Anda di halaman 1dari 33

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS ICT

PERBANDINGAN PERENCANAAN, PELAKSANAAN, DAN


PENILAIAN PEMBELAJARAN BERBASIS ICT

OLEH:
ANGGREINI (14175003)

PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Perbandingan
Perencanaan, Pelaksanaan, dan Penilaian Pembelajaran Berbasis ICT yang dibimbing
oleh Ibu Prof. Dr. Festiyed, M.S.
Makalah yang ditulis penulis ini berbicara mengenai matriks perbandingan
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran berbasis ICT yang dianalisis
dari jurnal nasional (Pengembangan Modul Interaktif Berbasis ICT Materi Pokok
Gelombang dengan Pendekatan Saintifik) dan jurnal internasional (Design and
development of Webquest for Physics Module by employing Isman Instructional
Design Model). Penulis menulis makalah ini dengan mengambil dari berbagai sumber
baik dari buku maupun dari internet dan membuat gagasan dari beberapa sumber yang
ada tersebut.
Penulis berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu penulis
dalam penyelesaian makalah ini. Hingga tersusunlah makalah yang sampai dihadapan
pembaca pada saat ini.
Penulis juga menyadari bahwa makalah yang penulis tulis ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk
menyampaikan saran atau kritik yang membangun demi tercapainya makalah yang jauh
lebih baik.

Padang, Februari 2015

PENULIS

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
MATRIKS PERBANDINGAN PERENCANAAN, PELAKSANAAN, DAN
PENILAIAN PEMBELAJARAN BERBASIS ICT ......................................................... 1

ii

MATRIKS PERBANDINGAN PERENCANAAN, PELAKSANAAN, DAN PENILAIAN PEMBELAJARAN BERBASIS ICT

Jurnal Nasional :

Pengembangan Modul Interaktif Berbasis ICT Materi Pokok Gelombang dengan Pendekatan Saintifik

Perencanaan

Pelaksanaan

Penilaian

1. Mengidentifikasi Potensi dan Masalah 1. Memproduksi Prototipe


yang Ada di SMA Negeri 1 Kebun

Program

yang

pengembangan

Tebu Kabupaten Lampung

1. Evaluasi

digunakan

produk

ini,

dalam

Prototipe I diuji kelayakannya melalui

yaitu tiga tahapan pengujian, yaitu; uji ahli materi

a. Analisis Kebutuhan (Wawancara dan Macromedia Flash 8. Program tersebut dan uji ahli desain oleh dosen ahli, serta uji
observasi langsung terhadap siswa dan memiliki

kemampuan

menggabungkan satu lawan satu dikenakan kepada 3 orang

guru). Hasil wawancara dan observasi unsur teks, animasi, gambar, dan video, siswa yang mewakili populasi target.
menunjukkan bahwa sangat diperlukan sehingga keseluruhan bahan yang disajikan a. Uji
sebuah

alternatif

keterbatasan

sarana

untuk

mengatasi tidak semua dibuat sendiri oleh peneliti

ahli

mengevaluasi

materi

bertujuan

kelengkapan

untuk
materi,

praktikum

di melainkan hasil pengunduhan dari berbagai

kebenaran materi, sistematika materi dan

laboratorium pada materi gelombang

sumber yang dikemas dalam satu paket.

berbagai hal berkaitan dengan materi

b. Analisis kemampuan guru dan siswa Produk

modul

interaktif

hasil

dalam penggunaan media TIK sebagai pengembangan pada tahap ini disebut
alternatif keterbatasan sarana praktikum produk prototipe

seperti contoh-contoh dan fenomena serta


pengembangan soal-soal latihan

I. Di dalam modul b. Uji

di laboratorium pada materi gelombang interaktif ini terdapat 15 soal formatif

ahli

desain

bertujuan

untuk

mengetahui kemenarikan dan keefektifan

dengan hasil yang menunjukkan bahwa gelombang. Setelah prototipe I diproduksi

visual

guru dan siswa di SMA Negeri 1 Kebun langkah selanjutnya menyusun instrumen

interaktif. Penilaian ini ditinjau dari segi

Tebu telah mampu menggunakan media evaluasi

aspek: komunikasi, desain teknis, dan

TIK dengan baik

format

Naskah

akhir

diproduksi

setelah

Tujuan didasarkan pada hasil analisis dilakukannya evaluasi dan revisi prototipe.

atau

tampilan.

pembelajaran

2. Membuat Naskah Akhir


2. Merumuskan Tujuan

siswa

pengguna

Uji

modul

desain

modul

oleh

dosen

dilakukan

pendidikan Fisika yang ahli teknologi


pendidikan

kebutuhan yang diperoleh melalui angket. Naskah awal pun dilakukan revisi sehingga c. Uji satu lawan satu bertujuan untuk
Dari hasil tersebut dirumuskan dua buah naskah awal pengembangan menjadi naskah

mengetahui kemudahan, kemenarikan,

tujuan, yaitu;

dan

akhir yang siap diproduksi kembali. Naskah

a. Membuat modul interaktif berbasis ICT akhir yang dibuat berupa modul interaktif
materi

pokok

gelombang

kemanfaatan

dalam

pemakaian

produk serta keterbacaan isi pada produk.

sebagai berbasis ICT materi pokok gelombang untuk

Pada tahap evaluasi ini dipilih tiga orang

alternatif untuk mengatasi keterbatasan SMA/MA yang memuat teks, gambar,

siswa yang dapat mewakili populasi

sarana

dengan animasi, dan video pembelajaran yang

target dari media yang dibuat. Tiga orang

dibuat menggunakan program Macromedia

siswa tersebut diberi perlakuan dengan

praktikum

sesuai

pendekatan saintifik
b. Mengungkapkan
keefektifan

modul

kemenarikan
interaktif

dan Flash

memberikan

yang

pembelajaran

materi

gelombang menggunakan prototipe I dan

dikembangkan di SMAN 1 Kebun Tebu 3. Program Final

dimintai pendapatnya tentang prototipe

sebagai suatu sumber belajar

ini

Setelah tahap demi tahap dilalui maka


diperoleh produk akhir dari pengembangan

berupa modul interaktif yang berisi materi 2. Revisi

3. Mengembangkan Pokok Materi

Pokok materi yang dikembangkan gelombang yang disajikan secara berseri

Prototipe I diperbaiki sesuai dengan

dalam modul interaktif ini adalah materi setiap sub bahasannya. Modul interaktif ini catatan/saran perbaikan. Dari uji ahli materi
pokok gelombang yang didasarkan pada terdiri

atas

beberapa

tampilan

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dijabarkan sebagai berikut:


kurikulum 2013

a. Pembuka:

merupakan

yang dilakukan

beberapa

memunculkan
tampilan

KD

revisi,
4.1,

yaitu;

memperbaiki

yang simulasi gelombang bunyi, pembagian soal

pertama kali muncul ketika program dibuat lebih proporsional, memperbaiki


dijalankan. Bagian ini terdiri atas 2 simulasi

4. Mengembangkan Treatment
Treatment yang dikembangkan berupa

halaman:

Tampilan

pembuka,

pada

polarisasi

cahaya,

yaitu memunculkan tampilan yang mendorong

esei yang menggambarkan alur penyajian

animasi loading yang diatur dengan siswa untuk mengamati dan mencoba, dan

program yang dikembangkan. Treatment

timing

yang dibuat berisi sistematika tampilan-

Assalamualaikum dan menampilkan dilakukan

tampilan dan urutan pergantian tampilan

kegiatan belajar mengajar guru dan siswa penggantian warna latar dan warna teks,

yang

di sebuah kelas.

akan

dimunculkan

pada

modul

interaktif. Dengan mengacu pada treatment, b. Beranda:

tertentu

dan

merupakan

dengan

teks menambah referensi. Dari uji ahli desain


beberapa

revisi

diantaranya

mengganti simulasi yang kurang efektif,


halaman

muka menata ulang tata letak teks, gambar,

pembuatan/produksi produk menjadi lebih

(cover) yang berisi animasi 2 orang siswa animasi, dan video serta membuang slide

mudah dan sistematis (terstruktur) sesuai

sedang membawa perlengkapan belajar yang dirasa tidak fungsional. Dari uji satu

dengan urutan sebagaimana mestinya.

mereka berupa buku dan tas menandakan lawan satu tidak dilakukan revisi karena
kesiapan siswa untuk belajar dan gambar tidak ada saran perbaikan dan hasil uji dari
seorang guru memegang sebuah penunjuk ketiga jenis uji memiliki criteria sangat baik.

papan

5. Membuat Naskah Awal


a. Penyusunan

naskah

dan

pembuatan

tulis

kesiapan
pembelajaran

yang telah dirumuskan

bertuliskan

dari sumber-sumber yang telah teruji


c. Setelah materi tersusun dengan baik,

juga

guru

produk dirancang sesuai dengan materi

b. Materi-materi yang dikumpulkan berasal

yang

menandakan Hasil revisi produk prototipe I diberi nama

untuk

dan

memulai produk prototipe II

sebuah

Scientific

papan
Approach 3. Uji Coba Produk

Kurikulum 2013 disertai juga dengan

Uji coba produk yang dilakukan yaitu

teks Selamat datang di dunia Fisika. uji

lapangan

Judul program berupa teks Modul mengetahui

yang

bertujuan

kemudahan,

untuk

kemenarikan,

selanjutnya adalah menentukan simulasi

Interaktif XII IPA Gelombang dan teks kemanfaatan dan keefektifan media sebagai

fenomena

e-mail

yang

dapat

mendukung

peneliti

untuk

memberikan sumber belajar. Uji lapangan dikenakan


pengguna kepada siswa kelas XI IPA sebanyak 29

pemahaman konsep siswa terhadap materi

kesempatan

kepada

yang disampaikan

menyampaikan

kritik,

d. Kemudian membuat contoh soal beserta


uraian jawabannya dan soal formatif
e. Setelah

semua

komponen

saran,

dan siswa. Pada tahap ini siswa menggunakan

pertanyaan seputar modul interaktif yang prototipe II sebagai sumber belajar. Uji coba
telah dibuat

penyusun c. Pilihan

menu:

dilakukan sebanyak 8 kali pertemuan. Uji


untuk

memudahkan coba

ini

digunakan

untuk

menguji

modul interaktif lengkap, selanjutnya

pengguna dalam mengakses menu-menu keefektifan produk berdasarkan hasil belajar

adalah

yang terdapat pada modul interaktif, fitur siswa menggunakan produk

mengemas

semua

komponen

menjadi satu paket pembelajaran yang

menu ditempatkan di bagian kiri tampilan

saling terhubung antara komponen yang

dan diatur sedemikian rupa agar fitur

satu dengan komponen yang lainya

menu tersebut tetap terlihat saat pengguna


mengakses sebuah menu

4. Penggunaan Produk di SMA N 1


Kebun Tebu Kabupaten Lampung
Barat
Produk yang dihasilkan digunakan
sebagai
praktikum

alternatif
di

keterbatasan

SMAN

sarana

1 Kebun Tebu

Kabupaten Lampung Barat yang diberikan


kepada 29 siswa kelas XI IPA. Modul
interaktif ini berisikan:
a. Konsep-konsep gelombang yang sulit
dipahami dan ditemui dalam kehidupan
sehari-hari

divisualisasikan

oleh

komputer secara ideal melalui gambar,


animasi dan video yang terdapat di dalam
modul interaktif.
b. Tampilan menu pada modul interaktif
disusun

secara

sistematis

sehingga

memudahkan pengguna dalam mengakses


materi pembelajaran yang terdapat di
dalam modul interaktif.

c. Modul interaktif dipublish ke dalam CD


sehingga dapat langsung diputar pada
laptop atau perangkat komputer manapun.
d. Modul interaktif yang dikembangkan
merupakan media interaktif sehingga
pengguna

dapat

berinteraksi

dengan

materi pembelajaran yang disajikan serta


dilengkapi dengan animasi dan video
pembelajaran

Jurnal Internasional :

Design and development of Webquest for Physics Module by employing Isman Instructional Design Model

Perencanaan

Pelaksanaan

Penilaian

1. Mengidentifikasi Potensi dan Masalah 1. Membuat Prototipe

1. Pengujian Prototipe oleh Para Ahli

Selama Proses Pembelajaran Fisika a. Membuat modul Fisika tentang Hukum a. Panel pakar terdiri dari lima orang, dua
Terutama

pada

Materi

Charles dan Hukum Boyle


a. Menganalisis Kebutuhan
b. Menganalisis Isi

Hukum

Gas berdasarkan langkah-langkah model

orang guru Fisika, satu orang guru yang

Isman

menguasai ICT, satu orang Profesor dari

b. Modul Fisika yang telah sesuai dengan


langkah-langkah

Isman

tersebut

Pendidikan

Fisika,

dan

kepala

departemen kurikulum dan ICT di sebuah

diterapkan dalam media pembelajaran

2. Merumuskan Tujuan
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan

WebQuest

universitas lokal.
b. Para ahli menyarankan bahwa modul

dirumuskan dua buah tujuan, yaitu;

WebQuest Fisika dikembangkan pada

a. Membuat modul WebQuest berdasarkan 2. Mendesain Ulang Prototipe

dua topik pada hukum gas seperti

model Isman

Menerapkan saran-saran dari panel

"Charles Hukum" dan "Hukum Boyle"

b. Menguji efektivan modul WebQuest ahli untuk mendesain ulang situs WebQuest
berdasarkan model Isman pada siswa sebelum diterapkan

2. Pengujian secara terbatas

sekolah menengah

Pengujian

secara

terbatas

dengan

menerapkan modul WebQuest kepada guru

3. Umpan Balik

3. Mengidentifikasi Metode Pengajaran, a. Proses umpan balik melibatkan instruksi Fisika dan empat orang siswa
Bahan

Evaluasi,

dan

Media

revisi pada data yang dikumpulkan


selama tahap pengujian secara terbatas

Pembelajaran

a. Merancang modul Fisika tentang Hukum b. Jika selama pengujian terbatas, guru
Gas berdasarkan model Isman
b. Merancang

media

3. Pengujian Efektifitas Produk dengan


Desain Pretest dan Protest

menemukan bahwa siswa tidak belajar a. Penilaian efektifitas modul WebQuest

pembelajaran

berbentuk modul berdasarkan WebQuest


c. Merancang enam komponen WebQuest

sesuai

rencana

atau

tidak

berdasarkan model Isman dilihat dari

menikmati proses belajar, guru akan

nilai pretest dan posttest dari 30 orang

mencoba

siswa sekolah menengah di negara bagian

untuk

mereka

merevisi

dan

yang terdiri dari: pengenalan, tugas,

memperbaiki beberapa aspek instruksi

informasi,

yang terdapat pada modul WebQuest, b. Terdapat 50 item soal pilihan ganda

kesimpulan

proses,

evaluasi,

dan

sehingga memungkinkan siswa untuk

Selangor Malaysia

untuk pretest dan posttest. Sebelumnya

mencapai tujuan mereka

isi instrumen divalidasi oleh tiga orang

c. Didalam penelitian modul WebQuest ini,


modul telah direvisi

sesuai dengan

instruksi dari komentar guru dan siswa

guru Fisika dan validasi bahasa oleh dua


orang guru bahasa dengan lebih dari 10
tahun pengalaman kerja
c. Dari hasil pretest dan posttest 30 orang

4. Memproduksi dan Menerapkan Modul


WebQuest Fisika berdasarkan model

siswa menengah kemudian diolah dengan


t-test
d. Hasil pengolahan data menunjukkan

Isman
a. Melakukan

proses

pembelajaran

bahwa ada perbedaan yang signifikan

menggunakan modul WebQuest Fisika

antara pretest (rata-rata = 52,07, SD =

berdasarkan model Isman pada materi

18,18) dan posttest (rata-rata = 55,03, SD

Hukum Charles dan Hukum Boyle

= 16,58), t (29) = 5.55, p <.05. Hal ini

kepada 30 orang siswa sekolah menengah

menunjukkan bahwa modul WebQuest

di negara bagian Selangor Malaysia

Fisika berdasarkan model Isman terbukti

b. Dalam proses ini, guru ingin memastikan


bahwa siswa mereka telah belajar sesuai
dengan rencana instruksional yang ingin
mereka capai selama proses pembelajaran
c. Hasil pembelajaran (dari nilai pretest dan
posttest

siswa)

menggunakan

modul

efektif digunakan oleh siswa menengah


di sekolah

WebQuest Fisika berdasarkan Model


Isman ini nantinya akan menentukan
efektivitas produk

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF BERBASIS ICT MATERI


POKOK GELOMBANG DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
1)

Dian Sahri Ramadhan1), I Dewa Putu Nyeneng2), Agus Suyatna2)


Mahasiswa Pendidikan Fisika FKIP Unila, diansahriramadhan@gmail.com
2)
Dosen Pendidikan Fisika FKIP Unila

Abstract: The Development of ICT-based Interactive Module about Waves


Through Scientific Approach. The aims of this developmental research are: (1)
to make an ICT-based interactive module about waves through scientific
approach and (2) to reveal the attractiveness and effectiveness of ICT-based
interactive module which is being developed as a learning resource. This
developmental research is designed using 11 stages of procedure that comprise;
needs analysis, objectives, materials, synopsis, initial script, prototype
production, evaluation (material expert test, design expert test, and one on one
test), revision, final script, trials, and final program. The population of this
research was the second year science-students at SMAN 1 Kebun Tebu. The one
on one test resulted that this interactive module was very attractive, very easy to
use, and very useful. The field test resulted that this interactive module was
attractive, easy to use, and very useful. It also was effective to be used as a
learning resource because 79.31% of students reached the passing grade.
Abstrak: Pengembangan Modul Interaktif Berbasis ICT Materi Pokok
Gelombang dengan Pendekatan Saintifik. Tujuan penelitian pengembangan ini
adalah: (1) membuat modul interaktif berbasis ICT materi pokok gelombang
dengan pendekatan saintifik dan (2) mengungkapkan kemenarikan dan keefektifan
modul interaktif berbasis ICT yang dikembangkan sebagai suatu sumber belajar.
Metode pengembangan meliputi sebelas tahapan pengembangan, yaitu; analisis
kebutuhan, tujuan, pokok materi, treatment, naskah awal, produksi prototipe,
evaluasi (uji ahli materi, uji ahli desain dan uji satu lawan satu), revisi, naskah
akhir, uji coba, dan program final. Populasi penelitian merupakan siswa kelas XI
IPA di SMAN 1 Kebun Tebu yang berjumlah 29 siswa. Hasil uji satu lawan satu
menunjukkan modul interaktif sangat menarik, sangat mudah digunakan, dan
sangat bermanfaat. Hasil uji coba produk menunjukkan bahwa produk menarik,
mudah digunakan dan sangat bermanfaat. Hasil uji coba keefektifan menunjukkan
bahwa modul interaktif efektif untuk digunakan sebagai suatu sumber belajar
dengan persentase siswa yang tuntas KKM sebanyak 79,31%.

Kata kunci: modul interaktif berbasis ICT, pendekatan saintifik, pengembangan.

67

PENDAHULUAN
Di Indonesia telah diberlakukan
mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok)
di bidang teknologi, yaitu Teknologi
Informasi dan Komunikasi yang dikenal dengan sebutan TIK/Tinkom.
Mata pelajaran TIK/Tinkom mulai
dipelajari siswa ketika duduk di
bangku SMP. Sampai siswa duduk di
bangku SMA pun siswa masih mempelajari TIK/Tinkom. Setiap sekolah
diberikan perangkat komputer sebagai
sarana pokok mata pelajaran TIK/
Tinkom. Sebagai bentuk perkembangan pengetahuan, perangkat komputer
yang ada di sekolah sekarang tidak
hanya dapat digunakan pada saat jam
pelajaran TIK/Tinkom saja, tetapi juga
dapat digunakan sebagai media
pembelajaran untuk mata pelajaran
yang lain khususnya mata pelajaran
Fisika. Salah satu contoh pemanfaatan
teknologi dalam pembelajaran Fisika
adalah pembelajaran interaktif menggunakan program Macromedia Flash.
Dengan menggunakan Macromedia
Flash, pelaku pendidikan akan lebih
mudah menyampaikan isi pesan
pembelajaran. Materi Fisika disampaikan dalam bentuk video flash yang
menyajikan fenomena Fisika secara
visual dan interaktif baik yang dapat
dilihat secara langsung dengan kasap
mata ataupun yang tidak dapat dilihat
secara langsung dengan kasap mata.
Dengan menggunakan modul interaktif yang menggambarkan fenomena
dalam kehidupan sehari-hari, belajar
Fisika akan lebih menarik dan lebih
efektif.
Multimedia interaktif adalah
kombinasi dari dua atau lebih media
(audio, teks, grafik, gambar, animasi
dan video) yang oleh penggunanya
dimanipulasi untuk mengendalikan perintah dan atau perilaku alami dari
suatu presentasi (Majid, 2007). Se-

dangkan tutorial secara istilah adalah


bimbingan pembelajaran dalam bentuk
pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan dan motivasi agar siswa
belajar secara efektif dan efisien
(Hamalik, 2003).
Berdasarkan hasil observasi
secara langsung yang dilakukan oleh
peneliti di SMA Negeri 1 Kebun Tebu,
Lampung Barat, sarana (perangkat
komputer) yang terdapat di sekolah
tersebut belum dimanfaatkan secara
maksimal untuk mendukung pembelajaran Fisika. Padahal ruangan
komputer yang ada dan perangkatnya
sangat memungkinkan siswa untuk
melakukan kegiatan belajar mengajar
Fisika menggunakan Macromedia
Flash di bawah bimbingan pelaku
pendidikan. Selain itu, di SMA Negeri
1 Kebun Tebu Kabupaten Lampung
Barat belum tersedia kit praktikum
materi gelombang. Berdasarkan hasil
observasi ketersediaan sarana dan
prasarana di SMA Negeri 1 Kebun
Tebu, Lampung Barat pada tanggal 14
Juli 2013 sampai dengan 10
September 2013, alat praktikum yang
terkait dengan materi gelombang yang
tersedia yaitu alat percobaan Melde.
Sedangkan cakupan materi gelombang
bukan hanya percobaan Melde saja
terutama pada KD (Kompetensi Dasar)
kurikulum 2013 cakupan materi
gelombang memuat gelombang bunyi
dan gelombang cahaya serta aspekaspek yang terkait dengan kedua
macam gelombang tersebut. Keterbatasan tersebut menimbulkan
kendala dalam proses pembelajaran,
sehingga diperlukan suatu alternatif
yang dapat memberikan solusi dalam
kegiatan pembelajaran Fisika khususnya materi gelombang.
Selain beberapa hal di atas,
sebagai terobosan baru di dunia
pendidikan pemerintah telah mencanangkan kurikulum baru yang akan

68

diberlakukan di seluruh sekolah.


Kurikulum yang dimaksud adalah
kurikulum 2013 yang menekankan
dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan
pendekatan ilmiah atau pendekatan
saintifik. Pendekatan ilmiah yang
dimaksudkan memuat pembelajaran
yang mencakup tiga ranah, yaitu sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Selain
itu, pendekatan saintifik sebagaimana
dimaksudkan juga meliputi mengamati, menanya, mencoba, menalar,
dan menyimpulkan. Materi pembelajaran berbasis fakta dan fenomena
yang dapat dijelaskan dengan logika
atau penalaran tertentu. Hasil belajar
melahirkan peserta didik yang
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi
(BPSDMPK, 2013: 5).
Berdasarkan beberapa persoalan
di atas, dapat dikatakan bahwa media
TIK yang ada belum dirancang dengan
pendekatan saintifik. Dengan kata lain,
media TIK tersebut belum disesuaikan
dengan kurikulum yang berlaku saat
ini, yaitu kurikulum 2013 yang
mengacu pada pendekatan saintifik.
Oleh karena itu, penulis mencoba
memberikan alternatif dengan membuat modul interaktif menggunakan
Macromedia Flash agar pembelajaran
Fisika menjadi lebih menarik dan
efektif.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan
pengembangan atau R & D (Research
and Development). Pengembangan
yang dilakukan adalah pembuatan
media pembelajaran berupa modul
interaktif berbasis ICT materi pokok

gelombang untuk kelas XII dengan


pendekatan saintifik.
Sasaran dari pengembangan ini
adalah materi gelombang untuk SMA
kelas XII IPA. Subjek uji coba produk
penelitian pengembangan terdiri atas
ahli desain, ahli isi/materi pembelajaran, uji satu lawan satu (one for
one) dan uji lapangan.
Prosedur pengembangan yang
dilakukan mengacu pada model
pengembangan media instruksional
yang diadaptasi dari Sadiman, dkk.
(2009). Desain tersebut meliputi
sebelas
tahapan
prosedur
pengembangan produk dan uji produk
yang perlu dilakukan, yaitu: (1)
analisis kebutuhan (masalah): untuk
mengumpulkan
informasi
bahwa
diperlukan adanya pengembangan
media berupa modul interaktif berbasis
ICT dengan pendekatan saintifik pada
materi gelombang; (2) merumuskan
tujuan: dilakukan dengan mengacu
pada hasil analisis kebutuhan melalui
pengisisan angket oleh guru dan siswa;
(3) pokok materi: dilakukan pengembangan materi berdasarkan KI
dan KD yang telah disebutkan, yaitu
materi
gelombang
bunyi
dan
gelombang cahaya; (4) treatment:
berupa penyusunan rancangan awal
produk serta alur penyajiannya untuk
memudahkan proses pengembangan;
(5) membuat naskah awal: dilakukan
berdasarkan treatment yang telah
dibuat dan materi yang telah disusun
yang diperoleh dari sumber yang teruji
kebenarannya; (6) produksi prototipe:
dilakukan dengan pembuatan produk
berdasarkan naskah awal menggunakan program Macromedia Flash
8; (7) evaluasi produk: dilakukan
dengan 3 tahapan, yaitu uji ahli materi
oleh seorang dosen, uji ahli desain
oleh seorang dosen, dan uji satu lawan
satu oleh 3 orang siswa; (8) revisi
produk: dilakukan perbaikan produk

69

berdasarkan hasil evaluasi produk;


(9) naskah akhir: dilakukan produksi
produk akhir setelah revisi yang siap
untuk diujicobakan; (10) uji coba:
dilakukan uji keefektifan dan uji
kemenarikan terhadap pengguna; (11)
program final: dihasilkan produk yang
efektif dan menarik sebagai sumber
belajar.
Penelitian pengembangan ini
memiliki dua jenis data, yaitu data
kualitatif dan data kuantitatif. Data
kualitatif diperoleh dari hasil pengamatan, wawancara, dan instrumen
angket, sedangkan data kuantitatif
diperoleh melalui post-test. Pengamatan dan wawancara dilakukan
untuk mengetahui fasilitas yang
tersedia, analisis kemampuan guru dan
siswa dalam penggunaan fasilitas yang
tersedia, dan analisis kebutuhan
materi.
Instrumen uji ahli materi
digunakan untuk mengevaluasi kelengkapan materi, kebenaran materi,
sistematika materi dan berbagai hal
berkaitan dengan materi seperti
contoh-contoh dan fenomena serta
pengembangan
soal-soal
latihan;
instrumen uji desain digunakan untuk
mengetahui kemenarikan dan keefektifan visual siswa atau pengguna
modul interaktif; instrumen angket
respon pengguna digunakan untuk mengumpulkan data kriteria kemenarikan, kemanfaatan dan kemudahan.
Data tes digunakan untuk mengetahui
tingkat keefektifan produk.
Setiap pertanyaan yang terdapat pada instrumen uji ahli isi/materi
dan ahli desain, berisi 2 pilihan
jawaban sesuai pertanyaan,
yaitu:
Sesuai dan Tidak Sesuai. Perbaikan dilakukan pada pertanyaan
yang diberi pilihan jawaban Tidak
Sesuai.
Instrumen angket respon memiliki 4 pilihan jawaban sesuai

pertanyaan yang tertera, misalnya:


Sangat Baik, Baik, Cukup Baik
dan Kurang Baik. Masing-masing
pilihan jawaban memiliki skor nilai
yang berbeda yang mengartikan
tingkat kesesuaian produk bagi
pengguna. Penilaian total instrumen
uji satu lawan satu dilakukan dengan
menjumlahkan skor yang diperoleh
dibagi jumlah skor total kemudian
dikalikan dengan banyak pilihan
jawaban. Data hasil post-test, diperoleh melalui uji coba pada satu
kelas dengan menggunakan nilai ketuntasan tujuan pembelajaran yang
terdapat dalam modul interaktif pada
materi gelombang. Jika terdapat 75%
siswa yang tuntas KKM, maka produk
hasil pengembangan dikatakan efektif
sebagai suatu sumber belajar.

HASIL PENGEMBANGAN
Hasil penelitian pengembangan
yang telah dilakukan di SMAN 1
Kebun Tebu adalah modul interaktif
berbasis ICT materi pokok gelombang
dengan pendekatan saintifik. Adapun
secara rinci hasil dari setiap tahapan
prosedur pengembangan yang dilakukan sebagai berikut:
1. Potensi dan masalah
Analisis kebutuhan dilakukan untuk
mengumpulkan informasi dengan
membandingkan kondisi sebenarnya
dengan kondisi yang ideal yang
seharusnya terjadi sejauh mana diperlukannya modul interaktif yang
dikembangkan di SMA Negeri 1
Kebun Tebu Kabupaten Lampung
Barat. Analisis kebutuhan dilakukan
dengan cara wawancara dan observasi
secara langsung terhadap guru dan
siswa.
Hasil yang diperoleh dari kegiatan
wawancara dan observasi menunjukkan bahwa sangat diperlukan sebuah

70

alternatif untuk mengatasi keterbatasan sarana praktikum di laboratorium


pada materi gelombang. Selanjutnya
dilakukan juga analisis kemampuan
guru dan siswa dalam penggunaan
media
TIK
sebagai
alternatif
keterbatasan sarana praktikum di
laboratorium pada materi gelombang
dengan hasil yang menunjukkan
bahwa guru dan siswa di SMA Negeri
1 Kebun Tebu telah mampu menggunakan media TIK dengan baik.
Angket analisis kemampuan guru
dan kemampuan siswa masing-masing
berisi 13 butir pertanyaan dengan
masing-masing pertanyaan memiliki
skor maksimum 1 dan skor minimum
0. Hasil dari analisis kemampuan guru
diperoleh total skor 12 dari skor
maksimal 13. Sedangkan hasil dari
analisis kemampuan siswa diperoleh
skor 13 dari skor maksimal 13.
Berdasarkan perolehan skor tersebut
maka peneliti mengembangkan modul
interaktif berbasis ICT materi pokok
gelombang sebagai alternatif keterbatasan sarana praktikum pada
materi gelombang.
2. Merumuskan tujuan
Tujuan didasarkan
pada hasil
analisis kebutuhan yang diperoleh
melalui angket. Dari hasil tersebut
dirumuskan dua buah tujuan, yaitu; (1)
membuat modul interaktif berbasis
ICT materi pokok gelombang sebagai
alternatif untuk mengatasi keterbatasan sarana praktikum sesuai
dengan pendekatan saintifik dan (2)
mengungkapkan kemenarikan dan
keefektifan modul interaktif yang
dikembangkan di SMAN 1 Kebun
Tebu sebagai suatu sumber belajar.
3. Mengembangkan pokok materi
Pokok materi yang dikembangkan
dalam modul interaktif ini adalah
materi pokok gelombang yang didasarkan pada Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar kurikulum 2013.

Materi gelombang dititik beratkan


pada gelombang bunyi dan gelombang
cahaya, tetapi tetap memuat materimateri dasar gelombang. Pada materi
gelombang bunyi mencakup fenomena
dawai dan pipa organa, intensitas dan
taraf intensitas gelombang bunyi, dan
efek Doppler. Pada materi gelombang
cahaya interferensi cahaya, difraksi
cahaya, dan polarisasi cahaya. Materi
yang dikembangkan telah disesuaikan
dengan 7 (tujuh) kriteria dalam konsep
pendekatan saintifik oleh BPSDMPK
(2013, 5), yaitu: (1) materi pembelajaran berbasis pada fakta atau
fenomena yang dapat dijelaskan
dengan logika atau penalaran tertentu;
bukan sebatas kira-kira, khayalan,
lgenda,
atau
dongeng
semata,
(2) penjelasan guru, respon siswa, dan
interaksi edukatif guru-siswa terbebas
dari prasangka yang sertamerta,
pemikiran subjektif, atau penalaran
yang menyimpang dari alur berpikir
logis, (3) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis,
analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan
masalah, dan mengaplikasikan materi
pembelajaran, (4) mendorong dan
menginspirasi siswa mampu berpikir
hipotetik dalam melihat perbedaan,
kesamaan, dan tautan satu sama lain
dari materi pembelajaran, (5) mendorong dan menginspirasi siswa
mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang
rasional dan objektif dalam merespon
materi pembelajaran, (6) berbasis pada
konsep, teori, dan fakta empiris yang
dapat dipertanggungjawabkan, dan
(7) tujuan pembelajaran dirumuskan
secara sederhana dan jelas, namun
menarik sistem penyajiannya
4. Mengembangkan treatment
Treatment yang dikembangkan
berupa esei yang menggambarkan alur
penyajian program yang dikembang-

71

kan. Treatment memudahkan peneliti


dalam menyusun rancangan modul
interaktif berbasis ICT yang dikembangkan. Treatment yang dibuat
berisi sistematika tampilan-tampilan
dan urutan pergantian tampilan yang
akan dimunculkan pada modul
interaktif. Dengan mengacu pada
treatment, pembuatan/produksi produk
menjadi lebih mudah dan sistematis
(terstruktur) sesuai dengan urutan
sebagaimana mestinya.
5. Membuat naskah awal
Penyusunan naskah dan pembuatan produk dirancang sesuai
dengan materi yang telah dirumuskan.
Materi-materi yang dikumpulkan
berasal dari sumber-sumber yang telah
teruji. Setelah materi tersusun dengan
baik, selanjutnya adalah menentukan
simulasi fenomena yang dapat
mendukung pemahaman konsep siswa
terhadap materi yang disampaikan.
Kemudian membuat contoh soal
beserta uraian jawabannya dan soal
formatif. Setelah semua komponen
penyusun modul interaktif lengkap,
selanjutnya adalah mengemas semua
komponen menjadi satu paket
pembelajaran yang saling terhubung
antara komponen yang satu dengan
komponen yang lainya.
6. Memproduksi prototipe
Program yang digunakan dalam
pengembangan produk ini, yaitu

Macromedia Flash 8. Program


tersebut memiliki kemampuan menggabungkan unsur teks, animasi,
gambar, dan video, sehingga keseluruhan bahan yang disajikan tidak
semua dibuat sendiri oleh peneliti
melainkan hasil pengunduhan dari
berbagai sumber yang dikemas dalam
satu paket. Produk modul interaktif
hasil pengembangan pada tahap ini
disebut produk prototipe I. Di dalam
modul interaktif ini terdapat 15 soal
formatif gelombang. Setelah prototipe
I diproduksi langkah selanjutnya menyusun instrumen evaluasi.
7. Evaluasi
Setelah prototipe I jadi dan
instrumen evaluasi tesusun, kemudian
prototipe I diuji kelayakannya melalui
tiga tahapan pengujian, yaitu; uji ahli
materi dan uji ahli desain oleh dosen
ahli, serta uji satu lawan satu
dikenakan kepada 3 orang siswa yang
mewakili populasi target.
Uji ahli materi merupakan evaluasi
formatif 1 yang bertujuan mengevaluasi kelengkapan materi, kebenaran materi, sistematika materi dan
berbagai hal berkaitan dengan materi
seperti contoh-contoh dan fenomena
serta pengembangan soal-soal latihan.
Adapun hasil yang diperoleh dari uji
materi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rangkuman Hasil Uji Ahli Isi/Materi


No
1.
2.
3.
4.

Aspek Penilaian
Materi yang disajikan di
dalam modul interaktif
Penyajian gambar dan
simulasi
Kesesuaian materi dengan
KI dan KD
Referensi

Saran Perbaikan
Materi yang disajikan kurang lengkap
terutama gelombang bunyi.
Simulasi gelombang bunyi kurang tepat.
KD 4.1 belum terlihat pada modul interaktif.
Harus ditambah, terutama untuk materi
gelombang bunyi dan polarisasi cahaya.

72

Uji ahli desain merupakan evaluasi


formatif 2. Evaluasi ini dilakukan
untuk mengetahui kemenarikan dan
keefektifan visual siswa atau pengguna
modul interaktif.
Penilaian untuk ahli desain modul
interaktif ditinjau dari segi aspek:

komunikasi, desain teknis, dan format


tampilan. Uji desain modul pembelajaran dilakukan oleh dosen
pendidikan Fisika yang ahli teknologi
pendidikan. Adapun hasil uji ahli
desain dikenakan perbaikan yang
terdapat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji Ahli Desain


No.
1.
2.
3.

Aspek
Penilaian
Panduan
Komposisi
warna
Simulasi
fenomena

Saran Perbaikan
Seharusnya berisi tata cara penggunaan produk bukan
rangkuman.
Pilihan warna sebaiknya kontras dengan latar.
Tampilkan setelah teks.

Uji satu lawan satu bertujuan


untuk mengetahui kemudahan, kemenarikan, dan kemanfaatan dalam
pemakaian produk serta keterbacaan
isi pada produk. Pada tahap evaluasi
ini dipilih tiga orang siswa yang dapat
mewakili populasi target dari media

yang dibuat. Tiga orang siswa tersebut


diberi perlakuan dengan memberikan
pembelajaran
materi
gelombang
menggunakan prototipe I dan dimintai
pendapatnya tentang prototipe ini.
Adapun hasil uji satu lawan satu dapat
dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Respon dan Penilaian Siswa dalam Uji Satu-Satu Terhadap Prototipe I
No.
1.
2.
3.

Jenis Uji
Kemenarikan
Kemudahan
Kemanfaatan

Rerata Skor
3,33
3,33
3,92

8. Revisi
Prototipe I diperbaiki sesuai dengan catatan/saran perbaikan. Dari uji
ahli materi dilakukan beberapa revisi,
yaitu; memunculkan KD 4.1, memperbaiki simulasi gelombang bunyi,
pembagian
soal
dibuat
lebih
proporsional, memperbaiki simulasi
pada polarisasi cahaya, memunculkan
tampilan yang mendorong siswa untuk
mengamati dan mencoba, dan menambah referensi. Dari uji ahli desain
dilakukan beberapa revisi diantaranya
penggantian warna latar dan warna
teks, mengganti simulasi yang kurang

Pernyataan Kualitatif
Menarik
Mudah
Sangat Bermanfaat

efektif, menata ulang tata letak teks,


gambar, animasi, dan video serta
membuang slide yang dirasa tidak
fungsional. Dari uji satu lawan satu
tidak dilakukan revisi karena tidak ada
saran perbaikan dan hasil uji dari
ketiga jenis uji memiliki kriteria
sangat baik. Hasil revisi produk
prototipe I diberi nama produk
prototipe II.
9. Membuat naskah akhir
Naskah akhir diproduksi setelah
dilakukannya evaluasi dan revisi
prototipe. Naskah awal pun dilakukan
revisi sehingga naskah awal pe73

ngembangan menjadi naskah akhir


yang siap diproduksi kembali. Naskah
akhir yang dibuat berupa modul
interaktif berbasis ICT materi pokok
gelombang untuk SMA/MA yang
memuat teks, gambar, animasi, dan
video pembelajaran yang dibuat
menggunakan program Macromedia
Flash.
10. Uji coba produk
Uji coba produk yang dilakukan
yaitu uji lapangan yang bertujuan
untuk mengetahui kemudahan, kemenarikan, kemanfaatan dan ke-

efektifan media sebagai sumber


belajar. Uji lapangan dikenakan
kepada siswa kelas XI IPA sebanyak
29 siswa. Pada tahap ini siswa
menggunakan prototipe II sebagai
sumber belajar. Uji coba dilakukan
sebanyak 8 kali pertemuan. Uji coba
ini
digunakan
untuk
menguji
keefektifan produk berdasarkan hasil
belajar siswa menggunakan produk.
Hasil uji kompetensi siswa sesudah
menggunakan prototipe II dapat dilihat
pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji Keefektifan Produk


No.

Kelas

1.

XI
IPA

KK
M

Nilai
Terendah

Nilai
Tertinggi

Presentase
Kelulusan

Ket.

73

46,67

93,33

79,31 %

Efektif

Jika 75% siswa tuntas KKM,


maka modul dapat dikatakan efektif.
Berdasarkan Tabel 4, diperoleh hasil
lebih dari 75% siswa mendapatkan
nilai akhir di atas KKM, yaitu
sebanyak 23 siswa dari jumlah seluruh
siswa sebanyak 29 siswa dengan

persentase 79,31%. Hal ini menunjukkan bahwa prototipe II layak


dan efektif digunakan sebagai sumber
belajar. Adapun hasil uji kemenarikan,
kemudahan dan kemanfaatan dapat
dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Uji Kemenarikan


Aspek Penilaian
Kemenarikan
Kemudahan
Kemanfaatan

Rerata Skor
3,21
3,23
3,31

11. Program final


Setelah tahap demi tahap dilalui
maka diperoleh produk akhir dari
pengembangan berupa modul interaktif yang berisi materi gelombang
yang disajikan secara berseri setiap
sub bahasannya. Modul interaktif ini
terdiri atas beberapa tampilan yang
dijabarkan sebagai berikut: (1) Pembuka: merupakan tampilan yang
pertama kali muncul ketika program

Klasifikasi
Menarik
Mudah
Sangat Bermanfaat

dijalankan. Bagian ini terdiri atas 2


halaman: Tampilan pembuka, yaitu
animasi loading yang diatur dengan
timing tertentu dan dengan teks
Assalamualaikum dan menampilkan
kegiatan belajar mengajar guru dan
siswa di sebuah kelas. (2) Beranda:
merupakan halaman muka (cover)
yang berisi animasi 2 orang siswa
sedang
membawa
perlengkapan
belajar mereka berupa buku dan tas

74

menandakan kesiapan siswa untuk


belajar dan gambar seorang guru
memegang sebuah penunjuk papan
tulis yang juga menandakan kesiapan
guru untuk memulai pembelajaran dan
sebuah papan bertuliskan Scientific
Approach Kurikulum 2013 disertai
juga dengan teks Selamat dating di
dunia Fisika. Judul program berupa
teks Modul Interaktif XII IPA

Gelombang dan teks e-mail peneliti


diansahriramadhan@gmail.com
untuk memberikan kesempatan kepada
pengguna menyampaikan kritik, saran,
dan pertanyaan seputar modul
interaktif yang telah dibuat. Gambar
tampilan pembuka dapat dilihat pada
Gambar 1. Sedangkan tampilan
beranda dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 1. Tampilan Pembuka Modul Interaktif

Gambar 2. Tampilan Beranda Modul Interaktif


(3) Pilihan menu: untuk memudahkan
pengguna dalam mengakses menumenu yang terdapat pada modul
interaktif, fitur menu ditempatkan di
bagian kiri tampilan dan diatur
sedemikian rupa agar fitur menu

tersebut tetap terlihat saat pengguna


mengakses sebuah menu. Contoh
tampilan menu dapat dilihat pada
Gambar 3.

75

Gambar 3. Tampilan Menu Modul Interaktif


Desain dan format tampilan
modul interaktif yang dikembangkan
telah sesuai dengan definisi tentang
multimedia interaktif menurut Majid
(2007: 181), bahwa multimedia interaktif adalah kombinasi dua atau lebih
media (audio, teks, grafik, gambar,
animasi, dan video) yang oleh penggunanya dimanipulasi untuk mengendalikan perintah dan atau perilaku
alami dari suatu presentasi.

PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini disajikan
uraian tentang produk pengembangan
yang telah direvisi, yaitu produk yang
telah dikembangkan sebagai alternatif
keterbatasan sarana praktikum pada
materi gelombang dan kemenarikan
serta keefektifan produk yang dikembangkan sebagai suatu sumber
belajar di SMAN 1 Kebun Tebu
Kabupaten Lampung Barat.
1. Kesesuaian modul interaktif
dengan tujuan pengembangan
Tujuan utama penelitian pengembangan ini adalah membuat
modul interaktif berbasis ICT materi
pokok gelombang yang sesuai dengan
pendekatan saintifik secara ideal dan
menyenangkan dengan adanya materi,
animasi interaktif, video, contoh soal,
dan uji kompetensi dengan harapan
dapat memecahkan masalah ke-

terbatasan sarana praktikum materi


gelombang yang menarik bagi siswa,
terbatasnya waktu untuk siswa
melakukan praktikum, serta memberikan motivasi kepada guru untuk
meningkatkan efektivitas pembelajaran melalui pembuatan modul interaktif
yang dapat dibuat sendiri.
Modul interaktif yang dibuat
telah melalui beberapa tahapan proses
salah satunya proses evaluasi formatif.
Evaluasi formatif meliputi: uji ahli
materi, uji ahli desain, dan uji satu
lawan satu. Ketiganya telah dilalui,
dan terdapat saran perbaikan untuk
modul seperti yang sudah diterangkan
pada tahapan kerja. Setelah modul
direvisi sesuai dengan rekomendasi
maka diperoleh modul yang siap
diujikan yang telah sesuai dengan
kompetensi inti dan kompetensi dasar
kurikulum 2013 yang harus dicapai.
Produk
yang
dihasilkan
dapat
digunakan sebagai alternatif keterbatasan sarana praktikum di SMAN
1 Kebun Tebu Kabupaten Lampung
Barat.
Modul interaktif yang dikembangkan memiliki beberapa kelebihan,
yaitu: (1) Konsep-konsep gelombang
yang sulit dipahami dan ditemui dalam
kehidupan sehari-hari divisualisasikan
oleh komputer secara ideal melalui
gambar, animasi dan video yang
terdapat di dalam modul interaktif.
(2) Tampilan menu pada modul

76

interaktif disusun secara sistematis


sehingga memudahkan pengguna
dalam mengakses materi pembelajaran
yang terdapat di dalam modul
interaktif. (3) Modul interaktif dipublish ke dalam CD sehingga dapat
langsung diputar pada laptop atau
perangkat komputer manapun. (4)
Modul interaktif yang dikembangkan
merupakan media interaktif sehingga
pengguna dapat berinteraksi dengan
materi pembelajaran yang disajikan
serta dilengkapi dengan animasi dan
video pembelajaran.
Beberapa kelebihan di atas sesuai
dengan pernyataan Sanjaya (2009:
172)
bahwa
prinsip
interaktif
mengandung makna; bahwa mengajar
bukan hanya sekedar menyampaikan
pengetahuan dari guru ke siswa, akan
tetapi mengajar dianggap sebagai
proses mengatur lingkungan yang
dapat merangsang siswa untuk belajar.
Akan tetapi, modul interaktif yang
dikembangkan juga memiliki beberapa
kekurangan, diantaranya: (1) Program
yang digunakan untuk membuat modul
interaktif ini belum memungkinkan
untuk menambahkan persamaanpersamaan gelombang karena belum
terdapat fitur equation seperti pada
program Ms Word sehingga untuk
menambahkan
persamaan
harus
dikonversikan ke dalam format JPEG,
PNG atau format lain yang
mendukung. Keterbatasan tersebut
mengurangi nilai estetika dan keserasian tampilan khususnya pada
tampilan yang memuat persamaan
yang tidak dapat dituliskan secara
langsung menggunakan Text Tool.
(2) Modul interaktif yang dikembangkan baru diujikan pada kelompok
skala kecil sehingga belum benarbenar teruji keefektifannya untuk
kelompok skala besar.

2. Kemenarikan dan keefektifan


modul interaktif yang dikembangkan
Berdasarkan uji kemenarikan,
kemudahan dan kemanfaatan yang
dilakukan terhadap 29 siswa kelas XI
IPA di SMAN 1 Kebun Tebu
kabupaten Lampung Barat diperoleh
hasil yang menunjukkan bahwa modul
interaktif yang dikembangkan menarik
untuk digunakan dengan skor rata-rata
3,21, mudah digunakan dengan skor
rata-rata 3,23, dan sangat bermanfaat
dengan skor rata-rata 3,31. Hal ini
sesuai dengan kriteria penilaian akhir
modul uji kemenarikan yang dikembangkan oleh Suyanto (2006 :19).
Hasil uji kemenarikan menggunakan
modul ini sesuai dengan manfaat yang
diperoleh dari pembelajaran menggunakan modul yang dijabarkan oleh
Suprawoto (2009: 02), yaitu peserta
didik memiliki kesempatan belajar
secara mandiri dan berkesempatan
mengekspresikan cara-cara belajar
yang sesuai dengan kemampuan dan
minatnya. Hal ini juga didukung oleh
Kemp, dkk. dalam Uno (2008: 114)
yang menyatakan bahwa sejumlah
kontribusi media dalam kegiatan pembelajaran meliputi; penyajian materi
menjadi lebih standar, kegiatan
pembelajaran menjadi lebih menarik,
kegiatan belajar menjadi lebih
interaktif, waktu yang dibutuhkan
untuk kegiatan pembelajaran dapat
dikurangi, kualitas pembelajaran dapat
ditingkatkan, dan memberikan nilai
positif bagi pengajar.
Keefektifan dari modul interaktif
yang dikembangkan diujicobakan pada
29 siswa kelas XI IPA saat siswa
mempelajari pokok bahasan lain dan
siswa belum pernah menerima materi
gelombang sebelumnya. Keefektifan
diperoleh dari hasil belajar siswa
setelah menggunakan prototipe II
dengan mengerjakan soal-soal uji

77

kompetensi yang terdapat di dalam


modul interaktif. Nilai tertinggi yang
diperoleh siswa adalah 93,33 dengan
jumlah soal benar sebanyak 14 soal
dari jumlah seluruh soal sebanyak 15
soal sedangkan nilai terendah yang
diperoleh siswa adalah 46,67 dengan
jumlah soal benar sebanyak 7 soal dari
jumlah seluruh soal sebanyak 15 soal.
Jumlah siswa yang tuntas KKM
sebanyak 23 siswa dan jumlah siswa
yang tidak tuntas KKM sebanyak 6
siswa. Dari data tersebut diperoleh
presentasi 79,31% siswa telah tuntas
KKM. Sesuai dengan penjelasan pada
Bab III, jika 75% siswa telah tuntas
KKM, maka modul interaktif dapat
dikatakan efektif sebagai sumber
belajar. Hal ini relevan dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh
Sularno (2012: 72) dengan judul
Pengembangan Multimedia Interaktif
Materi Fluida Statis Sebagai Media
Pembelajaran Fisika Untuk Siswa
SMA Kelas XI, bahwa telah dihasilkan
media pembelajaran fisika materi
fluida statis yang telah diuji
keefektifannya melalui post test, dan
diperoleh 93,33% yang lulus KKM
sehingga media pembelajaran efektif
sebagai sumber belajar. Hasil penelitian ini didukung juga oleh penelitian
yang dilakukan oleh Viana (2013: 69)
yang diberi judul Pengembangan
Multimedia Interaktif Model Tutorial
pada Materi Listrik Statis dan Listrik
Dinamis SMP/MTs, bahwa telah
dihasilkan multimedia interaktif yang
dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dan diperoleh 87,5% siswa tuntas
KKM dengan kenaikan rata-rata skor
45,63%.
Berdasarkan hasil uji coba dan
revisi yang telah dilakukan, maka
tujuan pengembangan untuk menghasilkan modul interaktif berbasis ICT
materi pokok gelombang dengan
pendekatan saintifik yang dikembang-

kan efektif, menarik, mudah dan


bermanfaat sebagai sumber belajar
telah tercapai.

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan dapat
disimpulkan
bahwa:
(1)
Hasil
penelitian pengembangan ini yaitu
modul interaktif berbasis ICT materi
pokok gelombang berupa CD pembelajaran interaktif berisi kompetensi
inti, kompetensi dasar, indikator
pembelajaran, tujuan pembelajaran
dan materi yang harus dicapai sesuai
dengan pendekatan saintifik, cara
penggunaan modul interaktif, materi,
animasi interaktif, video pembelajaran,
contoh soal, dan uji kompetensi. (2)
Hasil uji lapangan menunjukkan
modul interaktif layak dan efektif
digunakan sebagai sumber belajar.
Berdasarkan perolehan hasil belajar
siswa, lebih dari 75% siswa tuntas
KKM yaitu 23 siswa dari 29 siswa
dengan persentase 79,31%. Selain itu,
hasil uji kemenarikan menunjukkan
bahwa
modul
interaktif
yang
dikembangkan menarik dengan skor
kemenarikan 3,21, mudah digunakan
dengan skor kemudahan 3,23, dan
sangat bermanfaat dengan skor
kemanfaatan 3,31.
Saran dari penelitian pengembangan ini adalah: Bagi guru
maupun siswa supaya dapat membaca
dan memahami dengan seksama setiap
petunjuk yang disajikan dalam modul
interaktif ini agar isi modul interaktif
tersampaikan secara keseluruhan. Modul interaktif ini dapat digunakan baik
secara mandiri, maupun kelompok,
karena desain dan isi/materi pembelajaran di dalamnya layak dan sesuai
dengan teori sehingga menarik, mudah
digunakan, sangat bermanfaat, dan

78

efektif digunakan. Penelitian pengembangan ini baru dilaksanakan


pada kelompok skala kecil, hendaknya
dilakukan penelitian lanjutan pada
kelompok yang skalanya lebih besar
guna mengetahui kelayakan produk ini
untuk diterapkan pada kelompok skala
besar.

DAFTAR PUSTAKA
BPSDMPK. 2013. Panduan
Kurikulum 2013. Jakarta:
Kemendikbud.
Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan
Anggaran Berdasarkan
Pendekatan Sistem. Jakarta:
Bumi Aksara.
Majid, Abdul. 2007. Perencanaan
Pembelajaran
Mengembangkan SK Guru.
Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

02/Mengembangkan-BahanAjar-dengan-MenyusunModul. Diakses 25 November


2013).
Suyanto, Eko. 2009. Pengembangan
Contoh Lembar Kerja Fisika
Siswa dengan Latar
Penuntasan Bekal Awal Ajar
Tugas Studi Pustaka dan
Keterampilan Proses Untuk
SMA Negeri 3 Bandar
Lampung. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan 2009.
Bandar Lampung: Unila.
Uno, Hamzah B. 2008. Profesi
Kependidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Viana, Desma. 2013. Pengembangan
Multimedia Interektif Model
Tutorial pada Materi Listrik
Statis dan Listrik Dinamis
SMP/MTs. Skripsi. Bandar
Lampung: Unila (Tidak
Diterbitkan).

Sadiman, Arif S, R Raharjo,


Rahardjito, dan Anung H.
2008. Media Pendidikan
Pengertian, Pengembangan
dan Pemanfaatannya. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, Wina. 2009. Perencanaan
dan Desain Sistem
Pembelajaran. Jakarta:
Prenada Media Group.
Sularno. 2012. Pengembangan
Multimedia Interaktif pada
Materi Fluida Statis SMA.
Skripsi. Bandar Lampung:
Unila (Tidak Diterbitkan).
Suprawoto, N.A. 2009.
Mengembangkan Bahan Ajar
dengan Menyusun Modul.
(Online). (http:
//www.scribd.com/doc/165545
79

Available online at www.sciencedirect.com

ScienceDirect
Procedia - Social and Behavioral Sciences 103 (2013) 273 280

13th International Educational Technology Conference

Design and development of Webquest for Physics Module by employing


Isman Instructional Design Model
Norlidah Alias*, Dorothy DeWitt, Saedah Siraj
\

Department of Curriculum & Instructional Technology, Faculty of Education,


University of Malaya, Kuala Lumpur, 50603 Malaysia

Abstract
The study was aimed at designing and developing a web-based teaching courseware, Webquest, for
secondary school Physics module by employing the Isman Instructional Design Model and to test the
effectiveness of the module. The paper draws attention to the design principles of the Isman
Instructional Design Model. The prototype module was tested among a teacher and 4 students. The
findings from interviews with the teacher and students show a positive response in attracting the
students interests toward the topic. The module was then implemented with 30 participants. In the
evaluation phase, students achievement score instrument was used to collect data for this study. The
pre-posttest design conducted suggested that the module is effective.The findings from this study
suggest that the Isman Instructional Design Model which pays attention to instruction from the
learners perspective than from content perspective is suitable in designing and developing Webquest
for Physics module in the secondary educational setting in Malaysia. The findings of this study are
expected to provide insights into promoting teaching and learning of Physics based on Webquest.

2013The
TheAuthors.
Authors.Published
Published
Elsevier
2013
by by
Elsevier
Ltd.Ltd.
Selection
andpeer-review
peer-review
under
responsibility
of The
Association
of Science,
Education
and Technology-TASET,
Selection and
under
responsibility
of The
Association
of Science,
Education
and Technology-TASET,
Sakarya Sakarya
Universitesi,
Turkey.
Universitesi, Turkey.

Keywords: Isman Instructional Design Model; Webquest

Corresponding author.
E-mail address: drnorlidah@um.edu.my

1877-0428 2013 The Authors. Published by Elsevier Ltd.


Selection and peer-review under responsibility of The Association of Science, Education and Technology-TASET, Sakarya
Universitesi, Turkey.
doi:10.1016/j.sbspro.2013.10.335

274

Norlidah Alias et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 103 (2013) 273 280
* Introduction

Technology is used in education for two main reasons: as a tool for increasing the effectiveness of instruction
and to integrate technology into the curriculum (Glbahar, Madran, & Kalelioglu, 2010). A webquest is a
research activity that requires the learner to collect information about a subject using the web (Sharma &
Barrett, 2007, p. 24). Webquests are a very common way of using Web resources to research a variety of topics,
and if appropriately used can trigger the situations necessary to develop both written and oral communication
(Laborda, 2009). Recent studies have indicated that Webquest has a very high potential as a tool in teaching and
learning (Alshumaimeri & Almasri, 2012; Laborda, 2009; Segers & Verhoeven, 2009), enhancing students
potential (Allan & Street, 2007; Zacharia, Xenofontos, & Manoli) and creating a positive learning environment
(Allan & Street, 2007; Chang, Chen, & Hsu, 2011; Kleemens, Segers, Droop, & Wentink, 2011).
Webquest is a relatively new tool for teaching and learning. The model of Webquest was first developed by
Dodge (1997) which consists of six components: introduction, task, information, process, evaluation and
conclusion. WebQuest, which makes students access the web to complete a task or solve a problem, elicits
higher-order thinking rather than simple information searching and recall (Glbahar et al., 2010). Research done
by Allan and Street (2007) on the impact of a knowledge by pooling WebQuest in primary initial teacher training,
shows that WebQuest has the potential to promote high order learning within different disciplines in higher
education. It also creates a new enviroment in learning. Most of studies on Webquest used quasi-experiment as
the research design (Alshumaimeri & Almasri, 2012; Chang et al., 2011; Halat, 2011; Segers & Verhoeven,
2009; Hsiao, Tsai, Lin & Lin, 2012), while only a few on design and developmental research (Glbahar et al.,
2010; Norazah Nordin & Ngau Chai Hong, 2009).
Glbahar et al., 2010 developed a web-based interactive system, Web Macerasi, for teaching-learning and
evaluation purposes, and to find out the possible effects of the system. The study has two stages. In the first stage,
a WebQuest site was designed as an interactive system in which various Internet and web technologies were used
for infusing technology into the teaching and learning process. The Web Macerasi site was used for project work
by 92 prospective students who attended different courses in different years. For collecting thestudents
perceptions about the implementations of the system, a questionnaire of WebQuest effectiveness and a focus
group interview guide were developed. Next, the first phase of the study was concluded, and theWebQuest
system was updated based on the data gathered from students. In the second phase, 27 students from a different
course used the system, and their perceptions were collected through the questionnaire and analyzed. It was
found that the students favored the technology-supported media, were more willing to collaborate, found the
feedback very useful, and agreed on the positive contribution of planned works. Consequently, the WebMacerasi
site was found to be successful and to have been used effectively in terms of its aims.
The same scenario operates in Malaysia as only a few studies have focused on the design and development of
Webquest. Norazah Nordin and Ngau Chai Hong (2009) developed a WebQuest for ICT secondary school
subject. The main objective of the study was to develop teaching aids based on webquest and to evaluate
students perception towards it. Questionnaires were used to evaluate between face aspect and teaching and
learning content structure of the WebQuest developed. The results of the study shows that the overall
presentation of the WebQuest entitled Computer System is suitable and interesting for teaching and learning of
the subject. It can be implied that Webquest has potential as a tool in teaching and learning. However, not much
literature on Webquest has explored its potential in the design and development of Webquest for Physics module.
Hence, this study was aimed at designing and developing a Webquest for Physics module in secondary
educational setting by using Isman Instructional Model and to test the effectiveness of the WebQuest module.

2.The Aim of Research


The aim of this research is to design and develop a WebQuest Physics module according to the Isman
Instructional Design Model in the secondary educational setting and to test the effectiveness of the
module. In order to achieve this aim, we set two research objectives. The first objective is to describe the

Norlidah Alias et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 103 (2013) 273 280

design and development of a Webqusest module by employing the Isman Instructional Design Model. The
second objective is to test the module effectiveness by pre/posttest design and interviewing 4 students.
This study seeks to answer the following research question:
Is a WebQuest Physics module developed by employing the Isman model
effective?
3. Significance of the Study
The results of the study can be used by educators to determine the effects of Isman model in the design and
development of a WebQuest module in the secondary educational setting in Malaysia.
4.Scope and Limitations
In this study, a sample size of 30 students at an urban secondary school in the state of Selangor was selected
as the population reflected the proportion of the multiracial communities in Malaysia.
5.Instruments
The instrument is two multiple choice tests used for pretest and posttest. This test was designed to analyze
students achievement on Charless Law and Boyles Law. There were 50 items in these two instruments.
The content of the instrument was validated by three Physics teachers while the language was validated by two
language teachers with more than 10 years working experience.
6. Theoretical Framework
6.1 Employing Isman Instructional Design Model in Developing of a Physics Module Based on Learning Style
and Appropriate Technology
The major goal of the Isman Instructional design Model is to show how to plan, develop, implement,
evaluate and organize full learning activities effectively to ensure competent performance by students (Isman,
2011). The theoretical foundation of the new model comes from behaviorism, cognitivism and constructivism
views. Firstly, Isman (2011) used realationship between stimulus and response, the reinforcement factor and
designing environmental condition in behaviorism theory to motivate more in this model. Secondly, motivation,
intellectual learning process, experiences and contents in Cognitivism theory are used in this model to motivate
students to learn more in this model. This model is interested in how to store information into long term memory,
hence instructional activities are designed in this model. The Isman model also uses constructivism which pays
attention to personal applications. Isman model was implemented on 100 graduate students at the faculty of
education at Eastern Mediterranean University in North Cyprus with the purpose to analyze the effects of the
model on academic achievement (2005). The findings of the research indicates that Isman model was
implemented successfully in instructional activities in the experimental group and affected academic achievement
and so, it may be said that this model could be implemented to design instruction. Norlidah Alias and Saedah
Siraj (2012) employed the Isman model effectively in the design and development of Physics module based on
learning style and appropriate technology in the Malaysian secondary educational setting. Hence, the
researchers aim to employ Isman model in the design and development of WebQuest Physics module and
to test the effectiveness of the module. The Isman Instructional Design Model is described in a five-step
systematic planning process. These are input, process, output, feedback and learning as shown in Figure 1.

275

276

Norlidah Alias et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 103 (2013) 273 280

Figure 1: Isman Instructional Design Model (Isman, 2011, p.139)

Norlidah Alias et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 103 (2013) 273 280

6.2 Steps in the Isman Instructional Design Model


The first step in the Isman model is input. The input step involves identify needs, identify contents, identify goalobjectives, identify teaching methods, identify evaluation materials, and identify instructional media. Isman
(2005) states that the main goal of first step is to identify factors for input. In this research, we use a panel of
experts to identify the input for the WebQuest module based on six components of the WebQuest: introduction,
task, information, process, evaluation and conclusion.
The expert panel consisted of five individuals, two Physics master teachers, one ICT master teacher, a
Professor in Physics Education and a head of department of curriculum and ICT in a local university. The experts
review suggested that a WebQuest Physics module be developed on two topics on gas laws such as Charless
Law and Boyles Law.
An example of WebQuest Physics module is as shown in Figure 2 and Figure 3.
The second step in the Isman model is process. The process step involves testing prototypes and redesigning of
instruction and teaching activities. We also used the expert panel to redesign the Webquest Physics module
produced.

Figure 2: Main Page of Online Module of Webquest Website.

277

278

Norlidah Alias et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 103 (2013) 273 280

Figure 3: Main Page of the task and process in the Webquest Website.
The third step in the Isman model is output. The output process involves testing and analyzing results. To
determine student learning, educational measurement and evaluation process should be implemented by teachers.
In this research we tested the prototype by implementing the modules with a teacher and 4 students.
The fourth step in the Isman model is feedback. The feedback process involves revising instruction based
upon the data collected during the implementation phase. If, during the phase, teacher finds that students are not
learning what the plan wanted them to learn, or they are not enjoying the learning process, teacher will try to
revise and improve some aspect of their instruction to enable the students to accomplish their goals. In this
research, we revised the instruction according to the teachers and students comments.
The final step in the Isman model is learning. The learning process involves full learning. In this process,
teachers want to ensure that their students have learned what the instructional plan wanted them to learn. This is
when the pre/posttest was conducted to test the module effectiveness. Employing of the Isman model to design
and develop a WebQuest Physics module is documented in work logs as illustrated in Table 1:

Table 1: Use of Isman model to design and develop a Physics pedagogical module
Steps
Step 1
Input

Work log
Identify needs
Identify contents
Identify goals-objectives
Identify teaching methods
Identify evaluation materials
Identify instructional media

Descriptions
Designing Physics module based on WebQuest
Designing the webpage
Designing six components of the WebQuest: introduction,
task, information, proses, evaluation and conclusion were
designed.

Stage 2
Process

Testing prototypes
Redesigning of Instruction
Teaching activities

Using expert panel to redesign the WebQuest website


produced.

Stage 3
Output

Testing
Analyze Results

Implementing the WebQuest module with a teacher and 4


students.

279

Norlidah Alias et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 103 (2013) 273 280

Stage 4
Feedback
Stage 5
Learning

Revise Instruction

Revise the comments given by students and teachers.

Learning

Pre/posttest was conducted to test the effectiveness of the


WebQuest module.

7. Results
The effectiveness of the WebQuestPhysics module by employing the Isman model was analyzed.
Findings from the module evaluation conducted among 30participants suggested that the module is
effective. A t-test was performed to determine if there were significant differences in achievement scores
between the groups. Table 2 shows the results of t-test comparison of pre/posttest achievement for the
WebQuestPhysics module.
The effectiveness of WebQuestmodule developed using Isman model
Findings from module evaluation conducted among 30 participants suggested that the module is
effective.
Table 2: t-Test comparison of pre/posttest achievement towards WebQuestPhysics module

Mean
SD

Pretest
(n = 30)
52.07
18.18

Posttest
(n = 30)
55.03
16.58

t-value
5.55

p
< .05

Effect size
0.69

Table 2 shows that there is a significant difference between pretest (mean = 52.07, SD =
18.18) and posttest (mean = 55.03, SD = 16.58) marks, t (29) = 5.55, p < .05. The mean scores
indicate posttest have significant higher achievement toward the WebQuest Physics module than
pretest.
8. Implication and Conclusions
This paper has described an effort to design and developed a WebQuest Physics module in the Malaysian
secondary educational setting by employing the Isman model. In addition, the effectiveness of the modules was
tested and it was found that the module was effective for learners. It indicates that the Isman instructional model
was implemented successfully in the design and development of the WebQuest Physics module in the Malaysian
secondary educational setting. The outcome of this study will hopefully enhance the process of teaching and
learning Physics in secondary educational setting by utilizing WebQuest.
Acknowledgement
Funding of this research work was generously supported by grants from University of Malaya,
Malaysia.

280

Norlidah Alias et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 103 (2013) 273 280

References
Allen, J., & Street, M. (2007). The quest for deeper learning: An investigation into the impact of a knowledge-pooling
WebQuest in primary initial teacher training. British Journal of Educational Technology, 38(6), 11021112.
Alshumaimeri, Y. A., & Almasri, M. M.(2012). The effect of using WebQuests on reading comprehension performance of
Saudi EFL students. Turkish Online Journal of Educational Technology, 11(4), 259-306.
Chang, C-S., Chen, T-S., &Hsu, W-H. (2011). The study on integrating WebQuest with mobile learning for
environmentaleducation. Computers & Education, 57, 12281239.
Dodge, B (1997). Some Thoughts About WebQuest. Retrieved from http://WebQuest.sdsu.edu/about _WebQuest.html
Glbahar,Y., Madran, R. O., &Kalelioglu, F. (2010). Development and Evaluation of an Interactive WebQuest Enviroment:
Web Macerasi Educational Technology & Society, 13(3), 139 -150.
Halat, E., & Peker, M., (2011). The impacts of mathematical representation developed through WEBQUEST and spreadsheet
activities on the motivation of pre-service elementary school teachers. Turkish Online Journal of Educational
Technology, 10(2), 259 -267.
Hsiao, H-S. , Tsai, C-C., Lin, C-Y., &Lin, C-C. (2012). Implementing a self-regulated WebQuest learning system for Chinese
elementary schools. Australasian Journal ofEducational Technology,28(2), 315-340.
Isman, A. (2005, October). The implementation results of New Instructional Design Model: Isman Model. The Turkish Online
Journal of Education Technology, 4, Article 7.
Isman, A. (2011, January). Instructional Design in Education: New Model. The Turkish Online Journal of Educational
Technology, 10(1).
Isman, A., Yaratan, H., & Caner, H. (2007, July). How technology is integrated into Science education in a developing
country : North Cyprus case. The Turkish Online Journal of Education Technology,6(3), Article 5.
Kleemans, T., Segers, M. D., & Wentink, H. (2011). WebQuest in special primary education: Learning in a web-based
environment. British Journal of Educational Technology, 42(5), 801-810.
Laborda, J. G. (2009). Using WebQuest for oral communication in English as a foreign language for Tourism Studies.
Educational Technology & Society, 12(1), 258-270.
Norazah Mohd Nordin, &Ngau Chai Hong. (2009). Development and evaluation of instructional materials and Web-Based
Learning WebQuests for ICT subjects. Jurnal Pendidikan Malaysia, 34(1), 111-129.
Norlidah Alias, & Saedah Siraj. (2012). Design and development of Physics module based on learning style and appropriate
technology by employing Isman instructional design model. Turkish Online Journal of Educational Technology,
11(4).
Segers, E., & Verhoeven, L. (2009). Learning in a sheltered Internet environment: The use of WebQuests. Learning and
instruction, 19, 423-432.
Sharma, P., & Barrett, B. (2007). Blended learning: Using the technology in and beyond the language classroom. Oxford,
UK: Macmillan.
Zacharia, C. Z., Xenofontontos, N. A., & Manoli, C. C. (2011). The effect of two different cooperative approaches on
students learning and practices within the context of a WebQuest science investigation. Education Technology and
Research Development, 59, 399424.

Anda mungkin juga menyukai