Anda di halaman 1dari 12

Kegawat Daruratan Maternal dan Neonatal

Retensio Plasenta, Atonia Uteri dan Inversio Uteri

Di Susun Oleh:
1. Bastiana Daulay

4. Rina Wati

2. Elsi Rahmasari

5. Widya Anggraini

3. Misratul Jannah

6. Zulfadillah

Prodi DIII Kebidanan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan


Universitas Abdurrab Pekanbaru
2014/2015

Kata Pengantar
Assalamualaikum,
Puji dan Syukur penulis ucapkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang Retensio Plasenta, Atonia Uteri dan Inversio
Uteri.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan makalah ini dibuat agar bermanfaat dan berguna
serta menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca serta penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Assalamualikum
Pekanbaru, Maret 2015

Penulis

Daftar Isi
Kata Pengantar...................................................................................................... 2
Daftar Isi................................................................................................................ 3
Bab I Pendahuluan................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 4
1.3 Tujuan........................................................................................................... 4
1.4 Manfaat........................................................................................................ 4
BAB II Pembahasan................................................................................................ 5
2.1.Retensio Plasenta......................................................................................... 5
2.1.1 Pengertian.............................................................................................. 5
2.1.2 Jenis Retensio Plasenta...........................................................................5
2.1.3 Penyebab................................................................................................ 5
2.1.4 Tanda dan gejala.................................................................................... 5
2.1.5 Penanganan awal................................................................................... 6
2.2.Atonia Uteri................................................................................................... 7
2.2.1 Pengertian.............................................................................................. 7
2.2.2 Tanda dan gejala.................................................................................... 7
2.2.3 Penanganan Awal................................................................................... 7
2.2.4 Penanganan akhir................................................................................... 8
2.3. Inversio Uteri............................................................................................... 9
2.3.1 Pengertian.............................................................................................. 9
2.3.2 Tanda dan gejala inversio uteri yang selalu ada.....................................9
2.3.3. Komplikasi inversio uteri........................................................................9
2.3.4 Jenis Inversio Uteri.................................................................................. 9
2.3.5. Penyebab............................................................................................... 9
2.3.6. Tanda dan gejala................................................................................. 10
2.3.7. Penanganan awal................................................................................ 10
Bab III Penutup..................................................................................................... 11
3.1 Kritik Dan Saran.......................................................................................... 11
3.2 Kesimpulan................................................................................................. 11

Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan
1.4 Manfaat

BAB II
Pembahasan
2.1.Retensio Plasenta
2.1.1 Pengertian
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta
hingga atau melebih waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar
gangguan pelepasan plasenta disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus
(Prawiroharjo, 2008).
2.1.2 Jenis Retensio Plasenta
1. Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion
plasentsehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
2. Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai
sebagian lapisan miometrium
3. Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
mencapai/melewati lapisan miometrium
4. Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus
lapisan miometrium hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus
5. Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri,
disebabkan oleh konstriksi ostium uteri (Cuningham, 2011).
2.1.3 Penyebab
1.

Gravida berusia lanjut

2.

Multiparitas, placenta acreta jarang dijumai pada primigravida

3.

Faktor uterus

Bekas secsio cesaria,placena tertanam di cicatrix uterus

Bekas curettage

Bekas pengeluaran placenta secara manual

Bekas endometritis
5

Faktor factor placenta

4.

Placenta previa

5.

Implantasi corneal

Placenta suka lepas karena:

Mempunyai inersi di sudut tuba

Berukuran sangat kecil atau placenta anularis


2.1.4 Tanda dan gejala
1. Plasenta Akreta Parsial / Separasi

Konsistensi uterus kenyal

TFU setinggi pusat\

Bentuk uterus discoid

Perdarahan sedang banyak

Tali pusat terjulur sebagian

Ostium uteri terbuka

Separasi plasenta lepas sebagian

Syok sering

2. Plasenta Inkarserata

Konsistensi uterus keras

TFU 2 jari bawah pusat

Bentuk uterus globular

Perdarahan sedang

Tali pusat terjulur

Ostium uteri terbuka

Separasi plasenta sudah lepas


6

Syok jarang

Konsistensi uterus cukup

TFU setinggi pusat

Bentuk uterus discoid

Perdarahan sedikit / tidak ada

Tali pusat tidak terjulur

Ostium uteri terbuka

Separasi plasenta melekat seluruhnya

Syok jarang sekali, kecuali akibat inversio oleh tarikan kuat pada
tali pusat.(Prawirohardjo, S. 2002 : 178)

Plasenta Akreta

2.1.5 Penanganan awal


1 Segera setelah bayi lahir, cek bayi kedua. Setelah dipastikan tidak ada bayi
kedua, suntikkan oksitosin 10 IU secara Intra Muskular di 1/3 paha atas
lateral. Lakukan Peregangan Tali Pusat Terkendali (PTT). 15 menit setelah
bayi lahir, plasenta belum lahir juga, suntikkan kembali oksitosin dosis kedua
10 IU secara I.M di 1/3 paha atas lateral sebelah lainnya. Kembali lakukan
PTT ulang ketika ada his. 15 menit plasenta belum lahir juga, periksa
perdarahan. Jika terdapat perdarahan aktif diagnosa kasus tersebut adalah
retensio plasenta. Jika tidak terdapat perdarahan aktif, maka diagnosa kasus
tersebut adalah akreta plasenta.
2

Pasang infus RL 500cc + oksitosin 10 IU drip, 40 TPM. Berikan propenit supp


untuk meredakan nyeri. Gunakan sarung tangan ginekologi (sarung tangan
panjang). Regangkan tali pusat dengan tangan kiri, tangan kanan meyusuri tali
pusat secara obstetrik masuk kedalam vagina. Setelah tangan kanan sampai di
serviks, minta asisten untuk memegang tali pusat, dan tangan kiri penolong
berada di fundus.

Tangan kanan terus menyusuri tali pusat hingga bertemu dengan pangkal tali
pusat (insersi tali pusat). Buka tangan seperti orang bersalaman dengan ibu jari
menempel jari telunjuk. Carilah bagian plasenta yang sudah terlepas.
Lepaskan plasenta dengan cara menyisir mulai dari bagian plasenta yang
terlepas dengan sisi ulna (sisi kelingking). Setelah semua plasenta terlepas,
bawa plasenta sedikit kedepan. Tangan kanan kembali kebelakang untuk
7

mengeksplorasi ulang apakah plasenta sudah terlepas semua. Jika teraba licin,
berarti plasenta sudah terlepas semua.
4

Keluarkan plasenta dengan tangan kanan. Tangan kiri pindah diatas supra
simpisis untuk menahan agar tidak terjadi inversio uteri. Setelah plasenta
keluar dari uterus, tangan kiri mendorong uterus di atas simpisis kearah dorso
kranial untuk mengembalikan posisi uterus ke tempat semula. Setelah plasenta
keluar, segera lakukan masase 15 kali searah jarum jam.

2.2.Atonia Uteri
2.2.1 Pengertian
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum
dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi
postpartum. Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik
setelah dilakukan rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri. Perdarahan
postpartum dengan penyebab uteri tidak terlalu banyak dijumpai karena
penerimaan gerakan keluarga berencana makin meningkat (Manuaba & APN).
Batasan: Atonia uteri adalah uterus yang tidak berkontraksi setelah
janin dan plasenta lahir.
2.2.2 Tanda dan gejala
1. Perdarahan pervaginam
2. Konsistensi rahim lunak
3. Fundus uteri naik
4. Terdapat tanda-tanda syok

Tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90


Pucat
Keriangat/ kulit terasa dingin dan lembab
Pernafasan cepat frekuensi30 kali/ menit atau lebih
Gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran
Urine yang sedikit ( < 30 cc/ jam)
Nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)
2.2.3 Penanganan Awal
NO Langkah penatalaksanaan
Alasan
1
Masase fundus uteri segeraMasase merangsang kontraksi uterus. Saat dimasase
setelah
lahirnyadapat dilakukan penilaia kontraksi uterus
8

2
3

4
5
6
7
8

plasenta(maksimal 15 detik)
Bersihkan bekuan darah adanBekuan darah dan selaput ketuban dalam vagina dan
selaput ketuban dari vaginadansaluran serviks akan dapat menghalang kontraksi
lubang servik
uterus secara baik.
Pastikan bahwa kantung kemihKandung kemih yang penuh akan dapat menghalangi
kosong,jika
penuh
dapat uterus berkontraksi secara baik.
dipalpasi, lakukan kateterisasi
menggunakan teknik aseptik
Lakukan Bimanual InternalKompresi bimanual internal memberikan tekanan
(KBI) selama 5 menit
langsung pada pembuluh darah dinding uterusdan juga
merangsang miometrium untuk berkontraksi.
Anjurkan keluarga untuk mulaiKeluarga dapat meneruskan kompresi bimanual
membantu kompresi bimanualeksternal selama penolong melakukan langkaheksternal
langkah selanjutnya
Keluarkan tangan perlahan-Menghindari rasa nyeri
lahan
Berikan ergometrin 0,2 mg IMErgometrin dan misopostrol akan bekerja dalam 5-7
(kontraindikasi hipertensi) ataumenit dan menyebabkan kontraksi uterus
misopostrol 600-1000 mcg
Pasang infus menggunakanJarum besar memungkinkan pemberian larutan IV
jarum 16 atau 18 dan berikansecara cepat atau tranfusi darah. RL akan membantu
500cc ringer laktat + 20 unitmemulihkan volume cairan yang hilang selama
oksitosin. Habiskan 500 ccperdarahan.oksitosin IV akan cepat merangsang
pertama secepat mungkin
kontraksi uterus.
Ulangi kompresi bimanualKBI yang dilakukan bersama dengan ergometrin dan
internal
oksitosin atau misopostrol akan membuat uterus
berkontraksi
2.2.4 Penanganan akhir
Rujuk segera : Jika uterus tidak berkontaksi selama 1 sampai 2 menit,
hal ini bukan atonia sederhana. Ibu membutuhkan perawatan gawat darurat di
fasilitas yang mampu melaksanakan bedah dan tranfusi darah 11 Dampingi ibu
ke tempat rujukan.
Teruskan melakukan KBI Kompresi uterus ini memberikan tekanan
langung pada pembuluh darah dinding uterus dan merangsang uterus
berkontraksi 12 Lanjutkan infus RL +20 IU oksitosin dalam 500 cc larutan
dengan laju 500 cc/ jam sehingga menghabiskan 1,5 I infus. Kemudian
berikan 125 cc/jam.
Jika tidak tersedia cairan yang cukup, berikan 500 cc yang kedua
dengan kecepatan sedang dan berikan minum untuk rehidrasi RL dapat
membantu memulihkan volume cairan yang hilang akibat perdarahan.
Oksitosin dapat merangsang uterus untuk berkontraksi.

2.3. Inversio Uteri


2.3.1 Pengertian
Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian
atau seluruhnya masuk kedalam kavum uteri.
2.3.2 Tanda dan gejala inversio uteri yang selalu ada
1. Uterus terlihat
2. Uterus bisa terlihat sebagai tonjolan mengilat, merah lembayung di
vagina
3. Plasenta mungkin masih melekat (tampak tali pusat)
4. Perdarahan, tetapi cepatnya ibu mengalami kolaps dengan jumlah
kehilangan darahnya
a) Syok berat
b) Nyeri
c) Nyeri abdomen bawah berat, disebabkan oleh penarikan pada
ovarium dan peritoneum serta bias disertai rasa ingin defekasi
d) Lumen vagina terisi massa
2.3.3. Komplikasi inversio uteri
1. Keratinisasi mukosa vagina dan portio uteri
2. Dekubitis
3. Hipertropi serviks uteri dan elongasioa
4. Gangguan miksi dan stress inkontenensia
5. Infeksi saluran kencing
6. Infertilitas
7. Gangguan partus
8. Hemoroid
9. Inkarserasi usus
2.3.4 Jenis Inversio Uteri
1. Inversio uteri ringan, Fundus uteri terbalik menonjol dalam kavum uteri,
namun belum keluar dari ruang rongga rahim.
2. Inversio uteri sedang, Terbalik dan sudah masuk dalam vagina.
3. Inversio uteri berat, Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian
sudah keluar vagina.
2.3.5. Penyebab
Yang spontan dapat terjadi pada grandemultipara, atonia uteri,
kelemahan alat kandungan dan tekanan intra abdominal yang tinggi
( mengejan dan batuk ).
Yang karena tindakan dapat disebabkan Crade yang berlebihan, tarikan
tali pusat dan pada manual plasenta yang dipaksakan, apalagi bila ada
perlekatan plasenta pada dinding rahim.
10

2.3.6. Tanda dan gejala


1. Dengan gejala nyeri yang hebat; perdarahan yang banyak sampai syok,
apalagi bila plasenta masih melekat dan sebagian sudah ada yang terlepas,
dan dapat terjadi strangulasi dan nekrosis.
2. Pemeriksaan dalam:

Bila masih inkomplit, maka pada daerah simfisis uterus teraba


fundus uteri cekung kedalam.

Bila komplit, di atas simfisis uterus teraba kosong dan dalam


vagina teraba tumor lunak.

Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).

2.3.7. Penanganan awal


1. Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya renjatan vasovagal dan
perdarahan maka harus segera dilakukan tindakan reposisi secepat
mungkin.
2. Segera lakukan tindakan resusitasi
3. Bila plasenta masih melekat , jangan dilepas oleh karena tindakan ini akan
memicu perdarahan hebat
4. Salah satu tehnik reposisi adalah dengan menempatkan jari tangan pada
fornix posterior, dorong uterus kembali kedalam vagina, dorong fundus
kearah umbilikus dan memungkinkan ligamentum uterus menarik uterus
kembali ke posisi semula . Rangkaian tindakan ini dapat dilihat pada
gambar 1
5. Sebagai tehnik alternatif : dengan menggunakan 3 4 jari yang diletakkan
pada bagian tengah fundus dilakukan dorongan kearah umbilkus sampai
uterus kembali keposisi normal.
6. Setelah reposisi berhasil, tangan dalam harus tetap didalam dan menekan
fundus uteri. Berikan oksitosin dan setelah terjadi kontraksi , tangan dalam
boleh dikeluarkan perlahan agar inversio uteri tidak berulang.
7. Bila reposisi per vaginam gagal, maka dilakukan reposisi melalui
laparotomi
8. Bila telah terjadi, maka terapinya adalah :

Bila ada perdarahan atau syok,berikan infus dan tranfusi darah


serta perbaiki keadaan umum.
11

Sesudah itu segera dilakukan reposisi kalau perlu dalam narkosa

Bila tidak berhasil maka dilakukan tindakan koperatif secara


perabdominal (operasi haultein) atau pervaginam (operasi menurut
Spinelli).

Diluar rumah sakit dapat di bantu dengan melakukan reposisi


ringan, yaitu dengan tamponade vaginal, kemudian diberikan
antibiotika untuk mencegah infeksi.

Bab III
Penutup
3.1 Kritik Dan Saran
3.2 Kesimpulan

12

Anda mungkin juga menyukai