No RM 086315
Nama Pendamping:
2 Juli 2015
Neonatus
Bayi
Anak
Dewasa
Tinjauan Pustaka
Lansia
Bumil
Pustaka
Diskusi
Pembahasan:
Data pasien
Nama: Tn D
Presentasi
Pos
No registrasi
086315
Nama Tempat
Perawatan:
Ruang Rawat
Garuda
Data Utama
1. Gambaran Klinis
Pasien datang ke UGD RSAU Esnawan Halim dengan keluhan sesak yang memberat
sejak 1 minggu SMRS. Keluhan pertama kali dirasakan sejak 11 tahun yang lalu, dan
sering berulang. Sesak Napas dirasakan saat berjalan atau beraktivitas, dan membaik
saat beristirahat. Pasien terbiasa tidur dengan menggunakan 1 bantal per hari namun
bantal pasien tinggi. (Membuat sendiri). Sesak sudah dirasakan pasien pada saat
berpindah ke kamar kecil. Pasien sering terbangun karena sesak. Pasien juga
mengeluhkan kaki bengkak. Kaki bengkak yang dirasakan pasien berulang terakhir 23 minggu yang lalu. Pasien juga mengaku susah kencing. Kencing dirasakan pasien
makin sedikit. Mual (-), Muntah (-), Gatal-gatal (-), Penglihatan Kabur(-), Nyeri
Dada(-)Pasien juga mengeluh nyeri sendi sejak 3 minggu SMRS yang memberat.
2. Riwayat Pengobatan
Pasien biasa kontrol di Poli Jantung RSAU Esnawan Antariksa
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Diabetes Mellitus sejak 1 tahun yang lalu. Pasien biasa menggunakan obat Glikuidon
3x30 mg, dan Acarbose 3x 50 mg
Hipertensi sejak 11 tahun yang lalu. Pasien biasa menggunakan Valsartan 1x 80 mg
Stroke sejak 4 tahun yang lalu
Riwayat sakit jantung 11 tahun lalu
4. Riwayat Keluarga
Ibu Pasien mengalami Hipertensi
5. Riwayat Pekerjaan dan Sosial
Pasien merupakan pensiunan Buruh saat ini. Berobat dengan menggunakan BPJS
Pasien merupakan perokok berat sejak tahun 1955 hingga tahun 2004. 1-2 bungkus per
hari
6. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Kompos Mentis
Keadaaan umum: Tampak Sakit Sedang
Tekanan Darah : 140/90 mm Hg
Nadi : 95 kali per menit, tidak teratur, isi cukup
Suhu : 36.8 C
Pernapasan; 25 kali per menit, teratur, dalam, Torakoabdominal
Sa02: 99% dengan Nasal Kanul 4cc
Habitus: Kesan Piknikus
Status Generalis
Kulit
Kepala
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Inspeksi
Palpasi
kiri
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi : vesikuler +/+, rhonki /, wheezing /
Paru
Abdomen
Ekstremitas
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi rutin
Jenis Pemeriksaan
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
11 Juni 2015
12.7
37
8500
239000
Nilai Rujukan
13,0 16,0
40 48
7.500 10.000
150.000 400.000
Satuan
g/dL
%
/L
/L
11 Juni 2015
26
Nilai Rujukan
< 50
Satuan
mg/dL
Kimia Darah
Jenis Pemeriksaan
Ureum darah
Kreatinin darah
Asam urat
Trigliserida
Kolesterol total
Glukosa darah puasa
1.53
7,1
200
252
286
0,8 1,30
< 7,0
< 150
120 200
70 100
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
Nilai Rujukan
< 1.1
0,1-1,0
< 0,25
3.4-4.8
< 150
2.5-3.9
10-50
10-50
Satuan
mg/dL
mg/dL
mg/dL
g/dl
g/dL
u/L
u/L
u/L
LFG(ml/menit) = (140-Usia) x BB
Serum kreatinin x72
(140-69)x 72
1.63 x72
Faal Hati
Jenis Pemeriksaan
Bilirubin total
Bilirubin indirek
Bilirubin Direk
Prtotein Total
Albumin
Globulin
SGOT
SGPT
11 Juni 2015
1.0
0.6
0.4
5.9
3.9
2.0
14
20
EKG
Echocardiografi
EDD 62.6
EF 27%
Foto Toraks
Subyektif
7
Laki laki usia 69 tahun datang ke UGD RS Dr. Esnawan Antariksa dengan keluhan utama
sesak napas yang memberat sejak 1 minggu SMRS. Keluhan pertama kali dirasakan sejak
11 tahun yang lalu, dan sering berulang. Sesak Napas dirasakan saat berjalan atau
beraktivitas, dan membaik saat beristirahat. Pasien terbiasa tidur dengan menggunakan 1
bantal per hari namun bantal pasien tinggi. (Membuat sendiri). Sesak sudah dirasakan
pasien pada saat berpindah ke kamar kecil. Pasien sering terbangun karena sesak. Pasien
juga mengeluhkan kaki bengkak. Kaki bengkak yang dirasakan pasien berulang terakhir
2-3 minggu yang lalu. Pasien juga mengaku susah kencing. Kencing dirasakan pasien
makin sedikit. Mual (-), Muntah (-), Gatal-gatal (-), Penglihatan Kabur(-), Nyeri
Dada(-)Pasien juga mengeluh nyeri sendi sejak 3 minggu SMRS yang memberat.
Diabetes Mellitus sejak 1 tahun yang lalu. Pasien biasa menggunakan obat Glikuidon
3x30 mg, dan Acarbose 3x 50 mg. Hipertensi sejak 11 tahun yang lalu. Pasien biasa
menggunakan Valsartan 1x 80 mg. Pasien riwayat stroke ringan 4 tahun yang lalu
Obyektif
Kompos Mentis, Tampak sakit sedang, Tekanan Darah : 140/90 mm Hg
Nadi : 95 kali per menit, tidak teratur, isi cukup. Suhu : 36.8 C
Pernapasan; 25 kali per menit, teratur, dalam, Torakoabdominal
Sa02: 99% dengan Nasal Kanul 4L/menit. JVP 5-0 cm H20, Batas Jantung melebar,
Pitting Edema. Pada pemeriksaan EKG didapatkan adanya Atrial Fibrilasi, serta Hipertofi
Ventrikel Kiri
Pada pemeriksaan foto thoraks didapatkan CTR>50%, Efusi Pleura minimal sinistra,
Pada ECG didapatkan EF 27.3%
Assesment
CHF NYHA Class 3
Atrial Fibrillation
Chronic Kidney Disease stage 3
Diabetes Mellitus type 2 tidak terkontrol
Dislipidemia
Hipertensi terkontrol sebagian
Hiperurisemia
Tatalaksana
Konsul dr Jusdiono SpJP
O2 4cc.menit
Valsartan 1x 80 mg
Furosemide 1x40 mg
Concor 1x 2.5 mg
8
Asam Folat 2x 1
Acarbose 3x 50
Gliquidone 3x 30 mg
Edukasi
Restriksi cairan dan garam
Restriksi protein
Pembahasan
1. Gagal Jantung
Berdasarkan kriteria Framingham, ada beberapa gejala pada pasien yang mengarah pada
Congestive Heart Failure:
Kriteria mayor: Paroksismal nocturnal dyspnea, kardiomegali ( dibuktikan
Pasien tersebut memenuhi kriteria framingham yang hanya membutuhkan 1 mayor dan 2
minor.
Selain itu, keluhan pasien diperkuat dengan ada pemeriksaan Echo yang menunjukkan EF
pasien di bawah 40%.
Gagal jantung yang dialami pasien dipikirkan karena pasien memiliki riwayat CAD di
masa lampau, serta memiliki DM dan Hipertensi yang tidak terkontrol.
Tatalaksana pasien secara umum sudah tepat. Pemberian 02, Valsartan 1x 80 mg yang
merupakan Angiotension Receptor Blocker , bisoprolol sebagai beta blocker, Furosemide
sebagai diuretic kuat, Spinorolaction yang merupakan diuretic hemat kalium merupakan
salah satu pencegah agar pasien tidak hypokalemia.
Meskipun begitu, pasien perlu dipantau ketat terutama balance cairan
2. Atrial Fibrilasi
Diagnosis ditegakkan berdasarkan ekg. Didapatkan adanya atrial fibrillasi
Berdasarkan kriteria chadvas didapatkan score 5 yaitu sangat tinggi resikonya untuk
stroke Penggunaan terapi antikoagulan sebaiknya diinisiasi. Namun perlu pengawasan
yang lebih ketat mengingat fungsi ginjal pasien kurang baik.
3. Diabetes Mellitus
Doagnosis diabetes Mellitus yang
dialami pasien ditegakkan dengan
pemeriksaan gula darah puasa yang
286. Hal ini menunjukkan kontrol
gula yang kurang baik. Mengingat
saat ini pasien sudah mendapat dua
macam obat Glikuidone 3x 30 mg,
dan acarbose 3x50 mg. Terapi ini merupakan terapi yang baik untuk pasien dengan
gangguan ginjal. Mengingat Glikuidone merupakan obat golongan sulfonylurea yang
relative aman untuk ginjal. Pada pasien ini disarankan untuk mengganti terapi ke insulin
berdasarkan step ladder untuk pasien ginjal. Agar kontrol gula nya baik.
Edukasi untuk pasien : Untuk sementara bed rest, namun perlu dilakukan aktivitas ringan
agar tidak terjadi ulkus dekubitus
4. Hipertensi
Dipikirkan atas dasar TD 140/90 mmHg
Tatalaksana pasien sudah tepat yaitu Valsartan 1x 80 mg yang merupakan Angiotension
Receptor Blocker , bisoprolol sebagai beta blocker, Furosemide sebagai diuretic kuat,
Spinorolaction yang merupakan diuretic hemat kalium merupakan salah satu pencegah
agar pasien tidak hypokalemia.
10
1.63 x72
Oleh karena itu sebaiknya pasien diberikan asam folat 3x5, dan vitamin b untuk
mencegah hiperhomosisteinemia, CAC03 sebagai posfat binding, serta obat ARB yang
diberikan kepada pasien dapat mencegah perburukan.
7. Hiperuricemia
Dipikirkan akibat dari komplikasi dari gagal ginjal. Pada pasien sebaiknya diberikan
Allopurinol 1x100mg
11
Landasan Teori
Gagal Jantung
Definisi:
Sindroma Klinis atau sekumpulan gejala yang ditandai dengan sesak napas dan fatique yang
disebabkan kelainan struktur maupun fungsi jantung
Paradigma Lama
Dulu Gagal Jantung dianggap merupakan berkurangnya kontraktilitas dan daya pompa sehingga
diperlukan inotropic untuk meningkatkannya dan diuretic serta vasodilator untuk mengurangi
beban ( Unload)
Paradigma baru
Gagal Jantung adalah remodeling progresif akibat penyakit pada miokard sehingga untuk
pencegahan dibutuhkan penghambat neurohormonal seperti ACE inhibitor, ARB atau beta
blocker disamping obat konvensional ( Diuretik dan Digitalis). Terdapat terapi terbaru seperti
Biventricular Pacing, RCT atau Recyncronizing cardiac therapy, intra cardiac defibrillator , LV
reconstruction surgery dan mioplasti
Klasifikasi
Beberapa istilah dalam gagal jantung
1. Gagal Jantung Sistolik dan Diastolik
Kedua jenis ini terjadi secara tumpang tindih secara anamnesis, pemeriksaan jasmani,
foto toraks, maupun ekg. Hanya dapat dibedakan melalui ECG.
Gagal Jantung sistolik adalah gagal jantung yang disebabkan gangguan jantung dalam
memompa sehingga curah jantung menurun,disertai kelemahan fisik, fatik, dan gangguan
hipoperfusi lainnya.
Gagal Jantung Diastolik adalah gangguan pengisian ventrikel maupun gangguan
relaksasi. Pada pemeriksaan Ekokardiografi dijumpai ejection fraction >50%. Diagnosis
ditegakkan menggunakan pemeriksaan ekokardiografi daerah mitral. Penatalaksaan untuk
mengurangi dan menghilangkan penyebab dari gangguan diastolic yang dapat diobati
12
dengan restriksi garam, maupun mengurangi heart rate dengan menggunakan penyekat
beta dan penyekat kalsium non dihidropiridin
13
Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan jasmani, ekg, foto torak, ekokardiografi
Kriteria yang biasa dipakai adalah Framingham
Kriteria Mayor
Paroksismal nocturnal dyspnea
Distensi Vena Leher
Ronki Paru
Kardiomegali
Edema Paru Akut
S3 Gallop
Peninggian tekanan vena jugularis
Refluks Hepatojugular
Kriteria Minor
Efusi Pleura
Takikardia (> 120 menit)
Pada Gagal Jantung Kronis kita dapat mengklasifikasikan berdasarkan NYHA( New York Heart
Association
Klasifikasi Gagal Jantung berdasarkan NYHA
Avalaible
from:
http://reliantheart.com/heartassist5/left-ventricle-dysfunction/
Penatalaksanaan
Diuretik oral maupun parenteral merupakan ujung tombak hingga asites hilang. Penggunaan
ACE atau ARB dapat dimulai setelah asites atau edema hilang. Digitalis diberikan apabila
disertai aritmia supraventricular( AF atau SVT). Aldosteron antagonis dapat digunakan untuk
memperkuat efek diuretic dan mencegah hoppkalemia. Pengginaan Brain Neuritic Peptide masih
dalam penelitian. Penggunaan CRT maupun ICD dapat memperbaiki kualitas hidup seseorang.
Penggunaan Stem Cell dapat diupayakan untuk mengganti sel miokard yang sudah rusak, namun
masih terbatas dalam penggunaannya dan mahal biaya.
Atrial Fibrilasi
15
Atrial Fibrilasi merupakan aritmia supraventricular yang ditandai secara ekg dengan osilasi basal
yang rendah dan ritme ventricular yang ireguler (Gelombang f memiliki frekuensi 300-600 kali
per menit, dan memiliki variasi pada amplitude, bentuk dan timing.
Pada lead V1, gelombang f sering berbentuk seragam dan dan menitu gelombang flutter.
Frekuensi Ventrikular selama AF tanpa diikuti oleh obat obat dromotropic agent biasanya berlaku
100-160 kali per menit
Klasifikasi AF
Berdasarkan waktu kejadiannya, AF dapat dikelompokkan menjadi tiga. AF yang berlangsung
kurang dari 7 hari merupaka AF paroksimal tanpa dilakukan intervensi obat dan kardioversi,
sedangkan AF yang berlangsung lebih 7 hari merupakan AF persisten dengan menggunakan obat
dan kardioversi. AF yang berlangsung lebih dari 12 bulan dan tidak berubah dengan kardioversi
dan obat-obatan dapat dikategorikan sebagai AF permanen
16
17
Sebagian besar pasien tidak mengeluhkan gejala apa pun. Namun, pada beberapa pasien
ditemukan gejala berdebar-debar, mudah lelah, pingsan, angina, kongesti dan sinkop.
Tatalaksana
Jika kondisi pasien stabil maka tatalaksana pada pasien adalah mengendalikan laju ventrikel
sehingga membuat konversi menuju kearah sinus. Selain itu dapat diberikan terapi antikoagulan
untuk mencegah tromboemboli.
Pada pasien yang baru terdiagnosis AF dapat diberikan beta blocker atau ccb non dihidropiridin
seperti diltiazem dan verapamil. Pada pasien dengan resiko stroke dapat diberikan low molecular
weight heparin 1mg/kgBB kemudian diganti dengan warfarin dengan target INR 2-3 setelah 4-6
minggu.
18
Kriteria HASBLED digunakan berdasarkan penilaian faktor resiko misalkan hipertensi, fungsi
ginjal, fungsi hati, riwayat stroke, riwayat perdarahan, INR, penggunaan antiplatelet dan
penggunaan obat. Skor HASBLED > 3 mengindikasikan adanya resiko tinggi perdarahan
sehingga memerlukan pengawasan yang lebih ketat.
Farmakologi Obat Pengontrol pada AF
January CT. Wann L. 2014 AHA/ACC/HRS Guideline for the Management of Patients With
Atrial Fibrillation / A Report of the American College of Cardiology/American Heart Association
Task . Force on Practice Guidelines and the Heart Rhythm Society.Circulation 2014.
19
Diabetes Mellitus
Diabetes merupakan salah satu penyakit metabolik yang ditandai dengan keadaan hiperglikemia
yang disebabkan oleh penurunan resistensi insulin, dan penurunan sekresi insulin oleh sel beta
pancreas.1
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, proporsi Diabetes Mellitus di Indonesia
adalah 6,9%2. DKI Jakarta menduduki peringkat kedua dengan 2,5%. Prevalensi Diabetes
Mellitus di masyarakat saat ini selalu meningkat sesuai usia. Namun mengalami penurunan
setelah usia 65 tahun. Prevalensi DM cenderung lebih banyak menyerang wanita daripada pria,
kemudian DM juga lebih banyak menyerang masyarakat perkotaan daripada pedesaan 2. Menurut
Kemenkes , prevalensi DM di Indonesia ini akan diprediksi melunjak dari 8,4 juta pada tahun
2000 menjadi 21,3 juta pada tahun 2030. Hal ini meningkat sesuai dengan bertambahnya angka
harapan hidup dari populasi.
Klasifikasi Diabetes Mellitus
Berdasarkan konsensus Diabetes Melitus tahun 2011, ada empat pilar penatalaksanaan
Diabetes Melitus. Pilar tersebut adalah tatalaksana farmakologi, olahraga, diet dan edukasi. Oleh
21
karena itu, kepatuhan dalam minum obat dan berobat sangat penting. Hal ini terutama aspek
farmakologi ( keteraturan minum obat), dan edukasi berkala.
Edukasi:
Hipertensi
Definisi:
Peningkatan tekanan darah >140 mmHg/90 mmHg secara kronis. Berdasarkan klasifikasi JNC
VII dapat diklasifikasikan Prehipertensi, hipertensi derajat 1 dan hipertensi derajat 2.
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dapat dikategorikan menjadi
1. Hipertensi Primer ( 80-95%)
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
2. Hipertensi Sekunder
Penyakit hipertensi yang terdapat kelainan yang mendasari misalnya stenosis arteri
renalis, penyakit parenkim ginjal, feokromositoma
Patogenesis
Hipertensi merupakan penyakit multifactorial. Terdapat beberapa mekanisme yang meningkatkan
tekanan darah:
Mekanisme neural, stress, meningkatkan saraf simpatis, variasi diurnal
Mekanisme renal : Asupan natrium yang tinggi dengan retensi cairna
Mekanisme vascular: Disfungsi Endotel
Mekanisme hormonal: Sistem Renin Angiotensin Aldosteron
Diagnosis Hipertensi
Anamnesis:
Sebagian besar asimtomatik. Beberapa di antaranya mengeluhkan adanya nyeri kepala dan
pandangan kabur. Perlu digali juga apakah ada penggunaan steroid, sakit kepala pakosimal, dan
takikardia ( feokromositoma) dan riwayat penyakit ginjal sebelumnya. Kemudia perlu
ditanyakan mengenai faktor resiko kardiovaskular lainnya misalnya dyslipidemia, obesitas ,
rokok, diabetes mellitus
Pemeriksaan Fisik: Nilai tekanan darah rerata dua kali penukuran pada setiap kali kunjungan >
140/90 mmHg pada dua atau lebih kunjungan. Pemeriksaan komplikasi hipertensi misalnya
edema tungkai,
22
Pemeriksaan Penunjang:
1. Pemeriksaan komplikasi yang sedang atau terjadi: DPL, Ureum, Creatinin, lemak darah,
gula darah, elektrolit kalsium
2. Pemeriksaan penunjang pada kecurigaan hipertensi sekunder
Hipertiroid: TSH, FT4, FT3
Hiperparatiroid Cad an kadar PTH
Hiperaldosteronisme: Peningkatan Kadar Plasma Na dan penurunan kadar Kalium
Feokromositoma: Kadar Metanefrin, CT Scan dan MRI Abdomen
Farmakologi obat anti Hipertensi
23
24
Manifestasi Klinis:
Manifestasi Klinis GGK biasanya tidak spesifik dan ditemukan pada akhir penyakit. Pada awal
penyakit ini bersifat asimtomatik. Tanda dan gejala biasanya melibatkan beberapa sistem organ.
Gangguan keseimbangan cairan: edema perifer, efusi pleura, hipertensi, peningkatan JVP
dan asites.
Gangguan elektrolit dan asam basa: gejala asidosis metabolic, dan hiperposfatemia
Gangguan GI dan nutrisi
Kelainan kulit. Kulit kering , pucat , dan pruritus
Gangguan neuromuscular : Kelemahan otot, fasikulasi, ensefalopati uremikum
Gangguan hematologi: Anemia normositik nomokrom
Tatalaksana
Anemia: Pemberian Eritropoetin atau EPO diberikan pada HB<10 dan Ht<30 dengan
dosis 2000-4000IU subuktan 2-3 kali per minggu selama 4 minggu. Dosis dapat
ditingkatkan hingga 50% . Apabila Hb naik 2.5 g/dl selama 4 minggu maka dosis dapat
Hiporhomosistenemia pemberian asam folat 3x5 mg dan vitamin B12 500 pg untuk
mencegah atherosclerosis
Hiperposfatemia: Pemberian kalsium karbonat 3-6 gr tiap hari dan menurunkan kadar
posfat dalam darah
Pada pasien dengan PGK stadium 4 dapat dimulai persiapan terapi pengganti ginjal. Modalitas
yang dapat sebagai terapi adalah hemodialysis, CAPD, dan transplantasi ginjal.
Daftar Pustaka
1. James PA. Oparil S. Carter BL. Handler J.2014 Evidence based guidelines for the
management of high blood pressure in Adult. Report from panel members appointed
to the eight Joint National Committee (JNC VIII).JAMA.2014
2. Karchen TA. Hypertensive Vascular disease. Dalam Longo DL. Fauci AS.Kasper
DL.Hauser SL.Jameson JL. Harrison principles of Internal Medicine. Edisi ke 18.
New Yprk McGraw-Hills 2012
3. Fauci AS. Lane LC. Dalam Longo DL. Fauci AS.Kasper DL.Hauser SL.Jameson JL.
Harrison principles of Internal Medicine. Edisi ke 18. New Yprk McGraw-Hills 2012
4. McMurray. Adamopulos S.Anker SD.Aurrichio A.ESC Guidelines for the diagnosis
acute and chronic heart failure 2012: the task force for diagnosis in acute and chronic
heart failure 2012 European Society of Cardiology.Eur Heart J.2012:33:1787-847
5. Mann Dl, Chakinala M. Heart Failure. Dalam Longo DL. Fauci AS.Kasper
DL.Hauser SL.Jameson JL. Harrison principles of Internal Medicine. Edisi ke 18.
New Yprk McGraw-Hills 2012
6. Mancia G, Fagard R, Narkiewichz K. ESH/ESC Guideline for management of
Arterial Hypertension.J.Hypertens. 2013.31(7).p.1282-1356. Diunduh dari
http://www.esh2013.org/wordpress/wp-content/uploads/2013/06/ESC-ESHGuidelines-2013.pdf.
27
28