pilihan dan/atau sekolah/madrasah, arah pengembangan karir,
kondisi orang tua dan lingkungan pada umumnya, terutama dalam rangka peminatan
akademik, vokasional, dan studi lanjutan. Keadaan yang diinginkan ialah kondisi pribadi
siswa benar-benar cocok atau sejajar, atau setidak-tidaknya mendekati, dengan persyaratan
dan kesem-patan yang ada itu. Kecocokan itu disertai dengan tersedianya fasilitas yang ada
di sekolah yang cukup memadai, serta dukungan moral dan finansial yang memadai pula
(terutama dari orang tuanya).
Langkah ketiga itu dilaksanakan melalui kontak langsung Guru BK atau Konselor
dengan siswa melalui penyajian angket ataupun modul. Kontak langsung ini disertai
pembahasan

individual,

diskusi

kelompok

dan

kegiatan

lain

melalui

strategi

transformasional-BMB3 yang mengajak siswa berpikir, merasa, bersikap, bertindak, dan


bertanggung jawab atas berbagai aspek pilihan yang tersedia dan keputusan yang diambil1).
4

Langkah keempat : Penyesuaian


Langkah ketiga di atas dapat menghasilkan pilihan yang tepat bagi siswa dan orang lain

yang berkepentingan (terutama orang tua), atau pilihan yang tepat bagi siswa tetapi tidak
1
18

disetujui oleh orang tuanya. Apabila ketidakcocokan itu terjadi maka perlu dilakukan
peninjauan kembali melalui layanan konseling perorangan baik terhadap siswa dan/ataupun
orang tuanya.
Apabila pilihan tepat tetapi sekolah/madrasah yang sedang atau akan diikuti tidak
tersedia pilihan yang diinginkan, maka siswa yang bersangkutan dapat dianjurkan untuk
mengambil pilihan itu di sekolah lain. Lebih jauh, apabila pilihan tepat dan fasilitas di
sekolah/madrasah tersedia, tetapi dukungan finansial tidak ada, maka perlu dilakukan
konseling perorangan (dengan siswa dan orang tuanya untuk membahas kemungkinan
mencari bantuan atau beasiswa). Apabila pilihan tidak tepat, maka siswa yang bersangkutan
perlu mengganti pilihan lain dan perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian pada diri siswa
dan pihak-pihak yang berkepntingan. Untuk ini diperlukan layananan konseling perorangan
bagi siswa yang bersangkutan. Demikian, langkah keempat dilaksanakan seoptimal mungkin
demi kesuksesan studi siswa.
5

Langkah kelima: Monitoring dan Tindak Lanjut


Guru BK atau Konselor memonitor penampilan dan kegiatan siswa asuhnya secara

keseluruhan dalam menjalani program pendidikan yang diikutinya, khususnya berkenaan


dengan arah peminatan yang dipilihnya. Perkembangan dan berbagai permasalahan siswa
perlu diantisipasi dan memperoleh pelayanan Bimbingan dan Konseling secara komprehensif
dan tepat.
Kegiatan monitoring dapat menggunakan format-format (lihat lampiran) yang
diadministrasikan, secara berkala, minimal setiap tengah dan akhir/awal semester, yang isian
format itu kemudian mendapatkan pembahasan dan tindak lanjut secara tepat.

B PELAKSANAN

DAN

MEKANISME

PELAYANAN

ARAH

PEMINATAN

Pelaksanan

Memperhatikan tingkat aspek pokok dan


pelaksana dan peranannya masing-masing adalah :

19

langkah-langkah arah peminatan di atas,

Guru Kelas, karena di SD/MI/SDLB pada umumnya belum ditugaskan Guru BK atau
Konselor secara khusus, maka pelayanan BK di SD/MI/SDLB pada umumnya
dilaksanakan oleh Guru Kelas2). Dalam hal ini guru kelas SD/MI/SDLB dan
khususnya Guru Kelas VI SD/MI/SDLB adalah pelaksana pelayanan arah peminatan
tingkat pertama bagi siswa-siswa SD/MI/SDLB, yang akan tamat SD/MI/SDLB
(terutama kelas VI) dan melanjutkan pelajarannya ke SMP/MTs/SMPLB. Guru kelas
VI

SD/MI/SDLB

dapat

bekerja

sama

dengan

Guru

BK

atau

Konselor

SMP/MTs/SMPLB atau SMA/MA/SMALB atau SMK yang terdekat dalam pelayanan


alih tangan kasus.
2

Guru BK atau Konselor di SMP/MTs/SMPLB dan SMA/MA/ SMALB adalah


pelaksana pelayanan arah peminatan tingkat kedua di SMP/MTs/SMPLB, tingkat
ketiga umum SMA/MA/SMALB, tingkat ketiga kejuruan SMK. Dalam menjalankan
tugasnya guru BK atau konselor dapat bekerjasama dengan petugas yang
berwewenang menyelenggarakan tes intelegensi dan tes bakat, dengan Guru Mata
Pelajaran, Wali Kelas, dan orang tua, serta kepala satuan pendidikan. Guru BK atau
Konselor melaksanakan dan mengkoordinasikan upaya pelayanan arah peminatan
(sebagaimana diuraikan pada Bab III) secara menyeluruh.

Guru Mata Pelajaran, baik untuk mata pelajaran umum maupun mata pelajaran
praktik/kejuruan yang bersifat wajib ataupun pilihan. Guru Mata Pelajaran secara
khusus

menyediakan

nilai-nilai

prestasi

belajar

sisw

dan

informasi

pendidikan/pekerjaan yang memerlukan informasi dari mata pelajaran yang


dimaksudkan.
Guru Mata Pelajaran Praktik/Kejuruan di SMK khususnya menyediakan nilai-nilai
prstasi belajar siswa dan informasi pendidikan/pekerjaan/karir yang memerlukan
penge-tahuan/keterampilan kejuruan yang dimaksudkan itu.
4

Orang Tua siswa yang bersangkutan, mendorong anaknya untuk memilih mata
pelajaran atau studi lanjutan yang sesuai dengan bakat, minat, dan kecenderungan
siswa, dan menyediakan fasilitas bagi kelanjutan pendidikan anaknya.

Kepala Sekolah, khususnya memperlancar pelaksanaan upaya pelayanan arah


peminatan di sekolah/madrasah dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi

2.
20

Guru Kelas, Guru BK atau Konselor, Guru Mata Pelajaran dan Wali Kelas untuk
menjalankan peranannya secara tepat dalam rangka pelayanan arah peminatan siswa.
Di samping itu, Kepala Sekolah menyediakan waktu, format-format, dan dana serta
fasilitas lain bagi keberhasilan upaya arah peminatan siswa. Lebih jauh, Kepala
Sekolah juga memberikan kesempatan dan mendorong orang tua untuk berkonsultasi
da memperoleh informasi tentang pilihan yang ada serta bakat/minat/ kecenderungan
siswa. Dengan demikian orang tua diharapkan memberikan dorongan dan fasilitas
untuk pengembangan bakat/minat/kecenderungan siswa secara tepat dan optimal.

Demikian pula, kepada para siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk


mengungkapkan potensi diri dan menyampaikan aspirasi tentang pilihan pelajaran, pilihan
karir, dan pilihan sekolah/program yang diinginkannya.

Mekanisme

Pihak-pihak yang terlibat dalam mekanisme pelayanan arah peminatan siswa adalah
sebagaimana terlihat pada bagan berikut, yaitu Kepala Sekolah (A), Guru BK atau Konselor
(B), Guru Mata Pelajaran (B), Wali Kelas (B2), Orang Tua (D), dan siswa yang bersangkutan
(E). Peranan masing-masing adalah :

21

A
Kepala
Sekolah
(Satuan
Pendidikan)
4
13

D
Orang Tua

12
3

B.1
5
7
B
Guru Mata pelajaran
Guru BK atau Konselor

B.2
Wali Kelas
15

14

10

11

E
Siswa

Keterangan
1 Kepala Sekolah (Satuan Pendidikan) :
a

Mendorong dan memfasilitasi kepada Guru BK atau Konselor (1), Guru Mata
Pelajaran (2), dan Wali Kelas (3) untuk berpartisipasi/berperan dalam upaya
pelayanan arah peminatan siswa.

Memberikan kesempatan kepada orang tua (4) untuk berkonsultasi dan


memperoleh

informasi

tentang

22

program

pendidikan

yang

ada

di

sekolah/madrasah, adanya proses pilihan, serta upaya pengembangan program


pendidikan sesuai dengan bakat/minat/kecenderungan siswa.

2 Guru BK atau Konselor :


a

Bekerjasama dengan guru Mata Pelajaran (5) dan/atau Wali Kelas (7) untuk
tersedianya secara lengkap nilai-nilai hasil belajar siswa yang akan diperhitungkan
sebagai salah satu aspek arah peminatan siswa.

Memberikan pelayanan kepada siswa (9) berkenaan dengan :


1

Informasi sekolah/madrasah yang sedang dijalani siswa.

Informasi mata pelajaran wajib dan pilihan yag dapat dipilih oleh siswa dalam
rangka penyelesaian studi pada satuan pendidikan yang sedang ditempuh, dan
pendidikan lanjutannya, terutama berkenaan dengan peminatan akademik dan
sistem SKS.

Informasi pekerjaan/karir sesuai dengan tingkat arah peminatan siswa,


terutama peminatan vokasional

Materi,

prosedur, dan

mekanisme

pelayanan

arah

peminatan

yang

dilaksanakan Guru BK atau Konselor terhadap siswa, termasuk di dalamnya


penerapan strategi BMB3 dan kemungkinan dilaksanakannya layanan
konseling perorangan.
c

Memberikan kesempatan kepada orang tua (12) untuk berkonsultasi da


memperoleh informasi tentang pilihan mata pelajaran, arah pekerjaan/karir, dan
pendidikan lanjutan (peminatan akademik, vokasional, dan studi lanjutan) yang
dapat dipilih oleh siswa mengacu pada bakat/ minat/ kecenderungan siswa, serta
materi, prosedur, dan mekanisme pelayanan arah peminatan siswa.

Menyelenggarakan instrumentasi dan mengolah data tentang aspek-aspek arah


peminatan serta mempertimbangkan peng-gunaan hasil-hasilnya.

Berkonsultasi dengan Kepala Sekolah tentang keseluruhan upaya pelayanan arah


peminatan siswa serta hasil-hasilnya.

23

3 Orang Tua :
a

Berusaha

memperoleh

informasi

dan

berkonsultasi

tentang

bakat/minat/kecenderungan siswa serta kemungkinan kecocokan dengan aspekaspek pilihan yang ada pada program pendidikan yang dijalani siswa, baik dari
Kepala Sekolah (4) maupun dari Guru BK atau Konselor (12).
b

Memberikan dorongan dan fasilitas yang memadai searah dengan pilihan siswa
dalam menjalani pendidikannya (14)

4 Siswa
a

Berpartisipasi aktif dalam kegiatan instrumentasi, pengumpulan data tentang diri


pribadi siswa oleh Guru BK atau Konselor.

Berpartisipasi aktif dalam kegiatan pelayanan arah peminatan yang menyangkut


pilihan mata pelajaran, pilihan pekerjaan/karir, dan pilihan pendidikan lanjutan
(peminatan akademik, vokasional, dan studi lanjutan) yang diselenggarakan oleh
Guru BK atau Konselor, Guru Mata Pelajaran dan Wali Kelas (6) (8) (9) (10) (11)

Berkonsultasi dengan orang tua tentang berbagai aspek pilihan yang perlu
dilakukan di sekolah/madrasah tempat belajar (15).

Menjalani hasil pelayanan arah peminatan dengan sebaik-baiknya dan setiap kali
berkonsultasi dengan Guru BK atau Konselor (9).

24

BAB III
PENUTUP
3.2 Kesimpulan
Upaya pelayanan Bimbingan dan Konseling berkaitan dengan pelayanan arah peminatan
pertama-tama dimaksudkan untuk memenuhi kepentingan siswa dalam rangka perkembangan
dan kesuksesan mereka secara optimal, sesuai dengan kemampuan dasar, bakat, minat, dan
kecenderungan pilihan masing-masing siswa, khususnya berkenaan dengan peminatan
akademik, vokasional, dan studi lanjutan. Untuk itu, semua pihak perlu mencari jalan terbaik
bagi terwujudnya tujuan pendidikan dengan meletakkan kepentingan peserta didik sebagai
hal yang paling dominan. Dalam hal ini, peran guru BK atau Konselor sebagai semacam
penasihat akademik siswa merupakan posisi sentral dalam kerjasama dengan pimpinan
satuan pendidikan, para Guru Mata Pelajaran, Wali Kelas, beserta orang tua siswa.
Upaya pelayanan Bimbingan dan Konseling berkaitan dengan pelayanan arah peminatan
merupakan bagian pelayanan unggul yang menjadi kewajiban satuan pendidikan
melaksanakannya untuk memfaslitasi pengembangan potensi semua siswa secara optimal.
Pelayanan unggul yang dimaksudkan itu merupakan jaminan bagi diraihnya mutu yang tinggi
bagi upaya pendidikan yang dilaksanakan semua pihak. Secara khusus, pelayanan arah
peminatan siswa merupakan bagian dari pelayanan Bimbingan dan Konseling

secara

menyeluruh, yang mana pelayanan Bimbingan dan Konseling itu merupakan bagian dari
pelayanan unggul yang dimaksudkan itu.

25

DAFTAR PUSTAKA
Dedi, Supriyadi. Bimbingan Dan Konseling, Fak Psikologi UM Surakarta, 2004.
Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Depdiknas.
Ridwan, M.Pd. Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Penerbit: Pustaka
Pelajar.
Tohirin. 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi).
Jakarta: Raja Grapindo Persada.
WS.Winkell. Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Grasindo. 1993.

26

27

Anda mungkin juga menyukai