Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS BIAYA PADA TINDAKAN APENDIKTOMI

DENGAN METODE KONVENSIONAL DAN LAPAROSKOPI


DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
TAHUN 2005
Tesis
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajad Sarjana S-2
Program Studi Ilmu Farmasi
Minat Magister Majanemen Farmasi

diajukan oleh :
RATNA WIDI ASTUTI
13787/PS/MMF/04

kepada

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2009

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
yang merupakan sebagian persyaratan untuk mencapai derajad Sarjana S-2 pada
Program Studi Ilmu Farmasi Minat Magister Manajemen Farmasi pada Sekolah
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Tesis berisi hasil penelitian tentang analisis biaya pada tindakan
apendiktomi dengan metode konvensional dan laparoskopi di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2005.
Tesis dapat terselesaikan berkat dukungan dan bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
yang terhormat :
1.

Bapak Prof. Dr. Marchaban, DESS., Apt., Dekan Fakultas Farmasi


Universitas Gadjah Mada.

2.

Bapak Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., PhD., selaku pembimbing utama
yang telah memberikan arahan dan bimbingan pada pelaksanaan penelitian.

3.

Bapak Satibi, S.Si., M.Si., Apt., selaku pembimbing pendamping yang telah
memberikan arahan dan bimbingan pada pelaksanaan penelitian.

4.

Bapak Prof. Dr. Achmad Fudholi, DEA., Apt., selaku penguji yang telah
banyak memberikan masukan pada penulisan tesis.

5.

Bapak Drs. Riswaka Sudjaswadi, SU., Apt., selaku penguji yang telah
banyak memberikan masukan pada penulisan tesis.

6.

Bapak Direktur RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta beserta staf, yang


telah mengijinkan dan membantu pengambilan data penelitian.

7.

Bapak ketua pengelola Magister Manajemen Farmasi UGM beserta seluruh


staf, yang telah menyediakan fasilitas selama mengikuti pendidikan.

8.

Bapak Kepala Balai Besar POM di Yogyakarta, bapak ibu pejabat struktural
di BBPOM di Yogyakarta, dan semua teman-teman di BBPOM di
Yogyakarta, yang telah banyak memberikan kesempatan dan dukungan.

9.

Ibu, bapak, suami, putri, serta keluarga besarku yang senantiasa memberikan
dukungan moral dan material.

10.

Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu dalam naskah, semoga Allah SWT membalas amal kebaikan mereka,
Amin.
Penulis berharap semoga tesis dapat memberikan manfaat bagi para

pembaca. Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam tesis masih banyak


kekurangan, maka sangat diharapkan masukan dari semua pihak.

Yogyakarta, Desember 2009


Penulis

DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL .......................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................

ii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................

iii

PRAKATA ......................................................................................................

iv

DAFTAR ISI ...................................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

viii

DAFTAR TABEL ...........................................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................

INTISARI ........................................................................................................

xi

ABSTRACT ....................................................................................................

xii

BAB I.

PENDAHULUAN ......................................................................

A.

Latar Belakang ....................................................................

B.

Perumusan Masalah ............................................................

C.

Manfaat Penelitian ..............................................................

D.

Keaslian Penelitian .............................................................

E.

Tujuan Penelitian ................................................................

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................

A.

Penyakit Apedisitis .............................................................

1.

Apendiks ..

2.

Apendisitis ...

3.

Apendiktomi .

13

a. Apendiktomi Konvensional ......

14

b. Apendiktomi Laparoskopi ....

14

Antibiotika untuk apendiktomi

19

BAB II.

4.
B.

C.

Evaluasi Ekonomi

23

1.

Ekonomi Kesehatan .

23

2.

Farmakoekonomi .

24

Landasan Teori ...

26

D.
BAB III.

Kerangka Konsep Penelitian ...

27

METODE PENELITIAN ...

29

A.

Jenis dan Rancangan Penelitian ..

29

B.

Lokasi Penelitian

29

C.

Populasi Target...

29

D.

Pengumpulan Data ..

29

E.

Jalannya Penelitian .

29

F.

Definisi Operasional Variabel ............................................

32

G.

Keterbatasan Penelitian ..

34

H.

Alur Jalannya Penelitian .

34

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .........................

36

A.

Gambaran Umum Populasi Penelitian

36

B.

Analisis Biaya Apendiktomi ...

44

1.

Biaya Total ..

44

2.

Biaya Semua Obat

47

3.

Biaya Khusus Antibiotik ..

48

4.

Pola Penggunaan Antibiotik .....

49

C.

Hubungan antara Karakeristik Pasien dengan Biaya Total

53

D.

Analisis cost-minimization..................................................

54

KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................

58

A.

Kesimpulan .........................................................................

58

B.

Saran ...................................................................................

59

BAB VI. RINGKASAN..............................................................................

60

DAFTAR PUSTAKA ..

72

LAMPIRAN .

76

BAB V.

DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1.

Apendisitis .

Gambar 2.

Kerangka konsep penelitian ..

28

Gambar 3.

Alur jalannya penelitian

35

Gambar 4.

Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin .

37

Gambar 5.

Distribusi pasien berdasarkan kelompok umur .................

38

Gambar 6.

Distribusi pasien berdasarkan kelas perawatan .................

39

Gambar 7.

Distribusi pasien berdasarkan metode pembedahan .

40

Gambar 8.

Gambaran biaya total pasien berdasarkan metode


pembedahan ....................................................................... 45

Gambar 9.

Gambaran biaya total pasien berdasarkan kelas


perawatan............................................................................ 46

DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.

Karakteristik Pasien ... 36

Tabel 2.

Frekuensi Jumlah Pasien Berdasarkan Dokter Yang


Melakukan Tindakan Apendiktomi ..

40

Tabel 3.

Diskriptif Lama Perawatan Pasien.

41

Tabel 4.

Diskriptif Lama Perawatan Pasien Paska Operasi ....

42

Tabel 5.

Gambaran Biaya Pasien

44

Tabel 6.

Macam Komponen Biaya Pasien ..

47

Tabel 7.

Gambaran Biaya Obat Pasien 47

Tabel 8.

Gambaran Biaya Antibiotik Pasien ...

49

Tabel 9.

Frekuensi Peresepan Antibiotik Pasien .

50

Tabel 10.

Variasi Jenis Kombinasi Antibiotik Pasien .......................

52

Tabel 11.

Pengaruh Karakteristik Terhadap Biaya Total ..................

54

Tabel 12.

Rata-Rata Biaya dan Lama Perawatan Pasien...................

55

DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1.

Tabulasi data dan biaya pasien apendiktomi


konvensional .

77

Lampiran 2.

Tabulasi data dan biaya pasien apendiktomi laparoskopi..

82

Lampiran 3.

Data komponen biaya pasien apendiktomi


konvensional.......................................................................

87

Data komponen biaya pasien apendiktomi


laparoskopi........................................................................

89

Tabulasi data jenis dan biaya antibiotika pasien


apendiktomi konvensional.....

93

Tabulasi data jenis dan biaya antibiotika pasien


apendiktomi laparoskopi ..

98

Lampiran 7.

Hasil uji statistik karakteristik pasien ...............................

103

Lampiran 8.

Hasil uji statistik umur pasien ...........................................

104

Lampiran 9.

Hasil uji statistik lama perawatan pasien total dan paska


operasi ...............................................................................

106

Lampiran 10.

Hasil uji statistik biaya pasien kedua metode ...................

107

Lampiran 11.

Hasil uji statistik komponen penyusun biaya pasien kedua


metode ....................................................................

112

Lampiran 12.

Hasil uji statistik biaya obat pada kedua metode ..............

113

Lampiran 13.

Hasil uji statistik biaya antibiotik pada kedua metode

114

Lampiran 14.

Hasil uji statistik hubungan karakteristik umur, jenis


kelamin, kelas perawatan, lama perawatan total dan lama
perawatan paska operasi pada pasien apendiktomi
konvensional dengan biaya obat .......................................

115

Hasil uji statistik hubungan karakteristik umur, jenis


kelamin, kelas perawatan, lama perawatan total dan lama
perawatan paska operasi pada pasien Apendiktomi
Laparoskopi dengan biaya obat .........................................

117

Lampiran 16.

Ijin penelitian.....................................................................

119

Lampiran 17.

Surat keterangan selesai penelitian...................................

120

Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.

Lampiran 15.

INTISARI

Angka kejadian apendisitis hampir 10% populasi. Apendiktomi


membutuhkan alokasi sumber daya yang tidak sedikit, terutama dalam hal
pembiayaan pasien. Telah dilakukan penelitian di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta yang bertujuan untuk melakukan analisis biaya pada
tindakan apendiktomi konvensional dan laparoskopi pada pasien apendisitis pada
tahun 2005.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif non eksperimental.
Pengumpulan data menggunakan metode retrospektif, data berasal dari catatan
medis pasien, catatan biaya perawatan pasien, dan catatan penggunaan obat.
Populasi target penelitian ini adalah seluruh pasien yang menjalani apendiktomi di
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 2005 yang berjumlah 310
pasien. Data diolah dan dianalisis secara kuantitatif, kualitatif, dan statistik
menggunakan metode t-test independent sample, Pearson-correlation, dan oneway Anova.
Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata biaya total pasien yang menjalani
pembedahan apendiktomi konvensional sebesar Rp 4.034.864,60, sedang pada
apendiktomi laparoskopi sebesar Rp_5.969.756,70. Terdapat perbedaan yang
bermakna (p<0,05) terhadap biaya total pada kedua metode. Rata-rata lama rawat
inap pasien yang menjalani apendiktomi konvensional selama 3,35 hari,
sedangkan pada apendiktomi laparoskopi selama 3,56 hari. Tidak terdapat
perbedaan yang bermakna pada rata-rata rawat inap pasien antara kedua metode
pembedahan (p>0,05). Berdasarkan analisis cost-minimization, diperoleh hasil
bahwa metode apendiktomi konvensional memerlukan biaya yang lebih rendah
dibandingkan dengan metode apendiktomi laparoskopi yaitu sebesar
Rp_4.034.864,60.
Kata kunci : apendiktomi konvensional, apendiktomi laparoskopi, analisis
biaya

A COST ANALYSIS OF APPENDICECTOMY WITH OPEN AND


LAPAROSCOPIC TEHCNIQUE AT PKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA HOSPITAL IN 2005
Ratna Widi Astuti1, Ali Ghufron Mukti2, Satibi1
ABSTRACT
The incidence of appendicitis was 10% inhabitants. Appendicectomy needs
a lot of resource, expcecially in cost of patient. A study at PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Hospital has been carried out. The puspose of this study was to
analyse cost of appendicectomy with open and laparoscopic tehcnique at PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Hospital in 2005.
This was a descriptive study which used retrospective data. Data resources
were included medical records, drug used records, and patients billings. Target
population of this study was patients who underwent appendicectomy at PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Hospital during period in 2005, there were 310
patiens. Data were analized by quantitative, qualitative, and statistical methods
using t-test independent sample, Pearson correlation, and one-way Anova.
Results of the study gave the average of total cost in open appendicectomy
was Rp 4.034.864,60, the average of total cost in laparoscopic appendicectomy
was Rp_5.969.756,70. Statistically significant difference (p<0,05) were found at
open appendicectomy and laparoscopic appendicectomy in total cost patient.
Average length of hospital stay open appendicectom was 3,35 days, laparoscopic
appendicectomy was 3,56 days. There were no significant difference in length of
hospital stay (p>0,05) at open dan laparoscopic appendicectomy. By cost
minimization analysis, open apendicectomy has lower of total costs than
laparoscopic appendicectomy and its cost Rp 4.034.864,60.

Keywords : open appendicectomy, laparoscopic appendicectomy, cost analysis


1
2

Faculty of Pharmacy, Gadjah Mada University


Faculty of Medicine, Gadjah Mada University

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apendisitis merupakan gangguan abdominal yang paling sering terjadi,
angka kejadiannya hampir 10% dari populasi, dan biasanya terjadi antara usia 10
sampai 30 tahun (Lawrence et al, 2004). Apendisitis terjadi paling sering pada
laki-laki usia antara 10-14 tahun dan perempuan usia antara 15-19 tahun (Krob,
2008). Hamilton dan Rose (1982) menyebutkan penyakit tersebut bisa terjadi pada
semua umur dan jenis kelamin, namun lebih sering terjadi pada anak laki-laki
pada masa pubertas hingga umur 25 tahun.
Bila segera diobati, sebagian besar pasien dapat sembuh dengan mudah.
Jika pengobatan tertunda dan terjadi perforasi, apendiks akan pecah dan masuk ke
rongga abdominal, bisa menyebabkan peritonitis, yaitu komplikasi apendisitis
yang paling sering terjadi. (Hamilton dan Rose, 1982). Apendiks yang pecah dan
berair jika tidak didiagnosis dengan cepat akan menjadi lebih sulit ditangani. Bayi,
anak-anak, dan orang tua yang berisiko paling tinggi. Pecahan apediks dapat
mengakibatkan radang selaput (peritonitis) dan abscess, bahkan kematian (Katz,
2004). Perforasi terjadi pada 20% pasien, dan harus dicurgai pada pasien dengan
nyeri selama 36 jam, demam tinggi, gejala perinoneal, dan gejala leukositosis
(Lawrence et al, 2004).
Angka kematian pada kasus apendisitis tanpa komplikasi sangat rendah,
pada apendisitis dengan perforasi mencapai 0,2%, namun pada kelompok pasien
geriatri bisa mencapai 15% populasi (Lawrence et al, 2004). Tingkat kematian

karena radang usus buntu telah menurun drastis dari waktu ke waktu. Saat ini,
tingkat kematian yang diperkirakan satu sampai dua per satu juta kasus radang
usus buntu. Kematian biasanya karena radang selaput, intra abdominal abscess
atau infeksi berat diikuti pecahnya apendiks (Krob, 2008).
Tindakan pada kasus apendisitis tanpa komplikasi adalah pembedahan
apendiktomi, bisa secara laparotomi atau menggunakan laparoskopi (Lawrence et
al, 2004). Apendiktomi adalah operasi pemotongan apendik yang mengalami
radang atau infeksi (Dipiro, 1997). Apendiktomi harus dilakukan pada pasien
dengan perforasi apendisitis, yang berkembang menjadi peritonitis (Lawrence et
al, 2004).
Berdasarkan hasil pengumpulan data pasien yang menjalani operasi
apendiktomi di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta selama tahun 2005,
terdapat 310 pasien yang menjalani apendiktomi, ternyata 197 pasien atau 63,5%
diantaranya adalah pasien perempuan, sedang sisanya atau 36,5 % adalah pasien
laki-laki.
Secara teori, banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan menggunakan
metode laparoskopi, antara lain: bisa mengurangi angka terjadinya infeksi,
mengurangi tingkat nyeri pasien pada hari pertama setelah operasi, mengurangi
lama hari perawatan, dan waktu pasien bisa kembali bekerja (Irving dan Patel,
2002). Namun, karena pada penggunaan metode tersebut dibutuhkan alat yang
lebih canggih dan tenaga yang lebih ahli, maka dibutuhkan biaya yang makin
besar untuk tindakan operasi.

Meski metode apendiktomi laparoskopi sudah banyak digunakan, namun


masih sering menjadi perdebatan dalam hal pembiayaan dan efektivitasnya.
Beberapa penelitian sudah dilakukan, namun masih terjadi banyak perbedaan
hasil. Sebagian menyebutkan bahwa meski metode laparoskopi membutuhkan
biaya lebih besar, ternyata tidak memberikan hasil outcomes (rata-rata lama rawat
inap, waktu untuk sembuh total) yang berbeda bermakna terhadap metode
apendiktomi konvensional (Kald et al, 1999; Ignacio et al, 2004). Sebagian
peneliti berpendapat bahwa metode laparoskopi menghasilkan outcomes yang
lebih baik dengan mengurangi tingkat nyeri paska operasi, mempercepat tingkat
kesembuhan, dan menurunkan angka infeksi paska operasi (Chung et al, 1999;
Fingerhut et al, 1999; Long et al, 2001; Wullstein et al, 2006), bahkan pada anakanak (Lintula et al, 2004). Namun ada juga yang berpendapat bahwa dengan
apendiktomi laparoskopi dapat meningkatkan peradangan intra abdominal
(Lippert et al, 2002).
Analisis ekonomi terhadap apendiktomi telah banyak dilakukan, tetapi
penelitian serupa di Indonesia tidak banyak dilakukan, khususnya di Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Tindakan apendiktomi membutuhkan alokasi
biaya yang tidak sedikit sehingga analisis ekonomi sangat relevan dan bermanfaat
untuk dilakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis biaya tindakan
apendiktomi dengan menentukan berapa besar biaya pada tindakan apendiktomi
konvensional dan apendiktomi laparoskopi.

B. Perumusan masalah
Dari uraian latar belakang, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu
berapa besar biaya terapi pada pasien yang menjalani apendiktomi dengan metode
konvensional dan laparoskopi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta
pada tahun 2005?

C. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, dapat memberikan informasi
tentang perbandingan biaya pada tindakan apendiktomi konvensional dan
laparoskopi sehingga bisa menjadi rekomendasi pilihan tindakan.
2. Bagi peneliti, dapat memberikan pemahaman dan pendalaman ilmu yang
diperoleh pada Program Magister Manajemen Farmasi melalui penerapan
penelitian di rumah sakit khususnya dalam hal analisis biaya pada tindakan
apendiktomi.

D. Keaslian Penelitian
Menurut sepengetahuan peneliti, penelitian tentang analisis biaya pada
tindakan apendiktomi dengan metode konvensional dan laparoskopi di Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2005 belum pernah dilakukan.
Beberapa penelitian serupa telah dilakukan, contohnya penelitian oleh Kald
dan kawan-kawan yang dilakukan di University Hospital, Swedia. Penelitian
sudah dipublikasikan dengan judul : Cost-minimization analysis of laparoscopic

and open appendicectomy. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ratarata lama perawatan rumah sakit, biaya tidak langsung berupa biaya kehilangan
kesempatan bekerja, dan lama penyembuhan pasien berbeda tidak bermakna pada
kedua kelompok tersebut (Kald et al, 1999).
Selain itu, tujuh hasil penelitian lain juga telah dipublikasikan dan dengan
hasil yang beragam. Satu artikel menyebutkan bahwa meski metode laparoskopi
membutuhkan biaya lebih besar, ternyata tidak memberikan outcomes (rata-rata
lama rawat inap, waktu untuk sembuh total) berbeda bermakna terhadap metode
apendiktomi konvensional (Ignacio et al, 2004). Lima artikel berpendapat bahwa
metode laparoskopi menghasilkan outcomes yang lebih baik dengan mengurangi
tingkat nyeri paska operasi, mempercepat tingkat kesembuhan, dan menurunkan
angka infeksi paska operasi (Chung et al, 1999; Fingerhut et al, 1999; Long et al,
2001; Wullstein et al, 2006), bahkan pada anak-anak (Lintula et al, 2004). Namun
ada juga yang berpendapat bahwa dengan apendiktomi laparoskopi dapat
meningkatkan peradangan intra abdominal (Lippert et al, 2002).

E. Tujuan Penelitian
1. Secara umum penelitian bertujuan untuk melakukan analisis biaya pada
tindakan apendiktomi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta
tahun 2005.
2. Secara khusus penelitian bertujuan untuk menentukan besar biaya terapi pada
pasien

yang

menjalani

apendiktomi

konvensional

dan

apendiktomi

laparoskopi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2005.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Apenditis
1.

Apendiks
Apendiks (usus buntu) merupakan suatu tonjolan kecil berbentuk seperti

tabung (menyerupai seekor cacing), berpangkal di sekum (perbatasan antara usus


halus dan usus besar), panjang sekitar 10 cm (orang dewasa), lebarnya separo jari
kelingking, dan merupakan ruangan yang sangat sempit. Lubangnya sempit di
bagian pangkal dan melebar di bagian ujung. Lapisan yang bagian dalam apendiks
menghasilkan sedikit cairan/mukus yang mengalir sepanjang apendiks sampai
cecum. Dinding apendiks termasuk dalam jaringan limfatik yang menjadi bagian
dari sistem kekebalan tubuh (dalam pembuatan antibodi), yaitu menghasilkan
Immunoglobulin A (IgA). IgA merupakan salah satu immunoglobulin (antibodi)
yang sangat efektif melindungi tubuh dari infeksi kuman penyakit (Lee dan
Marks, 2006).

Gambar 1. Apendisitis (Lee dan Marks, 2006)

2.

Apendisitis
Apendisitis adalah peradangan apendiks. Setelah terjadi peradangan, tidak

ada terapi medis yang efektif, sehingga apendisitis membutuhkan tindakan medis
darurat. Bila segera diobati, sebagian besar pasien dapat sembuh dengan mudah.
Jika pengobatan tertunda, apendiks dapat pecah, infeksi, dan bahkan
menyebabkan kematian (Katz, 2004). Apendisitis merupakan gangguan
abdominal yang paling sering terjadi, angka kejadiannya hampir 10% dari
populasi, dan biasanya terjadi antara usia 10 sampai 30 tahun (Lawrence et al,
2004). Apendisitis sejak terjadi paling sering pada laki-laki usia antara 10-14
tahun dan perempuan usia antara 15-19 tahun (Krob, 2008).
Apendisitis terjadi karena gangguan pada lumen intestinal yang disebabkan
oleh masa feses, peradangan, benda asing, atau penyempitan. Gangguan tersebut
dapat meningkatkan tekanan intraluminal dan infeksi. Gangguan tersebut
mendorong terjadinya proses inflamasi yang akan memicu terjadinya infeksi,
trombosis, nekrosis, dan perforasi (Lawrence et al, 2004).
Gejala apendisitis antara lain berupa: sakit pada bagian perut, pertama di
sekitar pusar, kemudian bergerak ke bagian kanan bawah, kehilangan nafsu
makan, mual, muntah, diare atau sembelit, ketidakmampuan untuk buang angin,
diawali demam rendah dan diikuti gejala lainnya, dan perut bengkak (Katz, 2004),
sedangkan Hamilton dan Rose (1982) menyebutkan gejala apendisitis biasanya
berupa nyeri pada abdominal bagian kanan bawah, demam, nafsu makan
berkurang, mual, dan muntah. Nyeri seringkali pada abdominal kanan bawah
(McBurneys point) disertai dengan kejang abdominal. Kemudian gejala

selanjutnya berupa konstipasi (mungkin juga terjadi diare), demam, dan takikardi.
Rasa sakit akan terus menerus dan makin parah saat bergerak, mengambil nafas
mendalam, batuk, atau bersin. Laksatif dan obat anti nyeri sebaiknya tidak boleh
digunakan dalam situasi tersebut. Setiap orang dengan gejala-gejala tersebut perlu
segera mendapat tindakan dokter (Katz, 2004).
Pasien dengan kondisi khusus mungkin tidak mengalami gejala tersebut,
atau bahkan pada kondisi biasa juga merasakan hal tersebut.

Pasien dengan

kondisi tersebut termasuk: pasien yang menggunakan immunosuppressive terapi


seperti steroids, pasien yang mengalami pemindahan organ, pasien HIV positif,
penderita diabetes, pasien kanker yang mendapatkan kemoterapi, orang yang
obesitas, ibu hamil, bayi dan anak-anak, dan pasien geriatri dengan kondisi
khusus. Nyeri perut, mual, dan muntah umum terjadi selama kehamilan dan bisa
menjadi tanda-tanda radang usus buntu. Banyak wanita hamil yang mengalami
apendisitis tidak mengalami gejala klasik. Ibu hamil yang mengalami sakit di
perut sebelah kanan perlu menghubungi dokter. Wanita hamil pada trisemester
ketiga yang paling beresiko (Katz, 2004).
Diagnosis radang usus buntu yang paling sulit dilakukan pada anak-anak
(kurang dari dua tahun) dan orang tua (Krob, 2008). Diagnosis juga harus
mempertimbangkan penyakit-penyakit dengan gejala yang mirip seperti: gastritis,
gastroentritis, kolitis, pankreatitis, kolik ginjal, infeksi saluran kemih, dan
penyakit kandungan (Hamilton dan Rose, 1982). Kadang sulit untuk
mendiagnosis apendisitis secara tepat. Adanya perpindahan gejala nyeri klasik
(dari epigastrium ke abdomen kanan bawah) dan demam seringkali seperti gejala

Anda mungkin juga menyukai