Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Dalam abad 18 manusia mensterilkan medium dengan cara mendidihkan medium


tersebut dalam selang waktu tertentu. Dengan cara tersebut mikroba-mikroba dapat
mati. Cara ini dipakai oleh Spallanzani untuk membuktikan tidak mungkinnya teori
abiogenesis.
Seperti yang telah disebutkan di atas, beratus-ratus tahun pun bangsa Arab telah
menemukan bahwa dalam mencegah infeksi luka dapat dibakar menggunakan logam
yang membara. Yang dapat dipahami adalah sterilisasi telah ada dari zaman dahulu kala,
hanya saja cara sterilisasinya tidak seperti sekarang. Maka, dilakukanlah percobaan ini
untuk mengetahui teknik pengenalan, penyiapan dan penggunaan serta fungsi dan
prinsip kerja setiap alat di dalam laboratorium Mikrobiologi. Dan untuk mengetahui
teknik sterilisasi dan alat-alat tersebut dan fungsi dari sterilisasi dalam mikrobiologi.
Media pembiakan mikroba tentunya harus steril. Selain steril pembiakan media dalam
laboratorium memerlukan medium yang berisi unsur atau zat hara. Selain itu pula
dibutuhkan lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme. Zat hara
digunakan untuk pertumbuhan, sintetis sel, keperluan energi dalam metabolisme dan
penggerakan mikroorganisme. Pada umumnya, media biakan berisi air, sumber energi,
zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, oksigen, fosfat, hidrogen serta unsurunsur sekelumit (trace element). Dalam bahan dasar medium dapat pula ditambahkan
faktor pertumbuhan berupa asam amino, vitamin, atau noleotida.
Praktikum ini dilakukan untuk mempelajari macam-macam medium, cara-cara
pembuatan dari beberapa medium mengetahui bahan-bahan yang digunakan serta
komposisi dan fungsi masing-masing bahan tersebut dalam membantu pertumbuhan
mikroorganisme tersebut. Sehingga diharapkan dapat menumbuhkan bakteri dan jamur
dari medium yang dibuat.

1.2

Tujuan Praktikum
1

a.
b.
c.

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pada proses sterilisasi


Untuk memahami macam-macam sterilisasi.
Untuk mengetahui fungsi sterilisasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alat-alat Dalam Sterilisasi
Nama pada setiap alat menggambarkan mengenai kegunaan alat dan atau
menggambarkan prinsip kerja pada alat yang bersangkutan. Dalam penggunaannya ada
alat-alat yang bersifat umum dan ada pula yang khusus. Peralatan umum biasanya
digunakan untuk suatu kegiatan reparasi, sedangkan peralatan khusus lebih banyak
digunakan untuk suatu pengukuran atau penentuan termasuk dalam praktikum
mikrobiologi (Waluyo, 2007).
Adapun alat-alat yang biasa dipergunakan pada laboratorium mikrobiologi antara lain:
1. Mikroskop Cahaya (Brightfield Mikroscope)
Salah satu alat untuk melihat sel mikroorganisme adalah mikroskop cahaya. Dengan
mikroskop kita dapat mengamati sel bakteri yang tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang. Pada umumnya mata tidak mampu membedakan benda dengan diameter
lebih kecil dari 0,1 mm.
2. Autoclave
Autoclave adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang
digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan
yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu 121 oC
(250oF). Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap
inchi2 (15 Psi = 15 pounds per square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan
biasanya 15 menit untuk 121oC.
3. Inkubator (Incubator)
Inkubator adalah alat untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu yang
terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu. Kisaran
suhu untuk inkubator produksi Heraeus B5042 misalnya adalah 10 70oC.

4. Hot plate stirrer dan Stirrer bar

Hot

plate

stirrer

dan

Stirrer

bar

(magnetic

stirrer)

berfungsi

untuk

menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan. Pelat (plate) yang terdapat


dalam alat ini dapat dipanaskan sehingga mampu mempercepat proses
homogenisasi. Pengadukan dengan bantuan batang magnet Hot plate dan magnetic
stirrer seri SBS-100 dari SBS misalnya mampu menghomogenkan sampai 10 L,
dengan kecepatan sangat lambat sampai 1600 rpm dan dapat dipanaskan sampai
425oC.
5. Colony counter
Alat ini berguna untuk mempermudah perhitungan koloni yang tumbuh setelah
diinkubasi di dalam cawan karena adanya kaca pembesar. Selain itu alat tersebut
dilengkapi dengan skala/kuadran yang sangat berguna untuk pengamatan
pertumbuhan koloni sangat banyak. Jumlah koloni pada cawan Petri dapat ditandai
dan dihitung otomatis yang dapat di-reset.
6. Biological Safety Cabinet
Biological Safety Cabinet (BSC) atau dapat juga disebut Laminar Air Flow (LAF)
adalah alat yang berguna untuk bekerja secara aseptis karena BSC mempunyai pola
pengaturan dan penyaring aliran udara sehingga menjadi steril dan aplikasi sinar UV
beberapa jam sebelum digunakan.
7. Mikropipet (Mikropippete) dan Tip
Mikropipet adalah alat untuk memindahkan cairan yang bervolume cukup kecil,
biasanya kurang dari 1000 l. Banyak pilihan kapasitas dalam mikropipet, misalnya
mikropipet yang dapat diatur volume pengambilannya (adjustable volume pipette)
antara 1l sampai 20 l, atau mikropipet yang tidak bisa diatur volumenya, hanya
tersedia satu pilihan volume (fixed volume pipette) misalnya mikropipet 5 l. Dalam
penggunaannya, mikropipet memerlukan tip.
8. Cawan Petri (Petri Dish)
Cawan petri berfungsi untuk membiakkan (kultivasi) mikroorganisme. Medium
dapat dituang ke cawan bagian bawah dan cawan bagian atas sebagai penutup.
Cawan petri tersedia dalam berbagai macam ukuran, diameter cawan yang biasa
berdiameter 15 cm dapat menampung media sebanyak 15 20 ml, sedangkan cawan
berdiameter 9 cm kira-kira cukup diisi media sebanyak 10 ml.
9. Tabung reaksi (Reaction Tube/Test Tube)

Di dalam mikrobiologi, tabung reaksi digunakan untuk uji-uji biokimiawi dan


menumbuhkan mikroba. Tabung reaksi dapat diisi media padat maupun cair. Tutup
tabung reaksi dapat berupa kapas, tutup metal, tutup plastik atau aluminium foil.
Media padat yang dimasukkan ke tabung reaksi dapat diatur menjadi 2 bentuk
menurut fungsinya, yaitu media agar tegak (deep tube agar) dan agar miring (slants
agar). Untuk membuat agar miring, perlu diperhatikan tentang kemiringan media
yaitu luas permukaan yang kontak dengan udara tidak terlalu sempit atau tidak
terlalu lebar dan hindari jarak media yang terlalu dekat dengan mulut tabung karena
memperbesar resiko kontaminasi. Untuk alasan efisiensi, media yang ditambahkan
berkisar 10 12 ml tiap tabung.
10. Labu Erlenmeyer (Erlenmeyer Flask)
Berfungsi untuk menampung larutan, bahan atau cairan. Labu Erlenmeyer dapat
digunakan untuk meracik dan menghomogenkan bahan-bahan komposisi media,
menampung akuades, kultivasi mikroba dalam kultur cair, dan lain-lain. Terdapat
beberapa pilihan berdasarkan volume cairan yang dapat ditampungnya yaitu 25 ml,
50 ml, 100 ml, 250 ml, 300 ml, 500 ml, 1000 ml, dan sebagainya.
11. Gelas ukur (Graduated Cylinder)
Berguna untuk mengukur volume suatu cairan, seperti labu erlenmeyer, gelas ukur
memiliki beberapa pilihan berdasarkan skala volumenya. Pada saat mengukur
volume larutan, sebaiknya volume tersebut ditentukan berdasarkan meniskus cekung
larutan.
12. Tabung Durham
Tabung durham berbentuk mirip dengan tabung reaksi namun ukurannya lebih kecil
dan berfungsi untuk menampung/menjebak gas yang terbentuk akibat metabolisme
pada bakteri yang diujikan. Penempatannya terbalik dalam tabung reaksi dan harus
terendam sempurna dalam media (jangan sampai ada sisa udara).
13. Jarum Inokulum
Jarum inokulum berfungsi untuk memindahkan biakan untuk ditanam/ditumbuhkan
ke media baru. Jarum inokulum biasanya terbuat dari kawat nichrome atau platinum
sehingga dapat berpijar jika terkena panas. Bentuk ujung jarum dapat berbentuk
lingkaran (loop) dan disebut ose atau inoculating loop/transfer loop, dan yang
berbentuk lurus disebut inoculating needle/Transfer needle. Inoculating loop cocok

untuk melakukan streak di permukaan agar, sedangkan inoculating needle cocok


digunakan untuk inokulasi secara tusukan pada agar tegak (stab inoculating).
(Waluyo, 2007)
Kita dapat memahami andai kata medium dan alat-alat yang digunakan dalam inokulasi
tidak steril. Maka kita tidak akan memperoleh peliharaan bakteri yang diinginkan. Maka
langkah-langkah pertama yang harus kita ambil sebelum kita mengadakan inokulasi
ialah mengusahakan sterilnya medium serta alat-alat perlengkapan (Dwidjoseputro,
1998).
Steril artinya tidak didapatkan mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya, baik yang
menggunakan atau merusak atau mengganggu kehidupan dan proses yang sedang
dikerjakan. Setiap proses baik fisika, kimia dan mekanik yang membunuh semua kuman
atau bentuk hidup terutama mikroorganisme disebut sterilisasi (Waluyo, 2007).
Ada banyak pilihan cara sterilisasi yang berbeda. Namun yang penting adalah
bagaimana menetapkan bahwa produk artinya dinyatakan sudah steril dan aman
digunakan pasien. Suatu produk dapat disterilkan melalui cara sterilisasi akhir
(Thermal-Sterilisation) atau dengan cara aseptis (Aseptic Processing). Cara sterilisasi
yang dapat dilakukan untuk mendapatkan produk steril, yaitu:
1. Terminal Sterilisasi (sterilisasi akhir)
2. Aceptic prosessing
(Lukas, 2006)
Ada beberapa teknik yang diperlukan untuk sterilisasi peralatan mikrobiologi, seperti:
gelas, alat potion, cawan atau larutan. Bahan-bahan kimia dan tanaman. Ada beberapa
macam sterilisasi, dimana yang harus digunakan tergantung alat dan bahannya.
Beberapa jenis sterilisasi antara lain:
1.
Sterilisasi dengan pemanasan kering
Metode ini hanya digunakan untuk alat-alat gelas dan peralatan yang terbuat dari
logam atau bahan lain yang tidak rusak dalam temperatur tinggi. Alat-alat yang
berisi kapas, kertas, atau plastik tidak dapat disterilkan dengan metode ini. Pisau,
scalpel dan pinset juga tidak boleh disterilkan dengan cara ini karena dapat
2.

menyebabkan alat tersebut mengalami ketumpulan.


Sterilisasi dengan pemanasan basah
Metode sterilisasi ini memakai alat bernama Autoclave yang bekerja dengan
tekanan uap. Standar teknik untuk sterilisasi 121oC selam 15-20 menit. Setelah
6

15-20 menit, clave pembuka dibuka pelan-pelan tekanan uap di dalam Autoclave
lama-lama akan sama dengan tekanan atmosfer. Pembukaan clave pembuang
yang tergesa-gesa dapat menyebabkan cairan atau media yang ada didalam botol
atau Erlenmeyer tumpah keluar. Penggunaan Autoclave lebih dari 20 menit dapat
3.

merusakan bahan-bahan kimia yang ada didalam media.


Sterilisasi radiasi
a. Ultra Violet
Ultra violet merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang 100 - 400mm dengan efek optimal pada 254mm. Sumbernya dari
lampu uap materi dengan daya tembus hanya 0,01 - 0,02mm radiasi pada
sterilisai ruangan untuk penggunaan antiseptis.
b. Ion
Mekanismenya mengikuti teori tumbukan, yaitu sinar langsung menghantam
pusat kehidupan mikroba (kromosom) atau secara tidak langsung dengan
sinar terlebih dahulu membebntuk air dan mengubahnya menjadi radikal
yang menyebabkan terjadinya reaksi sekunder pada bagian molekul DNA
mikroba.
c. Gamma
Gamma bersumber dari CO 60 dan CS 137 dengan aktivitas terbesar 50-500
kg cure serta memiliki daya tembus yang sangat tinggi. Dosis efektifnya 2,5
MRad. Gamma digunakan untuk mensterilkan alat-alat kedokteran serta alatalat yang terbuat dari logam, karet, serta bahan sintesis seperti polietilen
(Lukas, 2006)

4.

Sterilisasi dengan bahan kimia


Metode yang sederhana untuk sterilisasi substansi yang termolabil adalah
dengan alkohol 70% dan 95%, larutan ini dapat berfungsi sebagai bahan

5.

sterilisasi yang baik.


Sterilisasi plasma
Plasma terdiri atas elektron, ion-ion maupun partikel netral. Halilintar
merupakan contoh plasma yang terjadi di alam. Plasma buatan dapat terjadi pada
suhu tinggi maupun rendah. Plasma berasal dari beberapa gas, seperti Argon

(Ar), Nitrogen (N2), dan Oksigen (O2) yang menunjukkan aktivitas sporisidal.
(Lukas, 2006)

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Sterilisasi dilaksanakan pada tanggal 10 April 2014 pada pukul 16.00 WITA
di

Laboraturium

Rekayasa

Teknik

Lingkungan

Fakultas

Teknik

Universitas

Mulawarman Samarinda.

3.2 Alat dan Bahan


8

3.2.1 Alat
1.
2.
3.
4.
5.

Cawan Petri
Tabung Reaksi
Oven
Rak tabung reaksi
Sterilizer

3.2.2 Bahan
1.
2.
3.
4.
5.

Tisu
Sabun cair
Alkohol
Air
Alumunium Foil

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Sterilisasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Dicuci tangan dengan menggunakan sabun cair dan air yang mengalir.
Dikeringkan tangan dengan menggunakan tisu.
Disemprotkan alkohol ke tangan.
Disiapkan cawan petri dan tabung reaksi.
Dicuci kedua alat tersebut dengan menggunakan sabun cair dan air yang mengalir.
Dikeringkan kedua alat tersebut dengan menggunakan tisu.
Ditutup cawan petri dan tabung reaksi dengan menggunakan alumunium foil.
Dimasukan cawan petri dan tabung reaksi ke oven.
Dipanaskan kedua alat tersebut ke dalam autoclave selama 3 jam dengan suhu 105C
lalu ditaruh di sterilizer.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Hasil Pengamatan
4.1 Fungsi Alat

No
1
2
3
4
5

Nama Alat
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi

Sterilizer
Oven
Cawan petri

Fungsi
Alat untuk mereaksikan sampel larutan
Tempat meletakkan tabung reaksi
Untuk menginkubasi media dengan suhu ruang
Sebagai alat sterilisasi
Sebagai tempat untuk media atau tempat pertumbuhan
mikroba

4.2

Pembahasan

Pertama- tama yang kita lakukan dalam percobaan sterilisasi adalah mencuci tangan
menggunakan sabun dan air. Setelah mencuci tangan, lalu tangan kita dikeringkan
menggunakan tisu. Lalu tangan kita bersihkan dengan alkohol. Setelah itu, kita
bersihkan tabung reaksi dan cawan petri dan keringkan. Terus bungkus cawan petri dan
tabung reaksi menggunakan alumunium foil dan masukan ke dalam oven hingga suhu
mencapai 105oC.
10

Metode yang digunakan dalam praktikum sterilisasi adalah menggunakan metode panas
kering. Sterilisasi panas kering, umumnya digunakan untuk peralatan gelas atau
keramik yang tahan panas, dan dilakukan dalam oven. Pada kondisi panas kering,
protein akan terdenaturasi, sitoplasma akan kering, dan berbagai komponen sel dan
virus teroksidasi. Sedangkan untuk metode panas basah (menggunakan uap air), lebih
dibandingkan panas kering pada suhu yang sama. Hal ini disebabkan kehadiran molekul
air membantu memecahkan ikatan hidrogen pada membran. Sterilisasi panas basah ini
dilakukan dengan alat.
Sterilisasi adalah suatu proses baik mekanik, kimia maupun fisika yang dapat
membunuh semua bentuk kehidupan terutama mikroorganisme. Sterilisasi dapat juga
diartikan sebagai suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada
atau dalam suatu benda. Prinsip sterilisasi adalah setiap alat yang digunakan dalam
praktikum dan penelitian mikrobiologi memerlukan proses sterilisasi sebelum dapat
digunakan dan prosesnya dapat dilakukan secara pemanasan dan uap air bertekanan.
Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan panas,
penggunaan bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi). Bila panas digunakan bersamasama dengan uap air maka disebut sterilisasi panas lembab atau sterilisasi basah, bila
tanpa kelembapan maka disebut sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering. Dipihak
lain, sterilisasi kimia dapat dilakukan dengan menggunakan gas atau radiasi. Pemilihan
metode didasarkan pada bahan yang akan distrilkan (Hadioetomo, 1983).
Ada juga sterilisasi mekanik, sterilisasi mekanik terbagi menjadi 3 macam, yaitu:
sterilisasi dengan pemanasan, sterilisasi dengan penyinaran dan sterilisasi dengan
penyaringan.
a. Sterilisasi dengan pemanasan.
1. Sterilisasi dengan pemijaran
Sterilisasi ini digunakan untuk sterilisasi jarum ose dan lain-lain yang terbentuk
dari platina dan khrom. Caranya dengan membakar alat-alat tersebut diatas lampu
spirtus sampai pijar.
2. Sterlisasi dengan udara panas
Sterilisasi ini digunakan untuk mensterilkan alat gelas, seperti Erlenmeyer,
petridish, tabung reaksi, selain itu dapat juga untuk mensterilkan kapas, kain, dan
11

kertas. Sterilisasi ini menggunakan alat yang memiliki Thermostat yang di sebut
hot air stelizer (oven). Temperatur yang digunakan kira-kira 170 oC 180oC dan
paling sedikit selama 2 jam.
3. Sterilisasi dengan uap air panas
Digunakan untuk mensterilkan cairan dan media kultur yang yang tidak tahan panas
tinggi. Alat yang digunakan adalah Arnold Stem Stelizer. Umumnya suhu 100oC.
4. Sterilisasi uap panas bertekanan
Merupakan cara sterlisasi paling baik jika dibandingkan dengan sterilisasi lainnya.
Menggunakan autoclave, pada suhu 121oC dan tekanan 2 atm.
a. Sterilisasi dengan penyinaran.
Dimaksudkan untuk merusak kemampuan sel mikroba pengkontaminan secara
seluler dan genetik yang mengakibatkan mikroba tersebut tidak mampu untuk
melakukan reproduksi dan pertumbuhan. Menggunakan radiasi ion dengan dosis
tinggi.
b. Sterilisasi dengan penyaringan.
Untuk mensterilkan serum darah, ataupun yang relatif tidak tahan panas yang
tinggi. Maka dipakailah alat-alat filter bakteri. Selain itu bahan seperti larutan
fisiologis, dan mengandung Natrium Bikarbonat yang tidak stabil.
Lama pensterilisasi alat dan bahan berbeda-beda, perbedaan ini disebabkan, karena
ketahanan alat dan bahan bebeda. Bila alat terlalu lama dipanaskan dapat terjadi
perubahan bentuk, bila pada bahan dipanaskan terlalu lama maka bahan atau media
dapat rusak seperti penguraian gula, pH dan lain-lain.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi antara lain kepadatan muatan,
volume cairan, dan ukuran wadah yang dipakai. Umumnya bahan yang memakan
tempat dan mendekati kedap air memerlukan pemanasan lebih lama. Volume media di
dalam botol atau labu jangan sampai melebihi dua pertiga tinggi wadah. Wadah
sterilisasi yang berukuran kecil semakin baik digunakan. Sebagai contoh jika ingin
mensterilkan lima liter media lebih baik menggunakan lima labu yang masing-masing
berisi satu liter media daripada menggunakan satu labu yang berisi lima liter media.
Volume yang lebih kecil memerlukan waktu sterilisasi yang lebih pendek. Jadi, lamanya
siklus sterilisasi harus disesuaikan dengan ukuran dan jumlah wadah.
12

Hal yang harus diperhatikan pula yaitu botol atau tabung reaksi tidak boleh disumbat
terlalu ketat sehingga kedap udara. Untuk menyumbat dapat digunakan kapas yang
kemudian dilindungi dengan kertas atau aluminium foil supaya kapas tidak terkena
tetesan air sewaktu sterilisasi. Apabila perlu, dapat juga digunakan sumbat karet, tutup
sekrup, atau tutup plastik. Laju pendinginan dan pembebasan rekanan harus dilakukan
dengan perlahan-lahan untuk mencegah pecahnya perangkat kaca pada waktu siklus
sterilisasi telah selesai. Untuk itu, suhu di dalam autoclave harus dibiarkan turun
kembali seperti suhu kamar sebelum tutup autoclave dibuka.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi ini termasuk kelembapan, konsentrasi gas,
suhu dan distribusi gas dalam chamber pensterilan. Penghancuran bakteri tergantung
pada adanya kelembapan, gas dan suhu dalam pengemasan, penetrasi melalui bahan
pengemas, pada pengemas pertama atau kedua harus dilakukan, dan persyaratan desain
khusus pada bahan pengemas.
Dalam praktikum mikrobiologi tentunya banyak alat-alat yang digunakan, dan tentunya
masing-masing alat memiliki fungsi masing-masing, contohnya: Sterilizer, berfungsi
sebagai alat sterilisasi, Tabung reaksi berfungsi untuk mereaksikan sampel larutan, rak
tabung reaksi untuk tempat penyimpanan tabung reaksi, Aluminium foil untuk menutup
mulut dari tabung reaksi, cawan perti sebagai tempat untuk media atau tempat
pertumbuhan mikroba.
Faktor kesalahan pada percobaan yaitu pada pembungkusan cawan petri dengan
menggunakan aluminium foil yang terlalu kuat dan rapat sehingga mengakibatkan
aluminium foil sobek yang dapat mengakibatkan pensterilan kurang sempurna, dan juga
posisi labu Erlenmeyer (tertidur) yang salah ketika disterilkan menggunakan oven yang
membuat uap air dari dalam labu Erlenmeyer terperangkap didalam labu Erlenmeyer
sehingga alat tidak steril dan basah.
Pada bagian atas (mengkilap) aluminium foil berfungsi menolak radiasi dari matahari
hingga 97 %. Di siang hari biasanya suhu di dalam ruangan atau rumah biasanya lebih
panas, itu disebabkan perpindahan radiasi panas di bagian atas atap, pindah ke bagian
13

bawah atap. Aluminium yang dipasang di bawah genteng berfungsi memantulkan


kembali radiasi matahari tersebut, sehingga suhu di dalam ruangan lebih sejuk.

14

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi sterelisasi yaitu kelembapan, konsentrasi gas,

suhu dan distribusi gas dalam chamber pensterilan.


b. Macam-macam sterilisasi:
a. Sterilisasi dengan pemijaran
b. Sterilisasi dengan udara panas (kering)
c. Sterilisasi dengan uap air panas
d. Sterilisasi dengan uap air panas bertekanan
c. Fungsi sterilisasi adalah untuk menghindari adanya mikroorganisme yang masih
terbawa oleh alat-alat yang akan digunakan, karena adanya mikroorganisme
menyebabkan kontaminasi bahkan dapat menumbuh kembangkan bakteri yang
belum benar-benar steril.

5.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum sterilisasi ini digunakan teknik-teknik sterilisasi yang
bermacam-macam agar praktikan mampu membandingkan dan mengetahui kelebihan
atau kekurangan dari teknik-teknik tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
1. Dwidjoseputro, D.1998. Dsar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta
15

2. Lukas, S.2006. Formulasi Steril. Andi : Jakarta


3. Waluyo, L.2007. Mikrobiologi Lingkungan. UMM Press : Malang

16

Anda mungkin juga menyukai