Anda di halaman 1dari 34

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuhan segera bayi baru lahir merupakan asuhan yang diberikan pada
bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar bayi baru
lahir akan menunjukkan usaha pernapasan spontan dengan sedikit bantuan
atau gangguan. Asuhan bayi baru lahir meliputi klem dan potong tali pusat,
jagalah bayi agar tetap hangat, kontak dini dengan ibu, pernafasan, perawatan
mata, pertahankan suhu tubuh bayi, pemeriksaan fisik bayi, dan berikan
vitamin K1 pada bayi (Abdul Bari, 2002). Semua bayi baru lahir harus
diberikan vitamin K1 injeksi 1mg intramuskuler di paha kiri sesegera mungkin
untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir akibat defisiensi vitamin K1 yang
dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir (JNPK-KR, 2008). Vitamin K1
adalah nama generik untuk beberapa bahan yang diperlukan dalam pembekuan
darah yang normal. Bentuk dasarnya adalah vitamin K1, yang terapat dalam
tumbuhan, terutama sayuran berdaun hijau (Handriani Kristanti, 2010).
Vitamin K1 merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak. Hampir
semua di dunia merekomendasikan pemberian profilaksis vitamin K1 pada
bayi baru lahir (Depertemen Kesehatan, 2004).
Vitamin K1 diberikan guna mencegah terjadinya perdarahan akibat
defisiensi vitamin K1 (PDVK). Manifestasi klinik yang sering ditemukan
pada bayi bayi yang menderita kekurangan vitamin K1 adalah perdarahan,
pucat, dan pembesaran liver ringan. Perdarahan bisa terjadi spontan atau
akibat trauma, terutama pada proses kelahiran. Kebanyakan kasus perdarahan
terjadi dikulit, mata, hidung, dan saluran cerna. Kekurangan vitamin K1

mengakibatkan komplikasi perdarahan dalam otak sang bayi dengan angka


kejadian sekitar 63 %, gejala yang timbul bila terjadi perdarahan dalam otak
adalah sakit kepala, muntah, ubun ubun menonjol, pucat hingga kejang
(Ilmu Kesehatan Anak, 2004).
Para ahli menganjurkan pemberian vitamin K1 pada bayi baru lahir sebab
1

bayi baru lahir cenderung memiliki kadar vitamin K1 dan cadangan vitamin
K1 dalam hati yang relatif lebih rendah. Sementara itu kandungan vitamin K1
berasal dari air susu ibu (ASI) rendah, sedangkan kandungan vitamin K1 dari
makanan tambahan dan sayuran belum dimulai. Hal inilah yang menyebabkan
bayi cenderung mengalami defisiensi vitamin K1 sehingga berisiko tinggi
untuk mengalami perdarahan intrakranial (Anonymous, 2007).
Di beberapa negara Asia angka kesakitan bayi karena perdarahan akibat
defisiensi vitamin K1 (PDVK) berkisar 1: 1.200 sampai 1: 1.400 kelahiran
hidup, angka tersebut dapat turun menjadi 10: 100.000 kelahiran hidup dengan
pemberian 1,2 profilaksis vitamin K1 pada bayi baru lahir. Permasalahan
akibat perdarahan defisiensi vitamin K1 adalah terjadinya perdarahan otak
dengan angka kejadian 10-50% yang umumnya terjadi pada bayi dalam
rentang umur 6 bulan sampai 2 tahun, dengan akibat angka kecacatan 30-50%
(Ilmu Kesehatan Anak, 2004).
Vitamin K1 ditemukan pada tahun 1935 oleh Dam Cs, dari hasil
penemuannya dapat ditentukan bahwa vitamin K1 merupakan salah satu
vitamin yang larut dalam lemak (Saifuddin, Abdul Bari. 2007).
Di negara Amerika Serikat ditemukan, frekuensi perdarahan akibat
defisiensi vitamin K1 yang dilaporkan bervariasi antara 0,25-1,7%. Angka
kejadian perdarahan akibat de fisiensi vitamin K1 ditemukan lebih tinggi pada

daerah daerah yang tidak memberikan profilaksis vitamin K1 secara rutin


pada bayi baru lahir. Berdasarkan hasil survei di Jepang ditemukan kasus
komplikasi perdarahan intrakranial sebesar 81%, sedangkan di negara
Thailand angka kejadian perdarahan intrakranial karena perdarahan akibat
defisiensi vitamin K1 sebanyak 82% atau 524 kasus dari 641 penderita
defisiensi vitamin K1. Angka kejadian pada kedua negara ini menurun setelah
diperkenalkannya pemberian profilaksis pada semua bayi baru lahir (Ilmu
Kesehatan Anak, 2004).
Pada studi selama 10 tahun melibatkan 72.000 orang di AS, diketahui
bahwa orang yang kebutuhan vitamin K1 nya tercukupi akan 33% lebih
rendah mengalami patah tulang pinggang. Vitamin K1 juga mencegah sitokin,
pembawa pesan yang jumlahnya makin meningkat dan menyebabkan
pembengkakan sambungan tulang saat tubuh menua (Woman, 2005).
Indonesia adalah negara yang sedang berkembang yang mempunyai
angka kematian bayi (AKB) 41,4 per 1.000 kelahiran hidup yang
diproyeksikan akan menjadi 18 per 1.000 kelahiran hidup (tahun 2025)
sehingga perlu upaya yang keras dalam mencapai sasaran tersebut. Salah satu
upaya menurunkan angka kematian bayi adalah dengan mencegah terjadinya
perdarahan otak pada bayi baru lahir sebagai akibat kekurangan vitamin K1.
Di Indonesia sampai saat ini belum ada data secara nasional mengenai angka
kejadian perdarahan akibat defisiensi vitamin K1 pada bayi baru lahir. Data
yang ada berasal dari tiap tiap rumah sakit, antara lain dari bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo tahun 2000-2001 terdapat 35 kasus. 31 kasus (81%)

mengalami komplikasi perdarahan intrakranial dengan angka kematian 20%.


Pada kurun waktu 2002-2003 di temukan 10 kasus dan 7 kasus perdarahan
akibat defisiensi vitamin K1 di RSUP Dr. Soetomo-Surabaya dengan angka
kematian 3%, 3 kasus di RSU Dr. Sardjito-Yokyakarta, 6 kasus di RSU Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makasar. (Ilmu Kesehatan Anak, 2004).
Praktek perawatan persalinan, klinik ibu bersalin dan juga prilaku petugas
kesehatan masih ada yang tidak memberikan vitamin K1 pada bayi baru lahir,
maka dari itu diperlukan pengetahuan tentang vitamin K1 melalui upaya
peningkatan pengetahuan yaitu kegiatan yang dapat mendorong tercapainya
kesehatan. Cakupan vitamin K1 di Kabuapten Konawe pada tahun 2012
sebanyak 5950 bayi. Untuk wilaya kerja Puskesmas Lambuya tahun 2012
jumlah bayi 161 yang mendapatkan vitamin K1 sebanyak 111 bayi sedangkan
yang tidak mendapatkan vitamin K1 sebanya 50 bayi baru lahir.
Dari data tersebut peneliti tertarik untuk meneliti Gambaran Tingkat
Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemberian Vitamin K1 Pada Bayi Baru Lahir
di Wilayah Kerja Puskesmas Lambuya Kabupaten Konawe Tahun 2013 .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dirumusan masalahnya adalah sebagai berikut
Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian
vitamin K1 pada bayi baru lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Lambuya
Kabupaten Konawe Tahun 2013.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang


pemberian vitamin K1 pada bayi baru lahir di Wilayah Kerja Puskesmas
Lambuya Kabupaten Konawe Tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat tahu ibu tentang vitamin K1 pada bayi baru
lahir.
b. Untuk mengetahui tingkat memahami ibu tentang vitamin K1 pada
bayi baru lahir.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan referensi untuk mendapatkan gambaran tingkat
pengetahuan ibu hamil tentang pemberian vitamin K1 pada bayi baru
lahir.
b. Sebagai dasar teori bagi pengembangan penelitian lebih lanjut yang
relevan
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan informasi bagi dunia kesehatan khususnya dokter,
perawat, dan praktisi di dunia kesehatan.
c. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat luas tentang vitamin K1 pada
bayi baru lahir.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang hampir mirip dengan penelitian ini adalah penelitian dari :
Rosalina Wulandari tahun 2008 dengan judul Hubungan Tingkat
Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Imunusasi TT dengan Status
Imunisasi TT Ibu Hamil di Kelurahan Rejomulyo Wilayah Puskesmas Karang

Doro Semarang Timur. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan
pendekatan retrospektif. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 20 responden.
Hasil penelitian yang didapatkan adalah dari 20 responden memiliki
pengetahuan baik 9 responden (45%), memiliki pengetahuan cukup 7
responden (35%), memiliki pengetahuan kurang 4 responden (20%).
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada metode, waktu,
tempat dan subyek penelitian. Penelitian yang akan dilakukan merupakan
penelitian deskriptif, variabel. Penelitian meliputi Pengetahuan Ibu Hamil
Tentang Pemberian Vitamin K1 Pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja
Puskesmas Lambuya Kabupaten Konawe tahun 2013.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Bayi Baru Lahir (BBL)
1. Defenisi Bayi Baru Lahir
Periode bayi baru lahir atau neonatal adalah bulan pertama kehidupan
(Maryunani & Nurhayati, 2008). Berat rata-rata bayi yang lahir cukup
bulan adalah 3,5 3,75 kg dan panjang 50 cm (Simkin, Penny 2007).
Bayi baru lahir memiliki kompetensi perilaku dan kesiapan interaksi
sosial. Periode neonatal yang berlangsung sejak bayi lahir sampai usianya
28 hari, merupakan waktu berlangsungnya perubahan fisik yang dramatis
pada bayi baru lahir (Bobak dkk, 2005). Pada masa ini, organ bayi
mengalami penyesuaian dengan keadaan di luar kandungan, ini diperlukan
untuk kehidupan selanjutnya (Maryunani & Nurhayati, 2008).
2. Adaptasi Kehidupan Ekstra Uteri
Periode neonatal adalah periode 28 hari pertama setelah bayi
dilahirkan, selama periode ini bayi harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan ekstra uteri. Bayi harus berupaya agar fungsi-fungsi tubuhnya
menjadi efektif sebagai individu yang unik. Respirasi, pencernaan dan
kebutuhan untuk regulasi harus bisa dilakukan sendiri (Gorrie et al, 2001).
Masa transisi dari periode fetus ke kehidupan bayi baru lahir
merupakan periode kritis karena harus beradaptasi terhadap lingkungan
baru.

Mekanisme

hemodinamik

dan

thermoregulasi

mendukung

keberhasilan beradaptasi dengan lingkungan ekstra uteri (Simpson &


Creehan, 2001).

Dalam uterus semua kebutuhan janin secara sempurna dilayani pada


kondisi normal yaitu nutrisi dan oksigen disuplai oleh sirkulasi ibu melalui
plasenta, produk buangan tubuh dikeluarkan dari janin melalui plasenta,
lingkungan yang aman disekat oleh plasenta, membran dan cairan amnion
untuk menghindari syok dan trauma, infeksi dan perubahan dalam
temperatur (Maryunani & Nurhayati, 2008). Di dalam uterus bayi juga
hidup di lingkungan yang terlindung dengan suhu terkontrol, kedap suara,
terapung dalam suatu genangan cairan hangat, dan memperoleh pasokan
untuk semua kebutuhan fisiknya (Miriam, 2003).
Elemen-elemen kunci dalam transisi kelahiran adalah pergeseran dari
oksigenasi maternal bergantung pada respirasi terus-menerus, perubahan
dari peredaran janin untuk dewasa sirkulasi dengan meningkatnya aliran
darah paru dan hilangnya kiri ke kanan melangsir, dimulainya homeostatis
glukosa independen, termoregulasi independen, dan oral menyusui
(Glutckman & Basset dalam Matson & Smith, 2004). Adaptasi fisiologis
dianggap lengkap bila tanda-tanda vital, pemberian makan, dan
pencernaan dan fungsi ginjal normal (Kelly dalam Matson & Smith,
2004). Pengamatan adaptasi bayi ke kehidupan extra uterin sangat penting
untuk mengidentifikasi masalah dalam transisi dan melakukan intervensi.

B. Tinjauan Tentang Vitamin K1


1. Pengertian

Vitamin K1 (phylloquinone atau phytonadione) adalah nutrisi alami


yang ditemukan dalam sayuran berdaun hijau, seperti selada, kubis,
brokoli, bayam, dan lobak hijau. Beberapa minyak, seperti minyak kedelai
dan minyak zaitun, mengandung jumlah kecil vitamin K1. (Wahab,2006).
Vitamin K1 adalah vitamin yang larut dalam lemak, yang berperan
dalam modifikasi dan aktifitas beberapa protein yang berperan dalam
pembekuan darah (Almatsier, 2003).
2. Manfaat
Manfaat pemberian vitamin K1 pada bayi baru lahir adalah untuk
mencegah terjadinya perdarahan intrakranial, mencegah terjadinya
perdarahan tali pusat, mencegah terjadinya perdarahan yang terlihat
dikulit, mencegah terjadinya perdarahan pada buang air besar dan
mencegah terjadinya perdarahan pada saat muntah (Pandri, 2008).
Manfaat vitamin K1 untuk tubuh dapat digolongkan penting yaitu
dalam pembentukan potrombin, jelasnya penting dalam proses koagulasi
(penggumpulan) darah (Kartasapoetra, 2005).
Sedangkan menurut Woman (2005) manfaat vitamin K adalah bisa
untuk menangani beberapa jenis kanker, sebab vitamin K1 bertindak
sebagai racun bagi sel-sel yang sehat. Vitamin K1 juga berperan mencegah
penyakit Alzheimer sebab ikut mengontrol kadar gula darah sehingga tidak
terjadi diabetes.
Manfaat dari vitamin K1 pada bayi baru lahir masih belum banyak
disadari oleh pihak orang tua, padahal jika perdarahan akibat defisiensi ini
terjadi diotak maka bayi yang bersangkutan bisa mengalami cacat otak.
Jika bayi mengalami defisiensi vitamin K1 risikonya cukup besar. Itu

10

sebabnya pada bayi yang belum lahir perlu diberi tambahan vitamin K1,
baik melalui suntikan atau diminum (Achadi EL. 2007).
Vitamin K1 bisa dibilang vitamin yang tidak popular, popularitasnya
kalah oleh vitamin A, C, dan E, ketiga vitamin ini dikenal sebagai
antioksidan yang bisa menghambat kerusakan sel dan proses penuaan.
Vitamin K hanya dianggap berperan dalam membantu proses pembekuan
darah saat terjadi luka. Menurut penelitian-penelitian yang terbaru vitamin
K malah bisa menjadi kunci dari vitamin anti penuaan. Efeknya diduga
malah menjadi lebih kuat dibanding vitamin E. Vitamin K bisa mencegah
penyakit jantung dan stroke karena bisa mengurangi pengerasan pembuluh
darah akibat timbunan plak kalsium (Woman, 2005).
Vitamin K1 merupakan vitamin yang larut dalam lemak, vitamin ini
tahan panas, namun rusak oleh asam. Huruf K1 berasal dari bahasa Jerman
koagulation yang berarti pembekuan darah, sebab vitamin K1 sangat
penting dalam mengaktifkan beberapa jenis protein yang berperan dalam
proses pembekuan darah (Departeman gizi dan kesehatan masyarakat,
2007).

3. Jenis Vitamin K
Di Indonesia terdapat 2 macam sediaan vitamin K yaitu vitamin K1
dan vitamin K 3 (Pelayanan Kesehatan Dasar, 2005).
Menurut (Erik, 2004) ada 3 bentuk vitamin K yaitu :
a) Vitamin K I (phytomenadione), terdapat pada sayuran hijau.
b) Vitamin K 2 (menaquinone) disentesa oleh flora usus normal seperti
bacteriodes fragilis dan beberapa strain E. coli.

11

c) Vitamin K 3 (menadione) merupakan vitamin K yang sintentik yang


sekarang sudah tidak boleh diberikan lagi pada bayi baru lahir karena
dilaporkan bisa menyebabkan anemia hemolotik.
4. Kekurangan Vitamin K1
Kekurangan dari vitamin K1 akan mengalami kesulitan dalam
pembekuan atau pengumpulan darah pada bagian yang terluka. Kadar
protombin yang rendah dalam tubuh sebagai akibat kekurangan vitamin
K1 yang diserap tubuh kadang-kadang pada ibu yang melahirkan atau
pada bayinya terjadi perdarahan yang cukup hebat (Kartasapoetra, 2005).
Bayi yang kekurangan vitamin K1 lebih mudah mengalami gangguan
perdarahan intrakranial. Pada perdarahan intrakranial didapatkan gejala
peningkatan tekanan intrakranial bahkan kadang kadang tidak
menunjukkan gejala ataupun tanda. Pada sebagian besar kasus (60%)
didapatkan sakit kepala, muntah, anak menjadi cengeng, ubun ubun
besar menonjol, pucat dan kejang. Kejang yang terjadi dapat bersifat vokal
atau umum. Gejala lain yang dapat ditemukan adalah fotofobia, edema
papil, penurunan kesadaran, perubahan tekanan nadi, serta kelainan
neurologist vokal (Anonymous, 2007).
Menurut Wahab (2006) kekurangan vitamin K1 pada bayi baru lahir
dapat menyebabkan seperti perdarahan, pembesaran liver ringan,
perdarahan terjadi dikulit, mata, hidung, saluran cerna, perdarahan tali
pusat dan komplikasi perdarahan dalam otak bayi.
5. Cara dan Waktu Pemberian vitamin K1
Ada dua cara pemberian vitamin K pada bayi baru lahir, yaitu :
a. Injeksi Intramuskular

12

American

Academy

of

Pediatricians

(AAP)

tahun

2003

merekomendasikan bahwa vitamin K1 harus diberikan pada semua bayi


baru lahir secara IM dengan dosis 0,5-1 mg. Canadian Pediatric Society
tahun 1997 juga merekomendasikan pemberian vitamin K secara IM.
Metode ini lebih disukai di Amerika Utara karena efikasi dan tingkat
kepatuhan yang tinggi. Cara pemberian vitamin K secara IM lebih disukai
dengan alasan berikut ini :
1. Absorpsi vitamin K1 oral tidak sebaik vitamin K1 IM, terutama pada
bayi yang menderita diare.
2. Beberapa dosis vitamin K1 oral diperlukan selama beberapa minggu.
Sebagai

konsekuensinya,

tingkat

kepatuhan

orangtua

pasien

merupakan suatu masalah sendiri.


3. mungkin terdapat asupan vitamin K1 oral yang tidak adekuat karena
absorpsinya atau adanya regurgitasi.
4. Efektivitas vitamin K1 oral belum diakui secara penuh.
Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 secara injeksi 1 mg
intramuskuler di paha kiri sesegera mungkin untuk mencegah perdarahan
bayi baru lahir akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh
sebagian bayi baru lahir. (APN, 2007).
b. Oral
American Academy of Pediatricians (AAP) juga menyatakan perlu
dilakukan

penelitian

lebih

lanjut

tentang

efikasi,

keamanan,

bioavailabilitas dan dosis optimal vitamin K oral sediaan baru (KKM)


untuk mencegah Protrombin Defisiensi Vitamin K (PDVK) lambat. Cara
pemberian oral merupakan alternatif pada kasus-kasus bila orangtua pasien
menolak cara pemberian IM untuk melindungi bayi mereka dari nyeri

13

karena injeksi IM. Di samping itu untuk keamanan, bayi yang ditolong
oleh dukun bayi, sebaiknya diberikan secara oral.
Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi baru lahir
normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K1 peroral 1 mg/hari,
sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5
mg. (Saifudin, 2002).
Pemberian vitamin K1 secara oral dengan ketentuan 2 mg apabila
berat badan lahir lebih dari 2500 gram segera setelah lahir dan diulangi
dengan dosis yang sama (2 mg) pada hari keempat. Bila berat badan lahir
kurang dari 2500 gram, dosis yang dianjurkan adalah 1 mg dengan cara
pemberian yang sama, yaitu hari pertama dan hari keempat setelah lahir.
C. Tinjauan Tentang Ibu Hamil
Ibu adalah generasi keluarga dan bangsa sehingga keberadaan wanita
yang sehat jasmani dan rohani serta sosial sangat dibutuhkan. Ibu adalah
pendidik pertama dan utama dalam keluarga (Sofyan, 2006)
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional,

kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum


dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam
waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional.
Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung
dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27),
dan

trimester

ketiga

(Prawirohardjo,2009).

13

minggu

(minggu

ke-28

hingga

ke-40)

14

Masa kehamilan adalah dimulai dari konsepsi sampai lahirnyajanin.


Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir (Sarwono,2008).
Seorang ibu dapat didiagnosa hamil adalah apabila didapatkan tandatanda pasti kehamilan yaitu Denyut Jantung Janin (DJJ) dapat didengar
dengan stetoskop laenec pada minggu 17-18, dapat dipalpasi (yang harus
ditemukan adalah bagian-bagian janin jelas pada minggu ke-22 dan gerakan
janin dapat dirasakan dengan jelas setelah minggu 24) dan juga dapat di
Ultrasonografi (USG) pada minggu ke-6 (Kusmiyati et all 2008.).
Menurut Bagus Ida mengatakan tanda pasti hamil adalah ada atau
terdapat gerakan janin dalam rahim (terlihat atau teraba gerakan janin dan
teraba bagian-bagian janin), terdengar denyut jantung janin (didengar dengan
stetoskop laenec, alat kardiotokografi atau EKG dan alat Doppler, dilihat
dengan ultrasonografi, pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen
melihat kerangka janin, ultrasonografi) (Bagus Ida, 2005).
Dengan disimpulkan bahwa Ibu hamil adalah seorang ibu dimulai masa
kehamilan atau mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
kehamilan normal adalah 280 hari atau 40 minggu, di hitung dari hari pertama
haid terakhir dan dapat dilihat tanda pasti hamil yaitu ada gerakan janin dalam
rahim (terlihat atau teraba gerakan janin dan teraba bagianbagian janin),
terdengar denyut jantung janin (didengar dengan stetoskop laenec, alat
kardiotokografi atau EKG dan alat Doppler, dilihat dengan ultrasonografi,
pemeriksaan dengan alat canggih.
D. Tinjauan Tentang Pengetahuan
1. Pengertian

15

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah


orang

melakukan

penginderaan

terhadap

suatu

objek

tertentu.

Penginderaaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera


penglihatan, indera penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,
2003 : 121). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari
pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) dikutip dari (Notoatmodjo,
2003 : 128) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
(berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yakni :
1. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terdapat stimulasi (objek).
2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulasi atau objek tersebut. Di
sini sikap subjek sudah mulai timbul.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah
lebih baik lagi.
4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5. Adaption, dimana subjek telah

berperilaku

sesuai

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.


2. Tingkat Pengetahuan

dengan

16

Di dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo (2003),


pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan:

1) Tahu ( know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan,

menguraikan,

mendefinisikan,

menyatakan,

dan

sebagainya.
2) Memahami (comprehension)
Memahami

diartikan

sebagai

suatu

kemampuan

untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat


mengintepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap obyek yang dipelajari.
3) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

17

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan


hukum-hukum, rumus, prinsip, dan menggunakan rumus statistik
dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan
prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cyclel) di
dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
stuktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau

menghubungkan

bagian-bagian

di

dalam

suatu

bentuk

keseluruhan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi


yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat
meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu
teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,
atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

18

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau


angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari
subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
kita ketahui atau kita ukur dapat dengan tingkatan-tingkatan di atas
(Notoatmodjo, 2007).
3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
1) Pendidikan
Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, ataupun
masyarakat sehingga mereka melakukan apa-apa yang diharapkan oleh
pelaku pendidikan.
2) Kebudayaan dan lingkungan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar dalam pembentukan sikap kita. Apabila disuatu
wilayah mempunyai budaya untuk selalu menjaga kebersihan
lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai
sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan. Maka sangatlah
mungkin berpengaruh alam pembentukan sikap pribadi seseorang
(Syaifudin, 2007).
3) Informasi
Informasi adalah pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang juga
dipengaruhi oleh informasi. Semakin banyak orang menggali informasi
baik dari media cetak maupun media elektronik maka pengetahuan
yang dimiliki semakin meningkat (Notoatmodjo, 2003).

19

4) Pengalaman
Pengalaman adalah studi peristiwa yang pernah dialami
seseorang. Middle Brook (1974) yang dikutip Syaifudin Azwar MA,
mengatakan bahwa tidak adanya suatu pengalaman sama sekali dengan
mengatakan suatu obyek psikologis cenderung akan bersikap negative
terhadap obyek tersebut. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan
sikap pengalaman prinsip haruslah meninggalkan kesan yang kuat,
karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman
pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional
(Syaifudin Azwar, 2002).
5) Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang
tinggi terhadap sesuatu (Syifudin, 2002).
6) Usia
Usia adalah masa perjalanan hidup semakin cukup umur tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir
dan bekerja. Semakin tua seseorang makin kondusif dalam
menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi (Syaifudin,
2002).
4.

Cara Memperoleh Pengetahuan


Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi
dua, yakni :
1) Cara Tradisional Untuk Memperoleh Pengetahuan
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan, sebelum diketemukannya metode ilmiah atau

20

metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan


pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi :
2) Cara coba salah (trial and error)
Cara yang paling tradisional yang pernah digunakan oleh manusia
dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba-coba atau
dengan kata lain yang lebih dikenal trial and error. Cara ini telah
dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum
adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi
persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan cobacoba saja. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan
tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila
kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba kembali dengan
kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba
kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat
terpecahkan. Itulah sebabnya cara ini disebut metode trial (coba) and
error (gagal atau salah) atau metode coba-salah/coba-coba.
3) Cara kekuasaan atau otoritas (authority)
Dalam

kehidupan

manusia

sehari-hari,

banyak

sekali

kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang,


tanpa melalui panalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau
tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun
dari generasi ke generasi berikutnya. Kebiasaan seperti ini tidak hanya

21

terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada


masyarakat modern. Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah diterima
dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan
tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal
maupun

informal,

ahli

agama,

pemegang

pemerintahan

dan

sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh


berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas
pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.
Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh
agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai
mekanisme yang sama didalam penemuan ilmu pengetahuan. Prinsip
ini adalah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh
orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau
membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun
berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang
menerima

pendapat

tersebut

menganggap

bahwa

apa

yang

dikemukakannya adalah sudah benar.


4) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan
sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman
pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang

22

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa


yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat
memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan
masalah lain yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut.
Tetapi bila ia gagal, ia tidak akan mengulangi cara itu, dan berusaha
mencari cara yang lain, sehingga dapat berhasil memecahkannya.
Namun perlu diperhatikan disini bahwa tidak semua pengalaman
pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan
benar. Untuk dapat menarik kesimpulan dari pengalaman dengan benar
diperlukan berpikir kritis dan logis.
5) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara
berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.
Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia
telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui deduksi maupun
induksi.
Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan
pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang
dikemukakan, kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat
suatu kesimpulan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui
pernyataan-pernyataan khusus kepada yang umum dinamakan induksi.
Sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataanpernyataan umum kepada yang khusus (Notoatmodjo, 2005).

23

6) Cara Modern Dalam Memperoleh Pengetahuan


Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah, atau lebih popular disebut metodologi penelitian
(research metodology). Cara ini mula-mula dikembangkan oleh
Francis Bracon (1561-1626). Ia adalah seorang tokoh yang
mengembangkan metode berpikir induktif. Mula-mula ia mengadakan
pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan
kemudian

hasil

pengamatannya

tersebut

dikumpulkan

dan

diklasifikasikan, dan akhirnya diambil kesimpulan umum. Kemudian


metode berpikir induktif ini dilanjutkan oleh Deobold van Dallen. Ia
mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan
mengadakan observasi langsung, dan membuat pencatatan-pencatatan
terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya.
Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok, yakni :
1. Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul
pada saat dilakukan pengamatan.
2. Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak
muncul pada saat dilakukan pengamatan.
3. Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala
yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.
Berdasarkan hasil pencatatan-pencatatan ini

kemudian

ditetapkan ciri-ciri atau unsur-unsur yang pasti ada pada sesuatu gejala.
Selanjutnya hal tersebut dijadikan dasar pengambilan kesimpulan atau
generalisasi. Prinsip-prinsip umum yang dikembangkan oleh Bacon ini

24

kemudian dijadikan dasar untuk mengembangkan metode penelitian


yang lebih praktis. Selanjutnya diadakan penggabungan antara proses
berpikir induktif-deduktif-verivikatif seperti yang dilakukan oleh
Newton dan Galileo. Akhirnya lahir suatu cara melakukan penelitian,
yang dewasa ini kita kenal dengan metode penelitian ilmiah (Scientific
Research Method).
E. Tinjauan Tentang Memahami
1. Pengertian
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan menyebutkan cotoh menyimpulkan, meramalkan,
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari, misalnya dapat
menjelaskan mengapa ibu harus mengetahui tentang pemberian Vitamin
K1 pada bayi baru lahir (Notoatmodjo, 2003).
2. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Dalam Memahami
a. Faktor Internal
a) Usia
Makin tua usia seseorang maka proses-proses perkembangan
mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada usia tertentu,
bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat
seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu Abu Ahmadi
(2001) juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang
itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka

25

dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat


berpengaruh pada pertambahan pemahaman yang diperolehnya,
akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut
kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pemahaman akan
berkurang.
b) Pengalaman
Pengalaman merupakan sumber pemahaman, atau pengalaman itu
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pemahaman. Oleh sebab
itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk
memperoleh pemahaman.
mengulang

kembali

Hal ini

pengalaman

dilakukan
yang

dengan cara

diperoleh

dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

c) Intelegensia
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan
berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi
baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan
salah satu modal untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi
secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan.
d) Jenis kelamin
Menurut Michael (2009) dalam bukunya yang berjudul What
Could He Be Thingking menjelaskan bahwa ada perbedaan antara

26

otak laki- laki dan perempuan. Secara garis besar perbedaan yang
dikatakan dalam buku tersebut adalah pusat memori pada otak
perempuan lebih besar dari otak laki-laki, akibatnya kaum
perempuan memiliki daya ingat yang kuat dari laki-laki dalam
menerima atau mendapat informasi dari orang lain, sehingga
mempunyai pemahaman cepat dibandingkan laki-laki.
b. Faktor Eksternal
a) Pendidikan
Menurut Notoadmojo (2007) Pendidikan adalah suatu kegiatan
atau

proses

pembelajaran

untuk

mengembangkan

atau

meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan


itu dapat berdiri sendiri. Menurut Wied Hary (2006) menyebutkan
bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami pemahaman yang mereka
peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang
makin semakin baik pula pemahamanya.
b) Pekerjaan
Memang secara tidak langsung pekerjaan turut andil dalam
mempengaruhi tingkat pemahaman seseorang, hal ini dikarenakan
pekerjaan berhubungan erat dengan faktor interaksi sosial dan
kebudayaan, sedangkan interaksi sosial dan budaya berhubungan
erat dengan proses pertukaran informasi. Dan hal ini tentunya akan
mempengaruhi tingkat pemahaman seseorang. (Humam, 2003).
c) Sosial budaya dan ekonomi

27

Menurut Lukman (2008) Sosial budaya mempunyai pengaruh pada


pemahaman seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan
dalam hubunganya dengan orang lain, karena hubungan ini
seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu
pemahaman. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,
sehingga

status

sosial

ekonomi

ini

akan

mempengaruhi

pemahaman seseorang.
d) Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pemahaman seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama
bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang
baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat
kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh
pengalaman yang akan berpengaruh pada pada cara berfikir
seseorang. (Nasution, 2009).
e) Informasi.
Menurut Wied Hary (2006) Informasi akan memberikan pengaruh
pada pemahaman seseorang. Meskipun seseorang memiliki
pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang
baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka
hal itu akan dapat meningkatkan pemahaman seseorang.

28

F. Kerangka Konsep
Variabel Independen

Variabel Dependen

TAHU
Pemberian Vitamin K1
Pada Bayi Baru Lahir

Ket : MEMAHAMI
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
Gambar 2.1
Skema Kerangka Konsep

29

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.
Deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan fenomena yang ditemukan
dan hasil penelitian disajikan apa adanya (Sugiyono, 2007).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian akan di laksanakan di wilayah kerja Puskesmas Lambuya
Kabupaten

Konawe, dengan pertimbangan bahwa belum pernah

dilakukan penelitian tentang vitamin K1 pada bayi baru lahir di wilayah


Kerja Puskesmas Lambuya.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei - Juni tahun 2013.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian (Suyanto, 2008)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang ada di wilaya kerja
Puskesmas Lambuya pada bulan Januari Desember 2012 sebanyak 152
ibu hamil terdiri dari 9 desa dan 1 kelurahan dengan rincian sebagai
berikut :

31

30

NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

DESA/KELURAHAN
KELURAHAN LAMBUYA
DESA ASAKI
DESA WONUAHOA
DESA AWULTI
DESA AMBERI
DESA MERAKA
DESA TANGGOBU
DESA WAWORAHA
DESA WATAREMA
DESA TETEMBOMUA
JUMLAH

IBU HAMIL
14
23
27
18
15
20
15
9
5
6
152

2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2005).
Sampel dalam penelitian ini seluruh ibu hamil yang berada di wilayah
Kerja Puskesmas Lambuya yang berjumlah 152 ibu hamil.
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah cluster sampling.
Menurut Sastroasmoro dan Ismael (2008) cluster sampling (sampel
kelompok) adalah proses penarikan sampel secara acak pada kelompok
individu dalam populasi yang terjadi secara ilmiah. Dalam penelitian ini
peneliti memilih tiga wilayah dengan populasi ibu hamil yang paling
banyak yaitu Desa Wonuahoa, Desa Asaki, dan Desa Meraka. Jumlah
sampel yang diambil sebanyak 34, dengan rincian 13 ibu dari Desa
Wonuahoa, 11 ibu dari Desa Asaki, dan 10 ibu dari Desa Meraka.

31

D. Definisi Operasional
1. Variabel Dependen
Vitamin K1 adalah sekelompok zat subsitusi atau senyawa terpenting
yang membantu kelancaran jalannya seluruh proses metabolisme dalam
tubuh. Skala data yang digunakan adalah skala ordinal dengan kriteria
penilaian : (Nursalam, 2003) yaitu :
a. Tahu
: jika jawaban benar 75%
b. Tidak tahu
: jawaban benar < 75%.
2. Variabel Independen
a. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik, dan seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
sebab itu, "tahu" ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang
apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. Skala data yang
digunakan

adalah skala ordinal dengan kriteria penilaian :

(Nursalam, 2003) yaitu :


Cukup
Kurang

: jawaban benar 56 % - 75 %
: jawaban benar 56 %

b. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara


benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi
materi tersebut secara benar. Skala data yang digunakan adalah
skala ordinal dengan kriteria penilaian : (Nursalam, 2003) yaitu :

32

Cukup
Kurang

: jawaban benar 56 % - 75 %
: jawaban benar 56 %

E. Teknik Pengumpulan Data


1. Data Primer yaitu data diperoleh melalui wawancara langsung dan
menggunakan kuesioner kepada seluruh responden yang diteliti.
2. Data Skunder yaitu data yang diperoleh melalui pencatatan yang telah
ada di Puskesmas Lambuya dan di Dinas Kesehatan Kab. Konawe.
F. Instrumen Penelitian
Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan maka instrumen yang digunakan
yaitu dengan menggunakan kuesioner yang diperlukan untuk mengumpulkan
data yang berkaitan dengan variabel yang akan diteliti.
G. Pengolahan dan Penyajian Data
1. Metode Pengolahan
Pengolahan data yang diperoleh dari hasil penelitian dikerjakan melalui
beberapa proses dengan tahap sebagai berikut :
a. Editing
Kegiatan dalam penyuntingan adalah memeriksa kembali seluruh
kelengkapan hasil observasi yang telah terkumpul supaya tidak
terjadi kesalahan.
b. Coding
Pemberian kode dilakukan setelah kegiatan penyuntingan berupa
pemberian nilai atau angka untuk mempermudah pengolahan data.
Penilaian tingkat pengetahuan dan tingkat kecemasan jika benar
diberi skor satu dan jika salah skornya nol.
c. Tabulating
Yaitu menyusun data dalam bentuk tabel kemudian dianalisis.
Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam

33

bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dari data


yang telah ditabulasi dapat diketahui angka kumulatif masing-masing
variabel.
H. Analisa data
Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa univariat. Pada
umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase
dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini analisa univariat
digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan angka atau nilai
karakteristik responden berdasarkan gambaran pengetahuan ibu hamil tentang
pentingnya vitamin K1 dengan menggunakan rumus penentuan besarnya
presentase menurut (Budiarto, 2001) sebagai berikut :
F
KeteranganX: = x 100
N
X
= Persentase
F
= Frekuensi hasil pencapaian
N
= Total seluruh Observasi
100%
= Bilangan genap
I. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian pada responden peneliti memperlihatkan
etika penelitian antara lain:
1. Lembar Persetujuan dan Responden
Subjek yang bersedia di teliti harus menandatangani lembar persetujuan
setelah sebelumnya memahami maksud, tujuan dan dampak bagi yang
diteliti selama pengumpulan data. Apabila subjek menolak menjadi
responden penelitian tidak memaksa dan menghormati haknya.

34

2. Anonimity
Nama responden tidak dituliskan dalam lembar kuesioner untuk
melindungi kerahasiaan responden lembar kuesioner akan diberi kode
tertentu.
3. Confidentially
Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden.

Anda mungkin juga menyukai