Anda di halaman 1dari 28

Portofolio No 1

Nama Peserta : dr. Danny Darmawan


Nama Wahana : RSAU dr Esnawan Halim
Topik

Tanggal (Kasus): 10 Juni 2015

Congestive Heart Failure


Nama Pasien : Tn. D
Tanggal Presentasi:

No RM 086315
Nama Pendamping:

2 Juli 2015

dr. Jusdiono Sp.JP


Kolonel dr. Krismono Irwanto MHKes
dr. Hambrah Sri Atriadewi

Tempat Presentasi : RSAU dr. Esnawan Halim


Objektif Presentasi:
Penyegaran
Keterampilan
Kelimuan

Neonatus

Bayi

Anak

Dewasa

Tinjauan Pustaka

Lansia

Bumil

Deskripsi: Tn D 69 tahun, sesak napas yang memberat sejak 1 minggu SMRS


Tujuan:
Mengenali diagnosis dan tatalaksana pilihan pasien Congestive Heart Failure
Bahan Bahasan:
Tinjauan
Riset
Kasus
Audit
Cara

Pustaka
Diskusi

Pembahasan:
Data pasien

Nama: Tn D

Presentasi

Email

Pos
No registrasi
086315

Nama Tempat

Terdaftar sejak: 10 Juni 2015

Perawatan:
Ruang Rawat
Garuda
Data Utama
1. Gambaran Klinis
Pasien datang ke UGD RSAU Esnawan Halim dengan keluhan sesak yang memberat
sejak 1 minggu SMRS. Keluhan pertama kali dirasakan sejak 11 tahun yang lalu, dan
sering berulang. Sesak Napas dirasakan saat berjalan atau beraktivitas, dan membaik
saat beristirahat. Pasien terbiasa tidur dengan menggunakan 1 bantal per hari namun

bantal pasien tinggi. (Membuat sendiri). Sesak sudah dirasakan pasien pada saat
berpindah ke kamar kecil. Pasien sering terbangun karena sesak. Pasien juga
mengeluhkan kaki bengkak. Kaki bengkak yang dirasakan pasien berulang terakhir 23 minggu yang lalu. Pasien juga mengaku susah kencing. Kencing dirasakan pasien
makin sedikit. Mual (-), Muntah (-), Gatal-gatal (-), Penglihatan Kabur(-), Nyeri
Dada(-)Pasien juga mengeluh nyeri sendi sejak 3 minggu SMRS yang memberat.

2. Riwayat Pengobatan
Pasien biasa kontrol di Poli Jantung RSAU Esnawan Antariksa
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Diabetes Mellitus sejak 1 tahun yang lalu. Pasien biasa menggunakan obat Glikuidon
3x30 mg, dan Acarbose 3x 50 mg
Hipertensi sejak 11 tahun yang lalu. Pasien biasa menggunakan Valsartan 1x 80 mg
Stroke sejak 4 tahun yang lalu
Riwayat sakit jantung 11 tahun lalu
4. Riwayat Keluarga
Ibu Pasien mengalami Hipertensi
5. Riwayat Pekerjaan dan Sosial
Pasien merupakan pensiunan Buruh saat ini. Berobat dengan menggunakan BPJS
Pasien merupakan perokok berat sejak tahun 1955 hingga tahun 2004. 1-2 bungkus per
hari
6. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Kompos Mentis
Keadaaan umum: Tampak Sakit Sedang
Tekanan Darah : 140/90 mm Hg
Nadi : 95 kali per menit, tidak teratur, isi cukup
Suhu : 36.8 C
Pernapasan; 25 kali per menit, teratur, dalam, Torakoabdominal
Sa02: 99% dengan Nasal Kanul 4cc
Habitus: Kesan Piknikus
Status Generalis
Kulit

: sawo matang, turgor kulit baik

Kepala

: deformitas (), nyeri tekan ()

Rambut

: hitam, persebaran rambut merata, tidak mudah dicabut

Mata

: konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (/)

Telinga

: liang telinga lapang, membran timpani intak, serumen minimal

Hidung

: deformitas (), deviasi septum (), sekret ()


2

Tenggorokan

: tenang, faring hiperemis (), T1/T1, detritus (), kripti ()

Gigi dan mulut : higienitas oral baik, gigi berlubang ()


Leher

: JVP 5-0 cmH2O, tidak teraba pembesaran KGB

Jantung

Inspeksi
Palpasi

: iktus kordis tidak terlihat


: iktus kordis teraba pada sela iga 5, 1 cm lateral

linea midklavikula sinistra, thrill (), lifting (), heaving ()


Perkusi
: batas jantung kanan pada linea sternalis dekstra
batas jantung kiri di 1 jari lateral linea midklavikula sinistra
pinggang jantung di sela iga 2 linea parasternal kiri
Auskultasi : BJ I-II normal, reguler, murmur (), gallop ()

Inspeksi
Palpasi

kiri
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi : vesikuler +/+, rhonki /, wheezing /

Paru

Abdomen

: toraks simetris statis dan dinamis, retraksi ()


: ekspansi dada kanan = kiri, fremitus kanan =

: datar lemas, nyeri tekan (). Hepar/limpa tidak teraba. Shifting


dullness (), nyeri ketok CVA -/- Balotement -/Bising usus (+) normal.

Ekstremitas

: akral teraba hangat, edema lengan /, edema tungkai (+/+) pitting,


palmar eritema /, CRT < 2

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi rutin
Jenis Pemeriksaan
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit

11 Juni 2015
12.7
37
8500
239000

Nilai Rujukan
13,0 16,0
40 48
7.500 10.000
150.000 400.000

Satuan
g/dL
%
/L
/L

11 Juni 2015
26

Nilai Rujukan
< 50

Satuan
mg/dL

Kimia Darah
Jenis Pemeriksaan
Ureum darah

Kreatinin darah
Asam urat
Trigliserida
Kolesterol total
Glukosa darah puasa

1.53
7,1
200
252
286

0,8 1,30
< 7,0
< 150
120 200
70 100

mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL

Nilai Rujukan
< 1.1
0,1-1,0
< 0,25
3.4-4.8
< 150
2.5-3.9
10-50
10-50

Satuan
mg/dL
mg/dL
mg/dL
g/dl
g/dL
u/L
u/L
u/L

LFG(ml/menit) = (140-Usia) x BB
Serum kreatinin x72
(140-69)x 72

= 43.5 CKD Stage 3

1.63 x72
Faal Hati
Jenis Pemeriksaan
Bilirubin total
Bilirubin indirek
Bilirubin Direk
Prtotein Total
Albumin
Globulin
SGOT
SGPT

11 Juni 2015
1.0
0.6
0.4
5.9
3.9
2.0
14
20

EKG

Echocardiografi
EDD 62.6
EF 27%

Foto Toraks

Subyektif
7

Laki laki usia 69 tahun datang ke UGD RS Dr. Esnawan Antariksa dengan keluhan utama
sesak napas yang memberat sejak 1 minggu SMRS. Keluhan pertama kali dirasakan sejak
11 tahun yang lalu, dan sering berulang. Sesak Napas dirasakan saat berjalan atau
beraktivitas, dan membaik saat beristirahat. Pasien terbiasa tidur dengan menggunakan 1
bantal per hari namun bantal pasien tinggi. (Membuat sendiri). Sesak sudah dirasakan
pasien pada saat berpindah ke kamar kecil. Pasien sering terbangun karena sesak. Pasien
juga mengeluhkan kaki bengkak. Kaki bengkak yang dirasakan pasien berulang terakhir
2-3 minggu yang lalu. Pasien juga mengaku susah kencing. Kencing dirasakan pasien
makin sedikit. Mual (-), Muntah (-), Gatal-gatal (-), Penglihatan Kabur(-), Nyeri
Dada(-)Pasien juga mengeluh nyeri sendi sejak 3 minggu SMRS yang memberat.
Diabetes Mellitus sejak 1 tahun yang lalu. Pasien biasa menggunakan obat Glikuidon
3x30 mg, dan Acarbose 3x 50 mg. Hipertensi sejak 11 tahun yang lalu. Pasien biasa
menggunakan Valsartan 1x 80 mg. Pasien riwayat stroke ringan 4 tahun yang lalu
Obyektif
Kompos Mentis, Tampak sakit sedang, Tekanan Darah : 140/90 mm Hg
Nadi : 95 kali per menit, tidak teratur, isi cukup. Suhu : 36.8 C
Pernapasan; 25 kali per menit, teratur, dalam, Torakoabdominal
Sa02: 99% dengan Nasal Kanul 4L/menit. JVP 5-0 cm H20, Batas Jantung melebar,
Pitting Edema. Pada pemeriksaan EKG didapatkan adanya Atrial Fibrilasi, serta Hipertofi
Ventrikel Kiri
Pada pemeriksaan foto thoraks didapatkan CTR>50%, Efusi Pleura minimal sinistra,
Pada ECG didapatkan EF 27.3%
Assesment
CHF NYHA Class 3
Atrial Fibrillation
Chronic Kidney Disease stage 3
Diabetes Mellitus type 2 tidak terkontrol
Dislipidemia
Hipertensi terkontrol sebagian
Hiperurisemia
Tatalaksana
Konsul dr Jusdiono SpJP
O2 4cc.menit
Valsartan 1x 80 mg
Furosemide 1x40 mg
Concor 1x 2.5 mg
8

Asam Folat 2x 1
Acarbose 3x 50
Gliquidone 3x 30 mg
Edukasi
Restriksi cairan dan garam
Restriksi protein

Pembahasan
1. Gagal Jantung
Berdasarkan kriteria Framingham, ada beberapa gejala pada pasien yang mengarah pada
Congestive Heart Failure:
Kriteria mayor: Paroksismal nocturnal dyspnea, kardiomegali ( dibuktikan

dengan ekg dan foto thorax)


Kriteria Minor: Edema ekstremitas, dyspnea d effort, efusi pleura

Pasien tersebut memenuhi kriteria framingham yang hanya membutuhkan 1 mayor dan 2
minor.
Selain itu, keluhan pasien diperkuat dengan ada pemeriksaan Echo yang menunjukkan EF
pasien di bawah 40%.
Gagal jantung yang dialami pasien dipikirkan karena pasien memiliki riwayat CAD di
masa lampau, serta memiliki DM dan Hipertensi yang tidak terkontrol.

Tatalaksana pasien secara umum sudah tepat. Pemberian 02, Valsartan 1x 80 mg yang
merupakan Angiotension Receptor Blocker , bisoprolol sebagai beta blocker, Furosemide
sebagai diuretic kuat, Spinorolaction yang merupakan diuretic hemat kalium merupakan
salah satu pencegah agar pasien tidak hypokalemia.
Meskipun begitu, pasien perlu dipantau ketat terutama balance cairan
2. Atrial Fibrilasi
Diagnosis ditegakkan berdasarkan ekg. Didapatkan adanya atrial fibrillasi
Berdasarkan kriteria chadvas didapatkan score 5 yaitu sangat tinggi resikonya untuk
stroke Penggunaan terapi antikoagulan sebaiknya diinisiasi. Namun perlu pengawasan
yang lebih ketat mengingat fungsi ginjal pasien kurang baik.

3. Diabetes Mellitus
Doagnosis diabetes Mellitus yang
dialami pasien ditegakkan dengan
pemeriksaan gula darah puasa yang
286. Hal ini menunjukkan kontrol
gula yang kurang baik. Mengingat
saat ini pasien sudah mendapat dua
macam obat Glikuidone 3x 30 mg,
dan acarbose 3x50 mg. Terapi ini merupakan terapi yang baik untuk pasien dengan
gangguan ginjal. Mengingat Glikuidone merupakan obat golongan sulfonylurea yang
relative aman untuk ginjal. Pada pasien ini disarankan untuk mengganti terapi ke insulin
berdasarkan step ladder untuk pasien ginjal. Agar kontrol gula nya baik.
Edukasi untuk pasien : Untuk sementara bed rest, namun perlu dilakukan aktivitas ringan
agar tidak terjadi ulkus dekubitus
4. Hipertensi
Dipikirkan atas dasar TD 140/90 mmHg
Tatalaksana pasien sudah tepat yaitu Valsartan 1x 80 mg yang merupakan Angiotension
Receptor Blocker , bisoprolol sebagai beta blocker, Furosemide sebagai diuretic kuat,
Spinorolaction yang merupakan diuretic hemat kalium merupakan salah satu pencegah
agar pasien tidak hypokalemia.
10

Edukasi kurang makanan asin dan banyak makanan mengandung pisang


5. Dislipidemia
Dislipidemia yang dialami pasien sebaiknya ditangani dengan pemberian HMG CoA
reductase atau Simvastatin 1x 20 mg.
6. Chronic Kidney Disease
Dipikirikan karena pasien mengalami DM dan Hipertensi yang cukup lama.
Dengan menggunakan rumus Cockroft Gault
LFG(ml/menit) = (140-Usia) x BB
Serum kreatinin x72
(140-69)x 72

= 43.5 CKD Stage 3

1.63 x72
Oleh karena itu sebaiknya pasien diberikan asam folat 3x5, dan vitamin b untuk
mencegah hiperhomosisteinemia, CAC03 sebagai posfat binding, serta obat ARB yang
diberikan kepada pasien dapat mencegah perburukan.
7. Hiperuricemia
Dipikirkan akibat dari komplikasi dari gagal ginjal. Pada pasien sebaiknya diberikan
Allopurinol 1x100mg

11

Landasan Teori
Gagal Jantung
Definisi:
Sindroma Klinis atau sekumpulan gejala yang ditandai dengan sesak napas dan fatique yang
disebabkan kelainan struktur maupun fungsi jantung
Paradigma Lama
Dulu Gagal Jantung dianggap merupakan berkurangnya kontraktilitas dan daya pompa sehingga
diperlukan inotropic untuk meningkatkannya dan diuretic serta vasodilator untuk mengurangi
beban ( Unload)
Paradigma baru
Gagal Jantung adalah remodeling progresif akibat penyakit pada miokard sehingga untuk
pencegahan dibutuhkan penghambat neurohormonal seperti ACE inhibitor, ARB atau beta
blocker disamping obat konvensional ( Diuretik dan Digitalis). Terdapat terapi terbaru seperti
Biventricular Pacing, RCT atau Recyncronizing cardiac therapy, intra cardiac defibrillator , LV
reconstruction surgery dan mioplasti

Klasifikasi
Beberapa istilah dalam gagal jantung
1. Gagal Jantung Sistolik dan Diastolik
Kedua jenis ini terjadi secara tumpang tindih secara anamnesis, pemeriksaan jasmani,
foto toraks, maupun ekg. Hanya dapat dibedakan melalui ECG.
Gagal Jantung sistolik adalah gagal jantung yang disebabkan gangguan jantung dalam
memompa sehingga curah jantung menurun,disertai kelemahan fisik, fatik, dan gangguan
hipoperfusi lainnya.
Gagal Jantung Diastolik adalah gangguan pengisian ventrikel maupun gangguan
relaksasi. Pada pemeriksaan Ekokardiografi dijumpai ejection fraction >50%. Diagnosis
ditegakkan menggunakan pemeriksaan ekokardiografi daerah mitral. Penatalaksaan untuk
mengurangi dan menghilangkan penyebab dari gangguan diastolic yang dapat diobati
12

dengan restriksi garam, maupun mengurangi heart rate dengan menggunakan penyekat
beta dan penyekat kalsium non dihidropiridin

2. Low output dan High output Heart Failure


Low output Heart Failure disebabkan oleh hipertensi, kardiomiopati, dilatasi, kelainan
katup. High output Heart Failure dikarenakan adanya penurunan resistensi vascular
sistemik misalnya anemia, hipertiroid, kehamilan dll.
3. Gagal Jantung Akut dan Kronik
Gagal Jantung Akut biasanya disebabkan oleh gangguan katup tiba tiba misalnya
endocarditis, trauma dan infark, menyebabkan penurunan tekanan darah tanpa edema
perifer
4. Gagal Jantung kiri dan kanan
Gagal jantung kiri diakibatkan kelemahan ventrikel, meningkatkan tekanan vena
pulmonalis menyebabkan pasien sesak napas

13

Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan jasmani, ekg, foto torak, ekokardiografi
Kriteria yang biasa dipakai adalah Framingham
Kriteria Mayor
Paroksismal nocturnal dyspnea
Distensi Vena Leher
Ronki Paru
Kardiomegali
Edema Paru Akut
S3 Gallop
Peninggian tekanan vena jugularis
Refluks Hepatojugular
Kriteria Minor

Edema malam hari


Batuk malam hari
Dispnea d effort
Hepatomegali
14

Efusi Pleura
Takikardia (> 120 menit)

Pada Gagal Jantung Kronis kita dapat mengklasifikasikan berdasarkan NYHA( New York Heart
Association
Klasifikasi Gagal Jantung berdasarkan NYHA

Avalaible
from:

http://reliantheart.com/heartassist5/left-ventricle-dysfunction/

Penatalaksanaan
Diuretik oral maupun parenteral merupakan ujung tombak hingga asites hilang. Penggunaan
ACE atau ARB dapat dimulai setelah asites atau edema hilang. Digitalis diberikan apabila
disertai aritmia supraventricular( AF atau SVT). Aldosteron antagonis dapat digunakan untuk
memperkuat efek diuretic dan mencegah hoppkalemia. Pengginaan Brain Neuritic Peptide masih
dalam penelitian. Penggunaan CRT maupun ICD dapat memperbaiki kualitas hidup seseorang.
Penggunaan Stem Cell dapat diupayakan untuk mengganti sel miokard yang sudah rusak, namun
masih terbatas dalam penggunaannya dan mahal biaya.
Atrial Fibrilasi

15

Atrial Fibrilasi merupakan aritmia supraventricular yang ditandai secara ekg dengan osilasi basal
yang rendah dan ritme ventricular yang ireguler (Gelombang f memiliki frekuensi 300-600 kali
per menit, dan memiliki variasi pada amplitude, bentuk dan timing.
Pada lead V1, gelombang f sering berbentuk seragam dan dan menitu gelombang flutter.
Frekuensi Ventrikular selama AF tanpa diikuti oleh obat obat dromotropic agent biasanya berlaku
100-160 kali per menit
Klasifikasi AF
Berdasarkan waktu kejadiannya, AF dapat dikelompokkan menjadi tiga. AF yang berlangsung
kurang dari 7 hari merupaka AF paroksimal tanpa dilakukan intervensi obat dan kardioversi,
sedangkan AF yang berlangsung lebih 7 hari merupakan AF persisten dengan menggunakan obat
dan kardioversi. AF yang berlangsung lebih dari 12 bulan dan tidak berubah dengan kardioversi
dan obat-obatan dapat dikategorikan sebagai AF permanen

Patofisiologi Atrial Fibrilation

16

Sumber :Braunwald 10th edition


Pemeriksaan EKG pada Atrial Fibrillation

Sumber :Braunwald 10th edition


Gejala dan tanda

17

Sebagian besar pasien tidak mengeluhkan gejala apa pun. Namun, pada beberapa pasien
ditemukan gejala berdebar-debar, mudah lelah, pingsan, angina, kongesti dan sinkop.
Tatalaksana
Jika kondisi pasien stabil maka tatalaksana pada pasien adalah mengendalikan laju ventrikel
sehingga membuat konversi menuju kearah sinus. Selain itu dapat diberikan terapi antikoagulan
untuk mencegah tromboemboli.
Pada pasien yang baru terdiagnosis AF dapat diberikan beta blocker atau ccb non dihidropiridin
seperti diltiazem dan verapamil. Pada pasien dengan resiko stroke dapat diberikan low molecular
weight heparin 1mg/kgBB kemudian diganti dengan warfarin dengan target INR 2-3 setelah 4-6
minggu.

Pertimbangan pemberian terapi antikoagulan pada AF


Pada pasien AF perlu dipikirkan pula resiko stroke serta tromboembolisme. Kriteria yang
digunakan adalah CHADS Score
Pasien memiliki resiko stroke yang rendah apabila Skor CHADS sama dengan 0, memiliki resiko
intermediate apabila skor CHADS adalah 1, dan memiliki resiko tinggi apabila memiliki skor
CHADS 2
Selain itu pada penggunaan terapi antiplatelet dana anti thrombus sering kali menimbulkan efek
samping perdarahan. Oleh karena itu, diperlukan stratifikasi resiko untuk perdarahan oleh karena
itu kriteria yang sering kali dipergunakan adalah HASBLED

18

Kriteria HASBLED digunakan berdasarkan penilaian faktor resiko misalkan hipertensi, fungsi
ginjal, fungsi hati, riwayat stroke, riwayat perdarahan, INR, penggunaan antiplatelet dan
penggunaan obat. Skor HASBLED > 3 mengindikasikan adanya resiko tinggi perdarahan
sehingga memerlukan pengawasan yang lebih ketat.
Farmakologi Obat Pengontrol pada AF

January CT. Wann L. 2014 AHA/ACC/HRS Guideline for the Management of Patients With
Atrial Fibrillation / A Report of the American College of Cardiology/American Heart Association
Task . Force on Practice Guidelines and the Heart Rhythm Society.Circulation 2014.

19

Diabetes Mellitus
Diabetes merupakan salah satu penyakit metabolik yang ditandai dengan keadaan hiperglikemia
yang disebabkan oleh penurunan resistensi insulin, dan penurunan sekresi insulin oleh sel beta
pancreas.1
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, proporsi Diabetes Mellitus di Indonesia
adalah 6,9%2. DKI Jakarta menduduki peringkat kedua dengan 2,5%. Prevalensi Diabetes
Mellitus di masyarakat saat ini selalu meningkat sesuai usia. Namun mengalami penurunan
setelah usia 65 tahun. Prevalensi DM cenderung lebih banyak menyerang wanita daripada pria,
kemudian DM juga lebih banyak menyerang masyarakat perkotaan daripada pedesaan 2. Menurut
Kemenkes , prevalensi DM di Indonesia ini akan diprediksi melunjak dari 8,4 juta pada tahun
2000 menjadi 21,3 juta pada tahun 2030. Hal ini meningkat sesuai dengan bertambahnya angka
harapan hidup dari populasi.
Klasifikasi Diabetes Mellitus

Sumber Konsensus Diabetes Mellitus Perkeni 2011


Diagnosis Diabetes Mellitus
Berdasarkan consensus diabetes mellitus dapat ditegakkan sebagai berikut:
20

Tatalaksana Diabetes Mellitus

Berdasarkan konsensus Diabetes Melitus tahun 2011, ada empat pilar penatalaksanaan
Diabetes Melitus. Pilar tersebut adalah tatalaksana farmakologi, olahraga, diet dan edukasi. Oleh
21

karena itu, kepatuhan dalam minum obat dan berobat sangat penting. Hal ini terutama aspek
farmakologi ( keteraturan minum obat), dan edukasi berkala.

Edukasi:

Minum obat teratur


Edukasi efek samping yang terjadi missal hipoglikemia, dan KAD
Olahraga 3 kali per hari tiap minggu minimal 30 menit
Diet DM

Hipertensi
Definisi:
Peningkatan tekanan darah >140 mmHg/90 mmHg secara kronis. Berdasarkan klasifikasi JNC
VII dapat diklasifikasikan Prehipertensi, hipertensi derajat 1 dan hipertensi derajat 2.
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dapat dikategorikan menjadi
1. Hipertensi Primer ( 80-95%)
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
2. Hipertensi Sekunder
Penyakit hipertensi yang terdapat kelainan yang mendasari misalnya stenosis arteri
renalis, penyakit parenkim ginjal, feokromositoma
Patogenesis
Hipertensi merupakan penyakit multifactorial. Terdapat beberapa mekanisme yang meningkatkan
tekanan darah:
Mekanisme neural, stress, meningkatkan saraf simpatis, variasi diurnal
Mekanisme renal : Asupan natrium yang tinggi dengan retensi cairna
Mekanisme vascular: Disfungsi Endotel
Mekanisme hormonal: Sistem Renin Angiotensin Aldosteron
Diagnosis Hipertensi
Anamnesis:
Sebagian besar asimtomatik. Beberapa di antaranya mengeluhkan adanya nyeri kepala dan
pandangan kabur. Perlu digali juga apakah ada penggunaan steroid, sakit kepala pakosimal, dan
takikardia ( feokromositoma) dan riwayat penyakit ginjal sebelumnya. Kemudia perlu
ditanyakan mengenai faktor resiko kardiovaskular lainnya misalnya dyslipidemia, obesitas ,
rokok, diabetes mellitus
Pemeriksaan Fisik: Nilai tekanan darah rerata dua kali penukuran pada setiap kali kunjungan >
140/90 mmHg pada dua atau lebih kunjungan. Pemeriksaan komplikasi hipertensi misalnya
edema tungkai,
22

Pemeriksaan Penunjang:
1. Pemeriksaan komplikasi yang sedang atau terjadi: DPL, Ureum, Creatinin, lemak darah,
gula darah, elektrolit kalsium
2. Pemeriksaan penunjang pada kecurigaan hipertensi sekunder
Hipertiroid: TSH, FT4, FT3
Hiperparatiroid Cad an kadar PTH
Hiperaldosteronisme: Peningkatan Kadar Plasma Na dan penurunan kadar Kalium
Feokromositoma: Kadar Metanefrin, CT Scan dan MRI Abdomen
Farmakologi obat anti Hipertensi

Sumber JNC VIII

23

Algoritma Tatalaksana Hipertensi

Sumber JNC VIII

24

Chronic Kidney Disease


Definisi:
Kelainan struktural atau fungsional ginjal yang berlangsung minimal selama 3 bulan. Kelainan
dapat berupa:
1. Kelainan struktural yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan laboratorium
(albuminuria,sedimen urin, kelainan elektrolit dan ginjal).
2. Gangguan Fungsi Ginjal dengan laju filtrasi glomerulus (LFG )<60 ml/menit/1.73 m2
Klasifikasi
Stadium Klasifikasi PGK adalah sebagai berikut:

Sumber Kaplan Hypertension


Cara Pengukuran LFG adalah menggunakan Rumus Cockroft Gault
LFG(ml/menit) = (140-Usia) x BB
Serum kreatinin x72

Hasilnya dikali 0.85 untuk jenis kelamin perempuan.


Patofisiologi:
PGK disebabkan oleh gangguan atau kerusakan ginjal terutama pada komponen filtrasi ginjal
seperti membrane basal glomerulus, sel endotel, dan sel podosit. Selain itu dapat disebabkan
mekanisme progresif dalam waktu lama.
25

Manifestasi Klinis:
Manifestasi Klinis GGK biasanya tidak spesifik dan ditemukan pada akhir penyakit. Pada awal
penyakit ini bersifat asimtomatik. Tanda dan gejala biasanya melibatkan beberapa sistem organ.

Gangguan keseimbangan cairan: edema perifer, efusi pleura, hipertensi, peningkatan JVP

dan asites.
Gangguan elektrolit dan asam basa: gejala asidosis metabolic, dan hiperposfatemia
Gangguan GI dan nutrisi
Kelainan kulit. Kulit kering , pucat , dan pruritus
Gangguan neuromuscular : Kelemahan otot, fasikulasi, ensefalopati uremikum
Gangguan hematologi: Anemia normositik nomokrom

Tatalaksana

Kontrol tekanan darah: Target tekanan darah (<130/80 mmHg)


Restriksi asupan protein
o PGK predialisis 0.6-0.75 g/KGBB/hari
o PGK dialysis 1.2-1.3 g/KgBB/hari
o PGK dialysis peritoneal 1.2 -1.3g/kgBB/hari
o Transplantasi ginjal 1.3 g/kgBB ideal/hari pada 6 minggu pertama dan dilanjutkan
0.8 g/kgBB/hari
Kontrol gula darah ( target HbA1c<7%)
Restriksi cairan
o PGK predialisis: tidak dibatasi dengan syarat produksi urin normal
o PGK dialysis 500ml/hari + produksi urin
o PGK dialysis peritoneal 1500-2000 ml/hari
Restriksi asupan garam
Terapi dyslipidemia (target LDL 100 mg/dl)

Tatalaksana komplikasi dari PGK

Anemia: Pemberian Eritropoetin atau EPO diberikan pada HB<10 dan Ht<30 dengan
dosis 2000-4000IU subuktan 2-3 kali per minggu selama 4 minggu. Dosis dapat
ditingkatkan hingga 50% . Apabila Hb naik 2.5 g/dl selama 4 minggu maka dosis dapat

dikurangi hingga 25%.


Asidosis Metabolik: Dapat diberikan kapsul Bicnat 3x2 tablet apabila kafar HC03< 22
mmol/Ldengan target 22-24 mmol/L
26

Hiporhomosistenemia pemberian asam folat 3x5 mg dan vitamin B12 500 pg untuk

mencegah atherosclerosis
Hiperposfatemia: Pemberian kalsium karbonat 3-6 gr tiap hari dan menurunkan kadar
posfat dalam darah

Pada pasien dengan PGK stadium 4 dapat dimulai persiapan terapi pengganti ginjal. Modalitas
yang dapat sebagai terapi adalah hemodialysis, CAPD, dan transplantasi ginjal.
Daftar Pustaka
1. James PA. Oparil S. Carter BL. Handler J.2014 Evidence based guidelines for the
management of high blood pressure in Adult. Report from panel members appointed
to the eight Joint National Committee (JNC VIII).JAMA.2014
2. Karchen TA. Hypertensive Vascular disease. Dalam Longo DL. Fauci AS.Kasper
DL.Hauser SL.Jameson JL. Harrison principles of Internal Medicine. Edisi ke 18.
New Yprk McGraw-Hills 2012
3. Fauci AS. Lane LC. Dalam Longo DL. Fauci AS.Kasper DL.Hauser SL.Jameson JL.
Harrison principles of Internal Medicine. Edisi ke 18. New Yprk McGraw-Hills 2012
4. McMurray. Adamopulos S.Anker SD.Aurrichio A.ESC Guidelines for the diagnosis
acute and chronic heart failure 2012: the task force for diagnosis in acute and chronic
heart failure 2012 European Society of Cardiology.Eur Heart J.2012:33:1787-847
5. Mann Dl, Chakinala M. Heart Failure. Dalam Longo DL. Fauci AS.Kasper
DL.Hauser SL.Jameson JL. Harrison principles of Internal Medicine. Edisi ke 18.
New Yprk McGraw-Hills 2012
6. Mancia G, Fagard R, Narkiewichz K. ESH/ESC Guideline for management of
Arterial Hypertension.J.Hypertens. 2013.31(7).p.1282-1356. Diunduh dari
http://www.esh2013.org/wordpress/wp-content/uploads/2013/06/ESC-ESHGuidelines-2013.pdf.

7. Marulam M Panggabean.Gagal Jantung. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke


IV.Interna Publishing. Jakarta. 2011.1132-1136
8. Morady F.Zipes, Atrial Fibrillation: Mechanism, Clinical Features and Management.
In: Braunwald Heart Disease 10th edition. New York. Elsevier .2015
9. January CT. Wann L. 2014 AHA/ACC/HRS Guideline for the Management of
Patients With Atrial Fibrillation / A Report of the American College of
Cardiology/American Heart Association Task . Force on Practice Guidelines and the

27

Heart Rhythm Society.Circulation 2014.

28

Anda mungkin juga menyukai