Anda di halaman 1dari 71

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI BRIKET BIOARANG

CANGKANG KEMIRI KULIT DURIAN SEBAGAI BAHAN


BAKAR ALTERNATIF

SKRIPSI

ELIZABETH SITUMORANG
080801053

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

Universitas Sumatera Utara

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI BRIKET BIOARANG


CANGKANG KEMIRI KULIT DURIAN SEBAGAI BAHAN
BAKAR ALTERNATIF

SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

ELIZABETH SITUMORANG
080801053

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

PERSETUJUAN

Judul

Kategori
Nama
Nomor Induk Mahasiswa
Program Studi
Departemen
Fakultas

: PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI BRIKET


BIOARANG CANGKANG KEMIRI - KULIT
DURIAN
SEBAGAI
BAHAN
BAKAR
ALTERNATIF
: SKRIPSI
: ELIZABETH SITUMORANG
: 080801053
: SARJANA (S1) FISIKA
: FISIKA
: MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA
Diluluskan di
Medan, Juli 2012

Diketahui
Departemen Fisika FMIPA USU
Ketua,

DR. MARHAPOSAN SITUMORANG


NIP. 19551030119800031003

Pembimbing,

Dr. PERDINAN SINUHAJI, MS


NIP : 195903101987031002

PERNYATAAN

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI BRIKET BIOARANG CANGKANG


KEMIRI - KULIT DURIAN SEBAGAI
BAHAN BAKAR ALTERNATIF
SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2012

ELIZABETH SITUMORANG
080801053

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha
Penyanyang, dengan limpah karunia-Nya kertas kajian ini berhasil diselesaikan dalam
waktu yang telah ditetapkan.
Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Perdinan Sinuhaji, MS selaku pembimbing pada penyelesaian skripsi
ini yang telah memberikan panduan dan penuh kepercayaan kepada Penulis untuk
menyempurnakan kajian ini. Panduan ringkas, padat, dan profesional telah
diberikan kepada Penulis agar Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2.
Ketua Departemen Fisika USU, Bapak Dr. Marhaposan Situmorang,
Sekretaris
Departemen Fisika USU, Ibu Dra. Justinon, M.S, beserta staff pegawai di Kantor
departemen Fisika USU yang telah membantu Penulis didalam melengkapi
administrasi.
3. Ayahanda tercinta G. Situmorang dan Ibunda Tercinta D. Sinaga, kakak
Andri
Marina L. Situmorang, adik Daud Situmorang, serta keluarga Bapa uda Deni
Situmorang di Belawan yang terus mendukung dan memberikan semangat kepada
Penulis baik dalam moral, doa dan dalam material.
4. Keluarga besar Op. Situmorang dan Op. Sinaga yang selalu memberikan motivasi
juga semangat kepada Penulis.
5. Teman-teman di Jurusan Fisika USU khususnya angkatan 2008 (PhysiCreative),
yaitu Bora, Eben, Albert, Ervinna, Bheng An, Rolas, Zemba, Asman, Perdana,
there, nya, yosephin, metar, Elda, Donal, roni, mangara, andes, putri, zulkar,
zemba, hiras, martin dan yang belum disebutkan namanya yang memberikan
bantuan dan dorongan semangat didalam menyelesaikan skripsi ini. Serta adikadik angkatan 2011 (Physic Prolix), yang terus menghibur dan memberikan
semangat kepada Penulis.
6.
Sahabat terkasih Hiras M. Sitanggang, yang selalu mendukung dan
memberikan
semangat serta doa kepada Penulis. Juga kepada teman Penulis
Chrisnawaty
Sirait, yang juga memberi dukungan, semangat kepada
Penulis.
Semoga kasih Karunia dan berkat dari Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai
kamu semua. Amin
Terima kasih atas semua dukungan, bantuan dan semangat yang selama ini
Penulis terima guna menyelesaikan
skripsi ini. Akhir kata Penulis
mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca.

Medan, Juli 2012

Penulis

ABSTRAK

Pada penelitian ini, Briket Bioarang dibuat dari campuran tepung arang cangkang
kemiri (CK) dan kulit durian (KD) dengan memvariasikan jumlah komposisi massa
bahan 80% CK, 64% CK- 16% KD, 32% CK 48% KD, 16% CK- 64% KD, 80%
KD. Dengan perbandingan komposisi CK-KD : perekat tapioka adalah = 80% : 20%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat fisika, kimia, dan mekanik
dari briket cangkang kemiri kulit durian (nilai kalor, densitas, kadar air, kadar air dan
C- organik dalam masing-masing arang bahan, dan kekuatan tekan) serta
membandingkan mutunya berdasarkan SNI 01-6235-2000 dan berdasarkan standar
jepang, USA, dan Inggris. Dari penelitian ini, diketahui bahwa kandungan air
dan karbon dalam tepung arang penyusun briket bioarang, sangat mempengaruhi
mutu dari briket yang dihasilkan. Pada penelitian ini, didapatkan bahwa nilai kalor
yang sesuai standar adalah pada 16% CK- 64% KD, yaitu 5.067,6 cal/gr dan pada
80% CK, yaitu 5011,7 cal/gr. nilai kuat tekan briket yang sesuai standar USA adalah
32%
2
CK 48% KD, yaitu 61,2347 kg/cm . Densitas briket yang sesuai standar Inggris
adalah pada 32% CK- 48% KD, 16% CK 64% KD, dan 80% KD. Kadar air briket
terendah pada 80% CK, yaitu 6,17%. Kadar karbon terbanyak dan kadar air terendah
terdapat pada tepung arang cangkang kemiri, yaitu 53,68% dan 0,66%. Sedangkan
pada tepung arang kulit durian kadar karbon dan airnya adalah 49,66 % dan 5,94%.
Kata kunci : briket, cangkang kemiri (CK), kulit durian (KD), dan perekat
tapioka.

Manufacture and Characterization of Candlenut Shells Biocharcoal Briquette Durian Leather


ABSTRACT

In this research, BioCharcoal Briquette made of a mixture of candlenut shell charcoal


powder (CK) and the leather of durian (KD) by varying the amount of the mass
composition of the material 80% CK, 64% CK- 16% KD, 32% CK 48% KD, 16%
CK- 64% KD, 80% KD. By comparison of the material and the adhesive composition
is 80%: 20%. This research aims to determine the physical properties, chemical, and
mechanical properties of candlenut shell briquette - durian leather (calori value,
density, amount or level of moisture, water content and C-organic in each carbon
material, and compressive strength) and then compare the quality based on SNI 016235-2000. From this research, it is known that water and carbon content in the
powder of charcoal briquette bioCharcoal, greatly affects the quality of the briquette
produced. In this research, it was found that the highest calorific value and mach
to the standart there is in 16% of CK-64% KD and 80% CK, which is 5067,6 cal/gr
and
5011,7 cal/gr. the persistence press that mach to USA standaritasion is on 32% CK 2
48% of KD, which is 61.2347 kg/cm . The density briquette are which mach
to
Standarization of England on 32% CK-48% KD, 16% CK-64% KD, and 80% KD.
Lowest water content at 80% briquettetes CK, which is 6.17%. Highest carbon
content and lowest moisture content found on pecan shell charcoal powder, which
is
53.68% and 0.66%. While the skin of durian powder charcoal carbon and water
content is 49.66% and 5.94%.
Keywords: briquette, candlenut shells, durian leather, and adhesive
tapioka.

DAFTAR ISI

Halaman
Persetujuan
Pernyataan
Penghargaan
Abstrak
Abstract
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Bab I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Batasan Masalah
1.4 Tujuan Penelitian
1.5 Manfaat Penelitian
1.6 Sistematika Penulisan
Bab II. Tinjauan Pustaka
2.1 Energi Secara Umum
2.2 Bahan Bakar Hayati
2.3 Biomassa untuk Bahan Bakar
2.3.1 Konversi Termal Biomassa
2.3.2 Pemanfaatan Limbah Pertanian Menjadi Bahan Bakar Biomassa
2.4 Tanaman Kemiri
2.5 Tanaman Durian
2.6 Briket
2.7 Briket Bioarang
2.7.1 Sifat-sifat Briket Bioarang
2.7.2 Parameter Dalam Pembuatan Briket Bioarang
2.7.3 Tahapan Pembuatan Briket Bioarang
2.7.4 Prinsip Dasar Pembuatan Briket Bioarang
2.7.4.1 Proses Karbonisasi
2.7.4.2 Prinsip Karbonisasi
2.7.4.3 Metode Karbonisasi
2.7.4.4 Penggilingan Arang
2.7.4.5 Bahan Perekat
2.7.5 Keunggulan Briket Bioarang
2.7.6 Briket Menurut Standar Mutu Indonesia (SNI)
Bab III Metodologi Penelitian
3.1 Tempat Penelitian
3.2 Peralatan dan Bahan
3.2.1 Peralatan
3.2.2 Bahan
3.3 Prosedur Pembuatan Briket
3.3.1 Proses Pembuatan Arang cangkang kemiri

ii
iii
iv
v
vi
vii
ix
x
1
2
3
4
4
4
6
9
10
11
12
13
15
18
18
20
21
21
22
22
22
23
24
24
26
28
29
29
29
30
30
30

3.3.2 Proses Pembuatan Arang Kulit durian


3.3.3 Prosedur pembuatan briket cangkang kemiri-kulit durian
3.4 Diagram Alir Penelitian
3.5 Pengujian Briket
3.5.1 Sifat Fisis
3.5.1.1 Densitas
3.5.1.2 Kalor Briket
3.5.2 Sifat Mekanik
3.5.2.1 Kuat tekan
3.5.3 Sifat Kimia
3.5.3.1 Kadar Karbon Organik (C-Organik) Tepung Arang (Metode
Gravimetri)
3.5.3.2 Kadar Air Briket Bioarang
3.5.3.3 Kadar Air Tepung Arang (Metode Gravimetri)

31
32
34
35
35
35
35
36
36
37
37
37
38

Bab IV. Hasil dan Pembahasan


4.1 Densitas
4.2 Kalor Briket
4.3 Kuat Tekan
4.4 Kadar Karbon Organik (C-Organik)
4.5 Kadar Air Tepung Arang
4.6 Kadar Air Briket

39
40
42
44
44
45

Bab V. Kesimpulan dan Saran


5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

47
48

Daftar Pustaka
Lampiran

49

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6

Potensi Energi Biomassa Di Indonesia


Kandungan Kimia Cangkang Kemiri
Daftar Analisa Bahan Perekat
Syarat Mutu Briket Arang Kayu
Densitas Briket Bioarang Cangkang Kemiri-Kulit Durian
Kalor Briket Bioarang Cangkang Kemiri-Kulit Durian
Kuat Tekan Briket Bioarang Cangkang Kemiri-Kulit Durian
Kadar Karbon Organik (C-Organik) Tepung Arang Cangkang
Kemiri dan Tepung Arang Kulit Durian
Kadar Air Tepung Arang Cangkang Kemiri dan Tepung Arang Kulit
Durian
Kadar Air Briket Bioarang Cangkang Kemiri-Kulit Durian

13
14
26
28
39
41
42
44
44
45

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4

Cangkang Kemiri
Kulit Durian yang Akan Dijadikan Briket
Diagram Alir Penelitian
Skema Pengujian Kuat Tekan Briket
Hubungan Komposisi Campuran Kulit Durian (KD) terhadap
Densitas Briket
Hubungan Komposisi Campuran Kulit Durian (KD) Terhadap
Kalor Briket
Hubungan Komposisi Campuran Kulit Durian terhadap Kuat
Tekan Briket
Hubungan Komposisi Campuran Kulit Durian (KD) Terhadap
Kadar Air Briket

15
17
34
36
40
41
43
45

ABSTRAK

Pada penelitian ini, Briket Bioarang dibuat dari campuran tepung arang cangkang
kemiri (CK) dan kulit durian (KD) dengan memvariasikan jumlah komposisi massa
bahan 80% CK, 64% CK- 16% KD, 32% CK 48% KD, 16% CK- 64% KD, 80%
KD. Dengan perbandingan komposisi CK-KD : perekat tapioka adalah = 80% : 20%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat fisika, kimia, dan mekanik
dari briket cangkang kemiri kulit durian (nilai kalor, densitas, kadar air, kadar air dan
C- organik dalam masing-masing arang bahan, dan kekuatan tekan) serta
membandingkan mutunya berdasarkan SNI 01-6235-2000 dan berdasarkan standar
jepang, USA, dan Inggris. Dari penelitian ini, diketahui bahwa kandungan air
dan karbon dalam tepung arang penyusun briket bioarang, sangat mempengaruhi
mutu dari briket yang dihasilkan. Pada penelitian ini, didapatkan bahwa nilai kalor
yang sesuai standar adalah pada 16% CK- 64% KD, yaitu 5.067,6 cal/gr dan pada
80% CK, yaitu 5011,7 cal/gr. nilai kuat tekan briket yang sesuai standar USA adalah
32%
2
CK 48% KD, yaitu 61,2347 kg/cm . Densitas briket yang sesuai standar Inggris
adalah pada 32% CK- 48% KD, 16% CK 64% KD, dan 80% KD. Kadar air briket
terendah pada 80% CK, yaitu 6,17%. Kadar karbon terbanyak dan kadar air terendah
terdapat pada tepung arang cangkang kemiri, yaitu 53,68% dan 0,66%. Sedangkan
pada tepung arang kulit durian kadar karbon dan airnya adalah 49,66 % dan 5,94%.
Kata kunci : briket, cangkang kemiri (CK), kulit durian (KD), dan perekat
tapioka.

Manufacture and Characterization of Candlenut Shells Biocharcoal Briquette Durian Leather


ABSTRACT

In this research, BioCharcoal Briquette made of a mixture of candlenut shell charcoal


powder (CK) and the leather of durian (KD) by varying the amount of the mass
composition of the material 80% CK, 64% CK- 16% KD, 32% CK 48% KD, 16%
CK- 64% KD, 80% KD. By comparison of the material and the adhesive composition
is 80%: 20%. This research aims to determine the physical properties, chemical, and
mechanical properties of candlenut shell briquette - durian leather (calori value,
density, amount or level of moisture, water content and C-organic in each carbon
material, and compressive strength) and then compare the quality based on SNI 016235-2000. From this research, it is known that water and carbon content in the
powder of charcoal briquette bioCharcoal, greatly affects the quality of the briquette
produced. In this research, it was found that the highest calorific value and mach
to the standart there is in 16% of CK-64% KD and 80% CK, which is 5067,6 cal/gr
and
5011,7 cal/gr. the persistence press that mach to USA standaritasion is on 32% CK 2
48% of KD, which is 61.2347 kg/cm . The density briquette are which mach
to
Standarization of England on 32% CK-48% KD, 16% CK-64% KD, and 80% KD.
Lowest water content at 80% briquettetes CK, which is 6.17%. Highest carbon
content and lowest moisture content found on pecan shell charcoal powder, which
is
53.68% and 0.66%. While the skin of durian powder charcoal carbon and water
content is 49.66% and 5.94%.
Keywords: briquette, candlenut shells, durian leather, and adhesive
tapioka.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak awal Oktober 2005 harga bahan bakar minyak, termasuk minyak tanah di
Indonesia naik, masyarakat mulai ramai membicarakan bagaimana cara mencari bahan
bakar alternatif yang relatif murah. (Sukandarrumidi, 2006)

Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia yang diberlakukan


mulai tanggal 1 Oktober 2005, telah banyak merugikan masyarakat, termasuk pula
industri yang memanfaatkan

Bahan bakar minyak sebagai bahan bakar industri.

Apabila kenaikan harga BBM melanda pada industri kecil, maka dapat dipastikan
industri tersebut akan mengalami kerugian, tidak mampu lagi melakukan pengadaan
bahan bakar dalam bentuk BBM.

Pada Desember 2011, pemerintah juga merencanakan akan menaikkan harga


BBM bersubsidi. Namun rencana ini tidak jadi dilaksanakan, padahal pada saat
itu harga minyak dunia sudah mencapai US$ 100 per barel. Rencana kenaikan
harga BBM ini kemudian muncul kembali pada awal tahun 2012. Sebelumnya,
beberapa waktu lalu pemerintah telah membahas opsi untuk menaikkan harga BBM
bersubsidi untuk menekan anggaran BBM dalam APBN 2012 yang bakal bengkak.
Pasalnya, harga minyak dunia saat ini sudah mencapai

US$120 per barel.

Awalnya, rencana tersebut akan dilaksanakan mulai 1 April mendatang dengan


opsi kenaikan antara Rp500 hingga Rp1.500 per liter. Rencana tersebut kemudian
diundur lagi yang kemungkinan

besar akan dilaksanakan

mulai Mei mendatang

dengan salah satu opsi menaikkan harga BBM maksimal mencapai Rp2.000 per liter.
(sumber: www.medandail ybisnis.com, 2012)

Perecanaan kenaikan harga BBM ini menjadi salah satu faktor pencarian bahan
bakar alternatif yang ramah lingkungan, murah, dan dapat di buat sendiri oleh
masyarakat. Bahan bakar alternatif ini di hasilkan dari berbagai macam limbah
pertanian, seperti cangkang kemiri, kulit durian, alang-alang dan lain sebagainya.

Bahan bakar alternatif ini akan menghasilkan energi biomassa yang di buat
dalam bentuk briket bioarang. Dimana, pada penelitian-penelitian

yang telah

dilakukan oleh para peneliti sebelumnya diketahui bahwa briket bioarang mempunyai
kualitas yang sama baiknya dengan bahan bakar lainnya. Salah satunya adalah briket
cangkang kemiri pada penelitian Junifa Layla Sihombing (2006), briket cangkang
kemiri dapat menghasilkan kalor sebesar 5916 kal/gr. Sedangkan untuk briket kulit
durian

pada

penelitian

samsudin

anis

(2006),

briket

kulit

durian

dapat

menghasilkan kalor sebesar 5.010 kal/gr.

Untuk semakin mengembangkan penggunaan limbah pertanian sebagai bahan


bakar alternatif pengganti minyak tanah, akan dilakukan penelitian, bagaimana
kemudian agar campuran dari limbah cangkang kemiri dan limbah kulit durian dapat
dimanfaatkan

menjadi benda yang bernilai jual, yaitu mengubahnya menjadi energi

(bahan bakar) alternatif. Dimana peneliti berharap, agar briket cangkang kemiri-kulit
durian yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai pengganti dari minyak tanah dan
memiliki kualitas yang lebih baik dari briket cangkang kemiri dan briket kulit durian
itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pembuatan dan bentuk briket dari cangkang kemiri dan
kulit durian.
2. Apakah briket arang cangkang kemiri dan kulit durian dapat memenuhi
standar mutu SNI briket arang kayu.

3. Berapakah komposisi campuran bahan cangkang kemiri dan kulit durian yang
paling sesuai, agar dapat memenuhi standar mutu briket arang kayu sesuai
dengan SNI.
4. Bagaimanakah sifat sifat fisik, kimia, dan mekanik dari briket cangkang kemiri
kulit durian (nilai kalor, densitas, kadar air, unsur dalam masing-masing abu
bahan dan kekuatan tekan).

1.3 Batasan Masalah


Agar permasalahan yang akan dibahas dapat menjadi terarah, maka
diperlukan beberapa batasan masalah. Batasan masalah tersebut adalah sebagai
berikut :
1.

Bahan baku yang digunakan untuk membuat briket adalah cangkang kemiri dan
kulit durian.

2.

Persentasi komposisi bahan campuran cangkangkulit durian adalah:


80% CK : 0% KD, 16% CK: 64% KD, 32% CK : 48% KD, 48% CK : 32% KD,
48% CK : 32% KD, 0% CK : 80% KD.

3.

Bahan perekat yang digunakan pada pembuatan briket adalah tepung tapioka
(tepung kanji), dengan persentasi komposisi bahan campuran adalah = 80% bahan
campuran : 20% tepung tapioka.

4.

Cetakan briket yang digunakan dalam bentuk silinder dengan ukuran cetakan
adalah diameter = 3.1 cm dan tinggi = 9 cm.

5.

Batas tekanan briket yang diberikan adalah 10 ton, dengan waktu penahanan
(holding time) selama 1 menit.

6.

Ukuran partikel dari tepung arang cangkang kemiri dan tepung arang kulit durian
adalah 60 mesh.

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah:
1.

Untuk memanfaatkan

limbah cangkang kemiri dan kulit durian sebagai bahan

pembuatan briket bioarang untuk bahan bakar alternatif serta mengetahui cara
pembuatan pengarangan dari Briket Bioarang cangkang kemiri dan kulit durian.
2.

Untuk mengetahui nilai kalor, densitas, kuat tekan, kadar karbon dan kadar air
dalam masing-masing bahan arang, serta kadar air briket cangkang kemiri kulit
durian.

3.

Melihat karakteristik komposisi campuran briket bioarang cangkang kemiri-kulit


durian yang memenuhi standar SNI briket arang kayu 01-6235-2000, standar
arang buatan Jepang (Japan), Amerika (USA), dan Inggris (Great Britain).

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan penelitian di bidang pemanfaatan limbah pertanian menjadi energi
biomassa.
2. Diharapkan hasil dari penelitian briket bioarang yang dihasilkan diharapkan
dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah dan LPG.
3. Diharapkan

hasil

dari

penelitian

ini

dapat

membantu

masyarakat

untuk meningkatkan pendapatan melalui usaha baru arang briket yang berkualitas.

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan pada masing-masing bab adalah sebagai
berikut: Bab I

Pendahuluan
Bab ini mencakup latar belakang penelitian, batasan
masalah yang akan diteliti, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, tempat penelitian, dan sistematika
penelitian.

Bab II

Tinjauan Pustaka
Bab ini membahas tentang landasan teori yang menjadi
acuan untuk proses pengambilan data, analisa data, serta
pembahasan.

Bab III

Metodologi Penelitian
Bab ini membahas tentang tempat penelitian, peralatan,
bahan penelitian, diagram alir penelitian dan prosedur
penelitian.

Bab IV

Hasil dan Pembahasan


Bab ini membahas tentang data hasil penelitian dan
analisa data yang diperoleh dari penelitian.

Bab V

Kesimpulan dan Saran


Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang diperoleh
dari penelitian dan memberikan saran untuk penelitian
yang lebih lanjut.

BAB II TINJAUAN
PUSTAKA

2.1 ENERGI SECARA UMUM


Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak lepas dari kebutuhan akan bahan bakar. Bahan
bakar merupakan senyawa kimia yang dapat menghasilkan energi melalui perubahan
kimia. Dalam pengertian umum energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja.
Energi

dihasilkan

oleh

sumber

energi

secara

langsung

maupun

melalui

proses konversi. Energi yang berada di alam sangatlah banyak dan beraneka
ragam serta dapat dimanfaatkan

sebagai bahan bakar untuk menggerakkan

peralatan mekanik maupun elektronik. Salah satu fungsi energi adalah sebagai materi
bahan bakar.

Bahan bakar adalah istilah populer media untuk menyalakan api. Bahan bakar
dapat bersifat alami atau ditemukan langsung dari alam, tetapi juga bersifat
buatan yaitu diolah manusia dengan teknologi. Bahan bakar adalah suatu zat atau
materi yang mengandung energi. Bahan bakar terdiri dari 4 jenis yaitu : bahan
bakar padat, cair, gas dan nuklir. Ada berbagai jenis bahan bakar padat seperti
batu bara dan kayu. Bahan bakar cair contohnya minyak, bensin, methanol, etanol,
solar dan kerosin serta bahan bakar gas, contohnya gas alam.

Energi akan tetap dibutuhkan dari masa ke masa. Pada saat ini di era
industrialisasi dan transportasi, energi digunakan sebagai bahan bakar utama
penggerak sektor tersebut. Energi yang umumnya sekarang digunakan berasal
dari bahan bakar fosil yaitu minyak bumi, gas alam dan batu bara.
bakar tersebut saat ini merupakan pensuplai

Ketiga bahan

energi terbesar di dunia. Bahan

bakar fosil memampu mendominas 81% energi primer dunia dan juga berkontribusi
pada 66% pembangkitan listrik global. Padahal bahan bakar tersebut termasuk
sumber daya

energi yang tidak dapat diperbaharui dan lama kelamaan keberadaannya akan langka
dan habis. Beberapa data menyebutkan bahwa sampai dengan taraf tertentu, krisis
energi kita hadapi dimasa akan datang.

Peranan energi sangat penting artinya bagi peningkatan kegiatan ekonomi,


sehingga

penglolaan

energi

yang

meliputi

penyediaan,

pemanfaatan

dan

pengusahaannya harus dilaksanakan secara terpadu. Cadangan sumber daya energi


bahan bakar fosil keberadaannya sangat terbatas, maka perlu adanya kegiatan
diversifikasi sumber daya energi agar ketersediaan energi dimasa depan terjamin.
Bahan bakar fosil juga menghasilkan bahan pencemar yang mengganggu kesehatan,
dan menurunkan kualitas lingkungan, seperti Pb (timbal), CO (Carbon monoksida)
dan CO2 (Carbon dioksida).
Situasi energi di Indonesia tidak lepas dari situasi energi dunia. Konsumsi
energi dunia yang makin meningkat membuka kesempatan bagi Indonesia untuk
mencari

sumber

energi

alternatif

untuk

memenuhi

kebutuhannya

sendiri.

Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap bahan bakar minyak sangatlah besar.


Berdasarkan data energi sumber daya mineral 2006, bahwa minyak bumi seperti solar,
premium, minyak tanah, minyak diesel, dan minyak bakar mendominasi 52,5%
pemakaian energi di Indonesia, gas bumi sebesar 19%, batu bara 21,5%, air
3,7%, panar bumi 3% dan energi terbarukan renewable hanya sekitar 0,2% dari
total penggunaan energi. Padahal menurut data ESDM 2006, cadangan minyak
bumi Indonesia hanya sekitar 9M barel/tahun dan produksi Indonesia hanya sekitar
900 jt barel/tahun. Jika terus dikonsumsi dan tidak ditemukan cadangan minyak
baru atau tidak ditemukan teknologi baru untuk meningkatkan recovery minyak
bumi diperkirakan cadangan minyak Indonesia habis dalam waktu 23 tahun
mendatang. (Banun, Muhammad Syariful. 2011)

Ditengah persoalan tersebut, pengembangan energi baru dan terbarukan


sebagai pengganti bahan bakar minyak menjadi solusi alternatif. Pemerintah Indonesia
telah mengeluarkan blue print pengelolaan energi nasional periode 2005-2025 yang
merupakan penjabaran dari kebijakan energi nasional ( peraturan presiden no 5
tahun

2006). Dalam cetak biru itu, peran energi baru dan terbarukan ditargetkan meningkat
pada tahun 2025 disusul inpres no 1/2006 tentang pemanfaatan bahan bakar nabati.
Kontinuitas penggunaan bahan bakar fosil memunculkan dua ancaman serius
yaitu :
1. Faktor ekonomi, berupa jaminan ketersediaan bahan bakar fosil untuk beberapa
dekade mendatang, masalah suplay, harga, dan fluktuasi nya.
2. Polusi akibat pembakaran

bahan bakar fosil kelingkungan.

Polusi yang

ditimbukan oleh pembakaran bahan bakar fosil memiliki dampak langsung


maupun tidak langsung bagi kesehatan manusia. Kesadaran terhadap ancaman
serius tersebut telah mengintensifkan berbagai riset yang bertujuan menghasilkan
sumber-sumber energi maupun pembawa energi yang terjamin keberlanjutannya
dan lebih ramah lingkungan. Salah satu solusi untuk menghadapi tantangan
krisi energi dimasa depan adalah mencari sumber energi alternatif. Energi
alternatif adalah sumber energi yang dapat digunakan untuk menggantinkan bahan
bakar konvensional.

Berbagai energi alternatif yang dikenal selama ini untuk pegganti bahan
bakar fosil adalah : panas bumi (geo termal) tenaga matahari, tenaga angin, gelombang
laut, arus, dan pasang surut. Namun keberadaan sumber daya tersebut terkendala
oleh beberapa

faktor

seperti

kondisi

alam,

musim,

dan lamanya

paparan.

Karna itu beberapa negara mulai mengambil kebijakan untuk mencari sumber energi
lain yang terbarukan, yang tidak terpengaruh

musim, salah satunya adalah

menggunakan bahan bakar hayati. Jadi disimpulkan perlu adanya sumber energi
terbarukan disebabkan beberapa hal diantara adalah :
1. konsumsi energi yang semakin meningkat
2. Bahan bakar fosil akan habis karena termasuk bahan bakar tak terbarukan
3. Kebutuhan bahan bakar yang tak seimbang dengan produksi sehingga
masih mengimpor bahan bakar minyak.
4. Potensi biomasa Indonesia yang besar karena keanekaragaman tumbuhan yang
sangat tinggi serta dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar.
5. Adanya kebijakan internasional maupun nasional mengenai energi
6. Potensi lahan-lahan kosong dan tandus yang dapat digunakan untuk
menanam tanaman yang dapat dikonversikan menjadi bahan bakar

7. Potensi sumber daya manusia untuk mengolah, memanfaatkan dan


menghasikan bahan bakar alternatif untuk kebutuhan dimasa depan.
8.
Penyerapan tenaga kerja dalam pengelolaan lahan pertanian dan
perkebunan
9. Untuk mengurangi efek-efek buruk dari pembakaran bahan bakar fosil
maka diperlukan sumber energi yang lebih ramah lingkungan
10. Bahan bakar minyak juga mengandung polutan berbahaya bagi kesehatan
manusia seperti hidro karbon, Pb dan CO.

Berdasarkan peraturan presiden no 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi


nasional Indonesia memiliki target energi terbarukan sampai 15%, terutama bahan
bakar hayati sampai 5%. Oleh karena itu perlu dicari sumber bahan bakar hayati
terutama produk biomassa untuk di konversikan menjadi energi.

2.2 BAHAN BAKAR HAYATI


Menurut data di Indonesia memiliki potensi energi terbarukan sebesar 311.232 MW
namun kurang lebih hanya 22% yang mampu dimanfaatkan . Hal ini karena
keberadaan bahan bakar fosil masih tersedia, dan harganya murah, sehingga tidak
memikirkan, memanfaatkan

dan mengembangkan sumber energi alternatif yang

dapat di perbaharui.

Potensi energi terbarukan yang besar dan belum banyak dimanfaatkan adalah
energi dari bio massa. Potensi biomassa sebesar 5000 MW. Dari potensi itu hanya
320
MW yang sudah dimanfaatkan
ada.

atau hanya 0.64% dari seluruh potensi yang

Potensi biomassa di Indonesia bersumber dari produk samping kelapa sawit,


sisa panen tebu, sekam, jerami, kayu, sisa daun kakao, dan limbah industri
pertanian lainnya.

Berdasarkan laporan International Energy Agency (IEQ) diprediksikan bahwa


pada tahun 2050 bahan bakar hayati dapat menurunkan kebutuhan bahan bakar
minyak bumi sebanyak 20-40%. Bahan bakar hayati adalah bahan bakar organik
yang di hasilkan oleh makhluk hidup, berupa bahan padat, cair, atau gas.
bakar

Bahan

hayati dalam bentuk padatan dapat berupa kayu dan briket arang. Bahan bakar padat
merupakan

bahan bakar

zaman dahulu, karena

masyarakat

memanfaatkan

langsung dari sisa-sisa tumbuhan seperti kayu, ranting, dahan dan dedaunan yang
jatuh kering dapat dibakar secara langsung untuk bahan bakar memasak. Selain itu
bagian tanaman tersebut

dapat

dijadikan

arang,

misalkan

arang kayu, arang

tempurung kelapa, dan akhir-akhir ini ada juga dikenal briket bioarang yang berasal
dari sampah organik.

2.3 BIOMASSA UNTUK BAHAN BAKAR


Biomassa adalah bahan bakar organik yang dihasilkan melalui proses fotosintesis baik
berupa produk maupun buangan. Istilah biomassa adalah bahan organik baik dari
tumbuhan ataupun hewan yang kaya akan cadangan energi. Sehingga setelah diubah
menjadi

energi

tersebut

dengan

bioenergi.

Selanjutnya

bioenergi

tersebut

dapat digunakan sesuai kebutuhan manusia. Untuk menghasilkan panas, gerak, atau
untuk menghasilkan listrik.

Energi biomasssa dapat menjadi sumber energi alternatif pengganti bahan


bakar fosil karena beberapa sifatnya yang menguntungkan yaitu, dapat dimanfaatkan
secara lestari karena sifatnya yang dapat diperbaharui, relatif tidak mengandung unsur
sulfur sehingga tidak menyebabkan polusi udara dan juga dapat meningkatkan
efisiensi pemanfaatan sumber daya hutan dan pertanian.

Biomassa dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu biomassa basah dan


biomassa kering. Contoh biomassa basah adalah sisa sayuran, sampah organik rumah
tangga, sampah pasar tradisional, kotoran ternak. Sedangkan contoh biomassa kering
contohnya adalah jerami, sekam, ranting, rumput, kayu dan limbah pertanian
dedaunan dan lain sebagainya.

Pemanfaatan biomassa menjadi solusi yang sangat menjanjikan untuk


permasalahan
yang dihasilkan
Menurut

sampah di berbagai
dari biomassa

data hasil

berpotensi besar untuk

laporan

daerah baik kota maupun

diperoleh
Uni

Eropa

dengan

berbagai

mengungkapkan

desa. Energi

proses teknologi.
bahwa

biomassa

dikonversikan menjadi energi. Dan diperkirakan tahun 2020 nanti 19 juta ton minyak
tersedia dari biomassa, 46% dari limbah yang dihasilkan makhluk hidup seperti
limbah pasar, sisa pertanian, dan limbah perternakan.

Potensi biomassa di Indonesia cukup tinggi. Dengan hutan tropis Indonesia


yang sangat luas, setiap tahun diperkirakan terdapat limbah kayu sebanyak 25
tahun ton yang terbuang dan belum dimanfaatkan . Jumlah energi yang terkandung
dalam kayu yaitu 100 milyar kkal dalam setahun. Demikian juga sekam padi,
tongkol jagung, cangkang kemiri, kulit durian dan tempurung kelapa yang merupakan
limbah pertanian dan perkebunan yang memiliki potensi yang besar sekali.

2.3.1 KONVERSI TERMAL BIOMASSA


Teknologi konversi termal biomassa meliputi pembakaran langsung, gasifikasi,
pirolisi atau karbonisasi. Dalam teknologi konversi termal biomassa, proses
pembakaran langsung adalah proses yang paling mudah dibandingkan dengan lainnya.
Biomassa langsung dibakar tanpa proses-proses lainnya.

Biomassa
yang disesuaikan

dapat dibakar dalam bentuk


dengan

penggunaan

dan

serbuk, briket, ataupun batangan


kondisi

biomassa.

Teknologi

pembakaran langsung relatif memiliki efisiensi cukup rendah, yaitu 20% 25%.

Teknologi

konversi

termal

berikutnya

adalah

pirolisis,

yaitu

pembakaran biomassa pada kondisi tanpa oksigen. Tujuannya adalah melepaskan


zat terbang (volatile matter) yang terkandung

pada biomassa. Secara umum

kandungan zat terbang dalam biomassa cukup tinggi. Produk padat pada proses
ini berupa arang (char) yang kemudian disebut karbonisasi. Karbonisasi biomassa
atau yang lebih dikenal
menaikkan

nilai

dengan

pengarangan

adalah

suatu

proses

untuk

kalor biomassa dan dihasilkan pembakaran yang bersih dengan

sedikit asap.

Hasil karbonisasi adalah berupa arang yang tersusun atas karbon dan berwarna
hitam.
adanya

Prinsip

proses

karbonisasi

adalah

pembakaran

biomassa

tanpa

kehadiran

oksigen.

sedangkan karbonnya
akan

Sehingga
tetap

yang terlepas
tinggal

di

hanya bagian

dalamnya.

volatile

Temperatur

matter,

karbonisasi

sangat berpengaruh terhadap arang yang dihasilkan sehingga penentuan

temperatur yang tepat akan menentukan kualitas arang. Sedikit banyaknya arang yang
dihasilkan bergantung pada komposisi awal biomassa. Semakin banyak kandungan
valotile matter maka semakin sedikit arang yang dihasilkan karena banyak bagian
yang terlepas keluar.

2.3.2 PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN MENJADI BAHAN BAKAR


BIOMASSA
Energi dari sampah adalah energi yang dapat diperbaharui (renewable). Di daerah
pedesaan penggunaan bahan bakar masih banyak yang menggunakan

bahan

langsung dari alam. Pemakaian energi dari kayu bakar yang selama ini dilakukan,
akan berakibat pada penggundulan hutan dan berakibat kerusakan hutan. Karena itu
perlu diversifikasi sumber energi. Salah satunya memanfaatkan

sampah atau

limpah sebagai bahan bakar alternatif.

Bila kita membakar sampah ditempat terbuka dengan sempurna sampai api dan
baranya padam, maka yang tersisa adalah abu. Abu tidak dapat dibakar lagi, ada
perbedaan abu dengan arang. Abu adalah sisa pembakaran sempurna yang sudah tidak
dapat dibakar kembali, biasanya berwarna putih abu-abu. Sementara itu arang adalah
gumpalan padat sisa pembakaran yang belum sempurna yang masih dapat dibakar
kembali dan berwarna hitam.

Limbah pertanian terjadi pada pengelolaan apa yang dinamakan tanaman


pangan, seperti padi, jagung, ubi kayu, kacang tanah, dan kedelai. Sedangkan
jenis tanaman keras menghasilkan terutama kelapa dan kelapa sawit. Berikut ini
adalah Tabel potensi energi biomassa di Indonesia :

Tabel 2.1 Potensi energy biomassa di Indonesia


Produksi 106 ton/th

Energy 109 kcal/th

Pangsa (%)

Kayu

25,0

100,0

72,0

Sekam padi

7,55

27,0

19,4

Jenggal jagung

1,52

6,8

4,9

Tempurung kelapa

1,25

5,1

3,7

Potensi total

35,32

138,9

100%

Sumber energy

(sumber : Abdul kadir, 1995)

Bahan buangan kegiatan pertanian lainnya dapat disebut ubi kayu (batang dan
daun), kacang tanah (batang, daun dan kulit polong) dan kedelai (batang, daun
dan kulit polong) pada umumnya dapat dimanfaatkan

oleh masyarakat sendiri

untuk berbagai keperluan. (Abdul kadir, 1995).

2.4 TANAMAN KEMIRI


Kemiri (Aleurites Moluccana Willd), merupakan pohon yang sudah tidak asing
lagi bagi masyarakat di Indonesia. Kemiri menurut buku Ensiklopedia berasal
dari kepulauan

Maluku, dan menurut

Burkill (1935) berasal dari Malaysia.

Tanaman Kemiri (Aleurites moluccana) termasuk suku Euphorbiaceae. Ketinggian


tanaman dapat mencapai 40 meter dan diameter batang bagian bawah dapat
mencapai 1,25 meter.

Buah kemiri termasuk buah batu, berbentuk bulat telur dan ada bagian
yang menonjol ke samping. Daging buahnya kaku dan mengandung 1-2 biji yang
diselimuti oleh kulit biji yang keras. Dimana, menurut Mody Lempang (2011)
kulit biji yang keras (cangkang kemiri) memiliki kandungan kimia sebagai berikut :

Tabel 2.2 Kandungan Kimia Cangkang Kemiri


No.

Komponen (Component)

Kadar (Content) %

1.

Holoselulosa (Holosellulose)

49,22

2.

Pentosa (Pentosan)

14,55

3.

Lignin

54,46

4.

Abu (Ash )

8,73

Daerah yang paling banyak pertanaman kemirinya adalah Propinsi Nusa


Tenggara Timur (luas area 84.941 hektar dan produksi 1.390 ton) diikuti oleh propinsi
Sulawesi Selatan (luas area 52.722 hektar dan produksi 26.194 ton), Aceh (luas
area
23.645 hektar dan memproduksi 16.671 ton), Sumatera Utara (luas area 15.680
hektar dan produksi 8.177 ton) dan propinsi lainnya. (www.pu satbudidaya.com,
2 011)

Kemiri sudah banyak ditanam oleh rakyat, meskipun masih banyak pula yang
tumbuh secara liar di hutan-hutan. Rakyat menanam kemiri umumnya bertujuan untuk
diambil buahnya, sedangkan dinas kehutanan menanamnya lebih untuk diambil
kayunya.

Penanaman

kemiri

sebagai

tanaman

reboisasi

atau

penghijauan

seperti halnya yang dilakukan oleh dinas kehutanan ini menyebabkan penyebaran
tanaman kemiri jauh lebih cepat.

Tanaman

kemiri

merupakan

tanaman

industri,

sebab

produk

yang

dihasilkannya dapat dipakai untuk bahan berbagai barang industri. Kayunya yang
ringan dapat digunakan untuk bahan pembuat perabot (peralatan) rumah tangga atau
bahan industri lain seperti batang korek api dan kotak korek api. Batang kemiri
juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan bahan pulp (bahan pembuat kertas).

Biji buah kemiri banyak digunakan oleh masyarakat untuk bumbu masak. Biji
buah kemiri juga dapat diambil minyaknya untuk berbagai keperluan bahan industri,
misalnya untuk bahan cat, pernis, sabun, obat-obatan dan kosmetik. Kulit bijinya
(cangkang atau batoknya) dapat dimanfaatkan

untuk bahan obat nyamuk bakar atau

arang untuk bahan bakar. Ampas dari pengolahan minyak dapat digunakan untuk
pakan ternak dan pupuk tanaman sebab mengandung unsur NPK yang cukup tinggi.
(Sutanto, Ir. Hatta. 1994)

Gambar 2.1 Cangkang Kemiri


Cangkang kemiri juga merupakan limbah pertanian yang dapat digunakan
sebagai bahan bakar alternatif, dengan cara mengubahnya menjadi briket. Dari
penelitian yang telah dilakukan oleh Junifa Layla Sihombing (2006) briket arang
cangkang kemiri dengan ukuran butir 60 Mesh dan konsentrasi bahan perekat tapioka
sebanyak 20%, menghasilkan nilai kalor sebesar 5916 kal/gr.

2.5 TANAMAN DURIAN


Durian adalah nama tumbuhan tropik yang berasal dari asia tenggara sekaligus nama
buahnya yang biasa dimakan. Nama ini diambil dari ciri khas kulit buahnya yang
keras dan berlekuk-lekuk tajam sehingga menyerupai duri. Varian namanya yang juga
populer adalah duren. Orang-orang menyebutnya kadu. Tanaman durian banyak
tumbuh di hutan-hutan yang memiliki ketinggian kurang dari 800 m diatas permukaan
laut, jenis tanah yang gembur, dan kedalaman lapisan tanah atas lebih dari 1 meter.
Tanaman durian banyak diperbanyak secara generatif (biji) atau secara vegetatif
(misalnya okulasi, sambung, dan susun). (AKK, 1996)

Para ahli berpendapat bahwa mulanya tanaman durian tumbuh liar di daerah
hutan
tersebut

Malaysia,

Sumatera,

dan

kalimantan.

Kemudian,

tanaman

durian

menyebar keseluruh Indonesia. Penyebaran tanaman durian ke arah barat adalah ke


Thailand, Birma, India, dan Pakistan. (Sari, Yuana Purnama. 2011)
Kulit durian

mengandung unsur selulose yang tinggi (50-60 %) dan

kandungan lignin (5 %) serta kandungan pati yang rendah (5 %). Hasil utama tanaman
durian ialah buahnya. (Fadli, Ade. 2010)

Produksi buah durian terbanyak menurut provinsi per tahun adalah Provinsi
Sumatera Utara dengan jumlah produksi 128.803 ton, diikuti Provinsi Jawa Barat,
Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Tengah masing-masing dengan jumlah
produksi 91.097 ton, 91.078 ton dan 65.019 ton, sementara total produksi buah durian
di Indonesia adalah 682.323 ton. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa sebagai
daerah yang banyak memproduksi buah durian, berarti banyak pula sampah biji
dan kulit durian yang dihasilkan.

Tanaman durian memberikan beberapa manfaat dan hasil ikutan, antara lain
sebagai berikut.
1. Tanaman durian dapat dimanfaatkan

sebagai pencegah erosi di lahan-lahan

miring, terutama tanah yang miring ke timur karena intensitas sinar matahari pagi
yang diterima akan lebih banyak. Perakaran durian akan mencengkram lapisan
tanah atas sehingga tanah tersebut terbebas dari erosi. Adapun sisa-sisa
tanaman akan tertahan oleh batang-batang durian sehingga dapat menyuburkan
tanah.
2. Batang durian dapat digunakan untuk bahan bangunan atau perkakas rumah
tangga. Kendati tidak termasuk kelas istimewa kayu durian dapat digunakan
sebagai bahan bangunan. Kulit durian setaraf dengan kayu sengon sebab kayu
durian cenderung lurus. Disamping itu, kayu durian bisa diolah menjadi
kayu lapis olahan dan mudah dibubut serta dibentuk menjadi perkakas rumah
tangga, seperti rak gelas dan piring, sendok nasi, alu, lumpang, dan lain-lain.
3. Biji durian memiliki kandungan pati yang cukup tinggi sehingga berpotensi
sebagai alternatif pengganti bahan makanan. Biji durian sebagai bahan makanan
memang belum dimasyarakatkan di Indonesia. Di Thailand, biji duria sudah
cukup memasyarakat untuk dibuat bubur dengan cara diberi campuran daging

buahnya. Bubur biji durian ini menghasilkan kalori yang cukup potenisal
bagi manusia.
4. Kulit durian dapat dipakai sebagai bahan baku abu gosok dan briket yang bagus.
Caranya adalah dengan dijemur sampai kering, kemudian dibakar sampai hancur.
Lalu dibentuk menjadi briket. Untuk menjadi abu gosok, harus dibakar hingga
menjadi abu, kemudian abu itu dipakai untuk mencuci piring dan gelas. Abu
ini juga dapat digunakan sebagai media tanaman di dalam pot, baik tanaman
indoor
maupun bunga-bungaan.

2.2 Kulit durian yang akan dijadikan briket


Sumber : http://engineeringfor better life.blogspot.com/2011/06/briket-kulit-duriansalah-satu-pilihan.html

Kulit durian adalah salah satu limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan
kembali, dengan membuatnya menjadi briket. Menurut penelitian Samsudin Anis
(2006) dapat diketahui bahwa briket kulit durian mempunyai nilai kalor diatas
nilai kalor briket arang kayu, yaitu 5.010 kal/gr.

Beberapa keunggulan briket kulit durian adalah nilai kalorinya relatif tinggi,
tak berbau, tidak bersifat polutan, tidak menghasilkan gas SO, dan bisa langsung
menyala. (Green Action, 2009)

2.6 BRIKET
Mendengar kata briket, kebanyakan orang akan langsung berfikir kepada batu bara.
Sebenarnya briket tidaklah identik dengan bahan bakar karena definisi briket itu
sendiri adalah suatu bahan yang berupa serbuk atau potongan potongan kecil yang
dipadatkan dengan menggunakan mesin press dengan dicampur bahan perekat
sehingga menjadi bentuk yang solid.

Atau dengan kata lain briket adalah bahan bakar padat yang dapat digunakan
sebagai sumber energi alternatif. Ada 2 jenis briket, yaitu :
1. Briket Batubara, terbuat dari batu bara.
2. Briket Bioarang, terbuat dari limbah hutan, limbah pertanian, dan
sebagainya.

2.7 BRIKET BIOARANG


Bioarang

merupakan

sumber

energi

biomassa

yang ramah lingkungan

dan

biodegradable. Briket arang berfungsi sebagai pengganti bahan bakar minyak, baik itu
minyak tanah, maupun elpiji. Biomassa ini merupakan sumber energi bagi masa depan
yang tidak akan pernah habis, bahkan jumlahnya akan bertambah, sehingga sangat
cocok sebagai sumber bahan bakar rumah tangga. (Basriyanta, 2007)

Bioarang adalah arang (salah satu jenis bahan bakar) yang dibuat dari aneka
macam bahan hayati atau biomassa, misalnya kayu, ranting, jerami, dan limbah
pertanian

lainnya.

Biasanya,

bahan-bahan

tersebut

dianggap

sampah

yang

tidak berguna sehingga sering di musnahkan dengan cara di bakar. Namun, bahanbahan tersebut sebenarnya dapat diolah menjadi arang, yang selanjutnya disebut
bioarang. Bioarang ini dapat digunakan sebagai bahan bakar yang tidak kalah dari
bahan bakar sejenis yang lain. Akan tetapi, untuk memaksimalkan pemanfaatannya,
bioarang ini masih harus melalui sedikit proses pengolahan sehingga menjadi
briket bioarang. Adan, Ir. Ismun Uti, 1998)

Briket arang merupakan energi yang alternatif yang ditawarkan unuk


menggantikan bahan bakar minyak dan fungsinya seperti minyak tanah, yaitu sebagai
bahan bakar langsung untuk memasak. Bioarang adalah arang untuk bahan bakar yang
dibuat dari beraneka ragam biomassa (sampah daun kering, serasah, jerami, sekam,
ranting, dan kayu serta limbah pertanian lainnya). Bahan tersebut dianggap tidak
bermanfaat, tetapi jika diolah dengan teknologi akan dapat menjadi bahan bakar yang
disebut bioarang atau briket arang.

Pembuatan briket arang dengan menggunakan metode pembakaran pirolisis


dari sampah organik. Pirolisis merupakan proses dekomposisi bahan organik dengan
pemanasan tanpa oksigen. Proses ini sebenarnya bagian dari proses karbonisasi yaitu
proses untuk memperoleh

karbon atau arang, tetapi sebagian

menyebut

pada

proses
pirolisis merupakan high temperatur carbonization (HTC), lebih dari 500 oC.

Proses pirolisis menghasilkan produk berupa bahan bakar padat yaitu karbon,
cairan berupa tar dan beberapa zat lainnya. Bila oksigen ada pada suatu rektor pirolisis
maka akan bereaksi dengan material sehingga membentuk abu (ash). Untuk
menghilangkan oksigen, pada proses pirolisis biasanya menggunakan aliran gas linear
berfungsi untuk mengikat oksigen dan mengeluarkan oksigen dari reaktor. Produk dari
pirolisis berupa gas, fluida cair dan padat berupa karbon dan abu. Gas hasil
pirolisis dapat

diolah

menjadi

bahan bakar

gas. Sedangkan

karbon

dapat

dimanfaatkan menjadi bahan bakar padat.

Briket merupakan gumpalan lunak yang dikeraskan dan dibuat dengan bentuk
tertentu. Manfaat pengolahaan ini adalah dapat membantu mengatasi permasalahan
sampah

khususnya

sampah

organik.

Sebenarnya

dari pembakaran

pirolisis

bioarang ini akan menghasilkan asap cair jika kita proses lebih lanjut. Asap hasil
pembakaran diproses melalui destilasi. Asap cair berguna untuk mengawetkan
makanan sebagai pengawet sintesis.
Beberapa bentuk dan tipe briket yang umum dikenal, antara lain : bantalan
(oval), sarang tawon (honey comb), silinder (cylinder), telur (egg), dan lain-lain.
Ada pun keuntungan dari bentuk briket adalah sebagai berikut:
1. Ukuran dapat disesuaikan dengan kebutuhan

2. Porositas dapat diatur untuk memudahkan pembakaran


3. Mudah dipakai sebagai bahan bakar.
Beberapa aspek di bawah ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam penggunaan energi biomassa menurut Gan Thay Kong (2010),
yaitu :
1. Aspek ketersediaan biomassa dan nilai kalorinya.
2. Aspek kandungan kelembapannya, abu dan zat terbangnya.
3. Aspek kandungan unsur klorin
4. Aspek rantai suplai biomassa

2.7.1 SIFAT-SIFAT BRIKET BIOARANG


Sifat-sifat briket yang baik adalah sebagai berikut, yaitu :
1.

Tidak berasap dan tidak berbau pada saat pembakaran.

2. Mempunyai kekuatan/daya tekan tertentu sehingga tidak mudah pecah sewaktu


diangkat dan dipindah-pindah. Dari pengalaman, briket dengan kekuatan tekan
>
2

6 kg/cm , cukup kuat dan tidak mudah pecah pada saat briket dibawa, diangkat
dan diangkut.
3.

Mempunyai suhu pembakaran tetap, dengan jangka waktu nyala yang relatif lama
(8-10 jam).

4.

Setelah pembakaran dan ada sisa, masih mempunyai kekuatan tekan sehingga
mudah dikeluarkan dari dalam tungku atau dipindahkan ke tempat lain. Hasil
pembakaran tidak mengandung gas karbon monoksida dengan kadar tinggi.

Syarat

briket

yang baik

adalah briket

permukaannya

halus dan tidak

meninggalkan bekas hitam ditangan. Selain itu, sebagai bahan bakar, briket juga harus
memenuhi kriteria mudah dinyalakan, tidak mengeluarkan asap, emisi gas hasil
pembakaran tidak mengandung racun, tidak berjamur bila disimpan pada waktu lama,
menunjukkan laju pembakaran dan suhu pembakaran yang baik.

2.7.2 PARAMETER DALAM PEMBUATAN BRIKET BIOARANG


Beberapa parameter yang perlu diperhatikan dalam pembuatan briket adalah sebagai :
1.

Ukuran butir. Makin kecil ukuran butir bahan baku pembuatan briket, makin kuat
daya rekat antar butir (apabila padanya telah ditambah bahan perekat).

2.

Tekanan mesin pencetak. Diusahakan agar briket yang dihasilkan kompak, tidak
rapuh dan tidak mudah pecah apabila dipindah-pindah. Di samping itu diusahakan
padanya masih terdapat pori-pori yang memungkinkan udara (dalam hal ini
oksigen) masih ada di dalamnya. Keberadaan oksigen dalam briket sangat
penting, karena akan mempermudah proses pembakaran.

3.

Kandungan air, akan berpengaruh ada nilai kalor/panas yang dihasilkan. Apabila
kandungan airnya tinggi, maka sebagian kalori/panas yang dihasilkan briket akan
dipergunakan terlebih dahulu untuk menguapkan air yang terdapat dalamnya.
Kalori sisa, baru dapat dimanfaatkan

sebagai penghasil panas, baik dengan cara

pemanasan kontak langsung ataupun cara pemanasan kontak tidak langsung.

2.7.3 TAHAPAN PEMBUATAN BRIKET BIOARANG


Secara umum proses pembuatan briket melalui tahapan penggerusan,
pencampuran, pencetakan, pengeringan dan pengepakan.
1. Penggerusan adalah mengerus bahan baku briket untuk mendapatkan ukuran
butiran tertentu. Alat yang digunakan crusher atau blender.
2. Pencampuran adalah mencampurkan bahan baku briket pada komposisi tertentu
untuk mendapatkan adonan yang homogen. Alat yang digunakan adalah mixer,
combining blender.
3.

Pencetakan adalah mencetak adonan briket untuk mendapatkan bentuk tertentu


sesuaikan yang diinginkan.

4. Pengeringan adalah proses mengeringkan briket menggunakan udara panas pada


temperatur tertentu untuk menurunkan kandungan air briket.
5.

Pengepakan

adalah pengemasan

prosuk briket sesuai dengan spesifikasi

kualitas dan kuantitas yang telah ditentukan.

2.7.4 PRINSIP DASAR PEMBUATAN BRIKET BIORANG


Karbonisasi atau pengarangan adalah proses mengubah bahan baku asal menjadi
karbon berwarna hitam melalui pembakaran dalam ruang tertutup dengan udara yang
terbatas atau seminimal mungkin. Sebenarnya teknik pengarangan sudah dikenal dari
ratusan tahun yang lalu, tetapi yang diarangkan adalah kayu dan bukan limbah
pertanian.

2.7.4.1 Proses karbonisasi


Proses karbonisasi atau pengarangan biasanya dilakukan dengan memasukkan bahan
organik kedalam lubang atau ruangan yang dindingnya tertutup seperti, di dalam tanah
atau tangki yang terbuat dari plat baja. Setelah dimasukkan, bahan disulut api hingga
terbakar. Nyala api tersebut dikontrol. Tujuan dari pengendalian tersebut, agar
bahan yang dibakar tidak menjadi abu, tetapi menjadi arang yang masih terdapat energi
di dalamnya sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar.

2.7.4.2 Prinsip Karbonisasi


Prinsip dari karbonisasi adalah energi pada bahan dibebaskan secara perlahan, dan
apabila proses pembakaran dihentikan secara tiba-tiba ketika bahan masih membara,
bahan tersebut akan menjadi arang berwarna kehitaman. Bahan tersebut masih
terdapat sisa energi yang dapat dimanfaatkan

untuk berbagai keperluan, seperti

memasak, memanggang, dan mengeringkan. Bahan organik yang sudah menjadi arang
tersebut akan mengeluarkan sedikit asap.

Lamanya pengarangan ditentukan oleh jumlah atau volume bahan organik.


Ukuran parsial bahan, densitas bahan, tingkat kekeringan bahan, jumlah oksigen yang
masuk, dan asap yang keluar dari ruang pembakaran. Seperti pada bagan dibawah ini,
yaitu :
Pembakaran tidak sempurna
Bahan Organik

Energi Parsial
+ Oksigen bebas
Gambar 2.5 Bagan proses Karbonisasi
Sumber : Oswan Kurniawan dan Marsono, (2008)

2.7.4.3 Metode Karbonisasi

Arang

Pelaksanaan karbonisasi meliputi teknik yang paling sederhana hingga yang


paling canggih. Tentu saja metode pengarangan

yang dipilh sesuaikan dengan

kemampuan dan kondisi keuangan. Berikut dijelaskan beberapa metode karbonisasi


(pengarangan).
1. Pengarangan terbuka
Metode pengarangan terbuka artinya pengarangan tidak di dalam
ruangan sebagaimana mestinya. Resiko kegagalannya lebih besar karena udara
langsung kontak dengan bahan baku. Metode pengarangan

ini paling

murah dan paling cepat, tetapi bagian yang menjadi abu juga paling banyak,
terutama jika selama proses pengarangan tidak ditunggu dan dijaga. Selain
itu bahan baku harus selalu dibolak-balik agar arang yang diperoleh seragan
dan merata warnanya.
2. Pengarangan di dalam drum
Drum bekas aspal atau oli yang masih baik bisa digunakan sebagai
tempat proses pengarangan. Metode pengarangan di dalam drum cukup praktis
karena bahan baku tidak perlu ditunggu terus-menerus sampai menjadi arang.
3. Pengarangan di dalam silo
Sistem pengarangan dalam silo diterapkan untuk produksi arang dalam
jumlah banyak. Dimana dinding dalam terbuat dari batu bata tahan api,
dan dinding luarnya disemen dan dipasang 4 buah tiang yang jaraknya
disesuaikan dengan keliling silo. Di sisi bawah silo diberi pintu yang berfungsi
untuk mempermudah pengeluaran arang yang sudah jadi. Hal yang penting
dalam metode ini adalah menyediakan air yang banyak untuk memadamkan
bara.
4. Pengarangan semi modern
Sumber api pada pengarangan ini berasal dari plat yang dipanasi
atau batu bara yang dibakar. Akibatnya udara disekeliling bara menjadi
panas dan

memuai ke seluruh ruangan pembakaran.

Panas yang ada kemudian

dihembuskan oleh kipas angin bertenaga listrik.


5. Pengarangan supercepat
Hanya membutuhkan waktu pengarangan hanya dalam hitungan menit.
Metode ini menggunakan penerapan roda berjalan. Bahan baku akan meleati
o

lorong besi yang panas dengan suhu mendekati 70 C.

2.7.4.4 Pengilingan Arang


Arang yang dihasilkan dari proses karbonisasi

masih berbentuk aslinya. Oleh

karena itu agar bentuk dan ukuran arang seram, maka diperlukan alat atau
mesin penggilingan.

Tipe

penggilingan tepung

atau

mesin
juga

penggiling
bisa

yang

digunakan

digunakan

blender,

sama

namun

dengan

sebelumnya

dihancurkan terlebih dahulu dalam ukuran kecil tergantung dari ukuran dan tingkat
kekerasan arang, setelah itu disaring dengan menggunakan saringan.

2.7.4.5 Bahan Perekat


Untuk merekatkan

partikel partikel zat dalam bahan baku pada proses

pembuatan briket maka diperlukan zat pengikat sehingga menghasilkan briket yang
kompak. Berdasarkan

fungsi dari pengikat dan kualitasnya,

pemilihan

bahan

pengikat dapat dibagi sebagai berikut :


1.
Berdasarkan sifat / bahan baku perekatan
briket
Adapun karakteristik bahan baku perekatan untuk pembuatan briket
adalah sebagai berikut :
a. Memiliki gaya kohesi yang baik bila dicampurkan dengan semikokas atau
batu bara.
b. Mudah terbakar dan tidak berasap.
c. Mudah didapat dalam jumlah banyak dan murah harganya.
d. Tidak mengeluarkan bau, tidak beracun dan tidak berbahaya.
2. Berdasarkan jenis

Jenis bahan baku yang umum dipakai sebagai pengikat untuk pembuatan
briket, yaitu :
a. Perekat anorganik
Pengikat

anorganik

pembakaran

dapat

sehingga

menjaga

dasar

ketahanan

permeabilitas

briket

selama

bahan bakar

proses

terganggu.

Pengikat anorganik ini mempunyai kelemahan yaitu adanya tambahan


abu

yang berasal dari bahan pengikat sehingga dapat menghambat

pembakaran dan menurunkan nilai kalor. Contoh dari pengikat anorganik


antara lain, semen dan natrium silikat.
b. Perekat organik
Pengikat organik menghasilkan abu yang relatif sedikit setelah pembakaran
briket dan umumnya merupakan bahan perekat yang efektif. Contoh dari
pengikat organik diantaranya :
1) Clay (Lempung)
Clay (lempung) atau juga sering disebut tanah liat, umumnya banyak
digunakan sebagai bahan perekat briket. Jenis lempung yang dapat
dipakai untuk pembuatan briket terdiri dari jenis lempung warna
kemerah-merahan,

kekuning-kuningan

dan abu-abu. Perekat jenis

ini menyebabkan briket membutuhkan waktu yang lama untuk proses


pengeringannya dan briket menjadi agak sulit menyala ketika di bakar.
2) Tapioka
Jenis

tapioka

beragam

kualitasnya

tergantung

dari

proses

pembuatannya terutama pencampuran airnya dan pada saat dimasak


sampai mendidih. Tapioka juga banyak digunakan sebagai bahan
pengenanya,

bahan pengisi dan bahan pengikat dalam industri

makanan.
3) Getah karet
Daya lekat getah karet lebih kuat dibandingkan dengan tanah liat dan
tapioaka. Namun, ongkos produksinya lebih mahal dan agak sulit
mendapatkannya karena harus membeli. Briket dengan perekat jenis ini
kan menghasilkan asap tebal berwarna dan beraroma kurang sedap bila
di bakar.
4) Getah pinus

Keunggulan perekat ini terletak pada daya benturannya yang kuat,


meskipun dijatuhkan ditempat yang tinggi briket akan tepat utuh serta
mudah menyala jika dibayar. Namun, asap yang keluar cukup banyak
dan menyebabkan bau yang agak menusuk.

Jenis-jenis bahan perekat diatas, yang paling umum digunakan adalah bahan
perekat tapioka. Hal ini sebabkan karena faktor harga dan ketersediaannya
dipasaran yang cukup banyak.

Tabel 2.3 Daftar Analisa Bahan Perekat


Jenis tepung

Air

Abu

Lemak

Protein

Serat

Karbon

(%)

(%)

(%)

(%)

kasar (%)

(%)

Tepung jagung

10,52

1,27

4,89

8,48

1,04

73,80

Tepung beras

7,85

0,68

4,53

9,89

0,84

76,90

Tepung terigu

10,70

0,86

2,0

11,50

0,64

74,20

Tepung tapioka

9,84

0,36

1,5

2,21

0,69

85,20

Tepung sagu

14,10

0,67

1,03

1,12

0,37

82,70

Sumber : Anonimous, 1989 di dalam Nodali Ndraha, 2010

2.7.5 KEUNGULAN BRIKET ARANG (BIOARANG)


Adapun keunggulan dari briket bioarang adalah sebagai berikut :
1. Menjadi alternatif bahan bakar karena tidak tergantung pada bahan bakar
minyak atau gas.
2. Murah, praktis, dan cara membuatnya mudah.
3. Memiliki bentuk seragam karena pembuatannya dicetak menggunakan alat, hal
berbeda dengan briket kayu yang memilki bentuk yang tidak seragam.
4. Penampilan arang yang lebih menarik
5. Daya panas yang dihasilkan dari pembakaran briket sampah tidak kalah
dibandingkan dengan bahan bakar minyak. Dari hasil percobaan untuk
memanaskan 1 liter air hanya memerlukan sekitas 300 gram briket dalam
waktu kurang lebih 12 menit.

6. Briket sampah daun memiliki kemampuan penyebaran bara api yang baik,
tidak mudah padam, dan tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra untuk
pengipasan.

Tanpa

dikipasi

pun

briket

sampah

organik

mudah

menyala dengan stabil.


7. Briket bioarang menyala stabil dan tidak perlu tenaga ekstra untuk pengipasan.
8. Tidak berbahaya seperti gas elpiji yang dapat menimbulkan ledakan.
9. Volume asap yang dikeluarkan briket sampah tidak sebanyak yang dihasilkan
kayu atau minyak tanah.
10. Berkurangnya asap yang diproduksi disebabkan karbon dioksida, karbon
monoksida, dan kandungan air yang tersimpan dalam bahan briket telah
direduksi pada saat proses pengarangan.
11. Menghasilkan gas seperti CO dan CO2 hanya sedikit sehingga tidak banyak
menimbulkan pencemaran udara.
12. Peralatan tungku yang digunakan untuk keperluaan bahan bakar briket relatif
lebih murah dan lebih mudah dalam perawatannya. Jenis tungku yang
digunakan terbuat dari tanah liat yang dibentuk sedemikian rupa.
13. Briket arang tidak mengandung unsur belerang sehingga mengurangi efek
hujan asam.
14. Dari segi aroma, briket bioarang tidak jauh berbeda dengan bau khas arang
yang dibakar. Bahkan masyarakat daerah tertentu, seperti masyarakat
pedesaan lebih menyukai menggunakan bahan bakar nonminyak dengan
alasan perbedaan rasa dan aroma.
15. Pengolahan masakan yang menggunakan tungku briket bioarang, diperoleh
cita rasa yang berbeda.

2.7.6 BRIKET MENURUT STANDAR MUTU INDONESIA (SNI)


Briket arang kayu menurut SNI adalah serbuk arang kayu dan bahan penolong dicetak
dengan bentuk dan ukuran tertentu yang dikeraskan melalui proses pengepresan yang
digunakan untuk bahan bakar. Syarat mutu briket arang kayu menurut SNI 01-62352000, yaitu :
Tabel 2.4 Syarat Mutu Briket Arang Kayu
No

Jenis Uji

Persyaratan

1.

Kadar air

Maksimum 8 %

2.

Bagian yang hilang pada pemanasan 90o

Maksimum 15 %

3.

Kadar Abu

Maksimum 8 %

4.

Kalori

Minimum 5000 kal/g


(Disalin Ulang dari Standar Nasional Indonesia)

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 TEMPAT PENELITIAN


Penelitian

ini dilaksanakan

di Laboratorium

Material

Test PTKI

Medan,

sedangkan pengukuran parameter dilakukan di Laboratorium Material test PTKI


Medan (Untuk pengujian

kuat tekan), Laboratorium

Pengembangan

Pertanian Lubuk Pakam (Untuk

Laboratorium

Polimer

Badan Penelitian

dan

Analisa Nilai Kalor Briket),

Fakultas MIPA Universitas

Sumatera

Utara (Untuk

pengukuran kadar air), dan Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)
Medan (Untuk analisis kadar C-organik pada masing-masing arang bahan).

3.2 PERALATAN DAN BAHAN


3.2.1

Peralatan
Alat-alat yang digunakan pada pembuatan briket bioarang cangkang kemirikulit durian adalah :
1. Kaleng bekas dan tutupnya
Digunakan sebagai tungku pengarangan buatan, dimana kaleng diberi
sedikit lubang-lubang kecil di sekelilingnya kemudian diberi besi pemutar
pada bagian atas dan bawahnya.
2. Shave shecker 60 mesh
Untuk mengayak tepung arang briket agar ukurannya
seragam.

menjadi

3. Neraca digital
Untuk menimbang
bioarang.

massa tepung arang, perekat, dan briket

4. Testing Machine /Pressing Machine (Merek : Maekawa)


Alat untuk menekan briket yang berada dalam cetakan dan untuk
melakukan uji kuat tekan.
5. Speciment Dryer
Alat untuk mengeringkan cetakan bila dalam kondisi berair (basah).
6. Cetakan briket
Untuk mencetak briket dengan diameter = 3.1 cm dan tinggi = 9 cm, dan
terbuatan dari Baja.
7. Oven
Digunakan pada pengujian kadar air dan kadar c-organik.
8. Densikator
Untuk mendinginkan bahan dan menjaganya dari kelembapan udara
(digunakan dalam pengujian kadar air).
9. Gallenhamp Bomb Calorimeter dan Evro Galvanometer
Untuk mengukur nilai kalor dari briket yang dihasilkan.

3.2.2

Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Cangkang kemiri (CK)
2. Kulit durian (KD)
3. Tepung tapioka
4. Air, sebagai campuran bahan perekat

3.3 PROSEDUR PEMBUATAN BRIKET

3.3.1

Proses Pembuatan Arang cangkang kemiri (CK)

1. Cangkang kemiri dibersihkan dari kotoran yang terikut, kemudian bahan


dikeringkan dibawah sinar matahari selama 2 hari.
2. Proses

pengarangan

cangkang

kemiri

dilakukan

dengan

memasukkan

cangkang kemiri ke dalam kaleng pengarangan sampai penuh. Kemudian

kaleng pengarangan tersebut dibakar di atas api, sambil diputar. Hal ini
dilakukan agar pengarangan terjadi secara merata.
3. Kaleng diputar terus menerus hingga timbul asap putih tebal yang keluar dari
lubang-lubang kecil pada kaleng pengarangan. Setelah keluar asap putih
tebal, hal ini berarti proses pengarangan telah siap. Maka, arang segera
dikeluarkan agar tidak menjadi abu. Disiram dengan sedikit air untuk
menghentikan proses pengarangan.
4. Arang yang telah jadi, kemudian di keringkan dibawah sinar matahari selama 1
hari, untuk mengurangi kadar air dalam arang.
5. Bioarang cangkang kemiri yang telah kering tersebut, kemudian di tumbuk
dengan menggunakan lumpang dan alu. Setelah diperoleh ukuran yang lebih
kecil, kemudian bioarang tersebut diblender untuk mendapatkan tepung
bioarang.
6.

Tepung

bioarang

tersebut

kemudian

diayak

dengan

menggunakan

shave shecker 60 mesh, untuk mendapatkan ukuran tepung arang yang


seragam.

3.3.2

Proses Pembuatan Arang Kulit durian (KD)

1. Kulit durian dibersihkan dari kotoran yang terikut kemudian dipotong-potong


hingga ukurannya kecil dengan tujuan agar pembakaran nanti dapat lebih cepat
terjadi. Kemudian bahan dikeringkan dibawah sinar matahari selama 2
minggu.
2. Proses pengarangan kulit durian dilakukan dengan memasukkan kulit durian
kering ke dalam kaleng pengarangan sampai penuh. Kemudian kaleng
pengarangan tersebut dibakar di atas api, sambil diputar. Hal ini dilakukan
agar pengarangan terjadi secara merata.
3. Kaleng diputar terus menerus hingga timbul asap putih tebal yang keluar dari
lubang-lubang kecil pada kaleng pengarangan. Setelah keluar asap putih
tebal, hal ini berarti proses pengarangan telah siap. Maka, arang segera
dikeluarkan agar tidak menjadi abu. Disiram dengan sedikit air untuk
menghentikan proses pengarangan.

4. Arang yang telah jadi, kemudian di keringkan dibawah sinar matahari selama 1
hari, untuk mengurangi kadar air dalam arang.
5. Bioarang kulit durian yang telah kering tersebut, kemudian di tumbuk dengan
menggunakan lumpang dan alu. Setelah diperoleh ukuran yang lebih kecil,
kemudian bioarang tersebut diblender untuk mendapatkan tepung bioarang.
6.

Tepung

bioarang

tersebut

kemudian

diayak

dengan

menggunakan

shave shecker 60 mesh, untuk mendapatkan ukuran tepung arang yang


seragam.

3.3.3

Prosedur pembuatan briket cangkang kemiri-kulit durian (CK-KD)

1. Ditimbang cangkang kemiri, kulit durian, dan perekat tapioka sesuai dengan
persentase massa yang telah ditentukan. Kedua tepung arang cangkang
kemiri
kulit durian kemudian dicampurkan.

Setelah mendapatkan

campuran

tepung arang dari kedua bahan, kemudian bahan dicampurkan dengan perekat
tapioca (perekat tapioca dibuat terlebih dahulu, dengan cara memasaknya
bersama dengan air). Dengan perbandingan tepung arang : perekat tapioka
adalah 80 %
: 20 %.
2. Setelah

mendapatkan

adonan

yang tercampur

merata,

adonan

briket

dimasukkan ke dalam cetakan. Kemudian di tekan dengan penekanan 10 ton


dan penahanan (holding time) selama 1 menit. Hal ini dilakukan agar
penekanannya merata.
3. Kemudian dikeluarkan dari cetakan secara perlahan dan briket biorang yang
diperoleh kemudian ditimbang untuk mendapatkan berat awal briket cangkang
kemiri kulit durian.
4. Dicatat hasil pengukuran berat briket, kemudian diberikan label nama pada
briket.
5. Kemudian briket dikeringkan didalam suhu ruangan selama 3 hari.
6. Setelah kering briket ditimbang kembali untuk mengetahui massanya setelah
pengeringan.
7. Briket yang dihasilkan kemudian diuji parameternya yaitu kualitas nilai kalor,
kadar air, berat jenis (densitas), kuat tekan, dan analisa Gravimetri (untuk
mengetahui kadar karbon organic & kadar air pada masing-masing arang).

3.5 PENGUJIAN BRIKET

3.5.1

Sifat Fisis

3.5.1.1 Densitas
Densitas pada umumnya dinyatakan dalam perbandingan berat dan volume, yaitu
dengan cara menimbang dan mengukur volume dalam keadaan kering udara. Densitas
briket dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 3.1 :
(3.1)
Keterangan :
3

= Densitas (gr/cm )
m = Massa Briket (gr)
3

V = Volume Briket (cm )

3.5.1.2 Kalor Briket


Pengukuran kualitas nilai kalor dilakukan untuk setiap perlakuan. Kualitas nilai kalor
dapat diukur dengan menggunakan alat Gallenhamp Bomb Calorimeter dan hasilnya
dilihat pada Evra Galvanometer. Dimana prosedur dari pengukuran nilai kalor briket
adalah :
1. Ditimbang 1 gram briket bioarang, dan dimasukkan ke dalam crucible
dipadatkan.
2. Diletakkan pada bagian tengah elektroda yang terhubung pada kawat nikel
crom, dihubungkan benang katun yang panjangnya 50 mm dengan briket
bioarang yang ada di dalam sampel, kemudian ditutup.
3. Bomb kalorimeter diisi dengan oksigen hingga 25 atm, dihubungkan dengan
kabel penghubung ke galvanometer.
4. Ditekan tanda press to fire, pembakaran ditunggu kira-kira 20 detik, dan
angka pada galvanometer akan bergeser naik.
5. Dicatat angka maksimum pada galvanometer.
6. Dihitung nilai kalornya dengan menggunakan Persamaan 3.2:

...(3.2)

Keterangan :

3.5.2

G D sampel

= Galvanometer Deflection Sampel

G D BL

= Galvanometer Deflection Tanpa Sampel = 0,4

= Hasil rata-rata dari Y1 Y6 = 0,5449 (Faktor kalibrasi alat)

Sifat Mekanik

3.5.2.1 Kuat Tekan


Prinsip pengujian Kuat tekan adalah mengukur kekuatan tekan briket dengan
memberikan penekanan sampai briket pecah. Penentuan kuat tekan dapat dihitung
dengan menggunakan Persamaan 3.3 :
...(3.3)
Keterangan :
2

Kt

= Beban kuat tekan (kg/cm )

= Beban Penekanan (kg)

= Luas Permukaan (cm )

Besar Penekanan (Kg)


r
t

Gambar 3.2 Skema Pengujian Kuat Tekan Briket

3.5.3

Sifat Kimia

3.5.3.1 Kadar Karbon Organik (C-Organik) Tepung Arang (Metode Gravimetri)


Kadar karbon organik (C-Organik) pada tepung arang dari masing-masing bahan
diperlukan, karena kalor dari briket sangat ditentukan oleh jumlah atau persentase
karbon organik yang ada pada penyusunnya. Dimana, kadar karbon organik dapat
dilakukan dengan prosedur :
1. Ditimbang sampel sebanyak 5 gram, dan di letakkan dalam cawan porselen
yang telah diketahui beratnya.
2.
Dimasukkan ke dalam oven, dan dipanaskan selama 4 jam pada suhu
o
105 C.
3. Didinginkan ke dalam densikator selama 30 menit, kemudian
ditimbang kembali.
o

4. Dimasukkan dalam tanur, diatur suhu sampai 900 C selama 2 jam, secara
o

bertahap. Kemudian, dilanjutkan dengan suhu 900 C selama 4 jam.


5. Biarkan semalam, dan didinginkan dalam densikator 30 menit.,
kemudian ditimbang kembali.

3.5.3.2 Kadar Air Briket Bioarang


Briket

terlebih

dahulu

ditimbang

untuk

mengetahui

dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105

massa

awalnya,

lalu

C selama 3 jam, kemudian di

masukkan ke dalam densikator selama 15 menit untuk menjaga kelembapan dari


briket. Lalu briket itu
ditimbang kembali.
...(3.4)
Keterangan :
KA

= Kadar Air (%)

m1

= Massa briket mula-mula (gram)

m2

= Massa briket setelah dikeringkan pada suhu 105 C (gram)

3.5.3.3 Kadar Air Tepung Arang (Metode Gravimetri)


Kadar air dari masing-masing tepung arang diperlukan untuk mengetahui apakah
bahan yang digunakan telah memiliki kadar air yang sedikit. Dimana prosedur dan
perhitungan dari kadar air tepung arang dengan metode Gravimetri sama dengan
prosedur dan perhitungan kadar air dari briket bioarang.

3.4 DIAGRAM ALIR PENELITIAN


Diagram alir dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 dibawah ini :
Cangkang

Kulit durian

Dibersihkan dan dikeringkan

Dibersihkan dan

Pengarangan

Pengaranga
Penggilingan

Penggilingan

Penyaringan 60

Penyaringan 60 mesh
Tepung arang
cangkang
Gravimetri
(Kadar Corganik dan

Perekat Tapioka
Pencampuran Tepung arang cangkang
kemiri, tepung arang kulit durian dan
perekat sesuai variabel.

Tepung arang
kulit durian

Gravimetri
(Kadar COrganik dan

Pengadonan agar merata

Pencetakan dan Penekanan


Pengeringa
Pengujian sifat fisis, mekanik, dan kimia

Densitas

Kalo

Kuat

Data
Analisa Data
Kesimpulan
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

Kadar Air

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Densitas
Dari data-data pengukuran massa dan volume briket bioarang cangkang kemiri kulit
durian, dapat dihitung densitas briket untuk masing-masing komposisi campuran.
Perhitungan

densitas masing-masing

komposisi

campuran dapat dilihat pada

Lampiran A-I. Sehingga, densitas dapat dilihat seperti pada Tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1 Densitas Briket Bioarang Cangkang Kemiri-Kulit Durian (CK-KD)


Komposisi Briket (% massa)

Kode

Massa

Volume

Sampel

(gr)

(cm )

(gr/cm )

20

16,6409

19,45459999

0,8554

64

20

16,6571

18,55787100

0,8976

32

48

20

16,6395

19,64997077

0,8468

4.

48

32

20

16,6058

19,91028784

0,8340

5.

64

16

20

16,6058

20,14832132

0,8242

6.

80

20

16,6655

22,76647973

0,7320

No

Kulit

Cangkang

Perekat

durian (KD)

Kemiri (CK)

Tapioka

1.

80

2.

16

3.

Densitas
3

Dari data dalam Tabel 4.1 di atas dapat diambil suatu hubungan antara
komposisi campuran KD (%) terhadap densitas briket bioarang. Yang dapat
dilihat dari Gambar 4.1 di bawah ini :

Gambar 4.1 Hubungan Komposisi Campuran Kulit Durian (KD) terhadap


Densitas Briket
Dari grafik hubungan komposisi massa dan densitas dapat diketahui bahwa
nilai densitas sangat dipengaruhi

oleh persen

massa komposisi

dari bahan

penyusun briket tersebut. Briket dengan komposisi massa 64% CK 16% KD


mempunyai densitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan densitas briket yang lain.
Sedangkan, briket dengan komposisi 48% CK 32% KD, 64% CK 16% KD,
dan 80% KD adalah briket yang memenuhi standar dari Inggris (Great Britain).
Dimana, standar densitas briket arang Inggris (Great Britain) adalah 0,46 0,84 .
Hal ini sebabkan oleh, tepung arang cangkang kemiri mempunyai struktur partikel
yg lebih kasar dan lebih berat massanya. Sedangkan, tepung arang kulit durian
mempunyai struktur yang halus dan ringan.

4.2 Kalor Briket


Dari data-data pengukuran massa dan G D briket bioarang cangkang kemiri kulit
durian, dapat dihitung kalor briket untuk masing-masing komposisi campuran.
Perhitungan

kalor

masing-masing

komposisi

campuran

dapat dilihat

Lampiran A-II. Sehingga, kalor dapat dilihat seperti pada Tabel 4.2 berikut ini :

pada

Tabel 4.2 Nilai Kalor Briket Bioarang Cangkang Kemiri-Kulit Durian (CK-KD)
Komposisi Bahan (% massa)
N

Kode

Massa rata-

GD

Nilai Kalor

rata sampel

rata-rata

rata-rata

(gr)

sampel

(kal/gr)

Kulit Durian

Cangkang

Perekat

(KD)

Kemiri (CK)

Tapioka

1.

80

20

1,00025

9,6

5.011,7

2.

16

64

20

1,0003

9,0

4.684,7

3.

32

48

20

1,0006

9,2

4.792,2

4.

48

32

20

1,0008

9,2

4.791,2

5.

64

16

20

1,0000

9,7

5.067,6

6.

80

20

1,0006

9,1

4.737,8

Sampel

Dari data dalam Tabel 4.2 di atas dapat diambil suatu hubungan antara
komposisi campuran KD (%) terhadap nilai kalor briket. Yang dapat dilihat
dari
Gambar 4.2 di bawah ini :

Gambar 4.2 Hubungan Komposisi Campuran Kulit Durian (KD) Terhadap Nilai
Kalor Briket

Dari grafik hubungan komposisi massa dan kalor briket dapat diketahui bahwa
nilai kalor 32% CK-48% KD mempunyai nilai kalor yang optimum, yaitu 5067,60
cal/gr. Sedangkan 80% CK mempunyai nilai kalor sebesar 5011,70 cal/gr. Kedua jenis
briket ini, mempunyai nilai kalor yang memenuhi standar SNI 01-6235-2000,
yaitu minimal 5000 kal/gr. Hal ini dapat terjadi, karena pencampuran

dari

komposisi lain yang kurang homogen. Kalor briket, juga dipengaruhi oleh ukuran
partikel bahan, densitas, kuat tekan, suhu pada saat pengarangan dan jumlah
konsentrasi bahan perekatnya. Dimana, pada penelitian ini bahan perekat yang
diberikan

adalah sebanyak

mempunyai

kerapatan

20%. Menurut

M. Syarul (2002)

briket yang

yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil akan

menghasilkan briket dengan kerapatan dan kuat tekan yang baik. Dengan kerapatan
dan kuat tekan yang baik tentunya akan menghasilkan briket dengan jumlah kalor yang
tinggi pula.

4.3 Kuat tekan


Dari data-data pengukuran beban penekanan dan luas briket bioarang cangkang
kemiri
kulit durian, dapat dihitung kuat tekan briket untuk masing-masing komposisi
campuran.

Perhitungan

masing-masing

komposisi

campuran dapat dilihat di

Lampiran A-III. Sehingga, dari hasil perhitungan kuat dari masing-masing komposisi
campuran dapat dilihat seperti pada Tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3 Kuat tekan Briket Bioarang Cangkang Kemiri-Kulit Durian


Komposisi Bahan (% massa)
No

Perekat

Beban

Luas

Kuat
tekan

Kulit Durian

Cangkang Kemiri

Tapioka

Penekanan

(KD)

(CK)

(%)

(kg)

1.

80

20

80

7,72008

10,3626

2.

16

64

20

290

7,54385

38,4419

3.

32

48

20

330

7,88839

41,8337

4.

48

32

20

480

7,83870

61,2347

5.

64

16

20

400

7,77927

51,4187

6.

80

20

370

7,98824

46,3181

(cm )

(kg/cm )

Dari data dalam Tabel 4.3 di atas dapat diambil suatu hubungan antara
komposisi campuran KD (%) dengan Kuat tekan briket bioarang. Yang dapat
dilihat
dari Gambar 4.3 di bawah ini :

Gambar 4.3 Hubungan Komposisi Campuran KD terhadap


Kuat Tekan Briket
Nilai kuat tekan dari briket bioarang cangkang kemiri adalah sebagai berikut,
2

yaitu pada 80% CK = 10,3626 kg/cm , 64%CK- 16% KD =38,4419 kg/cm , 48% CK2

32% KD = 41,8337 kg/cm , 32% CK- 48% KD = 61,2347 kg/cm , 16% CK- 64% KD
2

= 51,4187 kg/cm , 80% KD = 46,3181 kg/cm .

Dari Grafik di atas kuat tekan briket bioarang cangkang kemiri kulit durian
pada komposisi bahan campuran 32% cangkang kemiri 48 % kulit durian
2

mempunyai nilai kuat tekan, yaitu sebesar 61,2347 kg/cm . Briket ini, merupakan
briket yang memiliki nilai kuat tekan yang paling tinggi dan memenuhi standar
2

Amerika (USA), yaitu 62 kg/cm . Proses pencampuran arang dengan perekat


berpengaruh terhadap kuat tekan briket arang yang dihasilkan. Semakin merata
pencampuran, semakin tinggi pula kuat tekannya.

Kuat tekan briket arang yang dihasilkan juga tergantung

pada saat

pemampatan (penekanan). Dimana, pada saat penekanan perekat telah bercampur


secara merata dengan arang yang akan lebih mudah menyebar keseluruh pori-pori dan
permukaan briket arang yang akan membantu ikatan antar partikel dan akan
menghasilkan briket arang yang lebih mudah padat dan tidak mudah pecah.

4.4 Kadar Karbon Organik (C-Organik) Tepung Arang


Kadar karbon organik (C-Organik) dari masing-masing tepung arang baik
cangkang kemiri maupun kulit durian, dapat dilihat pada Tabel 4.4 dibawah ini :

Tabel 4.4 Kadar karbon organik tepung arang Cangkang kemiri dan
Karbon organik tepung arang kulit durian
Bahan

Kadar C-Organik (%)

Metode Uji

Cangkang Kemiri

53,68

Gravimetri

Kulit Durian

49,66

Gravimetri

Kadar C-Organik (C-Organik) dalam tepung arang cangkang kemiri dan kulit
durian adalah 53,68% karbon pada tepung arang cangkang kemiri dan 49,66% karbon
yang terdapat pada tepung arang kulit durian. Secara teori, kadar karbon organik akan
memberikan pengaruh terhadap nilai kalor dari briket. dimana, semakin tinggi kadar
karbon organik, maka nilai kalor juga akan semakin naik. Tetapi, kalor briket
tidak hanya dipengaruhi oleh kadar C-organik saja. Kadar kalor, dipengaruhi pula
oleh densitas briket, kuat tekan briket, jumlah perekat dalam briket, suhu pembakaran
pengarangan, dan kadar air. Sehingga, dapat membuat briket dengan kadar karbon
tinggi memiliki kalor yang rendah.

4.5 Kadar Air Tepung Arang


Kadar Air dari masing-masing tepung arang baik cangkang kemiri maupun
kulit durian, dapat dilihat pada Tabel 4.5 dibawah ini :

Tabel 4.5 Kadar Air Tepung Arang Cangkang kemiri dan Tepung Arang
Kulit durian
Bahan

Kadar Air (%)

Metode Uji

Cangkang Kemiri

0,66

Gravimetri

Kulit Durian

5,94

Gravimetri

Kadar air dalam tepung arang cangkang kemiri dan kulit durian adalah 0,66%
kadar air tepung arang cangkang kemiri dan 5,94% kadar air tepung arang kulit
durian. Hal ini menyebabkan, briket yang mengandung banyak cangkang kemiri akan
mempunyai kadar air yang lebih rendah dari pada kadar air briket yang mengandung
banyak kulit durian.

4.6 Kadar Air Briket


Dari data-data pengukuran massa awal dan massa akhir briket bioarang cangkang
kemiri kulit durian dapat dihitung kadar air briket untuk masing-masing komposisi
campuran. Perhitungan kadar air masing-masing komposisi campuran dapat dilihat di
Lampiran

A-IV. Sehingga,

dari hasil perhitungan

kuat dari masing-masing

komposisi campuran dapat dilihat seperti pada Tabel 4.6 berikut ini:

Tabel 4.6 Kadar Air Briket Bioarang Cangkang Kemiri-Kulit Durian


Komposisi Bahan (% massa)
No

Kode

Massa

Massa

Kadar Air

Sampel

Awal (gr)

Akhir (gr)

(%)

Kulit Durian

Cangkang

Perekat

(KD)

Kemiri (CK)

Tapioka

1.

80

20

16,6400

15,6133

6,17

2.

16

64

20

16,6105

15,2285

8,32

3.

32

48

20

16,6335

15,1121

9,15

4.

48

32

20

16,5331

14,8257

10,33

5.

64

16

20

16,4600

14,5133

11,83

6.

80

20

16,5340

14,3553

13,18

Dari data dalam Tabel 4.6 di atas dapat diambil suatu hubungan antara
komposisi campuran KD (%) terhadap kadar air briket. Yang dapat dilihat
dari
Gambar 4.4 di bawah ini :

Gambar 4.4 Hubungan Komposisi Campuran KD terhadap Kadar Air briket


Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa kandungan kadar air terendah dan
sesuai dengan standar SNI 01-6235-2000 adalah pada komposisi briket 80% cangkang
kemiri. Dimana, standar kadar air briket arang kayu menurut SNI 01-6235-2000
adalah maksimal 8%.

Kadar air dalam briket 80% cangkang kemiri mengandung

lebih sedikit air disebabkan oleh, kandungan air dari cangkang kemiri yang memang
sudah sangat kecil, seperti yang telah di ketahui bahwa tepung arang cangkang kemiri
mengandung 0,66%. Sedangkan, pada tepung arang kulit durian mengandung 5,94%,
sehingga briket yang mengandung

banyak tepung arang kulit durian akan

mengandung lebih banyak air.

Sehingga, semakin kecil kadar air dalam bahan penyusun briket, maka
semakin kecil pula kadar air dalam campuran briket. Dan sebaliknya, semakin tinggi
kadar air dalam bahan pembuat briket, maka semakin tinggi pula kadar air dalam
campuran briketnya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Campuran dari limbah cangkang kemiri dan limbah kulit durian dapat digunakan
sebagai briket

bioarang.

Cara pengarangan

yang dipakai dalam menghasilkan

briket bioarang ini adalah pengarangan pirolisis (karbonisasi). Kemudian dari


hasil pengujian sifat fisis, sifat mekanik, dan sifat kimia briket bioarang cangkang
kemiri kulit durian dengan perekat tepung tapioka dapat disimpulkan bahwa pada
komposisi campuran 16% CK 64% memiliki:
3

1. Sifat fisis briket, yaitu densitas = 0,8242 gr/cm dan nilai kalor = 5067,6 kal/gr.
Nilai Densitas dan nilai kalor dari briket ini memenuhi nilai densitas dan nilai
kalor briket menurut SNI 01-6235-2000 dan menurut briket arang Inggris.
2

2. Sifat Mekanik bioarang yakni kuat tekan = 51,4187 kg/cm . Nilai kuat tekan
jauh
mendekati nilai kuat tekan briket arang menurut standar USA. Sedangkan, yang
memenuhi standar briket menurut standar USA adalah pada komposisi 32% CK2

48% KD, yaitu 61,2347 kg/cm .


3.

Sifat kimia briket bioarang campuran cangkang kemiri kulit durian dengan
komposisi campuran ini memiliki sifat kimia, yakni kadar air = 11,83%. Nilai
kadar air briket ini tidak memenuhi nilai kadar air briket arang kayu menurut SNI
01-6235-2000. Sedangkan yang memenuhi standar SNI adalah pada komposisi
campuran 80% CK, yaitu 6,17%.

Dan kadar karbon dan kadar air cangkang

kemiri = 53,68 % dan 0,66%. Kadar karbon dan kadar air kulit durian = 49,66%
dan 5,94%.

5.2 SARAN
1. Diharapkan dapat dilakukan penelitian lanjutan baik dengan menvariasikan
jumlah perekat, ukuran partikel, dan tekanan pencetakan. Agar diperoleh briket
bioarang yang mempunyai sifat fisis, mekanik, dan kimia yang lebih baik
dan lebih menguntungkan secara ekonomis.
2. Diharapkan agar dapat dilakukan pengujian lama waktu menyala, sehingga dapat
diperoleh briket bioarang yang mempunyai mutu yang baik.
3. Diharapkan agar dilakukan pengeringan bahan secara maksimal, agar diperoleh
briket bioarang dengan mutu yang lebih baik.
4. Diharapkan agar pada proses pengarangan suhu pembakaran dapat diketahui dan
dikontrol dan sesuai dengan standar pembuatan arang briket, agar mutu briket
bioarang yang dihasilkan dapat sesuai dengan standar yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Adan, Ir. Ismun Uti. 1998. Membuat Briket Bioarang. Penerbit Kanisius : Yogyakarta.
AKK. 1996. Budi Daya Durian. Penerbit Kanisius : Yogyakarta.
Banun, Muhamad Syariful. 2011. Daun pun Jadi Uang. Lintang Aksara : Yogyakarta.
Basriyanta, 2007. Memanen Sampah. Penerbit Kanisius : Yogyakarta.
http://books.google.co.id/books?id=tUr hoidVFkC&pg=PT54&dq= brik et+bioara ng&hl= en&sa= X&ei=iN VYT46sF
4G0rAfSj c2ZD A# v=onepa ge&q= briket%20bioara ng&f= fal se. Diakses tanggal
1 Maret, 2012.
Departemen Pertambangan dan Energi Republik Indonesia. 1979. Konservasi Energi
Hasil-Hasil Lokakarya Konservasi Energi. Spirit International :
Jakarta. Fadli, Ade. 2010. Manfaat Kulit Durian.
http://timpakul.web.id/manfaat-kulitdurian.html. diakses pada tanggal 8 Juni, 2012.
Green Action, 2009. Kulit Durian Sebagai Energi Alternatif.
file://localhost/D:/skripsi%20&%20TA%20ibeth/Kulit%20Durian%20sebagai
%20Energi%20Alternatif%20~%20Green%20Action.htm. Diakses tanggal 3
Maret, 2012.
Hapis, Bisrul, 2008. Penelitian Karakterisasi Pembakaran Briket Cangkang Kemiri.
Universitas Gajah Mada : Yogyakarta.
Kadir,Abdul, 1995. Energi Sumber Daya, Inovasi, Tenaga Listrik dan Potensi
Ekonomi. Edisi kedua. UI-Press : Jakarta.
Kurniawan, Ir. Oswan dan Ir. Marsono. 2008. Superkarbon Bahan Bakar Alternatif.
Penebar Swadaya : Depok. http://books.google.co.id/books?
id= wo3 hAXPnYicC&printsec= fr ontcover&dq
=superkarbon&hl=id&sa= X&ei=SsLxT8WlG sSIr AeE0cm9DQ &ved=0CC8Q
6AEwAA# v=onepa ge&q= superkarbon&f= fa lse. Diakses pada tanggal 27
Juni, 2012.
Kong, Gan Thay. 2010. Peran Biomassa Bagi Energi Terbarukan. Pt. Elex Media
Komputindo : Jakarta.
Lempang, Mody. 2011. Struktur dan Komponen Arang Serta Arang Aktif Tempurung
Kemiri.

http:// www.pustekola h.org/data_ content/atta chment/7._Mody_Wa srin_(Stru k


t ur)_.pdf. Diakses pada tanggal 8 Juni, 2012.
Medan Bisnis. 2012. Mendag Kaji Dampak Kenaikan BBM terhadap Industri.
http:// www.medanbisnisda ily.com/news/r ea d/2012/03/07/84948/menda g_kaji_
dampak_kenaikan_bbm_terhadap_industri/#.T1bJWocgckQ. Diakses tanggal 3
Maret,2012.
Ndraha, Nodali. 2010. Skripsi Uji Komposisi Bahan Pembuat Briket Bioarang
Tempurung Kelapa Dan Serbuk Kayu Terhadap Mutu Yang Dihasilkan. USU
: Medan.
http:/ /r epository.u su.ac.i d/bitstr ea m/123456789/7528/1/10E00091.pdf.
Diakses pada tanggal 28 Juni ,2012.
Pusat Budidaya Indonesia. 2011. Pusat Budidaya Kemiri.
http://www.pusa tbu dida ya.com/pu sat-budi daya -k emiri -20111022. Diakses
pada tanggal 18 Juni, 2012.
Sari, Yuana Purnama. 2011. Briket Kulit Durian Salah Satu Pilihan Energi Alternatif.
http://engineer ingforbetterlife.blogspot.com/2011/06/briket-kulit -duria nsala h- satu -pilihan.html. Diakses tanggal 16 Juni, 2012.
Sihombing, Junifa Layla. 2006. Jurnal Kimia Studi Pembuatan Briket Arang Dari
Cangkang Kemiri Dengan Variasi Ukuran Partikel Arang Dan Konsentrasi
Perekat. Unimed, Medan. http://usu press.usu.a c.id/files/Sains%20 Kimia
%20Vol_%2010%20No_%202
%20Juli%202006.pdf
Standar Nasional Indonesia. 2000. SNI Briket Arang Kayu SNI 01-6235-2000.
Badan Standarisasi Nasional BSN.
htt p:// si sni.bsn.go.id/index.php/sni_ main/sni/detail_sni /5781. diakses tanggal 5
Maret,2012.
Sukandarrumidi, 1995. Batubara dan Pemanfaatannya. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Sukandarrumidi, 2006. Batubara dan Pemanfaatannya. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Sunanto, Ir. Hatta, 1994. Budidaya Kemiri Komoditas Ekspor. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.

Syahrul, M. 2002. Jurnal Kimia Pengaruh Bentuk, Kerapatan Dan Kadar Lempung
Terhadap Produksi Kalor Briket Sekam Padi.
htt p://journal.u nha s.a c.id/index.php/mca/articl e/view/196/181. Diakses
pada tanggal 19 Juli,2012.

LAMPIRAN A : PERHITUNGAN DARI HASIL PENGUJIAN

I.

DENSITAS

Perhitungan salah satu Densitas adalah sebagai berikut :


Diketahui

: Massa Briket (G)

= 16,6409 gr

Diameter briket (d) = 3,136 cm


Tinggi (t)
Ditanya

= 2,52 cm

: Densitas ( ) = ...?

Penyelesaian :
2

Volume (V)

Volume (V)

Volume (V)

Volume (V)

= 19,45459999 cm

Densitas ( )

Densitas ( )

Densitas ( )

= 0,855370966 gr/cm

Densitas ( )

= 0,8554 gr/cm

gr/cm

Dari hasil perhitungan, dapat dibuat tabel densitas sebagai berikut :


Komposisi Briket (% massa)
No

Perekat

Kulit

Cangkang

Tapioka

durian (KD)

Kemiri (CK)

(%)

1.

80

20

2.

16

64

3.

32

4.

Massa (gr)

Volume
3

Densitas
3

(cm )

(gr/cm )

16,6409

19,45459999

0,8554

20

16,6571

18,55787100

0,8976

48

20

16,6395

19,64997077

0,8468

48

32

20

16,6058

19,91028784

0,8340

5.

64

16

20

16,6058

20,14832132

0,8242

6.

80

20

16,6655

22,76647973

0,7320

II.

Nilai Kalor

Salah satu perhitungan nilai kalor briket adalah sebagai berikut :

= 5.011,7 cal/gr

Dari hasil perhitungan dapat dibuat tabel nilai kalor sebagai berikut:
Komposisi Bahan (% massa)
Perekat
Massa rataGD
Tapioka
rata sampel
rata-rata
No
Kulit Durian
Cangkang
(%)
(gr)
sampel
(KD)
Kemiri (CK)
1.
0
80
20
1,00025
9,6

Nilai Kalor
rata- rata
(kal/gr)
5.011,7

2.

16

64

20

1,0003

9,0

4.684,7

3.

32

48

20

1,0006

9,2

4.792,2

4.

48

32

20

1,0008

9,2

4.791,2

5.

64

16

20

1,0000

9,7

5.067,6

6.

80

20

1,0006

9,1

4.737,8

III.

Kuat Tekan

Salah satu perhitungan kuat tekan briket adalah sebagai berikut:


Diketahui

: Diameter briket (d)

= 3,136 cm

Beban Penekanan (P)


Ditanya

= 80 kg

: Keteguhan Tekan (Kt)

= ....?

Penyelasaian:
d

Luas briket (L)

Luas briket (L)

= (3,14) (3,136 cm)

Luas briket (L)

Luas briket (L)

= 7,72007936 cm

cm

Keteguhan tekan (Kt) =


Keteguhan tekan (Kt) =

kg/cm

Keteguhan tekan (Kt) = 10,36258778 kg/cm


Keteguhan tekan (Kt) = 10,3626 kg/cm

Dari hasil perhitungan, dapat dibuat tabel kuat tekan sebagai berikut :
Komposisi Bahan (% massa)
Perekat
Beban
No

Kuat
2

tekan

Kulit Durian

Cangkang

Tapioka

Penekanan

(KD)

Kemiri (CK)

(%)

(kg)

1.

80

20

80

7,72008

10,3626

2.

16

64

20

290

7,54385

38,4419

3.

32

48

20

330

7,88839

41,8337

4.

48

32

20

480

7,83870

61,2347

5.

64

16

20

400

7,77927

51,4187

6.

80

20

370

7,98824

46,3181

Luas (cm )

(kg/cm )

IV.

Kadar Air

Salah satu perhitungan kadar air dalam Briket adalah sebagai berikut :
Diketahui

: Massa Awal (X1) = 16,6400 gr


Massa Akhir (X2) = 15,6133 gr

Ditanya

: Kadar Air (KA)

= ....?

Penyelesaian :

KA = 6,17%
Dari Hasil Perhitungan, dapat dibuat tabel kadar air sebagai berikut:
Komposisi Bahan (% massa)

Perekat

Kulit Durian

Cangkang

Tapioka

(KD)

Kemiri (CK)

(%)

1.

80

2.

16

3.

Massa Awal

Massa

Kadar Air

(gr)

Akhir (gr)

(%)

20

16,6400

15,6133

6,17

64

20

16,6105

15,2285

8,32

32

48

20

16,6335

15,1121

9,15

4.

48

32

20

16,5331

14,8257

10,33

5.

64

16

20

16,4600

14,5133

11,83

6.

80

20

16,5340

14,3553

13,18

No

LAMPIRAN B : GAMBAR-GAMBAR PERALATAN

Gambar 1. Kaleng Pengarangan


Gambar 4. Drying Machine

Gambar 5. Cetakan Briket

Gambar 2. Neraca Digital

Gambar 3. Testing Machine / Pressing Machine

Gambar 6. Gallenhamp Bomb Calorimeter dan Evra Galvanometer

Gambar 7. Briket Bioarang Cangkang Kemiri (CK) Kulit Durian (KD)

LAMPIRAN C : SIFAT BRIKET ARANG BUATAN JEPANG, AMERIKA


(USA), INGGRIS. (Disalin ulang dari Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan (1994) dalam Erikson Sinurat (2011))

No
1.

Sifat (Properties)
Kadar air (Moisture Content),

Jepang

Amerika

Inggris (Great

(Japan)

(USA)

Britain)

6-8

3-4

1,0 1,2

0,46-0,84

60-65

62

12,7

5.000-6000

4000-6500

5.780

%
2.

Densitas (Density), gr/cm3

3.

Kuat

Tekan

streght), kg/cm
4.

(Compressive
2

Nilai Kalor (Calor Value),


kal/gr

Anda mungkin juga menyukai