GAS DAN KEMBUNG
| ALI DJUMHANA
PENDAHULUAN
Keluhan perut banyak gas dan kembung,
(bloating) sering dijumpai dalam praktek
sehari-hari. Perasaan usus “banyak gas”
tersebut mungkin disertai atau tanpa
disertai peningkatan jumlah gas dalam
Tumen usus.
Kembung merupakan sensasi
subyektif yang mana pasien merasa bahwa
perutnya membesar karena “ususnya
kelebihan gas”. Rasa kembung ini dapat
disertai atau tanpa disertai dengan distensi
abdomen yang tampak secara objektif oleh
‘pemeriksa, Keluhan gas dan kembung sering
ditemukan pada berbagai gangguan dan
penyakit saluran cerna antara lain dispepsi
fungsional, sindrom usus iritatif, konstipasi
kronis, intoleransi laktosa,bakteri tumbuh
lebih, infeksi Giardia lamblia dan
sebagainya
GAS DALAM SALURAN CERNA
Volume gas dalam saluran cerna dapat
ditentukan dengan body plethysmography
atau dengan argon wash out. Volume gas
dalam lumen saluran cerna mempunyai
14
variasi yang sangat lebar yaitu antara 115
ml - 1000 ml, dengan volume rata-rata
sekitar 200 ml, Volume ini hampir tetap
baik dalam keadaan puasa maupun post
prandial, Mayoritas pasien-dengan gang-
guan fungsional saluran cerna yang mem-
punyai keluhan gas dan kembung ternyata
volume gas dalam ususnya tidak berbeda
dengan kontrol normal.
Gas dalam lumen usus sebagian
besar (99%) terdiri dari nitrogen (N,),
oksigen (O,), karbondioksida (CO,), metana
(CH), hidrogen (H,). Dalam jumlah yang,
sangat kecil adalah gas yang berbau
seperti hidrogensulfide (H,), dimetilsul-
fida, merkapian, metanotiol, indol,skatol,
asam lemak rantai pendek dan volatile
amine. Nitrogen, O,, H, dan CO, dapat
mengalami difusi dari tekanan yang lebih
tinggi ke arah tekanan yang lebih rendah.
Oksigen dalam lambung mempunyai
tekanan parsial yang lebih tinggi daripada
darah sehingga akan masuk ke sirkulasi,
sedangkan oksigen dalam lumen kolon
mempunyai tekanan parsial yang lebih
rendah dari darah sehingga arah diffusi
dari darah ke lumen kolon. Tekanan parsial
karbondioksida bervariasi. Di lambung
tekanannya lebih rendah sehingga terjadiGasdanKembung 115
diffusi dari darah ke lumen, sedangkan di
usus halus sebaliknya.
GAS DALAM LAMBUNG
Gas dalam lambung terutama terdiri dari
N, ,O, dan CO, . Nitrogen dan O, berasal
dari luar tubuh yang masuk karena ter-
telan sedangkan CO, jumlahnya sangat
sedikit yaitu berasal dari darah melalui
difusi dan akan dipakai untuk membentuk
bikarbonat. Sebagian besar gas dalam
lambung keluar lagi lewat ruktus dan
sebagian lagi masuk ke dalam darah karena
perbedaan gradien tekanan melalui proses
difusi, Dengan adanya perubahan posisi
tubuh sebagian dari gas dalam lambung,
masuk ke usus halus. Aerofagi merupakan
penyebab tersering yang dapat menim-
bulkan peningkatan jumlah gas dalam
lambung.
GAS DALAM USUS HALUS
Komposisi gas dalam usus halus terutama
CO,H, dan N,. Karbondioksida berasal
dari hasil pencernaan lemak dan protein,
fermentasi bakteri intraluminal dan reaksi
bikarbonat dengan asam. Sebagian besar
CO, dari usus halus akan masuk ke dalam
darah sebelum mencapai kolon. Produksi
CO, meningkat pada orang yang banyak
mengkonsumsi karbohidrat yang tidak
dapat dicerna sehingga gas iniakan dibuang,
lewat flatus. Hidrogen dalam usus halus
terbentuk dari hasil pemecahan karbo-
hidrat dan protein oleh bakteri. Selain di
usus halus H, diproduksi di kolon karena
adanya fermentasi dari karbohidrat yang
tidak tercerna di usus halus. Orang normal
yang banyak mengkonsumsi oligosakarida
yang sulit dicerna seperti stachyose,raffinosa
atau tepung dengan serat khusus yang
sulitdicerna dapat meningkatkan produksi
Hy, Pada pasien malabsorpsi karbohidrat
atau bakteri tumbuh lebih produksi Hi ini
akan meningkat, sehingga pengukuran
kadar H, lewat pernapasan dipakai
sebagai dasar diagnostik. Hidrogen ini
selain diproduksi oleh bakteri, juga di-
konsumsi oleh bakteri untuk membentuk
gas CH,, hidrogen sulfida dan asetat.
Nitrogen dalam usus halus berasal dariluar
tubuh yang tertelan dan masuk ke lambung,
kemudian ke usus halus, gas ini akan
masuk ke dalam darah melalui proses
difusi.
GAS DALAM KOLON
Gas dalam kolon terdiri CH, H, CO,, O,,
dan gas yang menimbulkan bau.Metana
terbentuk melalui reaksi kimia dengan
katalisator bakteri metanogenik yaitu
bakteri Methanobrevibacter smithii
H, +CO, > CH, +H,O
Terbentuknya CH, ini akan me-
ngurangi jumlah gas dalam kolon. Sebagian
gas metana masuk ke dalam vena porta
‘kemudian dikeluarkan lewat udara napas
dan sebagian lagi dikeluarkan lewat flatus.
Ada laporan bahwa produksi gas metana
ini meningkat pada pasien karsinoma
kolon, kolitis ulserativa yang ekstensif dan
poliposis koli.
Gas CH, mudah terbakar dan
dapat menimbulkan ledakan pada saat poli-
pektomi dari pasien-pasien yang diberi116 _ Pendekatan dan Penatalaksanan Gejala dan Sindrom Klinik
substansi lain. (Gambar 1.)
PATOFISIOLOG! KEMBUNG:
Perasaan kembung mungkin disertai
dengan temuan objektif oleh pemeriksa
berupa adanya distensi abdomen karena
i aa Be a
7 :
13]
SESE =a
dengan penambahan isi intraabdominal,
ida pasien
pada pasien dengan gangguan tonus
dinding abdomen. (Gambar 2.).
Kembung yang disertai adanya distensi
abdomen dapat terjdi karena pening-
katan volume gas dalam lumen saluran
i
=GasdanKembung 117
Perasaan kembung,
‘objekti dapat disertal maupun
tanpa disertai dengan distensi)
‘abdomen. Distensi abdomen
terjadi Karena bertambehnya isi :
Intraiuminal maupun ekstralumi
Gambar 2. (dikutip dari literatur 3)
cemaatau bertambahnya isi intraabdomen,
Mekanisme kembung pada penyakit atau
gangguan saluran cerna adalah sebagai
berikut:
a, Kembung yang disertai dengan ber-
tambahnya gas intraluminal
* Kembung karena berlebihan gas
yang tertelan:
- Aerofagi
+ Kembung karena produksi gas intra
lurninal meningkat
- Malabsorpsi karbohidrat
- Intoleransi laktosa
= Insufisiensi pankreas
~~ Infeksi (bakteri tumbuh lebih,
giardiasis)
= IBD, poliposis koli,
= Pneumatosis cystoides intestinalis
+ Kembung karena pasase gas intra-
luminal terganggu
- Terjadi pada gangguan
motilitas saluran cerna seperti
ileus(obstruksi atau paralitik)
dan pseudo-obstruksi.
Kembung karena ada peningkatan isi
intraabdomen
Keluhan ini ditemukan pada penderita
yang mempunyai asites seperti pada
sirosis hati atau gagal jantung kanan.
. _Kembung tanpa disertai dengan
peningkatan volume gas intraluminal.
Keadaan ini lebih sering dijumpai dalam
praktek, yaitu pada pasien-pasien dengan
gangguan fungsional saluran cerna
antara lain dispepsi fungsional, sindrom
sus iritatif, konstipasi kronis.
Beberapa teori yang diajukan antara lain
adanya gangguan pasase gas, gangguan
sensorik viseral, dismotilitas saluran
cerna atau ganggun tonus otot dinding
perut,
Pada sekelompok pasien-pasien dengan
gangguan motilitas saluran cerna
kembung terjadi karena gangguan118 _ Pendekatan dan Penatalaksanan Gejala dan Sindrom Klinik
Gambar 3, Kembung secara suibjektif atau secara
cobjektif dapat terjadi karena gangguan fungsi motorik
saluran cerna, bisa karena spasme/obstruksi atau
‘gangguan propulsi, pada spasme/obstruksi umum
nya disertai nyeri, Penyebab gangguan motorik bisa
organik atau fungsional. (dikutip dari literatur 3),
tonus otot polos sauran cerna. Tonus
otot dapat terlalu tinggi atau sebaliknya
terlalu leah, sehingga gas terperangkap
misalnya terjadi pada splenic flexure
syndome, hepatic flexure syndrome dan
pseudo-obstruksi.
PENDEKATAN DIAGNOSIS
Anamnesis
Eksplorasi mengenai onset penyakit,
keluhan lain selain kembung seperti nyeri/
kolik,mual muntah, diare, perdarahan per
rektal, demam, merokok, riwayat operasi,
riwayat makanan, pemakaian obat seperti
laktulose, acarbose, antikolinergik, derivat
opiat;riwayat penyakit antara lain DM, in-
toleransi terhadap susu, adanya kecemasan
atau depresi
Pemeriksaan Fisik
Perlu penilaian objektif apakah
kembung ini disertai adanya distensi
abdomen atau tidak, menentukan ada-
nya meteorismus, kemungkinan adanya
obstruksi atau paralitik, pekak samping
dan pekak pindah, serta menilai sfingter
ani dengan colok dubur
Pemeriksaan Lanjutan
+ Skrining laboratorium secara umum
(darah lengkap, elektrolit, gula
darah, feses, petanda inflamasi) dan
hemokult
+ Pemeriksaan untuk menilai ada atau
tidak adanya kelainan organik dengan
Rontgen,ultrasonography(USG),
endoskopi, histopatologi dan
sebagainya
+ Pemeriksaan lanjutan untuk mendeteksi
kemungkinan malabsorpsi karbohidrat
atau bakteri tumbuh lebih
+ Tes faal motorik usus, tes dengan
analisis flatus.
* Bila dianggap perlu konsultasi dengan
psikiatri.
Beberapa penyakit organik dan gangguan
saluran cerna fungsional yang mempunyai
presentasi klinis gas dan kembung yang
kerap dijumpai antara lain, kostipasi
kronis diare,sindrom usus iritatif, dispepsi
fangsional, aerofagi, flatulen, sindrom mal-
absorpsi, laktosa intoleran, bakteri tumbuh,
lebih dan iskemi usus.
PRESENTASI KLINIS PASIEN DENGAN
GANGGUAN GAS:
Eruktasi
Ruktus (belching) atau sendawa adalah
pasase gas secara retrograd melalui mulut
dari gas yang berada di lambung atau
esofagus, baik volunter maupun
involunter. Contoh Klasik sendawa yang,
involunter yaitu sendawa yang terjadi
schabis makan atau minum yang bersoda.
Pasien-pasien dengan GERD atau dispepsiafungsional keluhannya dapat berkurang
setelah sendawa.
Pada pasien dengan sendawa kronis
kausanya disebabkan oleh kebiasaan
menelan udara (aerofagia), kemudian
udara dikeluarkan lagi secara volunter.
Diagnosis eruktasi berdasarkan kriteria
Roma III untuk aerofagia
Pengobatan:
+ Memberikan penjelasan mengenai
penyakitnya
+ Menghindari makanan yang mem-
presipitasi aerofagi dan sendawa
seperti permen karet, merokok, minum
minuman bersoda. Pada beberapa
pasien perlu dipertimbangkan obat anti
ansietas
Flatulen
Flatulen gangguan berupa kembung dan
terlalu banyak buang angin.
Pada orang normal volume | gas dari
flatus sekitar 500-1500 ml dengan frekwensi
flatus antara 10-20 kali dalam sehari. Bau
busuk dari flatus karena ada komponen
gas yang mengandung sulfida, asam lemak
rantai pendek, indol dan skatol,
Malabsorpsi Karbohidrat
Fermentasi karbohidrat akan meningkatkan
jumlah gas H, dalam lumensaluran cerna.
Tindakan Umum berupa pengaturan diet
untuk mengurangi fermentasi oleh bakteri
dengan mengurangi asupan karbohidrat
yang tidak dapat dicerna.
Pneumatosis Cystoides intestinalis.
Biasanya asimtomatik,ditemukan secara
kebetulan dari hasil pemeriksaan foto
polos abdomen. Terjadi karena produksi H,
GasdanKembung 119
berlebihan sehingga terbentuk kista pada
dinding usus halus atau kolon, Bila ada
simtom umumnya perasaan kembung, nyeri
abdomen atau diare. Mekanisme terjadinya
kista belum sepenuhnya difahami. Terapi
pemberian antibiotik untuk menekan
populasi bakteri usus schingga produksi
H, berkurang, selain itu dapat diberikan
oksigen.
Ledakan Intraluminal pada saat Kolonos-
kopi Terapeutik
Kejadian ini karena gas metan dalam lumen
terbakar pada saat tindakan elektrosurgikal.
Produksi gas CH, dapat berlebihan, hal ini
terjadi karena persiapan kolon yang kurang
bersih atau pemilihan untuk obat untuk
persiapan kolon yang mengandung sorbitol
atau manitol sehingga mudah difermentasi
oleh bakteri. Akibat ledakan bisa terjadi
trauma atau perforasi.*
Kembung pada Sindrom Usus Iritatif
Penderita IBS sering mengeluh kembung.
Rasa kembung ini pada sebagian pasien
tidak disertai dengan penambahan volume
gas dalam usus, mekanismenya mungkin
karena hipersensitivitas viseral terhadap
volume gas. Penelitian lain menunjukkan
‘bahwa pada IBS memang terjadi gangguan
pasase gas yang memberikan keluhan
embung,nyeri dan spasme saluran cerna.
‘Untuk pasien dengan gas dan kembung
pada sindrom usus iritatif dapat dicoba
dengan pemberian obat prokinetik,
absorben, enzim dan probiotik.Dalam
‘beberapa penelitian pemberian antibiotik
rifaximin memberikan hasil lebih baik
dari plasebo untuk mengurangi keluhan
Kembung dan flatulen dari_pasien-pasien
sindrom usus iritatif120 _Pendekatan dan Penatalaksanan Gejala dan Sindrom Klinik
REFERENS!
Abraczinkas D,Goldfinger S,Talley NJ,Bonis PA.
Intestinal gas and bloating. UpToDate.version
17.3:2009 (diakses dari http:// www-utdol.
com)
Hasler WL. Approach to the patient with gas and
bloatingin: Yamada T. ed. Principles of Clinical
Gastroenterology 1" ed. Oxford etc;Willey-
Blackwell:2008.p. 255 -66.
Alpiroz F,Malagelada JR. Abdominal Bloat
ing. Gastroenterology 2005:129: 1060 - 1079
Chang L,Lee OY,Naliboff B dkk. Sensation
of bloating and irritable bowel syndrome.
‘Am J Gastroenterol. 2001;9633-41
Agrawal A,Whorwell PJ.Abdominal bloating
and distension in Functional Gastrointestinal
Disorders - Epidemiologi and exploration
possible mechanism. Aliment Pharmacol
‘Ther,2008:27:2 - 10
Suarez FLLevitt MD.Intestinal gas. in: Feldman
ed. Sleisenger & Fordtran”s Gastrointesti-
nal and Liver Diseases,7" ed. Philadelphia
cteSaunders: 2002p. 155-63
Lasser RB Bond JH, Levitt MD. The role of intestinal
gas in functional abdominal pain.N Engl] Med
1975;293524
Lankisch PG, Lubbers H.Mahike R Muller CH. Gas-
troenterology From symptom to Diagnosis; A
Guide for Hospital and Practice, Freiburg, Falk
Foudation. 2009.p. 47 ~ 50.
Bond JH, Levitt MD Factor affecting theconcentration
of combustible gases in the colon duringcolonos-
copy (abstr). Gastroenterology. 1975;68:1445
Gillon, Tadeesse K LoganRF et al Breath Hydrogen
test in pneumatosis cystoides intestinalis Gut.
1999;20-1008.
Sharara Al,Aoun T,Abdul Beki etal. Randomized
double bling placebo controlled trial of
rifeximin in patient with bloating and flatu-
lence. AmJ. gastroenterol.2006;101: 326-25