Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu prasyarat dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) adalah pemanfaatan laboratorium. Agar pelaksanaan pembelajaran di
Laboratorium berjalan dengan baik maka diperlukan adanya sistem
pengelolaan atau manajemen laboratorium yang baik.
Pengelolaan

laboratorium

memiliki

peranan

penting

dalam

mewujudkan efektivitas pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil observasi awal


ke laboratorium Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri yang ada di
Kecamatan Plaju Kota Palembang, menunjukkan bahwa laboratorium kurang
dikelola dengan baik sesuai dengan standar pengelolaan laboratorium, seperti
penataan alat dan bahan yang kurang rapi, tidak terdapatnya lemari asam yang
sesuai dengan standar laboratorium untuk penyimpanan bahan-bahan kimia
dengan konsentrasi tinggi, dan lain sebagainya.

Seharusnya,

suatu

laboratorium dikelola oleh seorang laboran yang memahami tentang tata letak
alat dan bahan, memiliki administrasi laboratorium yang menginventarisir
semua kebutuhan praktikum sesuai dengan materi yang akan diajarkan oleh
guru mata pelajaran IPA di SMA, meliputi mata pelajaran Kimia, Biologi, dan
Fisika. Laboratorium harus memiliki keran yang dapat mengalirkan air bersih,
sehingga saat pelaksanaan praktikum, siswa dan guru dengan mudah
memperoleh air bersih.
1

Kondisi laboratorium yang kurang terkelola dengan baik berimplikasi


pada mutu pembelajaran di sekolah tersebut. Disinyalir di sekolah-sekolah
negeri pengelolaan laboratoriumnya kurang baik. Salah satu penyebabnya
adalah kualitas guru yang dimiliki belum kompeten dan belum adanya
Laboran yang khusus mengelola laboratorium tersebut.
Efektivitas proses pembelajaran, khususnya pembelajaran IPA di SMA
(Kimia, Biologi, dan Fisika) dipengaruhi juga oleh faktor internal, diantaranya
adalah motivasi belajar siswa. Dalam pembelajaran IPA, guru tidak
diperkenankan mengajarkan teori saja, karena filosofi pembelajaran IPA harus
melaksanakan praktik, sehingga guru harus dapat menciptakan suatu kondisi
yang dapat menimbulkan motivasi belajar pada siswa dengan melaksanakan
praktikum di laboratorium agar konsep pembelajaran yang abstrak dapat
menjadi nyata dan logis.
Salim (2002: 77) mengungkapkan bahwa proses pembelajaran yang
hanya mengemukakan teori saja, sama saja dengan mendongeng. Hal ini akan
melemahkan syaraf psikomotorik dari seorang siswa. Dalam kaitannya dengan
pembelajaran IPA ini, maka perlu adanya pengelolaan laboratorium yang
terencana, baik sumber daya yang mengelolanya, pemenuhan kebutuhan alat
dan bahan di laboratorium, dan lain sebagainya.
Praktikum dapat berjalan dengan baik apabila memenuhi beberapa
persyaratan, antara lain sarana dan prasarana praktikum, pengelolaan
laboratorium, serta ketrampilan guru dalam teknis laboratorik. Hal ini dapat
dilakukan dengan baik jika semua komponen tersedia dengan cukup.

Bagaimana praktikum dapat dilaksanakan bila sarana dan prasarana yang


memadai tidak ada.
Dari hasil observasi awal di lapangan diperoleh informasi bahwa SMA
Negeri yang ada di Kecamatan Plaju adalah SMA Negeri 4 Palembang, yang
beralamat di Jalan Ki. Anwar Mangku Plaju. Dari hasil observasi tersebut
terungkap bahwa pengelolaan laboratorium di SMA Negeri 4 Palembang
belum sesuai dengan standar pengelolaan laboratorium. Hal ini disebabkan
antara lain guru yang mengelola laboratorium masih belum memiliki
kompetensi di bidang tersebut. Latar belakang pendidikan pengelola
laboratorium ini berasal dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
bukan dari Analis Kimia, sehingga dalam pengelolaan tersebut pengelola
masih perlu belajar memahami dan mempraktikkannya terlebih dahulu
sebelum dilakukan praktikum bersama-sama peserta didiknya. Selain itu,
masih minimnya dana untuk pemenuhan kebutuhan alat dan bahan praktik.
Pihak sekolah sudah mengupayakan dana khusus melalui Komite Sekolah,
namun masih belum mencukupi. Sehingga kegiatan praktikum siswa tidak
sesuai dengan rencana. Jika sudah demikian biasanya guru hanya melakukan
demonstrasi saja di kelas.
Mengingat pentingnya praktikum untuk pembelajaran IPA, maka perlu
adanya pengadaan sarana dan prasarana penunjang pendidikan, serta
peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana yang sudah ada.
Selain itu, perlu adanya pengelolaan yang baik pada laboratorium tersebut.

Dari uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan


judul : Analisis Pengelolaan Laboratorium SMA Negeri di Kecamatan
Plaju Kota Palembang .

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat diidentifikasi
masalahnya sebagai berikut :
1. Pengelola laboratorium masih belum sesuai dengan latar belakang
pendidikannya.
2. Pengelola laboratorium masih belum terampil dalam menggunakan alat
dan bahan.

C. Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah :
Bagaimanakah pengelolaan laboratorium di SMA Negeri di Kecamatan Plaju
Kota Palembang ?

D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis pengelolaan laboratorium SMA Negeri di Kecamatan Plaju Kota
Palembang.

E. Manfaat Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan
manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu:
1. Secara Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan :
a. Pengembangan

ilmu

administrasi

publik,

khususnya

dalam

manajemen sarana prasarana.


b. Bahan pembuktian bahwa pengelolaan laboratorium yang baik
merupakan salah satu hal penting dalam meningkatkan motivasi dan
hasil belajar siswa.

2. Secara Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi sekolah
dalam mengelola Laboratorium.
b. Hasil penelitian ini menjadi bahan pertimbangan pihak sekolah untuk
mengangkat seorang Laboran guna mengelola Laboratorium.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teoritis
Landasan Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi,
dan proposisi untuk menerangkan fenomena sosial secara sistematis dengan
cara merumuskan hubungan antar konsep. Penelitian ilmiah merupakan suatu
bentuk penelitian dengan cara berpikir dan bertindak secara sistematis. Sebab
itu kajiannya perlu didukung oleh suatu landasan teori yang dipilih dari
literatur maupun berbagai referensi sebagai landasan dasar teoritik yang
menghubungkan konsep-konsep, preposisi-preposisi dan definisi variabel
yang hendak diteliti, sehingga dapat meramalkan, menerangkan dan
memecahkan gejala sosial yang sementara dihadapi.
Sehubungan dengan hal itu, berikut ini penulis akan menguraikan
secara teoritik variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini dan
hubungan-hubungan diantaranya.
1. Kebijakan Pemerintah Pada Sektor Pendidikan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
menegaskan

bahwa

guru

wajib

memiliki

kualifikasi

akademik,

kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memenuhi


kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tempat bertugas
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
6

Untuk mewujudkan fungsi peran dan kedudukan tersebut guru


perlu memilki kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik
yang sesuai dengan standar pendidik. Seorang guru mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) yang professional wajib memiliki kemampuan
diri dalam bidang keilmuannya guna membantu siswa dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah, baik secara teoritis maupun praktis. Jika guru
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki kompetensi sesuai
dengan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tersebut, maka dapat dipastikan bahwa peranan guru tersebut akan sangat
berarti dan sangat diharapkan siswa dalam proses pembalajaran di sekolah
atau madrasah, yang pada akhirnya akan menghasilkan proses dan hasil
pendidikan yang bermutu dalam rangka mewujudkan insan Indonesia yang
cerdas dan kompetitif yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab.
Dalam

melaksanakan

tugas

keprofesionalan,

guru

harus

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban


bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, sehingga
berimplikasi pada berkembangnya potensi peserta didik menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis dan bertanggung jawab.

Untuk mewujudkan fungsi dan tujuan tersebut pemerintah pusat


dan pemerintah daerah berhak mengarahkan, membimbing, membantu,
dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku sesuai dengan prinsip-prinsip dalam
penyelenggaraan pendidikan nasional. Pembangunan pendidikan nasional
ke depan didasarkan pada paradigma membangun manusia Indonesia
seutuhnya yang berfungsi sebagai subjek yang memiliki kapasitas untuk
mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaan secara optimal.
Inu Kencana (2005:145), mengemukakan bahwa kebijakan (policy)
pemerintah adalah apa yang diputuskan oleh pemerintah pusat untuk
diimplementasikan oleh pemerintah daerah.
Anderson (dalam Islamy, 1997:17) mengemukakan bahwa
kebijakan adalah a purposive course of action followed by an actor or set
actors in dealing with a problem or matter of concern. Menurut Budiarjo
(1992:12) kebijaksanaan adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil
oleh seorang pelaku dan atau oleh kelompok politik dalam usaha memilih
tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan ini.
Hoogerwerf (1983:3-4) melukiskan kebijaksanaan sebagai usaha
mencapai tujuan tertentu dengan sarana tertentu dan dalam urutan waktu
tertentu.

Sedangkan

Isworo

(1996:229-230)

menyebutkan

bahwa

kebijakan merupakan hasil dari suatu keputusan setelah melalui pemilihan


alternatif yang tersedia dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif. Kebijakan publik ini selain
berkaitan dengan peranan institusi administratif, juga dengan masyarakat

sebagai pihak yang menjadi sasaran kebijakan. Karena itu menurut Isworo
(1996:229-230), kebijakan publik akan menjawab pertanyaan tentang apa
yang harus dilakukan oleh administrator. Hal ini menyangkut bukan hanya
substansi akan tetapi juga proses pelaksanaan dinamis serta akibat
terhadap masyarakat. Selanjutnya menurut Isworo (1996:229-230), bahwa
proses kebijakan publik terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :
a. Identifikasi masalah yang akan mengarah pada permintaan untuk
mengatasi masalah tersebut
b. Formulasi kebijakan berupa langkah yang dilakukan setelah pemilihan
alternatif
c. Legitimasi dari kebijakan
d. Implementasi
e. Evaluasi melalui berbagai sumber untuk melihat sejauh mana usaha
pencapaian tujuan
Menurut Islamy (1997:20-21) kebijakan negara adalah serangkaian
tindakan yang ditetapkan akan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh
pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu
demi kepentingan seluruh masyarakat. Kebijakan publik menurut Islamy
(1996:230) berkaitan secara spesifik dengan tujuan yang telah ditetapkan
melalui proses politik yang dilakukan oleh seluruh atau sebagian
masyarakat dalam yuridiksi pemerintahan tertentu. Kebijaksanaan
pemerintah, menurut Hoogerwerf (1983:9) merupakan kebijaksanaan para
aktor dari golongan tertentu yaitu pejabat-pejabat pemerintah dan instansiinstansi pemerintah.
Santoso (2008:5) menyatakan bahwa kebijakan publik terdiri dari
serangkaian keputusan yang dibuat oleh pemerintah untuk mencapai

10

tujuan tertentu, dan petunjuk-petunjuk yang diperlukan terutama dalam


bentuk

peraturan-peraturan

kebijakan

publik

selalu

atau

dekrit-dekrit

dihubungkan

pemerintah.

dengan

Karena

kegiatan-kegiatan

pemerintah, maka menurut Thoha (2002:64), kebijakan publik tidak bisa


dipisahkan dengan birokrasi.
Dalam kaitannya dengan kebijakan pemerintah pada sektor
pendidikan tersebut merupakan kebijakan pemerintah pusat di bidang
pendidikan yang harus dilaksanakan oleh penyelenggara pendidikan di
tingkat provinsi dan kabupaten / kota. Sehingga dalam implementasinya
harus

mengacu

kepada

Peraturan

Menteri

Pendidikan

Nasional

(Permendiknas) yang menyangkut standar pengelolaan pendidikan dan


standar sarana prasarana pendidikan.

2. Manajemen Pengelolaan Sarana Prasarana


Menurut Erwanti (2010: 51), Pengelolaan diartikan sebagai suatu
rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang
untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujan tertentu.

Definisi pengelolaan oleh para ahli terdapat perbedaan-perbedaan


hal ini disebabkan karena para ahli meninjau pengertian dari sudut yang
berbeda-beda. Ada yang meninjau pengelolaan dari segi fungsi, benda,
kelembagaan dan yang meninjau pengelolaan sebagai suatu kesatuan.

11

Namun

jika

dipelajari

pada

prinsipnya

definisi-definisi

tersebut

mengandung pengertian dan tujuan yang sama.


Berikut ini adalah pendapat dari beberapa ahli yakni menurut
Salim (2002: 41) memberikan definisi sebagai berikut pengelolaan adalah
suatu rangkai kegiatan yang berintikan perencanaan, peng-organisasian
pengerakan dan pengawasan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Sedangkan Menurut Prastowo (2002: 121) pengelolaan
adalah suatu istilah yang berasal dari kata kelola mengandung arti
serangkaian usaha yang bertujuan untuk mengali dan memanfaatkan
segala potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien guna mencapai
tujuan tertentu yang telah direncanakan sebelumnya.
Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang
bertujuan menggali dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara
efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan.

3. Manajemen Pengelolaan Laboratorium IPA


Dalam kaitannya dengan pengelolaan laboratorium IPA, dan jenis
peralatannya merupakan sarana dan prasana penting untuk penunjang
proses pembelajaran di sekolah yang perlu dikelola.

12

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar


Nasional Pendidikan Pasal 42 ayat (2) serta Pasal 43 ayat (1) dan ayat (2).
Menjelaskan

bahwa

laboratorium

merupakan

tempat

untuk

mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian uji coba,


penelitian, dan sebagainya dengan menggunakan alat bantu yang menjadi
kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas dan kualitas yang memadai
(Depdiknas, 2002).
Agar laboratorium IPA di sekolah dapat berperan, berfungsi dan
bermanfaat seperti itu, maka diperlukan sebuah sistem pengelolaan
laboratorium yang direncanakan dan dievaluasi dengan baik serta
dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait dengan penyelenggaraan
laboratorium IPA di sekolah yang bersangkutan.
Dimensi pengelolaan laboratorium menurut Sutrisno (2010) terdiri
dari:

Organisasi

laboratorium,

Laboratorium,

Administrasi

Inventarisasi

penggunaan

alat

laboratorium,

dan

fasilitas

Administrasi

peminjaman alat-alat laboratorium, Administrasi pemeliharaan alat-alat


laboratorium, dan Keselamatan kerja di laboratorium.
Pengelolaan Laboratorium IPA di Sekolah Yang baik cmsformulasi Langkah awal dalam pengelolaan laboratorium IPA di sekolah
seorang guru harus memahami standar operasional prosedur laboratorium
(Made, 2011). Berikut uraian tentang estndar pengelolaan sebagai bagian
dari mempersiapkan pengelolaan yang benar.

13

a. Menyusun Standar Operasional Prosedur Laboratorium Fungsi utama


dari laboratorium adalah wadah untuk melakukan praktik atau
penerapan atas teori, penelitian dan pengembangan keilmuan, sehingga
menjadi unsur penting dalam kegiatan pendidikan dan penelitian,
khususnya di bidang IPA. Tujuan disusunnya standar operasional
prosedur

laboratorium

adalah

untuk

membantu

memperlancar

pengelolaan laboratorium guna memaksimalkan kegunaan dari


laboratorium beserta semua sumberdaya yang ada didalamnya,
sehingga dapat membantu terselenggaranya kegiatan praktikum yang
berkualitas.

Kegiatan

yang

ada

dalam

lingkup

pengelolaan

laboratorium meliputi praktikum, penggunaan peralatan laboratorium,


dan penggunaan laboratorium untuk penelitian.
b. Menetapkan Fungsi dan Tugas Pengelola Laboratorium IPA Pengelola
laboratorium IPA di sekolah idealnya meliputi; 1). Kepala laboratorium
adalah seorang staf edukatif atau fungsional yang ditugaskan menjadi
pimpinan tertinggi dalam organisasi laboratorium serta membawahi
anggota laboratorium, pembimbing praktikum, staf administrasi,
laboran, dan asisten praktikum serta bertanggung jawab terhadap
semua kegiatan di laboratorium, 2). Anggota laboratorium adalah staf
edukatif yang memiliki minat keilmuan dan bersedia turut berperan
aktif dalam pengelolaan serta pengembangan laboratorium, 3).
Pembimbing praktikum adalah staf edukatif yang bertanggungjawab
dalam memberikan bimbingan praktikum bagi siswa untuk mata

14

pelajaran IPA, 4). Staf administrasi adalah tenaga administratif yang


menjalankan fungsi administrasi di laboratorium, 5). Laboran adalah
staf laboratorium yang membantu pelaksanaan kegiatan dan teknis
operasional dalam laboratorium, serta mempersiapkan peralatan dan
bahan.
c. Menyusun Tata Tertib Laboratorium Tata tertib yang harus ditaati oleh
sertiap siswa yang akan melakukan kegiatan praktiku IPA meliputi; 1).
Berlaku sopan, santun dan menjunjung etika dalam laboratorium.
Menjunjung tinggi dan menghargai staf laboratorium dan sesama
pengguna laboratorium, 2). Menjaga kebersihan dan kenyamanan
ruang laboratorium, 3). Siswa tidak diperbolehkan praktikan apabila
mengenakan kaos oblong, memakai sandal, tidak memakai jas/pakaian
laboratorium, 4). Peserta praktikum dilarang makan dan minum,
membuat kericuhan selama kegiatan praktikum dan di dalam ruang
laboratorium, 5). Dilarang menyentuh, menggeser dan menggunakan
peralatan di laboratorium yang tidak sesuai dengan acara praktikum
mata pelajaran IPA, 6). Membersihkan peralatan yang digunakan
dalam praktikum maupun penelitian dan mengembalikannya kepada
petugas laboratorium 7). Membaca, memahami dan mengikuti
prosedur operasional untuk setiap peralatan dan kegiatan selama
praktikum dan di ruang laboratorium 8). Selama kegiatan praktikum,
TIDAK BOLEH menggunakan handphone untuk pembicaraan
dan/atau SMS.

15

d. Menyusun Mekanisme Pelaksanaan Praktikum Prosedur pelaksanaan


praktikum yang harus diperhatikan meliputi; 1). Siswa peserta
praktikum terdaftar sebagai peserta mata pelajaran IPA, 2). Sebelum
pelaksanaan praktikum, siswa berhak memperoleh petunjuk praktikum,
3). Laboratorium mengumumkan kegiatan praktikum dilengkapi
dengan pembagian kelompok, acara dan jadwal. 4). Acara praktikum
meliputi pre-test, praktikum inti, post-test dan pelaporan kegiatan
praktikum serta wajib diikuti oleh setiap siswa. 5). Guru atau asisten
praktikum menyampaikan hasil pre-test dengan ketentuan siswa yang
nilai pre-test < 65 tidak boleh mengikuti kegiatan praktikum dan
diberikan kesempatan satu (1) kali melakukan pre-test dengan jadwal
yang ditentukan kemudian. 6). Setelah menyelesaikan materi dalam
praktikum inti, peserta praktikum wajib menyusun draf laporan secara
individu atau kelompok, mengikuti sistematika dalam petunjuk
praktikum. 7). Peserta praktikum wajib mengikuti post-test sesuai
jadwal. Bagi peserta praktikum yang belum mengumpulkan laporan,
tidak boleh mengikuti post-test. 8). Hasil post-test diumumkan di
papan pengumuman laboratorium selambat-lambatnya satu (1) minggu
setelah pelaksanaan. 9). Kepala laboratorium menandatangani kartu
puas. Kartu puas sebagai bukti telah mengikuti kegiatan terjadwal dan
dinyatakan lulus serta digunakan untuk mengambil nilai akhir
praktikum.

16

e. Menyusun Mekanisme Peminjaman Alat Setiap siswa atau kelompok


siswa

sebelum

melaksanakan

praktikum

dan

penelitian

di

laboratorium, dan melakukan peminjaman alat.


1). Prosedur Peminjaman Alat untuk Praktikum a). Tiga (3) hari
sebelum praktikum dimulai, setiap kelompok siswa harus sudah
menyerahkan berkas peminjaman alat yang telah ditandatangani
oleh guru mata pelajaran IPA, b). Staf administrasi laboratorium
menyerahkan berkas peminjaman alat kepada kepala laboratorium,
c).

Kepala

laboratorium

memberikan

memo

kepada

staf

administrasi dan selanjutnya, staf administrasi memberitahukan


memo kepada Laboran yang dimaksud, d). Laboran menyiapkan
peralatan untuk kegiatan praktikum sesuai dengan berkas
peminjaman alat. e). Asisten praktikum melakukan cek atas alat
yang telah disediakan. f). Bila ada kesalahan atau ketidaksesuaian
antara daftar, jenis maupun jumlah alat sebagaimana berkas
peminjaman alat, segera melapor kepada laboran. g). Setelah
memastikan

peralatan

dalam

kondisi

baik

dan

berfungsi

sebagaimana mestinya, serta spesifikasinya sesuai dengan berkas


peminjaman alat, asisten praktikum mengisi buku peminjaman alat.
h). Saat kegiatan praktikum berlangsung, peralatan tidak boleh
dipinjamkan atau dipindah ke tempat lain; selain judul acara
praktikum yang tercantum dalam petunjuk praktikum dan berkas
peminjaman alat. i). Setelah kegiatan praktikum selesai, asisten

17

praktikum segera melapor pada laboran. j). Peserta praktikum


harus membersihkan peralatan, meja dan ruang praktikum, serta
merapikannya. k). Asisten praktikum bersama laboran melakukan
cek atas peralatan yang dipinjam dan digunakan dalam kegiatan
praktikum, untuk memastikan kondisinya sama dengan saat
peralatan akan dipinjam dan digunakan. l). Peserta praktikum
diperbolehkan meninggalkan ruangan laboratorium jika cek
peralatan selesai, kondisi laboratorium bersih dan rapi serta
diijinkan oleh asisten praktikum.
2) Prosedur Peminjaman Alat untuk Penelitian a). Tujuh hari (7) hari
sebelum kegiatan penelitian dimulai; siswa, guru maupun pihak
luar, selanjutnya disebut dengan PEMINJAM; sudah menyerahkan
berkas peminjaman alat yang telah ditandatangani oleh guru
pembimbing maupun pihak luar yang bersangkutan kepada staf
administrasi laboratorium. Penyerahan berkas ini sekaligus
persetujuan atas biaya administrasi dan sewa laboratorium dan/atau
peralatan yang dimaksud dalam berkas peminjaman alat. Besaran
biaya administrasi dan sewa laboratorium diatur dalam lampiran
sendiri, b). Staf administrasi laboratorium menyerahkan berkas
peminjaman

alat

kepada kepala laboratorium,

c). Kepala

laboratorium memberikan memo kepada staf administrasi dan


selanjutnya, staf administrasi memberitahukan memo kepada
Laboran yang dimaksud, d). Laboran menyiapkan peralatan sesuai

18

dengan berkas peminjaman alat, e). Peminjam melakukan cek atas


alat yang telah disediakan, f). Bila ada kesalahan atau
ketidaksesuaian

antara

daftar,

jenis

maupun

jumlah

alat

sebagaimana berkas peminjaman alat, segera melapor kepada


laboran, g). Setelah memastikan peralatan dalam kondisi baik dan
berfungsi sebagaimana mestinya, serta spesifikasinya sesuai
dengan berkas peminjaman alat, peminjam mengisi buku
peminjaman alat, h). Saat kegiatan penelitian berlangsung,
peralatan tidak boleh dipinjamkan atau dipindah ke tempat lain;
selain judul penelitian yang tercantum dalam proposal dan berkas
peminjaman alat, i). Setelah kegiatan penelitian selesai; peminjam
segera melapor pada laboran, j). Peminjam harus membersihkan
peralatan, meja dan ruang laboratorium, serta merapikannya; jika
menggunakan ruang laboratorium selama kegiatan penelitian, k).
Peminjam bersama laboran melakukan cek atas peralatan yang
dipinjam dan digunakan dalam kegiatan penelitian, untuk
memastikan kondisinya sama dengan saat peralatan akan dipinjam
dan digunakan. l). Peminjam membayar biaya sewa atas peralatan
dan/atau laboratorium yang besarnya dapat dilihat pada lampiran
peralatan dan sewa alat. m). Setelah menyelesaikan semua
administrasi dan memastikan kondisi peralatan sebagaimana saat
peminjaman dilakukan; peminjam memperoleh surat keterangan

19

bebas tanggungan alat dan laboratorium serta pengesahan atas hasil


penelitian yang dilakukan.
f. Menyusun Mekanisme Sangsi Penggunaan Laboratorium
1). Kegiatan Praktikum;
a). Peserta praktikum yang tidak mematuhi tata tertib TIDAK
BOLEH masuk dan mengikuti kegiatan praktikum di ruang
laboratorium
b). Peserta praktikum yang datang terlambat (tidak sesuai kesepakatan), tidak memakai jas lab, tidak memakai sepatu, tidak
memakai

baju

berkerah/kaos

berkerah,

dan/atau

tidak

membawa petunjuk praktikum, tetap diperbolehkan masuk


laboratorium tetapi TIDAK BOLEH MENGIKUTI kegiatan
praktikum.
c). Peserta praktikum yang memindahkan dan/atau menggunakan
peralatan praktikum tidak sesuai dengan yang tercantum dalam
petunjuk praktikum dan berkas peminjaman alat, kegiatan
praktikum yang dilaksanakan akan dihentikan dan praktikum
yang bersangkutan dibatalkan.
d). Peserta praktikum yang mengumpulkan laporan praktikum terlambat satu (1) hari, tetap diberikan nilai sebesar 75%,
sedangkan keterlambatan lebih dari satu (1) hari, diberikan
nilai 0%. 5. Peserta praktikum yang telah menghilangkan,
merusak

atau

memecahkan

peralatan

praktikum

harus

20

mengganti sesuai dengan spesifikasi alat yang dimaksud,


dengan kesepakatan antara laboran, pembimbing praktikum
dan kepala laboratorium. Prosentase pengantian alat yang
hilang, rusak atau pecah disesuaikan dengan jenis alat atau
tingkat kerusakan dari alat.
2). Peminjaman Alat;
a). Berkas peminjaman alat yang diserahkan kurang dari tujuh (7)
hari tidak dilayani,
b). Peminjam yang menggunakan alat tidak sesuai dengan proposal
penelitian dan berkas peminjaman alat, dikenakan denda yang
diatur sebagaimana dalam lampiran daftar harga dan sewa
peralatan,
c). Apabila peralatan yang dipinjam mengalami kerusakan, hilang
atau pecah, maka peminjam wajib mengganti alat tersebut,
d). Batas waktu penggantian alat yang rusak, hilang atau pecah
adalah tiga (3) hari setelah adanya laporan kondisi alat kepada
laboran; apabila melewati batas waktu yang ditentukan, maka
hasil penelitian tidak mendapatkan pengesahan dari kepala
laboratorium.
e). Terlambat mengembalikan alat akan dikenakan denda yang
dihitung per jenis alat per hari. Besarnya biaya denda dapat
dilihat pada lampiran daftar harga dan peralatan Pengelolaan
laboratorium berkaitan dengan pengelola dan pengguna,

21

fasilitas laboratorium (bangunan, peralatan laboratorium,


spesimen

biologi,

bahan

kimia),

dan

aktivitas

yang

dilaksanakan di laboratorium yang menjaga keberlanjutan


fungsinya.
Pada dasarnya pengelolaan laboratorium merupakan tanggung
jawab bersama baik pengelola maupun pengguna. Oleh karena itu,
setiap orang yang terlibat harus memiliki kesadaran dan merasa
terpanggil

untuk

mengatur,

memelihara,

dan

mengusahakan

keselamatan kerja. Mengatur dan memelihara laboratorium merupakan


upaya agar laboratorium selalu tetap berfungsi sebagaimana mestinya.
Sedangkan upaya menjaga keselamatan kerja mencakup usaha untuk
selalu mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan sewaktu bekerja
di laboratorium dan penangannya bila terjadi kecelakaan. Para
pengelola

laboratorium

hendaknya

memiliki

pemahaman

dan

keterampilan kerja di laboratorium, bekerja sesuai tugas dan


tanggungjawabnya, dan mengikuti peraturan.
Pengelola laboratorium di sekolah umumnya sebagai berikut.
1). Kepala Sekolah; 2). Wakil Kepala Sekolah; 3). Koordinator
Laboratorium; 4). Penanggung jawab Laboratorium; 5). Laboran.
Diperlukan usaha dari pihak terkait untuk memberdayakan dan
mengaktifkan kembali fungsi laboratorium di sekolah-sekolah demi
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia umumnya dan di SMA
Negeri 4 Palembang khususnya. Dengan adanya tenaga pengelola

22

laboratorium (laboran) di sekolah, sedikit banyaknya dapat membantu


mengaktifkan kembali laboratorium yang ada. Sebab, pengelola
laboratorium (laboran) bertanggung jawab terhadap administrasi
laboratorium berupa buku inventaris alat/bahan, blanko permintaan
alat, blanko permintaan bahan, program kegiatan laboratorium, buku
harian kegiatan laboratorium, jadwal kegiatan laboratorium, serta
menyusun/menata alat menurut jenis dan bahan menurut sifatnya. Dari
uraian tugas tersebut, terlihat bahwa pengelola laboratorium (laboran)
dapat membantu guru dan siswa dalam proses belajar demi terciptanya
pembelajaran IPA yang maksimal (Erwanti, 2010).
Pengelolaan laboratorium sekolah belum dapat dilakukan
sebagaimana mestinya. Bahkan terkesan ruang laboratorium yang
dibangun tidak berfungsi. Tidak sedikit ruangan yang dibangun bagi
kegaiatan laboratorium sekolah ada yang berubah fungsi. Tentu saja
hal tersebut sangat disayangkan dan merugikan.
Banyak

faktor-faktor

yang

menyebabkan

bergesernya

laboratorium sebagai tempat untuk mengamati, menemukan, dan


memecahkan suatu masalah manjadi ruang kelas ataupun gudang,
antara lain: 1). Kurangnya kemampuan dalam mengelola laboratorium
sekolah. 2). Kurangnya pemahaman terhadap makna dan fungsi
laboratorium sekolah serta implikasinya bagi pengembangan dan
perbaikan
laboratorium

sistem

pembelajaran

sekolah

dianggap

IPA.

Ironisnya

membebani

keberadaan

sehingga

jarang

23

dimanfaatkan sebagai mana mestinya. 3). Terbatasnya kemampuan


guru dalam penguasaan mata pelajaran. 4). Belum meratanya
pengadaan dan penyebaran alat peraga Kit IPA sehingga menyulitkan
bagi pusat kegiatan guru untuk menjalankan fungsi pembinaannya
kepada para guru

4. Kajian Manajemen Dalam Pengelolaan Laboratorium IPA


Handoko (1995:25) menjelaskan bahwa dalam Manajemen
terdapat fungsi-fungsi manajemen yang terkait erat dalam pengelolaan
laboratorium IPA. Pada umumnya ada empat (4) fungsi manajemen yang
banyak dikenal masyarakat yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi
pengorganisasian (organizing), fungsi pelaksanaan (actuating) dan fungsi
pengawasan (controlling).
Di bawah ini akan dijelaskan arti definisi atau pengertian masingmasing fungsi manajemen berkaitan dengan pengelolaan laboratorium IPA
seperti yang dimaksudkan di atas.
a. Fungsi Perencanaan / Planning
Fungsi perencanaan adalah suatu kegiatan membuat tujuan
pembelajaran dan diikuti dengan membuat berbagai rencana untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan tersebut. Fungsi perencanaan
dalam pengelolaan laboratorium IPA sangat berperanan penting dalam
suatu fungsi manajemen. Jika suatu pekerjaan tanpa memiliki
perencanaan yang baik, maka akan berakibat fatal di kemudian hari.

24

Dalam perencanaan, dapat juga dibahas tentang karakteristik alat dan


bahan, karakteristik siswa, tata guna, sistem pengelolaannya, dan lain
sebagainya. Analisis fungsi perencanaan pengelolaan laboratorium IPA
perlu dilakukan, antara lain : menentukan alat dan bahan yang tepat
untuk digunakan dalam pembelajaran IPA, dan persyaratan lainnya
yang harus dipenuhi dalam pengelolaan laboratorium IPA. Dari hasil
perencanaan ini akan diperoleh pengelolaan laboratorium IPA yang
dapat membantu proses pembelajaran IPA sehingga dapat meningkat
hasil belajar siswa.

b. Fungsi Pengorganisasian / Organizing


Fungsi pengorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan
pada sumber daya manusia dan sumber daya fisik lain yang dimiliki
organisasi untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta
menggapai tujuan organisasi. Fungsi pengorganisasian ini perlu
dilakukan untuk menentukan sumber daya manusia yang akan
mengelola laboratorium IPA tersebut, karena melalui seleksi sumber
daya manusia yang baik maka akan diperoleh pegawai yang baik pula
dalam pengelolaan laboratorium IPA, agar tidak terindikasi hal-hal
yang akan merusak tatanan pembelajaran di kelas.

c. Fungsi Pelaksanaan / Actuating


Fungsi

pelaksanaan

adalah

suatu

fungsi

pengelolaan

laboratorium IPA guna meningkatkan hasil belajar siswa secara efektif

25

dan efisien, dan lain sebagainya. Dalam fungsi pelaksanaan ini akan
dilakukan kegiatan pengorganisasi laboratorium, inventarisasi alat dan
fasilitas

laboratorium,

administrasi

administrasi

peminjaman

alat-alat

penggunaan

laboratorium,

laboratorium,

administrasi

pemeliharaan alat-alat laboratorium, dan keselamatan kerja di


laboratorium. Melalui fungsi ini diharapkan adanya suatu pengelolaan
laboratorium IPA yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

d. Fungsi Pengawasan / Controlling


Fungsi pengawasan adalah suatu aktivitas menilai kinerja
berdasarkan standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat
perubahan

atau

perbaikan

jika

diperlukan.

Setelah

memiliki

perencanaan yang baik, pengorganisasian yang mantap, serta


pelaksanaan yang baik, maka dibutuhkan suatu kontrol terhadap
kinerja sumber daya manusia maupun sumber daya fisik, agar semua
yang telah dilakukan di atas dapat tetap terpantau, dan tercipta suatu
iklim belajar yang kondusif sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai.

5. Pengertian Analisis
Menurut Prastowo (2002:52), kata Analisis diartikan sebagai
penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu
sendiri, serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang
tepat dan pemahaman arti keseluruhan.

26

Sedangkan menurut Syahrul (2000:48) yang dimaksud analisis


adalah melakukan evaluasi terhadap kondisi dari bagian terkait yang
memungkinkan adanya perbedaan yang muncul.
Menurut Salim (2002) menjabarkan pengertian analisis sebagai
berikut: Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (perbuatan,
karangan dan sebagainya) untuk mendapatkan fakta yang tepat (asal usul,
sebab, penyebab sebenarnya, dan sebagainya), selain itu analisis juga
merupakan penguraian pokok persoalan atas bagian-bagian, penelaahan
bagian-bagian tersebut dan hubungan antar bagian untuk mendapatkan
pengertian yang tepat dengan pemahaman secara keseluruhan.
Sedangkan

menurut

Retnoningsih

(2005)

Analisis

adalah

penjabaran (pembentangan) sesuatu hal, dan sebagainya setelah ditelaah


secara seksama, dan merupakan proses pemecahan masalah yang dimulai
dengan hipotesis (dugaan, dan sebagainya) sampai terbukti kebenarannya
melalui beberapa kepastian (pengamatan, percobaan, dan sebagainya).
Selain itu menurut Retnoningsih, analisis juga merupakan proses
pemecahan

masalah

(melalui

akal)

ke

dalam

bagian-bagiannya

berdasarkan metode yang konsisten untuk mencapai pengertian tentang


prinsip-prinsip dasarnya.

B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan


Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang penulis
lakukan adalah penelitian dari Nur Raina Novianti (2011) dengan judul :

27

Pengelolaan Laboratorium IPA Terhadap Efektivitas Proses Pembelajaran di


SMP Negeri dan Swasta Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat.
Masalah yang menjadi kajian dari penelitian ini adalah efektivitas
proses pembelajaran IPA. Inti kajiannya difokuskan pada faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas proses pembelajaran, meliputi faktor internal dan
eksternal. Faktor internal yang diletili dalam penelitian ini adalah motivasi
belajar siswa dan faktor ekternal yang diteliti adalah pengelolaan laboratorium
IPA.
Tujuan penelitian ini yaitu: 1) Mengetahui gambaran mengenai
pengelolaan laboratorium IPA SMP di Kabupaten Kuningan; 2) Mengetahui
gambaran motivasi belajar siswa SMP di Kabupaten Kuningan; 3) Mengetahui
gambaran efektivitas proses pembelajaran IPA SMP di Kabupaten Kuningan;
4) Menganalisis kontribusi pengelolaan laboratotium IPA terhadap efektivitas
proses pembelajaran; 5) Menganalisis kontribusi motivasi belajar siswa
terhadap efektivitas proses pembelajaran; 6) Menganalisis kontribusi
pengelolaan laboratorium IPA dan motivasi belajar siswa secara bersama-sama
terhadap efektivitas proses pembelajaran IPA SMP di Kabupaten Kuningan.
Metode penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan
kuantitatif terhadap 34 SMP Negeri dan Swasta di Kabupaten Kuningan
dengan jumlah sampel 100 siswa.
Instrumen berupa angket dengan skala Likert.Teknik analisis korelasi
yang digunakan adalah Korelasi Personal Product Moment.

28

Hasil Penelitian di SMP Negeri dan Swasta Kabupaten Kuningan


menunjukkan bahwa: 1) Pengelolaan laboratorium IPA berkriteria baik; 2)
Motivasi belajar siswa

berkriteria sangat baik; 3) Efektivitas proses

pembelajaran IPA berkriteria sangat baik; 4) Kontribusi pengelolaan


laboratorium IPA terhadap efektivitas proses pembelajaran menunjukkan
tingkat kontribusi yang rendah; 5) Kontribusi motivasi belajar siswa terhadap
efektivitas proses pembelajaran menunjukkan tingkat kontribusi yang kuat; 6)
Kontribusi pengelolaan laboratorium IPA dan motivasi belajar siswa terhadap
efektivitas proses pembelajaran menunjukkan tingkat kontribusi yang cukup
kuat.

29

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Perspektif Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan didukung
data kuantitatif. Dalam penelitian ini peneliti bermaksud untuk memperoleh
gambaran

secara

mendalam

dan

menyeluruh

mengenai

pengelolaan

laboratorium.
Metode kualitatif dikembangkan untuk mengkaji kehidupan manusia
dalam kasus kasus terbatas kasuistik sifatnya namun mendalam (in depth) dan
total atau menyeluruh (holistik), dalam arti tidak mengenal pemilihan
pemilihan gejala secara konseptional kedalam aspek aspek yang eksklusif yang
kita kenal dengan variabel (Sudjana, 1989:65)

B. Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian ini adalah pengkajian masalah pengelolaan
laboratorium SMA Negeri di Kecamatan Plaju Kota Palembang.

C. Variabel Penelitian
1. Klasifikasi Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah yang menjadi objek
pengamatan penelitian atau merupakan faktor-faktor yang berperan dalam
peristiwa atau gejala yang diteliti, dalam hal ini adalah pengelolaan
laboratorium.
29

30

Berdasarkan teori-teori yang membahas masalah tersebut maka


dalam penelitian ini penulis menetapkan satu variable dalam penelitian ini
sebagai variabel mandiri yaitu : Analisis Pengelolaan Laboratorium SMA
Negeri di Kecamatan Plaju Kota Palembang.

2. Definisi Konseptual
Definisi konsep dalam penelitian ini meliputi :
a. Analisis adalah melakukan evaluasi terhadap kondisi dari bagian
terkait yang memungkinkan adanya perbedaan yang muncul.
b. Pengelolaan adalah sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang
dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian
kegiatan yang terencana dan terstruktur dalam mencapai tujuan
tertentu.
c. Laboratorium adalah tempat untuk mengaplikasikan teori keilmuan di
bidang IPA, pengujian teoritis, pembuktian uji coba, penelitian, dan
sebagainya dengan menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan
dari fasilitas dengan kuantitas dan kualitas yang memadai

3. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini yang menjadi indikator pengukurannya adalah
pengelolaan laboratorium, yang mengadopsi fungsi-fungsi manajemen dari
Teori Handoko (2005), meliputi :

31

1) Perencanaan (Planning), meliputi:


a) Program Kerja
b) Anggaran
2) Pengorganisasian (Organizing)
a) Sumber Daya Manusia Pelaksana
b) Struktur Organisasi
3) Pelaksanaan (Actuating)
a) Inventarisasi alat dan fasilitas laboratorium
b) Administrasi penggunaan laboratorium
c) Administrasi peminjaman alat-alat laboratorium
d) Administrasi pemeliharaan alat-alat laboratorium
e) Keselamatan kerja di laboratorium
3) Pengawasan (Controlling)
a) Internal
b) Eksternal

D. Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah organisasi yaitu : SMA Negeri
4 Palembang.

E. Informan
Informan adalah orang yang dinilai paling mengetahui tentang objek
permasalahan yang sedang diteliti yaitu : Pengawas Pembina Mata Pelajaran

32

Kimia, Biologi, dan Fisika, Kepala SMA Negeri 4 Palembang, Wakil Bidang
Sarana dan Prasarana, 1 orang Pengelola Laboratorium, 2 orang guru mata
pelajaran Kimia, 2 orang guru mata pelajaran Biologi, 2 orang guru mata
pelajaran Fisika dan 3 orang siswa SMA Negeri 4 Palembang.

F. Jenis dan Sumber Data


1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua
jenis data yaitu:
a. Data kuantitatif, adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif
yang diangkakan.
b. Data kualitatif, adalah data dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan dua jenis, yaitu :
a. Data Primer
Data Primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh
secara langsung di SMA Negeri 4 Palembang sebagai sumber data.
Sumber data primer dalam penelitian ini didapat dari sumber data
utama yaitu informan kunci (key informant), dokumentasi, hasil
wawancara dan observasi langsung ke SMA Negeri 4 Palembang.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain atau
data yang telah diolah pihak lain seperti buku, dokumen, peraturan,
jurnal dan literatur lainnya dan dianggap relevan dengan penelitian ini.

33

G. Teknik Pengumpulan Data


Teknik Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2007:253) pengumpulan data dapat
dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara.
Teknik pengumpulan data dari penelitian ini meliputi :
1. Observasi
Teknik observasi merupakan teknik ketika peneliti mengamati
fenomena yang terjadi di lapangan pada saat proses penelitian sedang
berjalan. Pengamatan dilakukan dengan cara mengkaitkan dua hal, yaitu :
Informasi (apa yang terjadi) dengan konteks (hal-hal yang berkaitan di
sekitarnya) sebagai proses pencarian makna.
Dalam kegiatan observasi ini dilakukan diskusi dengan guru-guru
mata pelajaran IPA perihal materi pelajaran yang akan dipraktikkan dalam
satu semester, sekaligus mengobservasi alat dan bahan yang ada dan yang
belum ada untuk keperluan praktikum guru mata pelajaran IPA tersebut.
2. Wawancara
Teknik wawancara merupakan usaha mengumpulkan data dan
informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan dan
untuk dijawab secara lisan pula melalui tanya jawab yang terarah. Peneliti
berpedoman kepada pertanyaan-pertanyaan wawancara (interview guide)
yang telah disiapkan serta tidak menutup kemungkinan mengembangkan
pertanyaan-pertanyaan baru. Validitas penelitian terletak pada kedalaman

34

menggali informasi yang mencakup beberapa hal, yaitu: pertanyaan


deskriptif, pertanyaan komparatif, dan pertanyaan analisis.
Peneliti melakukan wawancara langsung dengan para informan
dan unit terkait yang mengetahui serta mengenal dengan baik mengenai
berbagai hal yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dalam penelitian
ini peneliti melakukan wawancara langsung dengan informan, karena data
diperoleh dengan mendengarkan jawaban informan atas pertanyaan dari
peneliti.
Dalam kegiatan wawancara ini akan digali dari guru-guru yang
pernah melaksanakan praktik di Laboratorium IPA, terutama masalah
pengelolaan laboratorium ini jika, serta kendala yang dihadapi guru saat
hendak melaksanakan praktikum di Laboratorium IPA ini.

3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan kegiatan penelitian dengan cara studi
kepustakaan, meneliti berbagai dokumen, catatan-catatan, arsip-arsip, serta
laporan penelitian yang sudah ada sehingga dapat menunjang pelaksanaan
penelitian ini dari sumber-sumber resmi yang dapat dipertanggungjawabkan serta berkaitan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.
Selain dari itu, dokumen yang terkait dengan penelitian ini antara lain
adalah: Daftar inventarisasi alat dan fasilitas laboratorium, Buku
administrasi penggunaan laboratorium, Buku administrasi peminjaman

35

alat-alat laboratorium, dan Buku administrasi pemeliharaan alat-alat


laboratorium

H. Teknik Analisis Data


Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis kualitatif yaitu analisis terhadap data yang terkumpul baik berbentuk
kata-kata, gambar (bukan angka-angka, kalaupun angka sifatnya sebagai
penunjang). Data yang diperoleh meliputi transkrip interviu, catatan lapangan,
foto, dokumen pribadi dan lain-lain dengan tujuan untuk melakukan
interpretasi. Model analisis data dalam penelitian ini adalah analisis model
interaktif yang dikembangkan oleh Milles dan Huberman (2002:15).
Teknik analisis data model interaktif berlangsung dalam tiga tahap
berikut :
1. Reduksi Data
Reduksi data dimaksudkan untuk menyusun data hasil wawancara
ke dalam bentuk uraian secara lengkap dan rinci. Kemudian kepadanya
dilakukan reduksi atau pemilihan data yang berkaitan dengan pokok
penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan data pokok atau penting
yang hanya berkaitan dengan permasalahan penelitian
Reduksi data dilakukan secara terus menerus selama penelitian
berlangsung sehingga dapat disusun hasil wawancara (hasil peneltian)
secara lengkap.

36

2. Penyajian Data
Penyajian data (display data) dibuat guna memudahkan peneliti
dalam melihat keseluruhan data hasil wawancara atau melihat bagian
khusus dari hasil wawancara.
Dalam penelitian ini, penyajian data disusun dalam bentuk teks
naratif (kumpulan kalimat) yang dirancang guna menggabungkan
informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang mudah dibaca atau
diinterpretasikan. Dengan cara ini penelitian dapat melihat apa yang
sedang terjadi dan dapat menarik kesimpulan secara tepat.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi


Penarikan kesimpulan dilakukan secara terus menerus sepanjang proses
penelitian dan verifikasi dilakukan guna perbaikan dan pencocokan data
secara terus menerus selama proses penelitian berlangsung.
Pada penelitian ini, kegiatan pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan suatu
siklus kegiatan yang interaktif dan komprehensif yang dilakukan secara
teliti dan rinci sehingga diperoleh hasil penelitian yang akurat.

I. Sistematika Laporan
Untuk memperoleh suatu gambaran yang jelas mengenai penulisan
laporan penelitian ini, maka dijabarkan sedemikian rupa dalam bentuk
sistematika pembahasan terdiri dari 6 (enam) bab, sebagai berikut :

37

BAB I :

Pendahuluan, yang terdiri dari : latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan
manfaat penelitian.

BAB II :

Tinjauan pustaka, yang berisi landasan teori yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini.

BAB III : Metodologi penelitian, yang berisi perspektif pendekatan penelitian, ruang lingkup penelitian, variabel penelitian, unit analisis,
informan, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data,
teknik analisis data, dan rencana sistematika laporan.
BAB IV : Deskripsi wilayah penelitian, yaitu gambaran umum dari lokasi
penelitian.
BAB V : Hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian, merupakan inti
dari penulisan laporan penelitian ini.
BAB VI

: Kesimpulan dan saran, yang merupakan bagian akhir dari penulisan laporan ini.

38

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Setia.
Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.
Budiarjo, 2002. Kebijakan Pemerintah Sektor Publik. Yogyakarta : Andi Offset
Djamarah dan Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Erwanti, 2010. Pengelolaan Laboratorium IPA. Surabaya : Usaha Nasional
Hoogerwerf, 1993. Analisis Pengelolaan Berbagai Kebijakan Pemerintah.
Surabaya : Usaha Nasional. (Diterjemahkan oleh A. Khozin Afandi)
Hamalik, Oemar, 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Handoko, Hani T. 2005. Manajemen. Bandung : Remadja Rosda
Harjanto. 2008. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Harsoyo, 1997. Pengantar Ilmu Administrasi Publik. Surabaya : Usaha Nasional
Islamy, 1997. Kebijakan Publik. Jakarta : Pustaka Ilmu
Isworo, 1996. Analisis Kebijakan Publik. Bandung : Remadja Rosda Karya
Kencana, Inu. 2005. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Jakarta : Dian Pustaka
Milles and Huberman, 2002. Model Analisis Interaktif.
Nasional. (Diterjemahkan oleh A. Khozin Afandi)

Surabaya : Usaha

Narbuko, Cholik. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.


Nasution, 1997. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Novianti, Nur Raina, 2011. Pengelolaan Laboratorium IPA Terhadap Efektivitas
Proses Pembelajaran di SMP Negeri dan Swasta Kabupaten
Kuningan Provinsi Jawa Barat. Jurnal Pendidikan UPI Bandung
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar NasionalPendidikan
Prastowo, 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

39

Retnoningsih, 2005. Analisis Kebijakan Publik. Jakarta : Gramedia Indonesia


Syahrul, 2000. Kenapa Guru Harus Kreatif. Bandung: Mizan
Sadiman,

2004. Media Pendidikan; Pengertian,


Pemanfaatan. Jakarta: Rajawali Pers

Pengembangan,

dan

Santoso, 2008. Tinjauan Kritis Terhadap Kebijakan Pemerintah. Jurnal


Administrasi Publik. FIA Universitas Brawijaya Malang, Edisi VII,
Volume 3, Nomor 9.
Salim, 2002. Pengelolaan Pembelajaran IPA. Bandung : Remadja Rosda Karya
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2005. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Sutrisno, 2010. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta : Andi Offset
Syahrul, 2000. Etika dan Perilaku Organisasi. Bandung : Alfabeta
Thoha, Miftah, 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Grafindo
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Wardoyo, 2008. Manajemen Pendidikan. Semarang: Rasail

Anda mungkin juga menyukai