PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam
kompetensi, ketrampilan, dan sikap. Belajar juga merupakan aktivitas yang dilakukan
seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau
pengalaman-pengalaman. (Baharudin dan Wahyuni 2007:11).
Menurut Hilgrad dan Bower dalam Baharudin dan Wahyuni (2007:13)
menyatakan belajar adalah Belajar (to learn) memiliki arti:1) to gain knowledge,
comprehension, or mastery of trough experience or study; 2) to fix in the mind or
memory, memorize;3) to acquire trough experience;4) to become in forme of to find out.
Menurut definisi tersebut, belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau
menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan
mendapat informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar
adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu.
Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dan pengalaman individu
itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Selain itu pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik atau guru agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu
dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut aktivitas,
kreatifitas, dan kearifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta
didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan, secara efektif dan menyenangkan.
Dalam hal ini guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat
ketika peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar, apakah kegiatan
pembelajaran dihentikan, diubah metodenya, atau mengulang dulu pembelajaran yang
lalu. Guru harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran pemilihan dan penggunaan
media pembelajaran, pemilihan dan penggunaan metode mengajar, keterampilan menilai
hasil belajar, serta memilih dan menggunakan strategi dan pendekatan pembelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran terdapat dua kegiatan yang sinergik, yakni guru
mengajar dan siswa belajar. Guru mengajarkan bagaimana siswa harus belajar.
Sementara siswa belajar bagaimana seharusnya belajar melalui berbagai pengalaman
belajar sehingga terjadi perubahan dalam dirinya dari aspek kognitif, psikomotorik, dan
afektif. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan yang efektif
dan akan lebih mampu mengelola proses belajar mengajar, sehingga hasil belajar siswa
berada pada tingkat yang optimal.
Proses pembelajaran yang baik akan dapat menciptakan prestasi yang
berkualitas. Oleh karena itu guru sebagai salah satu komponen penting keberhasilan
pembelajaran, harus mampu menempatkan dirinya sebagai sosok yang mampu
membangkitkan kemauan siswa untuk terus belajar.
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin canggih, manusia saat ini
banyak dituntut untuk selalu ikut serta dalam perjalanan waktu yang semakin mutakhir.
Begitu juga dalam hal pendidikan, pembelajaran harus sudah mengadopsi kerangka
keilmuan modern dalam rangka mengejar kesetaraan dengan manusia di belahan dunia
lainnya. Guru yang biasanya dianggap sebagai satu-satunya sumber pengetahuan sudah
seharusnya dirubah, yaitu dengan banyak menggunakan berbagai sumber yang dapat
menambah pengetahuan siswa.
Proses
pembelajaran
membutuhkan
metode
yang
tepat.
Kesalahan
Identifikasi Masalah
Dari uraian pada latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalahnya sebagai
berikut :
1. Masih ada peserta didik yang kurang mengerti dengan apa yang mereka pelajari.
2. Masih kurangnya penerapan tentang metode yang tepat dalam penyampaian
pelajaran yang diajarkan.
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektifitas Penerapan
Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning di Sekolah Dasar Negeri Di
Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir.
E.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan memberi manfaat bagi pengembangan ilmu administrasi publik,
khususnya manajemen sumber daya manusia.
2. Manfaat Praktis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi penelitian
sendiri dan penelitian selanjutnya guna mengetahui Efektifitas Penerapan Model
Pembelajaran Contextual Teaching Learning di Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan
Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Efektifitas Pembelajaran
Untuk menciptakan efektivitas pembelajaran yang baik guru harus memiliki
kreatifitas, hal ini dapat menciptakan suasana belajar siswa yang menyenangkan.
Kreatifitas sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang
baru dan untuk mencapai tujuan yang lebih baik, baik berupa gagasan maupun karya
nyata, yang relatif berbeda dengan apa yangsudah ada sebelumnya.
Starawaji (2009) mengatakan efektivitas berasal dari bahasa Inggris yaitu
effective yang berarti berhasil, tepat atau mujur. Efektivitas menunjukkan taraf
tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif jika usaha itu mencapai
tujuannya.
yang
efektif
apabila
siswa
secara
aktif
dilibatkan
dalam
a)
b)
c)
secara efektif,
d)
e)
f)
g)
h)
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Landasan filosofis CTL adalah kontruktivisme yang menekankan bahwa
belajar tidak hanya sekedar menghafal,tetapi mengkontruksiksan atau membangun
pengetahuan dan ketrampilan baru lewat fakta-fakta yang dialami (Muslich 2004:41).
Konteks yang bermakna lebih dari sekedar kejadian-kejadian yang terjadi disuatu
tempat dan waktu. Sistem CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan
menolong siswa melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan
cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks kehidupan keseharian
mereka yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.
Sistem CTL menurut Johnson dalam Syaiful Sagala (2010:67) merupakan
proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam
materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek
akademik dalam konteks kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks
keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem
tersebut meliputi delapan komponen berikut: membuat keterkaitan-keterkaitan yang
bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur
sendiri, melakukan kerjasama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk
tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian
autentik.
Tujuan pembelajaran kontekstual menurut Khilmiyah dalam Tukiran, Mifta
(2011:50) adalah untuk membekali peserta didik berupa pengetahuan dan
kemampuan (skiil) yang lebih realitis karena inti pembelajaran ini adalah untuk
mendekatkan hal-hal yang teoritis ke praktis. Sehingga dalam pelaksanaan metode ini
diusahakan teori yang dipelajari teraplikasi dalam situasi yang riil. Bagi guru metode
ini membantu untuk mengaitkan materi yang diajarkan dengan dengan dunia nyata
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan sebelumnya (pior
knowledge) dengan aplikasinya dalam kehidupan mereka di masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
contextual teaching and learning (CTL) merupakan konsep belajar dimana guru
menghadirkan situasi nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah
dalam bentuk kegiatan siswa belajar dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari
guru ke siswa.
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah salah satu
pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu
diciptakan dalam proses belajar agar kelas lebih hidup dan lebih bermakna karena
siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, pendekatan Contextual Teaching
and Learning (CTL) memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas, dan
menerapkan pengetahuan dan ketrampilan akademik mereka dalam berbagai macam
tatanan kehidupan baik disekolah maupun diluar sekolah. Selain itu, siswa dilatih
untuk dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam suatu situasi.
Bila pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) diterapkan
dengan benar, diharapkan siswa akan berlatih untuk dapat menghubungkan apa yang
diperoleh dikelas dengan kehidupan dunia nyata yang ada dilingkungannya. Untuk
itu, guru perlu memahami konsep pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) terlebih dahulu dan dapat menerapkannya dengan benar. Agar siswa dapat
yang sudah ada (activating knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak
terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan
yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki
keterkaitan satu sama lain.
b.
yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan yakini, misalnya
denagn cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang
diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu
dikembangkan.
d.
Mempraktikkan
pengetahuan
dan
pengalaman
tersebut
(applying
pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan
penyempurnaan strategi.
antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa
dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di
sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja
bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang
dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan
mudah dilupakan.
3.
Pendekatan
kontekstual
(Contextual
Teaching
and
dalam
struktur
kognitif
anak
berdasarkan
pengalaman.
Menurut
Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari
proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru
bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi
merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri
materi yang dipahaminya. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental
seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah
diharapkan siswa berkembang secara utuh baik intelektual, mental emosional
maupun pribadinya.
Proses inquiri dapat dipakai dalam berbagai topik mata pelajaran. Secara
umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu:
1. Merumuskan masalah,
2. Mengajukan hipotesis.
3. Mengumpulkan data.
4. Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan.
5. Membuat kesimpulan.
Penerapan asas ini dapat dipakai dalam proses proses contextual teaching
and learning (CTL), dimulai dari adanya kesadaran siswa akan masalah yang jelas
yang ingin dipecahkan. Dengan demikian siswa harus didorong untuk menemukan
masalah. Apabila masalah telah dipahami dengan batasan-batasan yang jelas,
selanjutnya siswa dapat mengajukan hipotesis atau jawaban sementara sesuai
dengan rumusan masalah yang diajukan. Hipotesis itulah yang akan menuntut
siswa untuk melakukan observasi dalam rangka mengumpulkan data. Manakala
data telah terkumpul selanjutnya siswa dituntut untuk menguji hipotesis sebagai
dasar dalam merumuskan kesimpulan. Asas menemukan seperti ini, merupakan
asas yang penting dalam pembelajaran contextual teaching and learning (CTL).
Melalui proses berfikir yang sistematis diatas, diharapkan siswa memiliki sikap
ilmiah, rasional, dan logis, yang kesemuanya itu diperlukan sebagai dasar
pembentukan kreativitas. Siklus yang terdiri dari mengamati, bertanya,
menganalisis, dan menemukan teori. Baik perorangan maupun kelompok.
1. Diawali dengan pengamatan, lalu berkembang untuk memahami konsep atau
fenomena.
2. Mengembangkan dan menggunakan ketrampilan berfikir kritis.
c. Bertanya (questioning)
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat
dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu. Sedangkan
menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir.
Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna
untuk:
a.
pelajaran
b. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.
c.
melalui kerja sama dengan orang lain. Kerjasama itu dapat dilakukan dengan
berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar formal maupun dalam lingkungan
yang terjadi secara alamiah.
e. Permodelan (modeling)
Permodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu
yang dapat dicontoh siswa.Yang dimaksud dengan asas Modelling adalah proses
pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh
setiap siswa. Misalnya guru memberikan contoh bagaimana cara mengoperasikan
sebuah alat, atau bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing, guru olah raga
memberikan contoh bagaimana cara melempar bola, guru kesenian memberi
contoh bagaimana cara memainkan alat musik, guru biologi memberikan contoh
bagaimana cara menggunakan thermometer dan lain sebagainya.
Proses modelling, tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru
memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Misalkan siswa yang
pernah menjadi juara dalam membaca puisi dapat disuruh untuk menampilkan
kebolehannya didepan teman-temannya, dengan demikian siswa dapat dianggap
sebagai model. Modelling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL), sebab melalui modelling siswa dapat
terhindar dari pembelajaran yang teoritis abstrak yang dapat memungkinkan
verbalisme.
f. Refleksi (reflection)
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang
dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa
pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu
akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi
bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Bisa terjadi melalui proses refleksi
siswa akan memperbaharui pengetahuan yang telah dibentuk, atau menambah
khazanah pengetahuannya.
g.Penilaian nyata (authentic assessment)
Dalam CTL, keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh
perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh
aspek. Oleh sebab itu, penilaian keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh aspek
hasil belajar seperti tes, akan tetapi juga proses belajar melalui penilaian penilaian
nyata.
B.
Salam, sekaligus untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa pada kelas kontrol
dan kelas eksperimen. Hasil penelitian menunjuukan bahwa : Prestasi siswa pada kelas
kontrol yang menggunakan model pembelajaran ceramah (konvensional) kurang
memuaskan. Hal ini terlihat pada nilai rata-rata kelas 75,03. Nilai tengah dari data
tersebut adalah pada nilai 75,62. Nilai terbanyak yang diperoleh adalah pada pada nilai
74. Prestasi siswa pada kelompok eksperimen yang menggunakan pembelajaran model
CTL cukup memuaskan terbukti dengan perolehan nilai rata-rata 81,44. Nilai tengah dari
data tersebut adalah pada nilai 83. Nilai terbanyak yang diperoleh adalah pada pada nilai
86. Terdapat perbedaan antara hasil belajar kelompok eksperimen dengan menggunakan
pembelajaran model CTL dan kelompok kontrol dengan menggunakan pembelajaran
ceramah (konvensional)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Perspektif Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Menurut
Bigdan dan Taylor (2000:3) bahwa metode kualitatif merupakan prosedur penelitian
yang menhasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari
orang-orang dan prilaku yang diamati.
Dengan menggunakan pengukuran data kualitatif, diharapkan peneliti dapat
mempelajari sedalam-dalamnya fenomena sosial yang terjadi, dalam hal ini adalah
fenomena sumber daya manusia yang diharapkan dapat memberikan gambaran
tentang Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning di
Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir.
Metode deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan sesuatu yang tengah
berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala
tertentu (Surakhmad, 1994:27). Lebih jauh metode ini bertujuan untuk menjawab
pertanyaan yang menyangkut sesuatu pada saat sedang berlangsungnya proses riset.
Metode ini dapat digunakan dengan lebih banyak segi dan lebih luas dari metode yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.5
Pengetahuan dan keterampilan siswa dapat diperoleh dari usaha siswa
mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia
belajar.
b. Starawaji (2009) mengatakan efektivitas berasal dari bahasa Inggris yaitu
effective yang berarti berhasil, tepat atau mujur. Efektivitas menunjukkan taraf
tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif jika usaha itu mencapai
tujuannya. Slameto (2010:92) mengungkapkan bahwa pembelajaran yang
efektif adalah pembelajaran yang dapat membawa siswa belajar efektif.
Pembelajaran akan efektif jika waktu yang tersedia sedikit saja untuk guru
melakukan ceramah dan waktu yang besar adalah untuk kegiatan intelektual
dan untuk pemeriksaan pemahaman siswa. Belajar yang efektif siswa berusaha
memecahkan masalah termasuk pendapat bahwa bila seseorang mampu
menciptakan masalah dan menemukan kesimpulan.
3. Definisi Operasional
Definisi operasional diartikan oleh Sofian Effendi dalam Singarimbun
(2005:46-47) : Semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana cara mengukur suatu
variabel. Definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu
penelitian lain yang inginmenggunakan variabel yang sama.
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini mengacu pada teori
efektifitas, secara rinci tertera pada tabel di bawah ini :
Tabel 2
Variabel, Dimensi dan Indikator Penelitian
Variabel
Efektifitas
Penerapan
Model
Pembelajaran
Contextual
Teaching
Learning
D. Unit Analisis
Dimensi
1. Kinerja
2. Manfaat
Indikator
Cara penyampaian metode
pembelajaran
Kemampuan guru dalam
menyampaikan mata pelajaran
Kemampuan peserta didik
dalam memahami pelajaran
Seberapa besar pengaruh
penerapan CTL terhadap siswa
Penerimaan siswa pada
metode CTL
Yang dimaksud unit analisis dalam penelitian ini adalah lembaga dan individu. Unit
analisis dalam penelitian ini adalah Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Pemulutan
Kabupaten Ogan Ilir.
E. Informan Kunci
Dalam suatu penelitian kulitatif, peranan informan sangat begitu penting,
karena dari informan lah semua data penelitian dapat diperoleh dengan akurat dan
dapat dipertanggungjawabkan, (Setiaji, 2004:7).
Informan adalah orang yang dinilai paling mengetahui tentang objek
permasalahan yang sedang diteliti yaitu : kepala sekolah, guru, murid SD N dan orang
tua murid.
F. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a.
mengandung makna.
b. Kuantitatif, yaitu data yang dipaparkan dalam bentuk angka-angka.
2. Sumber Data
Berkenaan dengan itu, sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Data primer adalah secara langsung diambil dari objek / obyek penelitian
oleh peneliti perorangan maupun organisasi.
2. Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek
penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh
pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara komersial maupun non
komersial.
kerangka dasar guna menarik inti penting dari suatu pristiwa, kegiatan atau
prilaku tertentu.
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu usaha untuk mengumpulkan data dan
informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan dan untuk
dijawab secara lisanpula melalui tanya jawab yang terarah. Peneliti berpedoman
kepada pertanyaan-pertanyaan baru.
Validitas penelitian terletak pada kedalaman menggali informasi yang
mencakup beberapa hal, yaitu : pertanyaan deskriptif, pertanyaan komparatif dan
pertanyaan analisis.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara studi
kepustakaan, meneliti dokumen-dokumen, catatan-catatan, arsip-arsip serta
laporan penelitian yang sudah ada sehingga dapat menunjang pelaksanaan
penelitian ini dari sumber-sumber resmi yang dapat dipertanggung-jawabkan.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis model
interaktif (interactive model of analisys) yang dikembangkan oleh Miles dan
Huberman (1992:15).
Teknik analisis data model interaktif berlangsung dalam tiga tahap berikut :
1. Reduksi Data
Reduksi data dimaksudkan untuk menyusun data hasil wawancara ke dalam
bentuk uraian secara lengkap dan rinci. Kemudian kepadanya dilakukan reduksi
atau pemilihan data yang berkaitan dengan pokok atau penting yang hanya
berkaita dengan permasalahan penelitian.
2. Penyajian Data
Penyajian data (display data) dibuat guna memeudahkam peneliti dalam melihat
keseluruhan data hasil wawancara atau melihat bagian khusus dari hasil
wawancara.
Dalam penelitian ini, penyajian data disusun dalam bentuk teks naratif (kumpulan
kalimat) yang dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam
suatu bentuk yang mudah dibaca atau diinterpretasikan.
Dengan cara ini peneliti dapat melihat apa yang sedang terjadidan dapat menarik
kesimpulan secara tepat.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Penarikan kesimpulan dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitian
dan verifikasi dilakukan guna perbaikan dan pencocokan data secara teus menerus
selama proses penelitian berlangsung.
Pada penelitian ini, kegiantan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan suatu siklus kegiatan yang
interaktif dan komprehensif yang dilakukan secara teliti dan rinci sehingga
diperoleh hasil penelitian yang akurat.
I.
BAB I