Anda di halaman 1dari 50

STUDY PENGGUNAAN KALSIUM KARBONAT (CaCO3)

PADA PROSES CLAYBATH UNTUK MENEKAN KERNEL


LOSSES PADA STASIUN KERNEL

SKRIPSI

ARHAM ANWAR
13 22 060 225

PROGRAM STUDI AGROINDUSTRI D-IV


JURUSAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
2017

1
HALAMAN PENGESAHAN

STUDY PENGGUNAAN KALSIUM KARBONAT (CaCO3) PADA PROSES


CLAYBATH UNTUK MENEKAN KERNEL LOSSES PADA STASIUN
KERNEL

SKRIPSI

ARHAM ANWAR
1322060225

Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi


di Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

Telah diperiksa dan disetujui oleh

i
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

Judul : Study penggunaan kalsium karbonat (CaCO3) pada proses


claybath untuk menekan kernel losses pada stasiun kernel.

Nama Mahasiswa : Arham Anwar

NIM : 1322060225

Program Studi : Agroindustri Diploma IV

Tanggal lulus : 01 September 2017

Disahkan Oleh :

ii
ARHAM ANWAR (13 22 060 225). “Study penggunaan kalsium karbonat
(CaCO3) pada proses claybath untuk menekan kernel losses pada stasiun kernel”.
Dibawah bimbingan SITTI NURMIAH dan TASIR.

RINGKASAN

Pemisahan inti dan cangkang kelapa sawit dengan alat dan mesin dilakukan
di stasiun pengolahan biji. Stasiun pengolahan biji merupakan ruang pengolahan
yang digunakan dalam proses pemisahan biji dari cangkang kelapa sawit yang
dikenal dengan istilah claybath. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
kehilangan inti (losses) kernel pada proses Claybath dengan menggunakan
CaCO3 sebagai media pemisah. Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
April-Juli 2017 di Kampus Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
Memanfaatkan kalsium karbonat (CaC03) sebagai media pemisah pada
proses claybath dengan beberapa perlakuan untuk menentukan massa jenis yang
dapat menekan losses kernel, pada proses tersebut massa media pemisah dengan
takaran sebanyak 2.5 kg, 3.5 kg, 4.5 kg , dengan perbandingan air masing-masing
100 L, sehingga memperoleh massa jenis yang berbeda, pada media pemisah
dengan takaran 2,5 memperlihatkan massa jenis 1.005 pada prosentase loses
kernel 27,76 %. Sedangkan massa media pemisah kedua dengan takaran 3,5
memperlihatkan massa jenis 1.02 dengan prosentase loses kernel 24,33 %. Massa
media pemisah ketiga dengan takaran 4,5 memperlihatkan massa jenis 1.03
dengan prosentase loses kernel 19,33 %.
Oleh karena itu diantara ketiga perlakuan media pemisah tersebut, yang
paling baik menekan losses kernel pada proses claybath adalah media pemisah 4,5
kg, massa jenis 1,03 dengan prosentase kehilangan inti 19,33, jika dilihat dari
kedua perlakuan yang lainya memperlihatkan losses yang semakin tinggi.

Kata Kunci : CaCO3, Claybath, dan Losses kernel.

iii
ARHAM ANWAR (13 22 060 225). "Studying the Claybath Process with
Various Calcium Carbonate Concentrations (CaCO3)". Under the guidance of
SITTI NURMIAH and TASIR.

SUMMARY

Separation of core and palm shells with tools and machinery is done at the
seed processing station. The seed processing station is a processing room used in
the process of separation of seeds from palm shells known as claybath. This study
aims to study the loss of kernel (losses) on the Claybath process by using CaCO3
as a separating medium. Activity This research was conducted on April-July 2017
at Agricultural State Polytechnic Campus of Pangkep.
Utilizing calcium carbonate (CaC03) as a separating medium in claybath
process with several treatments to determine the density of the species that can
suppress kernel losses, in the process the mass of separation media by the amount
of 2.5 kg, 3.5 kg, 4.5 kg, with water ratio of 100 L, so as to obtain different
density of the type, on the separator medium with a dose of 2.5 showing the
density of 1.005 in the percentage of 27.76% kernel loses. While the mass of
second separator media with a dose of 3.5 shows the mass of type 1.02 with the
percentage of kernel loses 24.33%. The mass of the third separator medium with a
dose of 4.5 represents the mass of 1.03 with the percentage of kernel loses of
19.33%.
Therefore, among the three treatments, the best way to suppress kernel
losses in the claybath process is the 4.5 kg separation medium, the density of 1.03
with the percentage of core loss of 19.33, when viewed from the other two
treatments shows the losses the higher it is.

Keywords: CaCO3, Claybath, and Kernel Losses.

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia- Nya, kepada kita semua, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian “Study penggunaan kalsium karbonat (CaCO3)
pada proses claybath untuk menekan kernel losses pada stasiun kernel”.
Salam serta shalawat kepada junjungan nabi besar kita Muhammad Saw,
Nabi sebagai rahmatan lilalamin.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ayahanda Anwar dan
Ibunda Mu’min serta Adinda Rinda Muliati tercinta yang dengan penuh ketulusan
dan kasih sayang selama ini telah membimbing serta senantiasa memberikan
dukungan moral maupun dukungan moril kepada penulis yang tak ternilai
harganya, hanya ucapan terimakasih dan do’a serta bakti penulis yang dapat
diberikan kepada keluarga karena penulis yakin hanya restu dan do’a dari
keluarga yang akan memotivasi penulis bisa menjadi orang yang berguna bagi
keluarga dan masyarakat, semoga apa yang sudah kita lakukan menjadi bahan
evaluasi untuk diri kita sendiri dan bisa memberikan kebahagiaan untuk menuntun
pada langkah yang lebih baik lagi. Melalui kesempatan ini, penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Sitti Nurmiah, M.Si selaku pembimbing I.


2. Bapak Ir. Tasir, M.Si selaku pembimbing II.
3. Bapak Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep beserta staf dan
jajarannya
4. Seluruh staf jurusan Teknologi Hasil Pengolahan Hasil Perikanan dan
Program Studi Agroindustri.
5. Rekan – rekan Mahasiswa di jurusan Agroindustri sebagai teman
seperjuangan, terima kasih atas bantuan dan do’anya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini dengan baik.
6. Sahabat terbaik Agroindustri angkatan 26.
7. Adik-adik jurusan Agroindustri angkatan 27, 28, 29 dan 30.

v
8. Rekan–rekan pengurus Himpunan Mahasiswa Teknologi Pengolahan Hasil
Perikanan (HIMATERIN) periode 2016–2017.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.


Karenanya, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan tugas akhir ini. Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima
kasih, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wabillahi taufik walhidayah

Assalamu’ alaikum Wr. Wb

Pangkep, 28 Agustus 2017

Arham Anwar

vi
DAFTAR ISI

Halaman
RINGKASAN ............................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................ vi
DAFTAR TABEL .................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. ix

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................ 3

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Deskripsi Kelapa Sawit ............................................................... 4
2.2 Klasifikasi Kelapa Sawit .............................................................. 4
2.3 Varietas Kelapa Sawit .................................................................. 5
2.4 Komposisi Kimia Kelapa Sawit ................................................... 7
2.5 Minyak Kasar Kelapa Sawit ......................................................... 7
2.6 Minyak Inti Kelapa Sawit ............................................................ 8
2.7 Proses Pengolahan Kelapa Sawit ................................................. 9
2.8 Claybath ....................................................................................... 16
2.9 Inti Sawit (Kernel) ........................................................................ 17
2.10 Cangkang Kelapa Sawit ............................................................. 19
2.11 Kalsium Karbonat ...................................................................... 20
2.12 Larutan ....................................................................................... 21
2.13 Massa Jenis ................................................................................. 21
2.14 Prosentase Kehilangan Inti ......................................................... 22
2.15 Standar losses ............................................................................. 23

III. METODOLOGI
3.1 Waktu Dan Tempat ...................................................................... 24
3.2 Alat Dan Bahan ............................................................................ 24
3.3 Metode penelitian ......................................................................... 24
3.4 Rancangan Percobaan .................................................................. 25
3.5 Parameter Pengamatan ................................................................. 28

vii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kehilangan Inti ............................................................................. 29
4.2 Grafik Pengamatan ...................................................................... 31

V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan................................................................................... 33
5.2 Saran ............................................................................................. 33

LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 43
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................

viii
DAFTAR TABEL

Halaman
Table 1. Varietas Kepala Sawit ...................................................................... 10
Table 2. Kematangan Buah ............................................................................ 21
Table 3. Standar Losser ..................................................................................

ix
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Biji Kelapa Sawit ......................................................................... 7
Gambar 2. Claybath ...................................................................................... 17
Gambar 3. Inti Kelapa Sawit (Kernel) .......................................................... 17
Gambar 4. Cangkang Kelapa Sawit .............................................................. 20
Gambar 5. Kalsium Karbonat ....................................................................... 20
Gambar 6. Alur Proses ................................................................................... 27
Gambar 7. Grafik Pengamatan ......................................................................

x
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) adalah salah satu dari beberapa
family Aracacea (dahulu disebut dengan palmae). Kata elais (Yunani) berarti
minyak, sedangkan kata guineensis dipilih berdasarkan keyakinan Jacqin bahwa
kelapa sawit berasal dari Guinea (Afrika).
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman utama penghasil
minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dari pada tanaman
penghasil minyak nabati lainnya. Berdasarkan asal-usulnya kelapa sawit
diperkirakan berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Pertama kali diperkenalkan di
Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1848. Usaha perkebunan kelapa
sawit dirintis oleh seseorang dari Belgia yang bernama Adrien Hallet. Perkebunan
kelapa sawit pertama di Indonesia berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan
Aceh. Luas areal perkebunannya mencapai 5.123 ha (Adi, 2012).
Tanaman sawit merupakan salah satu sumber minyak nabati yang pada saat
ini telah menjadi komoditas pertanian utama dan unggulan di Indonesia, baik
secara sumber pendapatan bagi jutaan keluarga petani, sebagai sumber devisa
negara, penyediaan lapangan kerja, maupun sebagai pemicu pertumbuhan
perekonomian, serta sebagai pendorong tumbuh dan berkembangnya industri hilir
sebagai minyak kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus
mengalami peningkatan. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di
Indonesia pada tahun 60-an, luas areal perkebunan kelapa sawit mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Bila pada 1967 Indonesia hanya memiliki areal
perkebunan kelapa sawit seluas 105.808 hektar, pada 1997 telah membengkak
menjadi 2,5 juta hektar. Pertumbuhan yang pesat terjadi pada kurun waktu 1990-
1997, dimana terjadi penambahan luas areal tanam rata-rata 200.000 hektar setiap
tahunnya, Untuk itu Indonesia sampai tahun 2012 termasuk negara pengekspor
terbesar CPO bersama negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia. Indonesia
dan Malaysia penghasil kelapa sawit terbesar di dunia yaitu sekitar 85%,
Komoditi kelapa sawit kedua negara yang menguasai dunia yang merupakan
pesaing utama terhadap minyak jagung, soybean, dan minyak bunga matahari

1
yang merupakan industri andalan minyak goreng dari negara-negara maju.
(MENPAN, 2012).
Industri kelapa sawit merupakan industri yang unggul di Indonesia dari
sector nonmigas, hal ini dibuktikan dengan besarnya devisa yang dikontribusikan
dari sektor industri ini. Indonesia merupakan negara pengekspor CPO (Crude
Palm Oil) terbesar ke dua di dunia. Ekspor minyak sawit CPO pertama dari
Indonesia tercatat pada tahun 1919 dengan volume 576 ton. Volume ini
meningkat terus seiring dengan peningkatan areal perkebunan kelapa sawit
Indonesia, sehingga pada tahun 1937 pasar industri produksi CPO Indonesia
mencapai 40% dari total produksi CPO dunia. Laju perkebunan rakyat Indonesia
meningkat dari sekitar 1,1 juta ha menjadi 3,3 juta ha tahun 2010. Demikian juga
perkebunan swasta meningkat dari 2.4 juta ha tahun 2000 menjadi 3.9 juta ha
tahun 2010. Sehingga total, perkebunan kelapa sawit Indonesia meningkat dari 4,1
juta ha tahun 2000 menjadi 7,8 ha tahun 2010 atau hampir dua kali lipat dalam 10
tahun. Peningkatan produksi CPO lebih meningkat lagi yakni meningkat hampir 3
kali lipat dalam 10 tahun yakni dari 7 juta ton tahun 2000 menjadi 20 juta ton pada
tahun 2010 (Sipayung, 2012).
Pemisahan inti dan cangkang kelapa sawit dengan alat dan mesin dilakukan
di stasiun pengolahan biji. Stasiun pengolahan biji merupakan ruang pengolahan
yang digunakan dalam proses pemisahan biji dari cangkang kelapa sawit yang
dikenal dengan istilah claybath. Claybath merupakan alat pemisah inti dan
cangkang dengan menggunakan bantuan media pemisah yaitu kalsium karbonat
dan proses pemisahan inti dan cangkang menggunakan sistem berat jenis. Berat
jenis yang ringan akan mengapung, sedangkan berat jenis yang besar akan
tenggelam, proses ini diharapkan dapat memperkecil kehilangan inti yang terbawa
oleh kotoran (fiber, cangkang serta benda asing lainnya). (Riswan, 2016)

2
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalahnya adalah Bagaimana
peranan CaCO3 pada proses claybath untuk menekan losses kernel pada stasiun
kernel.?

1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kehilangan inti (losses) kernel
pada proses Claybath dengan menggunakan CaCO3 sebagai pemisah.

1.3 Manfaat Kegiatan


Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu :
1. Bagi penulis
Mengetahui peran CaCO3 untuk menekan losses kernel pada proses
Claybath.
2. Bagi Perguruan Tinggi
Sumber informasi kepada masyarakat kampus secara khusus dan masyarakat
pada umumnya tentang proses claybath pada stasiun kernel.
3. Bagi Perusahaaan
Sebagai sumber informasi kepada perusahaan pengolahan kelapa sawit
tentang media pemisah pada proses claybath.

3
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Kelapa Sawit


Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineesis J) berasal dari Nigeria, Afrika
Barat. Namun, ada sebagian pendapat yang justru menyatakan bahwa kelapa sawit
berasal dari kawasan dari Amerika Selatan Yaitu Brazil. Hal ini karena lebih
banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan di Afrika.
Pada kenyataanya tanaman kelapa sawit hidup subur diluar daerah asalanya,
seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan, mampu
memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi. (Fauzi,et al., 2002).

2.2 Klasifikasi Kelapa Sawit


Sistematika tanaman menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005),
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Tracheopita
Subdivisi : Pteropsida
Kelas : Angiospermeae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Arecales
Famili : Palmae
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis J.
Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis, yakni Elaeis
guineensis dan Elaeis oleifera. Jenis Elaeis guineensis adalah jenis yang biasa
dibudidayakan orang. Kedua spesis kelapa sawit ini memilki keunggulan masing–
masing. Elaeis guineensis memilki produksi yang sangat tinggi dan Elaeis
oleifera memilki tinggi tanaman yang rendah. Ada banyak jenis varietas kelapa
sawit di Indonesia. Varietas–varietas tersebut dapat dibedakan berdasarkan
morfologinya.

4
2.3 Varietas tanaman kelapa sawit
Ada banyak jenis varietas kelapa sawit di Indonesia. Varietas–varietas
tersebut dapat dibedakan berdasarkan morfologinya. Setiap varietas mempunyai
ciri khas tersendiri. Terdapat 3 jenis varietas kelapa sawit, yaitu :
a. Varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah
Varietas pertama ini adalah varietas yang didasarkan pada ketebalan
tempurung dan daging buah. Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah,
beberapa varietas kelapa sawit diantaranya Dura, Pisifera, Tenera, dan Macro.
Adapun penjelasan mengenai varietas–varietas kelapa sawit berdasarkan
ketebalan tempurung dan daging buah.
1. Dura
Tempurung tebal (2-8 mm) tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar
tempurung daging buah relatif tipis, yaitu 35-50% terhadap buah kernel (daging
biji) besar dengan kandungan minyak rendah dalam persilangan, dipakai sebagai
pohon induk betina.
2. Pisifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada daging buah
tebal, lebih tebal dari pada daging buah Dura daging biji sangat tipis tidak dapat
diperbanyak tanpa menyilangkan dengn jenis lain dan dipakai sebagai pohon
induk jantan.
3. Tenera
Hasil dari persilangan dura dan pisifera tempurung tipis (0,5-4 mm)
terdapat lingkaran serabut disekeliling tempurung daging buah sangat tebal (60-
96% dari buah) tandan buah lebih banyak, tetapi ukurannya relatif kecil.
Ketebalan daging buah berkaitan erat dengan jumlah kandungan rendemen
minyak yang dikandung tiap jenis kelapa sawit. Perbedaan ketebalan daging buah
kelapa sawit menyebabkan perbedaan jumlah rendemen minyak sawit yang
dikandungnya. Rendemen minyak paling tinggi terdapat pada varietas Tenera
yaitu mencapai 22–24%, sedangkan pada varietas Dura hanya 16–18%.

5
b. Varietas berdasarkan warna kulit buah
Berdasarkan warna kulit buah, beberapa varietas kelapa sawit diantaranya
varietas Nigrescens, Virescens, dan Albescens. Adapun penjelasannya dapat
diperhatikan dalam Tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1. Varietas kelapa sawit berdasarkan warna kulit buah

Varietas Warna buah muda Warna buah masak

Ungu kehitam -
Nigrescens Jingga kehitam – hitaman
hitaman
Jingga kemerahan, tetapi ujung buah tetap
Virescens Hijau
hijau
Kekuning - kuningan dan ujungnya ungu
Abescens Keputih – putihan
kehitaman

c. Varietas Unggul
Varietas unggul adalah varietas yang banyak dicari dan ditanam oleh para
pembudidaya kelapa sawit untuk memperoleh hasil yang berkualitas dan
memuaskan. Varietas unggul kelapa sawit dihasilkan melalui prinsip reproduksi
sebenarnya dari hibrida terbaik dengan melakukan persilangan antara jenis kelapa
sawit yang diketahui mempunyai daya gabung berdasarkan hasil pengujian
progeny dengan mengikuti prosedur seleksi Reciprocal Recurrent Selection
(RSS). Bibit kelapa sawit yang digunakan dalam proses persilangan adalah Dura
dan Pisifera. Varietas Dura sebagai induk betina dan Pisifera sebagai induk jantan.
Hasil persilangan tersebut telah terbukti memiliki kuantitas dan kualitas yang
lebih baik dibandingkan dengan varietas lain (Adi, 2014).

Gambar 1. Biji Kelapa Sawit (Elaies Guineensis)

6
2.4 Komposisi Kimia Kelapa Sawit
Menurut (Winarno. 1999), Komposisi kimia kelapa sawit menghasilkan dua
macam minyak, yaitu minyak yang berasal dari sabut (mesocarp) dan minyak
yang berasal dari biji (kernel). Minyak kelapa sawit yang dihasilkan dari sabut
dikenal dengan crude palm oil (CPO) dan dari inti (kernel) disebut minyak inti
sawit atau palm kernel oil (PKO). Mesocrap mengandung kadar minyak rata-rata
sebanyak 56%, inti (kernel) mengandung minyak sebesar 44%. Kelapa sawit
mengandung lebih kurang 80 persen perikrap dan 20 persen buah yang dilapisi
kulit yang tipis. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang memiliki
komposisi yang tetap. Kandungan karotein dapat mencapai 1000 ppm atau lebih,
tetapi dalam minyak dari jenis tenera lebih kurang 500 – 700 ppm kandungan
tokoferol dipengaruhi oleh penanganan selama produksi.

2.5 Minyak kasar kelapa sawit (Crude Palm Oil)


Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kelapa sawit adalah minyak nabati
edibel yang didapatkan dari mesocarp buah pohon kelapa sawit, minyak sawit
secara alami berwarna merah karena kandungan beta-karoten yang tinggi. Minyak
sawit berbeda dengan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) yang dihasilkan
dari inti buah yang sama. Minyak kelapa sawit juga berbeda dengan minyak
kelapa yang dihasilkan dari inti buah kelapa (Cocos nucifera). Perbedaan ada pada
warna (minyak inti sawit tidak memiliki karotenoid sehingga tidak berwarna
merah), dan kadar lemak jenuhnya. Minyak sawit mengandung 41% lemak jenuh,
minyak inti sawit 81%, dan minyak kelapa 86%.
Minyak sawit kasar (Crude Palm Oil) merupakan minyak kelapa sawit
mentah yang diperoleh dari hasil ekstraksi atau dari proses pengempaan daging
buah kelapa sawit dan belum mengalami pemurnian. Minyak sawit biasanya
digunakan untuk kebutuhan bahan pangan, industri kosmetik, industri kimia, dan
industri pakan ternak. Kebutuhan minyak sawit sebesar 90% digunakan untuk
bahan pangan seperti minyak goreng, margarin, shortening, pengganti lemak
kakao dan untuk kebutuhan industri roti, cokelat, es krim, biskuit, dan makanan
ringan. Kebutuhan 10% dari minyak sawit lainnya digunakan untuk industry
Oleokimia yang menghasilkan asam lemak, fatty alcohol, gliserol, dan metil ester
serta surfaktan. (Harold, 2004).

7
Minyak sawit merupakan perkebunan yang memiliki prospek yang cerah
dimasa mendatang. Potensi tersebut terletak pada keragaman kegunaan dari
minyak sawit. Minyak sawit disamping digunakan sebagai bahan mentah
industri pangan, dapat pula digunakan sebagai bahan mentah industri nonpangan.
Dalam perekonomian Indonesia komoditas kelapa sawit memegang peranan yang
cukup strategis karena komoditas ini mempunyai prospek yang cerah sebagai
sumber devisa. minyak sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng yang
banyak dipakai diseluruh dunia, sehingga secara terus menerus mampu
menjaga stabilitas harga minyak sawit. Komoditas ini pun mampu pula
menciptakan kesempatan kerja yang luas dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. (Suyatno, 1994).

2.6 Minyak inti kelapa sawit ( palm kernel oil)


Minyak inti sawit atau KPO (Kernel Palm Oil) banyak digunakan sebagai
bahan baku pada berbagai industri pangan dan non pangan. Minyak inti sawit
sangat baik digunakan dalam industri, misalnya industri pembuatan minyak
margarine. Pada pemakaiannya, lemak yang terkandung di dalam inti sawit
disebut minyak inti sawit di ekstraksi dan sisanya atau bungkilnya yang kaya
protein dipakai sebagai bahan makanan ternak. Bungkil inti sawit di inginkan
berwarna relatif terang dan nilai gizi serta kandungan asam aminonya tidak
berubah.
Minyak inti sawit merupakan minyak nabati yang dapat dimakan berasal
dari kelapa sawit. Komposisi asam lemak minyak inti kelapa sawit mirip
dengan minyak kelapa, keduanya dikenal sebagai minyak laurat. Berbeda
dengan minyak sawit yang berwarna merah jingga, minyak inti kelapa sawit
berwarna kuning berasal dari hasil olahan lanjut kernel atau inti kelapa sawit.
Minyak inti kelapa sawit lebih jenuh dibanding minyak sawit dan titik
leburnya lebih rendah, dengan komposisi yang mirip dengan minyak kelapa.
Kernel dalam istilah botani merupakan biji kelapa sawit. Inti basah (dengan
kelembaban berkisar 6%) kernel mengandung berkisar 47-50% minyak inti kelapa
sawit. Pada suhu tinggi inti kelapa sawit dapat mengalami perubahan warna,
sehingga minyaknya akan berwarna lebih gelap. Suhu tertinggi pada pengolahan
minyak sawit adalah pada perebusan yaitu sekitar 130°C, suhu maksimum

8
tersebut dibatasi untuk mencegah terlalu banyak inti yang berubah warna. Mutu
minyak inti sawit sendiri tergantung pada mutu inti sawit. Minyak inti sawit yang
baik memiliki kadar asam lemak bebas yang rendah, dengan warna kuning pucat
yang mudah dipucatkan.
Minyak inti sawit merupakan produk sampingan dari minyak sawit, dengan
volume produksi 10-13% dari minyak sawit. Sebagai minyak laurat, minyak inti
kelapa sawit bersaing dengan minyak kelapa di pasar dunia dimana keduanya
merupakan produk penting dalam produksi oleokimia, sabun, dan khususnya
lemak nabati untuk pemanis buatan. Beberapa tahun belakangan ini produksi dari
minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit meningkat, pada 1993 produksi
minyak inti kelapa sawit dari Malaysia meningkat sekitar 20% hampir mendekati
1 juta ton. Minyak inti sawit dipasarkan melalui jaringan dari pabrik kelapa
sawit (PKS), pabrik rafinasi, broker dan pedagang baik lokal maupun
mancanegara, dan akhirnya sampai ke pabrik oleokimia ataupun pemanis buatan.
(Ririn, 2010).

2.7 Proses Pengolahan Kelapa Sawit


PKS pada umumnya mengolah bahan baku berupa Tandan Buah Segar
(TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit
(Kernel). Proses pengolahan kelapa kelapa sawit sampai menjadi minyak sawit
(CPO) terdiri dari beberapa tahapan yaitu:
1. Jembatan Timbang
Hal ini sangat sederhana, sebagian besar sekarang menggunakan sel-sel
beban, dimana tekanan dikarenakan beban menyebabkan variasi pada sistem
listrik yang diukur. pada Pabrik Kelapa Sawit jembatan timbang yang dipakai
menggunakan sistem komputer untuk meliputi berat. Prinsip kerja dari jembatan
timbang yaitu truk yang melewati jembatan timbang berhenti  5 menit,
kemudian dicatat berat truk awal sebelum TBS dibongkar dan sortir, kemudian
setelah dibongkar truk kembali ditimbang, selisih berat awal dan akhir adalah
berat TBS yang ditrima dipabrik.
2. Penyortiran
Kualitas buah yang diterima pabrik harus diperiksa tingkat kematangannya.
Jenis buah yang masuk ke PKS pada umumnya jenis Tenera dan jenis Dura.

9
Kriteria matang panen merupakan faktor penting dalam pemeriksaan kualitas
buah distasiun penerimaan TBS (Tandan Buah Segar).
Kematangan buah mempengaruhi terhadap rendamen minyak dan ALB
(Asam Lemak Buah) yang dapat dilihat pada Table 2 berikut :
Table 2. Kematangan Buah.
Kematangan buah Rendamen minyak (%) Kadar ALB (%)

Buah mentah 14 – 18 1,6 – 2,8

Setengah matang 19 – 25 1,7 – 3,3

Buah matang 24 – 30 1,8 – 4,4

Buah lewat matang 28 – 31 3,8 – 6,1

3. Proses Perebusan (Sterilizer)


Lori yang telah diisi TBS dimasukan kedalam sterilizer dengan
menggunakan capstand.
Tujuan perebusan : Mengurangi peningkatan asam lemak bebas.
 Mempermudah proses pembrodolan pada threser.
 Menurunkan kadar air.
 Melunakan daging buah, sehingga daging buah mudah lepas dari biji.
Bila poin dua tercapai secara efektif maka semua poin yang lain akan
tercapai juga. Sterilizer memiliki bentuk panjang 26 m dan diameter pintu 2,1 m.
Dalam sterilizer dilapisi Wearing Plat setebal 10 mm yang berfungsi untuk
menahan steam, dibawah sterilizer terdapat lubang yang gunanya untuk
pembuangan air condesat agar pemanasan didalam sterilizer tetap seimbang.
Dalam melakukan proses perebusan diperlukan uap untuk memanaskan sterilizer
yang disalurkan dari boiler dan direbus selama 90 menit.
4. Proses Penebah (Thereser Process)
a. Hoisting Crane
Fungsi dari Hoisting Crane adalah untuk mengangkat lori dan menuangkan
isi lori ke bunch feeder (hooper). Dimana lori yang diangkat tersebut berisi TBS
yang sudah direbus.
b. Thereser

10
Fungsi dari Theresing adalah untuk memisahkan buah dari janjangannya
dengan cara mengangkat dan membantingnya serta mendorong janjang kosong ke
empty bunch conveyor.
5. Proses Pengempaan (Pressing Process)
Proses Kempa atau pengepresan adalah pertama dimulainya pengambilan
minyak dari buah Kelapa Sawit dengan jalan pelumatan dan pengempaan. Baik
buruknya pengoperasian peralatan mempengarui efisiensi pengutipan minyak.
Proses ini terdiri dari :
a. Digester
Setelah buah pisah dari janjangan, maka buah dikirim ke Digester dengan
cara buah masuk ke Conveyor Under Threser yang fungsinya untuk membawa
buah ke Fruit Elevator yang fungsinya untuk mengangkat buah keatas masuk ke
distribusi conveyor yang kemudian menyalurkan buah masuk ke digester.
Didalam digester tersebut buah atau berondolan yang sudah terisi penuh diputar
atau diaduk dengan menggunakan pisau pengaduk yang terpasang padabagian
poros II, sedangkan pisau bagian dasar sebagai pelempar atau mengeluarkan buah
dari digester ke screw press.
Fungsi Digester :
 Melumatkan daging buah.
 Memisahkan daging buah dengan biji.
 Mempersiapkan Feeding Press.
 Mempermudah proses di Press.
 Menaikkan Temperatur.
b. Screw Press
Fungsi dari Screw Press adalah untuk memeras berondolan yang telah
dicincang, dilumat dari digester untuk mendapatkan minyak kasar. Buah – buah
yang telah diaduk secara bertahap dengan bantuan pisau–pisau pelempar
dimasukkan kedalam feed screw conveyor dan mendorongnya masuk kedalam
mesin pengempa (twin screw press). Oleh adanya tekanan screw yang ditahan
oleh cone, massa tersebut diperas sehingga melalui lubang – lubang press cage
minyak dipisahkan dari serabut dan biji. Selanjutnya minyak menuju stasaiun
clarifikasi, sedangkan ampas dan biji masuk kestasiun kernel.

11
6. Proses Pemurnian Minyak ( Clarification Station )
Setelah melewati proses Screw Press, kemudian Crude Oil masuk ke stasiun
klarifikasi dimana proses pengolahannya sebagai berikut :
a. Sand Trap Tank ( Tangki Pemisah Pasir)
Setelah di press maka Crude Oil yang mengandung air, minyak, lumpur
masuk ke Sand Trap Tank. Fungsi dari Sand Trap Tank adalah untuk menampung
pasir. Temperatur pada sand trap mencapai 95oC.
b. Vibro Seperator / Vibrating Screen
Fungsi dari Vibro Separator adalah untuk menyaring Crude Oil dari serabut
– serabut yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak. Sistem kerja mesin
penyaringan itu sendiri dengan sistem getaran–getaran pada vibro kontrol melalui
penyetelan pada bantul yang diikat pada elektromotor. Getaran yang kurang
mengakibatkan pemisahan tidak efektif.
c. Vertical Clarifier Tank (VCT)
Fungsi dari VCT adalah untuk memisahkan minyak, air dan kotoran (NOS)
secara gravitasi. Dimana minyak dengan berat jenis yang lebih kecil dari 1 akan
berada pada lapisan atas dan air dengan berat jenis = 1 akan berada pada lapisan
tengah sedangkan NOS denga berat jenis lebih besar dari 1 akan berada pada
lapisan bawah. Fungsi Skimmer dalam VCT adalah untuk membant mempercepat
pemisahan minyak dengan cara mengaduk dan memecahkan padatan serta
mendorong lapisan minyak dengan Sludge.
d. Oil Tank
Fungsi dari Oil Tank adalah untuk tempat sementara Oil sebelum diolah
oleh Purifier. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan Steam Coil untuk
mendapatkan temperatur yang diinginkan yakni 950C.
e. Oil Purifier
Fungsi dari Oil Purifier adalah untuk mengurangi kadar air dalam
minyak dengan cara sentrifugal. Pada saat alat ini dilakukan proses diperlukan
temperatur suhu 950 C.
f. Vacum Dryer
Fungsi dari Vacum Dryer adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak
produksi. Sistem kerjanya sendiri adalah minyak disimpan kedalam bejana

12
melalui Nozel. Suatu jalur resirkulasi dihubungkan dengan suatu pengapung
didalam bejana, sehingga bilamana ketinggian permukaan minyak menurun
pengapung akan membuka dan mensirkulasi minyak kedalam bejana.
g. Sludge Tank
Fungsi dari Sludge Tank adalah tempat sementara sludge (bagian dari
minyak kasar yang terdiri dari padatan dan zat cair) sebelum diolah oleh sludge
seperator. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan sistem injeksi untuk
mendapatkan temperatur yang dinginkan yaitu 950C.
h. Sand Cyclone / Pre- cleaner
Fungsi dari Sand Cyclone adalah untuk menangkap pasir yang terkandung
dalam sludge dan untuk memudahkan proses selanjutnya.
i. Brush Strainer ( Saringan Berputar )
Fungsi dari Brush Strainer adalah untuk mengurangi serabut yang terdapat
pada sludge sehingga tidak mengganggu kerja Sludge Seperator. Alat ini terdiri
dari saringan dan sikat yang berputar.
j. Sludge Seperator
Fungsi dari Sludge Seperator adalah untuk mengambil minyak yang masih
terkandung dalam sludge dengan cara sentrifugal. Dengan gaya sentrifugal,
minyak yang berat jenisnya lebih kecil akan bergerak menuju poros dan terdorong
keluar melalui sudut – sudut ruang tangki pisah.
k. Storage Tank
Fungsi dari Storage Tank adalah untuk penyimpanan sementara minyak
produksi yang dihasilkan sebelum dikirim. Storage Tank harus dibersihkan secara
terjadwal dan pemeriksaan kondisi Steam Oil harus dilakukan secara rutin, karena
apabila terjadi kebocoran pada pipa Steam oil dapat mengakibatkan naiknya kadar
air pada CPO.
7. Proses Pengolahan Biji ( Kernel Station )
Telah dijabarkan bahwasanya setelah pengepresan akan menghasilkan
Crude oil dan fiber. Fiber tersebut akan masuk ke stasiun Kernel dan akan
dijabarkan proses pengolahannya.
a. Cake Breaker Conveyor (CBC)

13
Fungsi dari Cake Breaker Conveyor adalah untuk membawa dan
memecahkan gumpalan Cake dari stasiun Press ke depericarper.
b. Depericarper
Fungsi dari Depericarper adalah untuk memisahkan fiber dengan nut dan
membawa fiber untuk menjadi bahan bakar boiler. Fungsi kerjanya adalah
tergantung pada berat massa, yang massanya lebih ringan (fiber) akan terhisap
oleh fan tan. Yang massanya lebih berat (nut) akan masuk ke Nut Polishing drum.
Fungsi dari Nut Polishing Drum adalah:
 Membersihkan biji dari serabut – serabut yang masih melekat.
 Membawa nut dari Depericarper ke Nut transport.
 Memisahkan nut dari sampah.
 Memisahkan gradasi nut.
c. Nut Silo
Fungsi dari Nut Silo adalah tempat penyimpanan sementara nut sebelum
diolah pada proses berikutnya. Bila proses pemecahan nut dengan menggunakan
nut Craker maka nut silo harus dilengkapi dengan system pemanasan (Heater).
d. Riplle Mill
Fungsi dari riplle Mill adalah untuk memecahkan nut. Pada Riplle Mill
terdapat rotor bagian yang berputar pada Riplle Plate bagian yang diam. Nut
masuk diantara rotor dan Riplle Plate sehingga saling berbenturan dan
memecahkan cangkang dari nut.
e. Claybath

Claybath merupakan bak lumpur yang berisi CaCO3 dan air. Alat ini
berfungsi untuk memisahkan cangkang dan inti yang berasal dari LTDS II. Prinsip
yang digunakan pada claybath ini adalah memisahkan antara cangkang dan nut

dengan campuran dengan bantuan putaran.Penambahan CaCO3 dimana


sebelumnya dipastikan stirrer telah dijalankan. Jalankan motor penggerak
vibrating screen, jalankan pompa sirkulasi larutan untuk mengisi cyclone tempat
pemisahan, pastikan umpan selalu dalam keadaan konstan dan kapasitas pompa
sirkulasi agar disetting secukupnya untuk menghindari turbelensi pada bak
pemisahan.
f. Vibrating Claybath

14
Vibrating claybath merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan antara
cangkang dan nut yang berasal dari claybath dimana menggunakan prinsip
getaran. Nut yang telah terpisah kemudian dialirkan menuju kernel nut conveyor
dan diangkut menuju silo dryer menggunakan alat kernel nut elevator.
g. Kernel Silo Dryer
Kernel silo dryer merupakan alat yang berfungsi dalam pemasakan dengan
menggunakan steam, bertujuan agar nut mudah untuk dipecah, untuk
mendapatkan KA kernel sesuai standart yaitu kecil dari 8%. Prinsip yang
digunakan adalah pemberian steam pada silo dryer dengan suhu berkisar antara
90-95oC dimana waktu penahanan kernel adalah 14-15 jam.
h. Kernel Silo Bin
Kernel silo bin merupakan tempat untuk penyimpanan kernel sebelum
dikirim/dipasarkan. Kernel storage berbentuk silinder terbuat dari plat aluminium
berbentuk lengkung disambung dan melingkar keatas. kernel beam yang
berkapasitas 178 ton.

2.8 Claybath
Claybath merupakan bak yang berisi larutan pemisah. Fungsi dari Claybath
adalah untuk memisahkan cangkang dan inti sawit pecah yang besar dan beratnya
hampir sama. Proses pemisahan dilakukan berdasarkan kepada perbedaan berat
jenis. Bila campuran cangkang dan inti dimasukan kedalam suatu cairan yang
berat jenisnya diantara berat jenis cangkang dan inti maka untuk berat jenisnya
yang lebih kecil dari pada berat jenis larutan akan terapung diatas dan yang berat
jenisnya lebih besar akan tenggelam.

Gambar 2. Claybath

15
Prinsip yang digunakan pada claybath ini adalah memisahkan antara
cangkang dan nut dengan campuran dengan bantuan putaran. Penambahan larutan
dimana sebelumnya dipastikan stirrer telah dijalankan. Jalankan motor penggerak
vibrating screen, jalankan pompa sirkulasi larutan untuk mengisi cyclone tempat
pemisahan, pastikan umpan selalu dalam keadaan konstan dan kapasitas pompa
sirkulasi agar disetting untuk menghindari turbelensi pada bak pemisahan.
(Prabowo, 2009).
Larutan tersuspensi dalam air dan memiliki berat jenis larutan di atas satu,
tergantung dari konsentrasi yang dilarutkan. Larutan ini dapat digunakan untuk
memisahkan dua kelompok padatan yang memiliki berat jenis (BJ) yang berbeda.
Inti sawit basah memiliki berat jenis 1,07 sedangkan cangkang 1,15-1,20. Maka
untuk memisahkan inti dan cangkang dibuat BJ larutan 1,8-1,14 sehinga inti
mengapung dan cangkan akan tenggelam. Hasil gilingan pemecah biji masuk
kedalam bak dan inti mengapung sedangkan cangkang bergerak kedasar bak,
sedangkan cangkang dihisap dari dasar bak dan dipompakan kedalam saringan
kemudian dikirim ke shellhopper.

2.9 Inti Sawit


Inti terdapat didalam biji kelapa sawit yang telah dilapisi tempurung. Dalam
satu buah terdapat satu biji yang mengandung inti. Bentuk inti sawit bulat padat
atau agak gepeng berwarna coklat hitam. Inti sawit mengandung lemak, protein,
serat dan air. Terdapat variasi komposisi inti sawit dalam hal padatan non minyak
dan nonprotein. Bagian yang disebut Extractable non protein yang mengandung
sukrosa, gula pereduksi dan pati.
Inti kelapa sawit atau kernel palm merupakan buah tanaman kelapa sawit
yang telah dipisahkan dari daging buah dan tempurungnya serta selanjutnya
dikeringkan. Kernel merupakan bagian terpenting kedua setelah mesokarp karena
dari inti inilah akan dihasilkan KPO sebagai produk unggulan kedua setelah CPO.
Inti ini mengandung minyak yang warnanya jernih, dan kualitas minyak inti lebih
baik jika dibandingkan dengan kualitas minyak daging buah (mesocarp). Hanya
saja kandungan minyaknya lebih sedikit dibanding dengan kandungan minyak
daging buah. Kandungan minyak yang terkandung di dalam inti kering sekitar 44
- 53 %. Minyak inti sawit atau KPO (Kernel Palm Oil) banyak digunakan sebagai

16
bahan baku pada berbagai industri pangan dan non pangan. Minyak inti sawit
sangat baik digunakan dalam industri, misalnya industri pembuatan minyak
margarine. (Ririn Nurhadayati, 2010).
Pada pemakaiannya, lemak yang terkandung di dalam inti sawit (disebut
minyak inti sawit) diekstraksi dan sisanya atau bungkilnya yang kaya protein
dipakai sebagai bahan makanan ternak. Bungkil inti sawit di inginkan berwarna
relatif terang dan nilai gizi serta kandungan asam aminonya tidak berubah.
Pada suhu tinggi inti sawit dapat mengalami perubahan warna. Minyaknya
akan lebih gelap dan sulit dipucatkan. Suhu tertinggi pada pengolahan minyak
sawit adalah pada perebusan, yaitu sekitar 1300C. Suhu kerja maksimum dibatasi
setinggi itu untuk menghindarkan terlalu banyak inti yang berubah.
Proses pengolahan inti sawit menjadi minyak inti sawit tidak terlalu rumit
bila dibandingkan dengan proses pengolahan buah sawit. Bentuk inti sawit bulat
padat atau agak gepeng berwarna cokelat hitam. Inti sawit mengandung lemak,
protein, serat dan air. Pada pemakaiannya lemak yang terkandung didalamnya
disebut minyak inti sawit dan ampas atau bungkilnya yang kaya protein
digunakan sebagai bahan makanan ternak. (Mangoensoekardjo, 2003).

Gambar 3. Inti Kelapa Sawit (kernel)

2.10 Cangkang Kelapa Sawit


Cangkang sawit merupakan produk sampingan dari Crude Palm Oil yang
banyak dipakai oleh industri sebagai bahan bakar pengganti batu bara. Tidak
hanya itu saja, cangkang sawit ini memiliki kelebihan dibandingkan bahan bakar
industri lainnya, yakni lebih ramah kepada lingkungan, dan tidak mencemarkan
lingkungan sehingga masyarakat sekitar industri bebas dari infeksi saluran

17
pernapasan akut. Di website ini, anda akan lebih diperkenalkan lebih lanjut
mengenai kegunaan dan kelebihan cangkang sawit sebagai bahan alami yang
memiliki banyak manfaat bagi berbagai industri dan tentunya dengan biaya yang
lebih rendah.

Gambar 4. Cangkang Kelapa Sawit


Cangkang kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak
kelapa sawit yang cukup besar, yaitu mencapai 60% dari produksi minyak.
Tempurung buah kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai arang aktif. Arang aktif
dimanfaatkan oleh berbagai industri, antara lain industri minyak, karet, gula dan
farmasi. Selain itu tempurung kelapa sawit digunakan hanya sebagai bahan bakar
pembangkit tenaga uap dan bahan pengeras jalan. (Fauzi, 2002).

2.11 Kalsium Karbonat


Kapur adalah batuan sedimen terutama terdiri dari kalsium karbonat
(CaCO3) dalam bentuk kalsit mineral. Batuan ini paling sering terbentuk
diperairan laut yang dangkal. Batu kapur di alam jarang ada yang murni, karena
umumnya mineral ini selalu terdapat partikel kecil kuarsa, felspar, mineral
lempung pirit, siderit dan mineral lainnya. Dalam mineral batu kapur terdapat
juga pengotor, terutama ion besi.
Kalsium karbonat (CaCO3) adalah salah satu senyawa umum kalsium.
Dipanaskan untuk bentuk quicklime (CaCO3), yang kemudian ditambahkan ke air
(H2O). ini membentuk bahan lain yang dikenal sebagai kapur (Ca(OH)2), yang
merupakan bahan dasar murah yang digunakan di seluruh industry kimia. Kapur,
marmer dan batu kapur adalah semua bentuk kalsium karbonat.

18
Gambar 5. Kalsium Karbonat (CaCO3)
Kalsium karbonat umumnya berwarna putih dan umumnya sering dijumpai
pada batu kapur, kalsit, marmer, dan batu gamping. Selain itu kalsium karbonat
juga banyak dijumpai pada stalaktit dan stalagmite yang terdapat di
sekitarpegunungan. Karbonat yang terdapat pada stalaktit dan stalagmite berasal
dari tetesan air tanah selama ribuan bahkan tahunan. Seperti namanya, kalsium
karbonat ini terdiri dari 2 unsur kalsium dan 3 unsur oksigen. Setiap unsur karbon
terikat kuat dengan 3 oksigen, dan ikatanya lebih longgar dari ikatan antara
karbon dengan kalsium pada satu senyawa (Saroddin, 2013).

2.12 Larutan
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat
yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut,
sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak dari pada zat-zat lain dalam larutan
disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan
dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut
dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi.
Bila komponen zat terlarut ditambahkan terus-menerus ke dalam pelarut,
pada suatu titik komponen yang ditambahkan tidak akan dapat larut lagi.
Misalnya, jika zat terlarutnya berupa padatan dan pelarutnya berupa cairan, pada
suatu titik padatan tersebut tidak dapat larut lagi dan terbentuklah endapan.
Jumlah zat terlarut dalam larutan tersebut adalah maksimal, dan larutannya
disebut sebagai larutan jenuh. Titik tercapainya keadaan jenuh larutan sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, seperti suhu, tekanan, dan
kontaminasi. Secara umum, larutan suatu zat (yaitu jumlah suatu zat yang dapat

19
terlarut dalam pelarut tertentu) sebanding terhadap suhu. Hal ini terutama berlaku
pada zat padat, walaupun ada perkecualian. Kelarutan zat cair dalam zat cair
lainnya secara umum kurang peka terhadap suhu dari pada kelarutan padatan atau
gas dalam zat cair. Kelarutan gas dalam air umumnya berbanding terbalik
terhadap suhu. (Sudarmadji.et.al., 1997).
2.13 Massa Jenis
Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin
tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya.
Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total
volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya besi)
akan memiliki volume yang lebih rendah dari pada benda bermassa sama yang
memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air). Satuan SI massa jenis adalah
kilogram per meter kubik (kg·m-3).
Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa
jenis yang berbeda. Satu zat berapa pun massanya berapa pun volumenya akan
memiliki massa jenis yang sama. Rumus untuk menentukan massa jenis adalah :
𝑚
𝜌=
𝑉
Keterangan :
ρ = adalah massa jenis
m = adalah massa
V = adalah volume
Satuan massa jenis dalam CGS [centi-gram-sekon] adalah gram per
sentimeter kubik (g/cm3). 1 g/cm3=1000 kg/m3. Massa jenis air murni adalah 1
g/cm3 atau sama dengan 1000 kg/m3. Selain karena angkanya yang mudah diingat
dan mudah dipakai untuk menghitung, maka massa jenis air dipakai perbandingan
untuk rumus ke-2 menghitung massa jenis, atau yang dinamakan 'Massa Jenis
Relatif'. Rumus massa jenis relatif = Massa bahan / Massa air yang volumenya
sama.

2.14 Prosentase kehilangan inti


Inti sawit seolah-olah menjadi second product di pabrik kelapa sawit,
sering dikorbankan untuk mendapatkan minyak sawit terutama di pengoperasian

20
screw press. Tekanan double cone yang diberikan kadangkala melebihi yang
diijinkan sehingga banyak inti sawit menjadi hancur dan cenderung tenggelam
pada proses claybath, hal lain pula yang menyebabkan losses kernel adalah media
pemisah yang kurang atau massa jenis pada larutan pemisah pada claybath.
Rumus perhitungan kehilangan kernel.

𝑀𝑙
𝑁𝑙 = 𝑥 100 %
𝑀𝑠
Keterangan :

Nl = Presentase kehilangan inti


Ml = Massa kehilangan inti
Ms = Massa Sampel

2.15 Stadar losses


Tabel 3. Standar losses pada masing – masing peralatan pegolahan biji.

No Alat Rata – rata % Standar Losses %

1 Ripple Mill 91.03 % 95.00 %

2 LTDS 0.72 % 2.50 %

3 Claybath 7.24 % 3.00 %

Sumber : PT. Kutai Agro Lestari (KAL)

21
III METODOLOGI

3.1 Waktu Dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2017 di Kampus
Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian peralatan utama
yang dipakai dalam perusahaan khususnya pada proses claybath untuk
memisahkan antara kernel dan cangkang, ember, talenan, timbangan, hydrometer,
Penapis, pengaduk dan baskom.
Bahan yang digunakan sebagian besar diperoleh dari perusahaan hasil
proses pengolahan kelapa sawit terdiri dari, cangkang, kernel, CaCO3 dan air.

3.3 Metode penelitian


Kegiatan penelitian ini menggunakan metode pencampuran, yakni
mencampur dua bahan yang berbeda, air dan kalsium karboinat dengan
konsentrasi berat media pemisah yang berbeda pada tiga perlakuan, untuk
mendapatkan massa jenis yang dapat menekan kehilangan inti, sedangkan pada
pengambilan sampel dilakukan dengan waktu yang berbeda, sehingga pada
hasilnya nanti dapat diketahui karakteristik larutan yang dibuat.
Pembuatan Larutan
Pembuatan larutan pemisah dilakukan dengan mencampurkan Air sebanyak
100 liter dan CaCO3 dengan berat yang masing-masing berbeda, yakni 2,5 kg, 3,5
kg dan 4,5 kg, sehingga akan terbentuk tiga larutan yang berbeda, kemudian
dilakukan pengadukan terhadap tiga larutan yang terbentuk dengan kecepatan
putaran yang sama setelah itu pengukuran massa jenis air dilakukan dengan
menggunakan hydrometer, setelah mengetahui massa jenis sampel dimasukkan
sebanyak 1 kg, kedalam tiga larutan tersebut, pengambilan sampel pada larutan 1
dilakukan pasca waktu 5 menit berlalu, sedangkan pada larutan ke dua dilakukan
pengambilan sampel pasca 10 menit berlalu dengan halnya pada larutan ketiga
dengan waktu 15 menit berlalu, namun pada setiap perlakuan dilakukan masing-
masing tiga pengulangan, hasil losses kernel pada masing-masing larutan

22
selanjutnya ditimbang kemudian dikalkulasi dengan menggunakan rumus yang
ada, dari hasil dari masing-masing perhitungan diatas selanjutnya akan menjadi
pembanding untuk menentukan larutan terbaik.
3.4 Rancangan Percobaan
Studi penggunaan kalsium karbonat pada proses claybath untuk menekan
kehilangan kernel dilakukan dengan tiga jenis perlakuan yang berbeda dimana
pada setiap perlakuannya dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali, dengan
racangan percobaan sebagai berikut :
A = Konsentrasi penambahan CaCO3
A1 : 0,25 %
A2 : 0,35 %
A3 : 0,45 %
B = Waktu
B1 : 5 menit
B2 : 10 menit
B3 : 15 menit
Dengan demikian, perlakuan penelitian sebagai berikut :
A1B1 : Konsentrasi CaCO3, 0,25 % dengan waktu 5 menit
A1B2 : Konsentrasi CaCO3, 0,25 % dengan waktu 10 menit
A1B3 : Konsentrasi CaCO3, 0,25 % dengan waktu 15 menit
A2B1 : Konsentrasi CaCO3, 0,35 % dengan waktu 5 menit
A2B2 : Konsentrasi CaCO3, 0,35 % dengan waktu 10 menit
A2B3 : Konsentrasi CaCO3, 0,35 % dengan waktu 15 menit
A3B1 : Konsentrasi CaCO3, 0,45 % dengan waktu 5 menit
A3B2 : Konsentrasi CaCO3, 0,45 % dengan waktu 10 menit
A3B3 : Konsentrasi CaCO3, 0,45 % dengan waktu 15 menit

23
Cangkang dan kernel

Mixing
CaCo3 dan Air

Pemisahan
5, 10, 15 menit

Cangkang Kernel

Berat kernel
tenggelam / berat

Losses

Gambar.6. Alur Proses Pemisahan Cangkang Dan Kernel

24
3.5 Parameter pengamatan
Adapun parameter yang dilakukan yaitu prosentase kehilangan inti sawit
diproses claybath dengan menggunakan CaCO3 sebagai media pemisah.
Pengukuran dilakukan dengan mengambil hasil buangan akhir pada proses
claybath. Pengukuran ini dilakukan sebanyak 3 kali pada setiap masing – masing
massa media pemisah, agar mendapatkan losses kernel serendah mungkin.
3.5.1 Kehilangan Inti (Losses Kernel)
Kehilangan inti sawit atau kernel merupakan salah satu indikasi kurang
efisienya proses yang berlangsung pada stasiun kernel, diantaranya adalah proses
claybath yang disebabkan oleh banyak faktor namun yang utama adalah
penggunaan media pemisah. Jumlah kehilangan inti tentu sangat mempengaruhi
rendemen pada perusahaan, semakin tinggi rendemen maka semakin rendah pula
kehilangan inti pada proses tersebut, sehingga untuk menentukan loses kernel
dapat digunaka rumus sebagai berikut (Riswan, 2016).
Rumus perhitungan kehilangan kernel.

𝑀𝑙
𝑁𝑙 = 𝑥 100 %
𝑀𝑠
Keterangan :

Nl = Presentase kehilangan inti

Ml = Massa kehilangan inti

Ms = Massa Sampel

25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kehilangan Inti (Losses Kernel)


Sejalan dengan penelitian ini, maka Study penggunaan kalsium karbonat
(CaCO3) pada proses claybath untuk menekan kernel losses pada stasiun kernel.,
dengan beberapa perlakuan yakni beberapa media pemisah sebanyak 2.5 kg, 3.5
kg, 4.5 kg, telah memperlihatkan hasil yang berbeda setelah dilakukan pengujian
dan pengamatan dari penggunaan CaCO3 sebagai media pemisah.
Pada perlakuan pertama yakni berat media pemisah sebanyak 2,5 kg dengan
massa jenis yang terbentuk adalah 1,005 menghasilkan losses kernel sebanyak
26,76%, jumlah losses tersebut diperoleh melalui perhitungan losses dengan
merata-ratakan hasil pengulangan.
Untuk perlakuan kedua dengan berat media pemisah sebanyak 3,5 kg
dengan massa jenis yang terbentk 1,02, menghasilkan losses kernel 24,33%,
jumlah losses tersebut diperoleh melalui perhitungan losses dengan merata-
ratakan hasil pengulangan, sedangkan.
Perlakuan ke tiga dengan berat media pemisah sebanyak 4,5 kg dengan
massa jenis yang terbentuk 1,03, menghasilkan losses kernel 19,33%, jumlah
losses tersebut diperoleh melalui perhitungan losses dengan merata – ratakan hasil
pengulangan.
Dari penelitian yang dilakukan dengan menguji tiga perlakuan yang berbeda
berdasarkan jumlah berat yakni 2,5 kg, 3,5 kg dan 4,5 kg, memperlihatkan hasil
yang berbeda, hal ini tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :
a. Karakteristik media pemisah
CaCO3 sebagai media pemisah mempunyai Sifat yang mudah tersuspensi
dengan larutan lainnya tentu memiliki kelebihan dan kekurangan pada proses
claybath, kelebihannya adalah efisiensi proses produksi dapat menunjang
produktivitas perusahaan, namun kekurangannya pada proses claybath
membutuhkan jumlah CaCO3 yang relatif banyak untuk mempertahankan sifat
larutan yang diharapkan / massa jenis yang diinginkan.

26
b. Perbedaan berat media pemisah yang dipakai.
Banyaknya jumlah media pemisah yang dipakai tentu sangat
mempengaruhi hasil dari pengujian, hal ini dapat dilihat dari hasil diatas dimana
pada perlakuan yang menggunakan media pemisah paling banyak menghasilkan
losses kernel yang rendah jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya, akan
tetapi penggunaan berat media pemisah harus memiliki perbandingan yang tepat
supaya losses dapat dikontrol.
c. Kecepatan pengadukan pada proses claybath
Kecepatan putaran pengaduk harus disesuaikan dengan ukuran claybath
dan sifat dari larutan media pemisah, sehingga diharapkan rotasi permenitnya
dapat stabil dalam claybath agar tidak mengganggu proses terpisahnya kernel dan
cangkang yang berlangsung, semakin cepat putaran akan mempengaruhi hasil
losses kernel atau kehilangan inti pada claybath sehingga memerlukan waktu yang
cukup relatif lama untuk terpisah begitupula pada putaran yang relatif lambat akan
menghambat terpisahnya kernel dan cangkang, sehingga rotasi putaran yang
efektif untuk putaran pada proses claybath adalah 3-5 rpm.
Penurunan berat jenis juga dapat dipengaruhi perlakuan pada massa media
pemisah, semakin banyak media pemisah yang digunakan semakin kecil
prosentase kehilangan inti, namun harus tetap diperhatikan massa jenis larutan dan
semakin sedikit massa jenis pemisah yang dignakan maka semakin banyak
prosentase kehilangan inti. Jadi sedikit banyaknya prosentase kehilangan inti itu
dipengaruhi pada massa jenis larutan, penurunan dan peningkatan massa jenis itu
dipengaruhi oleh perlakuan banyaknya media pemisah.

4.2 Grafik pengamatan


Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa perbedaan massa jenis dapat
dipengaruhi prosentase kehilangan inti pengaruh tersebut dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.

27
33.2

Kehilangan Inti (Losses %)


30.2
25.5
23.6 23.4
21.6
19.2 18.8
15.8

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3


5 menit 10 menit 15 menit
Gambar 7. Grafik Pengamatan
Memanfaatkan CaCO3 sebagai media pemisah pada proses claybath dengan
beberapa perlakuan untuk menetukan massa jenis yang dapat menekan losses
kernel pada proses tersebut, massa media pemisah pertama sebanyak 2.5 kg
dengan perbandingan air 100 liter diperoleh massa jenis larutan 1,005 dengan
prosentase losses kernel 26,76%. Sedangkan massa media pemisah kedua
sebanyak 3.5 kg diperoleh massa jenis 1.02 dengan prosentase losses kernel
24.33%. Dan untuk media pemisah ketiga sebanyak 4.5 diperoleh massa jenis
larutan 1.03 untuk prosentase losses 19,33%.
Oleh karena itu diantara ketiga perlakuan media pemisah tersebut, yang
paling baik dalam proses claybath adalah media pemisah dengan berat pemisah
4.5 kg, massa jenis larutan 1.03 dengan prosentase kehilangan inti 19.33, hal ini
pula telah ditunjukkan oleh grafik diatas bahwa pada penggunaan berat media
pemisah berpengaruh terhadap kehilangan inti sawit.
Selain itu hal yang berpengaruh untuk menekan kehilangan inti dijelaskan
dari grafik diatas yakni lama pengambilan sampel terhadap kehilangan inti pada
proses claybath dengan beberapa perlakuan, sehingga diperoleh prosentase
kehilangan inti yang rendah terdapat pada konsentrasi perlakuan berat media
pemisah seberat 4.5 kg dengan waktu pengambilan sampel 5 menit. Sedangkan
dari dua perlakuan lainnya memperoleh hasil yang kurang efisien dengan waktu
10 dan 15 menit dikarenakan dari sifat massa jenis larutan pemisah.

28
V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dalam penelitian studi penggunaan kalsium karbonat (CaCO3) pada proses
claybath untuk menekan kehilangan inti sawit dilakukan dengan tiga perlakuan
yang masing-masing beratnya 2,5 kg, 3,5 kg dan 4,5 kg dengan perbandingan air
100 L, dari pengujian ketiga perlakuan diatas telah diperoleh hasil bahwa
penggunaan kalsium yang banyak maka dapat menekan losses kernel dengan
menggunakan 100 L air.
Namun untuk penggunaan CaCO3 pada proses claybath masih dianggap
kurang efektif jika dibandingkan dengan media pemisah dari garam (NaCl) sebab
kernel losses yang bersumber dari media pemisah garam mampu menghasilkan
kehilangan inti jauh lebih rendah dari hasil kalsium karbonat, dengan data sebagai
berikut NaCl 3,5 kg, air 100 L memperlihatkan massa jenis larutan 1.12 dan losses
0,53% .

5.2 Saran
Penggunaan media pemisah sebaiknya diperhatikan agar losses dapat
dikurangi, massa jenis larutan yang terbentuk harus disesuaikan dengan berat
jenis dari sampel dan lama pengambilan sampel harus diperhatian agar media
massa jenis larutan dapat menghambat perubahan massa jenis.

29
LAMPIRAN

30
Lampiran 1. Diagram Alir Study penggunaan kalsium karbonat (CaCO3) pada
proses claybath untuk menekan kernel losses pada stasiun kernel

Cangkang dan kernel

Mixing

CaCo3 dan Air

Pemisahan
5, 10, 15 menit

Cangkang Kernel

Berat kernel
tenggelam / berat

Losses

31
2. Foto Kegiatan.

Sampel Kalsium karbonat

Mixing Larutan Pemisah

Hydrometer Massa Jenis

32
Kernel dan cangkang

Losses

Losses Losses

Losses Losses
Lampiran 3. Perhitungan inti sawit

1. Tabel perhitungan kehilangan inti kelapa sawit

33
Dengan cara yang sama kehilangan inti pada setiap massa media pemisah
didapat dan ditampilkan sebagaimana pada table berikut.
No Media pemisah (Kg) Air (Liter) Massa jenis larutan
1 2.5 100 1.005
2 3.5 100 1.02
3 4.5 100 1.03
Tabel 1. Data massa jenis larutan pemisah larutan CaCO3.

Massa kehilangan inti


Kehilangan inti (%)
Media Berat (gr)
No Pemisa jenis
h (Kg) CaC03
S1 S2 S3 Nl1 Nl2 Nl3
Nl

1 2.5 1.005 216 255 332 21,6 25,5 33,2 26,76%

2 3.5 1.02 192 236 302 19,2 23,6 30,2 24,33%

3 4.5 1.03 158 188 234 15,8 18,8 23,4 19,33%

Tabel 2. Data kehilangan inti pada setiap media pemisah larutan CaCO3.
Adapun persamaan kehilangan inti pada setiap media pemisah larutan
CaCO3 dari pengukuran massa sampel yang didapat:

2. Media pemisah CaCO3, 2,5 kg


a. Kehilangan inti dari pengukuran sampel pertama

Massa sampel (Ms) = 1000 gr


Massa kehilangan inti (Ml) = 216 gr

Maka kehilangan inti adalah :


216
𝑁𝑙 = x 100%
1000
Nl = 21,6 %
b. Kehilangan inti dari pengukuran sampel ke dua
Massa sampel (Ms) = 1000 gr
Massa kehilangan inti (Ml) = 255 gr

Maka kehilangan inti adalah :

34
255
𝑁𝑙 = x 100%
1000
Nl = 25,5 %

c. Kehilangan inti dari pengukuran sampel ke tiga


Massa sampel (Ms) = 1000 gr
Massa kehilangan inti (Ml) = 332 gr

Maka kehilangan inti adalah :


332
𝑁𝑙 = x 100%
1000
Nl = 33,2 %

Rata- rata kehilangan inti pada media CaCO3 2,5 kg adalah :

Nl = Nl1 + Nl2+Nl3
3
Nl = 21,6 + 25,5 + 33,2
3
Nl = 26,76 %

3. Media pemisah CaCO3 3,5 kg


a. Kehilangan inti dari pengukuran sampel pertama
Massa sampel (Ms) = 1000 gr
Massa kehilangan inti (Ml) = 192 gr

Maka kehilangan inti adalah :


192
𝑁𝑙 = x 100%
1000
Nl = 19 ,2 %

b. Kehilangan inti dari pengukuran sampel ke dua


Massa sampel (Ms) = 1000 gr
Massa kehilangan inti (Ml) = 236 gr

Maka kehilangan inti adalah :


236
𝑁𝑙 = x 100%
1000

35
Nl = 23,6 %

c. Kehilangan inti dari pengukuran sampel ke tiga


Massa sampel (Ms) = 1000 gr
Massa kehilangan inti (Ml) = 302 gr

Maka kehilangan inti adalah :


302
𝑁𝑙 = x 100%
1000
Nl = 30,2 %

Rata- rata kehilangan inti pada media CaCO3, 3,5 kg adalah :


Nl = Nl1 + Nl2+Nl3
3
Nl = 19,2 + 2,36 +30,2
3
Nl = 24,33 %

4. Media pemisah CaCO3, 4,5 kg


a. Kehilangan inti dari pengukuran sampel pertama
Massa sampel (Ms) = 1000 gr
Massa kehilangan inti (Ml) = 158 gr

Maka kehilangan inti adalah :


158
𝑁𝑙 = x 100%
1000
Nl = 15,8 %

b. Kehilangan inti dari pengukuran sampel ke dua


Massa sampel (Ms) = 1000 gr
Massa kehilangan inti (Ml) = 188 gr

Maka kehilangan inti adalah :


188
𝑁𝑙 = x 100%
1000
Nl = 18,8 %

c. Kehilangan inti dari pengukuran sampel ke tiga

36
Massa sampel (Ms) = 1000 gr
Massa kehilangan inti (Ml) = 234 gr

Maka kehilangan inti adalah :


234
𝑁𝑙 = x 100%
1000
Nl = 23,4 %

Rata- rata kehilangan inti pada media CaCO3, 4,5 kg adalah :


Nl = Nl1 + Nl2+Nl3
3
Nl = 15,8 +18,8 +23,4
3
Nl = 19,33 %

37
DAFTAR PUSTAKA

Adi. S.,P. 2014. Kaya dengan bertani kelapa sawit. Pustaka Baru Press.
Yogyakarta. 146 hal.
Anonim, 2017. https://jurnal.unitri.ac.id./index.php./reformasi/article/viewFile/40/
37. Indonesia dan Malaysia penghasil Kelapa Sawit Terbesar Di Dunia,
(Diakses, 25 Juli 2017).
Mangunsoekarjo. dan Semangun, H. 2005. Manajemen Kelapa Sawit Gajah Mada
Universiti Press. Yogyakarta.
Mangoensoekardjo. 2003. Budidaya kelapa sawit dan proses pengolahannya.
Agromedia. Universitas Gajah Madah. Yogyakarta.
Nurhidayati, R. 2010. analisa mutu kernel palm dengan parameter kadar alb (asam
lemak bebas), kadar air dan kadar zat pengotor di pabrik kelapa sawit pt.
perkebunan nusantara-v tandun kabupaten Kampar. Pekan Baru, Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Riswan. 2016. Penggunaan garam sebagai media pemisah pada proses claybath
untuk menekan kehilangan inti sawit. politeknik pertanian negeri pangkep.
Saroddin, 2013. Study penggunaan kalsium karbonat terhadap kehilangan inti
(loses) kelapa sawit. Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
Sipayung, T. 2012. Ekonomi Agribisnis Minyak Sawit. IPB Press : Bogor.
Sudarmadji,1997. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty.
Yogyakarta.
Prabowo, I. H. S. 2009. pengelolaan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq.) di PT.
Eramitra Agro Lestari, Bakrie Sumatera Plantation, Jambi (dengan aspek
khusus pemanenan). Institut Pertanian Bogor.
Winarno, F. G. 1999. Minyak Goreng dalam Menu masyarakat. Institut Pertanian
Bogor : Bogor.
Yeni, S. 2010. Sintesis Methyl Ester Sulfonic Acid (MESA) Dari Crude Palm Oil
(CPO) menggunakan Single Tube Falling Film Reactor. Tesis. Bogor :
Institut Pertanian Bogor.
Yan, F. 2002. Kelapa sawit, Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisa,
Usaha dan Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya.

38
RIWAYAT HIDUP

Penulis atas Nama Arham Anwar, lahir di


Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, pada tanggal 15 Mei
1995 yang dilahirkan oleh sepasang suami istri
sempurna di dunia, nama Ayahanda Anwar dan Ibunda
Mu’min. Penulis masuk Sekolah Dasar pada tahun 2001,
tamat pada tahun 2007, kemudian melanjutkan sekolah
di SMP Negeri 1 Barru Kab. Barru, dan selesai pada tahun 2010, dan pada tahun
yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMK Negeri 1 Barru Kab. Barru
hingga selesai pada tahun 2013,. Penulis kemudian melanjutkan Pendidikan pada
tahun 2013 di Politeknik Pertanian Negeri Pangkep sebagai angkatan XXVI dan
sah menjadi Mahasiswa Politani Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan
(TPHP) Program Study Agroindustri D IV. Selama kuliah penulis aktif dalam
Organisai internal kampus, sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Teknologi
Pengolahan Hasil Perikanan pada tahun 2014-2015, sebagai Bangkir atau
Bendahara umum Pramuka politani 2015-2016, anggota tetap UKM Taekwondo
PPNP, pernah menjabat sebagai ketua panitia LKMM (latihan keterampilan
manajemen Mahasiswa), pada tahun 2015.

39

Anda mungkin juga menyukai