Anda di halaman 1dari 8

Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat

http://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/btj/index
Vol 1 No 1 2019
Hal 1-8

Penguatan Kompetensi Guru dalam Optimalisasi Fungsi Laboratorium

Arif Sholahuddin1*, Ratna Yulinda2, M. Fuad Sya’ban2, dan Rasidah3


1
Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin,
Indonesia
2
Program Studi Pendidikan IPA, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin,
Indonesia
3
Program Studi Kimia, FMIPA, Universitas Palangka Raya, Palangka Raya, Indonesia
arif.science.edu@ulm.ac.id

Abstrak: Laboratorium sebagai sarana pembelajaran IPA memiliki fungsi sangat penting
dalam menfasilitasi peserta didik membangun kompetensi ilmiah. Oleh karena itu
diperlukan manajemen yang tepat oleh pengelola yang memiliki kompetensi. Kegiatan
workshop ini dilakukan untuk memperkuat kompetensi guru dalam optimalisasi fungsi
laboratorium IPA. Kegiatan dilakukan dalam bentuk ceramah-tanya jawab, diskusi, praktik
laboratorium berbasis inquiry dan latihan implementasi manajemen laboratorium di
laboratorium sekolah. Peserta kegiatan sebanyak 19 orang guru IPA SMP di Kota
Banjarmasin dan Kabupaten Banjar. Kegiatan workshop ini mampu memperkuat
pengetahuan dan keterampilan guru SMP dalam pengelolaan laboratorium dan
keterampilan merancang dan melaksanakan praktikum berbasis guided inquiry serta
kemampuan menerapkan hasil workshop di laboratorium IPA sekolah. Peserta workshop
sangat antusias selama mengikuti kegiatan dan merasa sangat terbantu dalam mengatasi
kendala dan permasalahan yang dialami guru-guru IPA di sekolah masing-masing. Perlu
perluasan peserta workshop di berbagai daerah agar mampu meningkatkan peran
laboratorium dalam mendukung tujuan pembelajaran IPA yang meliputi pengetahuan,
sikap dan keterampilan ilmiah peserta didik.

Kata Kunci: manajemen; laboratorium; guided inquiry; pembelajaran IPA

Abstract: Laboratory has a very important function as a means of science learning to


facilitate students to build their scientific competences. Therefore, we need a proper
management which is performed by the competent laboratory managers. This workshop
was conducted to strengthen the teachers’ competence in optimizing the functions of
science laboratory. The workshop methods including lectures, discussions, inquiry-based
laboratory practices and implementation of school’s laboratory management. The
participants were 19 junior high school science teachers in Banjarmasin City and Banjar
Regency. This workshop was able to strengthen teachers’ knowledge and skills in
managing school’s laboratory, teachers’ skills to design and implement guided inquiry-
based practicum, and teachers’ ability to apply skills in managing science laboratory.
The participants appear very enthusiastic during the workshop and they felt greatly
helped in overcoming many laboratory obstacles and problems. It is necessary to expand
the workshop’s participants in various regions in order to increase the role of
laboratories in supporting science learning objectives which is include scientific
knowledge, attitudes and skills of students.

Keywords: management; laboratory; guided inquiry; learning science


© 2019 Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Sholahuddin, et al./Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat 1 (1) 2019 1-8

How to cite: Sholahuddin, A. Yulinda, R., Sya’ban, M. F., & Rasidah, R. (2019).
Penguatan kompetensi guru dalam optimalisasi fungsi laboratorium. Bubungan Tinggi
Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(1), 1-8.

PENDAHULUAN terjadi di daerah lain di Indonesia


Peranan laboratorium sangat (Hidayah, Rosidin, & Maulina, 2015;
penting dalam membentuk literasi Kwok, 2015; Suseno & Riswanto, 2017;
ilmiah peserta didik. Aktivitas Susilo, 2018).
laboratorium mampu membekali peserta Sutrisno (2017) mengemukakan,
didik dengan pengetahuan sains yang supaya sarana dan prasarana
baik, dan kemampuan menerapkan laboratorium IPA di sekolah dapat
pengetahuan untuk menjelaskan berperan dan berfungsi secara
fenomena sehari-hari serta mampu berkelanjutan maka diperlukan sebuah
menyelesaikan masalah yang dihadapi sistem pengelolaan laboratorium yang
secara ilmiah. Berbagai hasil belajar, terencana dan dievaluasi dengan baik.
keterampilan proses sains, kemampuan Sistem pengelolaan laboratorium ini
memecahkan masalah, dan sikap melibatkan semua pihak yang terkait
terhadap sains dapat berkembang dengan penyelenggaraan laboratorium
melalui kegiatan hands-on melalui IPA di sekolah yang bersangkutan.
pembelajaran sains berbasis inkuiri Masalah keterbatasan sumber daya
(Aktamiş, Hiğde, & Özden, 2016; manusia pengelola laboratorium hanya
Athuman, 2017; Ayvaci & Yildiz, 2015; dapat di atasi dengan kebijakan
Ergül, Şımşeklı, Çaliş, Özdılek, kepegawaian oleh pemerintah pusat
Göçmençelebı, & Şanli, 2011; Wahyuni, maupun daerah. Namun demikian
Indrawati, Sudarti, & Suana, 2017). persoalan lain yakni kompetensi
Penggunaan berbagai bahan kimia pengelola dan laboran perlu ditingkatkan
yang umumnya dalam kategori B3 dan agar mampu mengelola laboratorium
peralatan laboratorium yang relatif dan melayani peserta didik dalam
banyak dengan investasi yang mahal, memanfaatkan laboratorium untuk
memerlukan pengelolaan baik agar mencapai tujuan pembelajaran.
mampu mencapai tujuan pembelajaran Workshop manajemen laboratorium
sains. Oleh karena itu diperlukan sumber merupakan salah satu pendekatan yang
daya pengelola yang memiliki efektif untuk meningkatkan kompetensi
kompetensi yang baik dalam hal guru dalam hal pengelolaan sumber
manajemen laboratorium IPA. daya laboratorium secara efektif dan
Hasil obesrvasi di beberapa sekolah efesien. Sebab, kompetensi yang
menengah pertama di Kota Banjarmasin, diperoleh guru tidak hanya bersumber
menunjukkan bahwa hampir semua dari penyampaian materi workshop,
laboratorium tidak memiliki tenaga namun juga pengalaman bekerja di
laboran untuk mengelola laboratorium laboratorium secara langsung.
(Sholahuddin & Hafizah, 2019). Semua Workshop pada kegiatan
jenis laboratorium yang ada di sekolah pengabdian kepada masyarakat (PKM)
hanya dipimpin oleh seorang ketua ini bertujuan untuk (1) meningkatkan
laboratoriun dan dibantu oleh guru yang pemahaman kepada para guru IPA
bertugas sebagai laboran. Akibatnya tentang pengelolaan laboratorium IPA di
pengelolaan laboratorium tidak optimal, sekolah dan (2) mengoptimalkan
termasuk pemanfaatannya tidak mampu pemanfaatan laboratorium sebagai
mendukung tujuan pembelajaran secara sarana mencapai tujuan pembelajaran
komprehensif. Keadaan yang sama juga IPA. Kegiatan workshop meliputi

2
Sholahuddin, et al./Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat 1 (1) 2019 1-8

penguatan konsep manajemen Berdasarkan latar belakang


laboratorium terutama terkait pendidikan, peserta pelatihan terdiri dari
pengelolaan alat dan bahan, desain dan berbagai latar belakang yang cukup
praktik laboratorium berbasis guided beragam. Meskipun mayoritas peserta
inquiry. memiliki latar belakang Pendidikan
Kimia dan tidak satupun yang
berlatarbelakang Pendidikan IPA,
METODE namun jika dilihat dari profesi dan
Metode yang digunakan dalam pengalamannya, guru-guru memiliki
kegiatan PKM ini adalah ceramah-tanya potensi, pengetahuan dasar dan
jawab, diskusi tentang pengelolaan kemampuan, untuk bisa mengelola
laboratorium IPA, desain dan praktikum laboratorium dengan baik. Berdasarkan
penggunaan laboratorium untuk wawancara dengan peserta umumnya
mencapai tujuan pembelajaran IPA. laboratorium sekolah yang dimiliki
Kegiatan PKM ini diikuti oleh 19 masih belum secara optimal
orang guru IPA SMP di Kota diberdayakan untuk pembelajaran IPA.
Banjarmasin dan Kabupaten Banjar. Namun demikian potensi penguatan
Tahapan kegiatan workshop sebagai peran laboratorium untuk menunjang
berikut. penyelenggaraan kurikulum IPA yang
Tahap Awal. Pada tahap ini dilakukan berorientasi pendekatan saintifik sangat
perijinan kegiatan dan penyiapan materi besar.
workshop baik dalam bentuk materi, Kegiatan pelatihan diawali dengan
lembar kerja praktik laboratorium dan pembekalan materi yang dilakukan
alat dan bahan yang digunakan selama melalui metode ceramah-tanya jawab
kegiatan. dan diskusi dan diakhiri dengan
Tahap Pelaksanaan. Penyampaian pelaporan tugas mandiri oleh para
materi secara teori, praktik pengelolaan peserta. Kegiatan penyampaian materi
laboratorium, diskusi masalah dan dilakukan oleh 4 (empat) orang
solusi, observasi, tugas mandiri dan narasumber yang merupakan Dosen
pelaporan Program Studi Pendidikan IPA dengan
Tahap Akhir. Tahapan ini digunakan pembagian materi sesuai dengan
untuk mengevaluasi kegiatan yang telah keahlian atau kompetensi akademik
berlangsung. Kegiatan evaluasi masing-masing. Materi pengelolaan
dilakukan melalui (1) Observasi kinerja laboratorium meliputi pengelolaan alat
yang dilakukan sebelum, saat dan bahan, administrasi laboratorium,
berlangsung dan sesudah kegiatan dan desain dan praktikum IPA berbasis
workshop berlangsung (2) Laporan guided inquiry.
kegiatan praktik mandiri di Hasil pengamatan kinerja para
Laboratorium IPA sekolah. peserta workshop dilakukan melalui
observasi saat sebelum, saat berlangsung
dan sesudah kegiatan workshop
HASIL DAN PEMBAHASAN berlangsung. Peserta pelatihan sangat
Semua sekolah di mana peserta antusias dalam mengikuti rangkaian
workshop berafiliasi telah memiliki kegiatan pelatihan. Tanya jawab dan
laboratorium IPA. Namun demikian tanggapan berbagai masalah terkait
umumnya belum memenuhi standar pengelolaan laboratorium berlangsung
sarana dan prasarana sebagaiamana sangat dinamis baik dengan instruktur
ditetapkan oleh Permendikbud No. 24 maupun sesama peserta. Selain
tahun 2007. mendiskusikan materi pengelolaan
laboratorium secara konseptual, banyak

3
Sholahuddin, et al./Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat 1 (1) 2019 1-8

pertanyaan yang diajukan oleh peserta sebagai sarana utama dalam


terkait temuan-temuan masalah di pembelajaran.
sekolah mereka pada saat kegiatan Pengelolaan laboratorium yang baik
diskusi dan praktik. Misalnya, diskusi terbukti mampu membangun persepsi
terkait fasilitas laboratorium IPA di peserta didik yang baik terhadap
sekolah yang belum memenuhi standar, keselamatan pemanfaatan bahan kimia.
kemampuan dan penguasaan guru Selain itu terdapat hubungan antara
terhadap peralatan dan pemanfaatan manajemen dan tata kelola yang baik
bahan praktik masih belum optimal dan dengan suasana yang aman dan nyaman
contoh modul praktikum yang baik bagi pengguna, pemakai dan pengelola
untuk menjadi pegangan para peserta laboratorium (Ali, Ta, Zakaria, Mokhtar,
dalam melakukan kegiatan praktikum di & Halim, 2018; Gunawan, 2019).
sekolah sesuai dengan tuntutan K13. Pengelolaan dan pendayagunaan
Dalam hal pengelolaan bahan, salah laboratorium yang baik sangat
satu kasus yang banyak diungkapkan ditentukan oleh pengelola, anggaran,
peserta antara lain beberapa sekolah dan keterlibatan guru IPA di sekolah.
memiliki ketersediaan bahan kimia, Sebab kelengkapan sarana prasarana dan
namun keberadaannya telah kadaluwarsa adanya pengelola belum tentu dapat
bahkan telah mengalami perubahan menjamin optimalisasi fungsi dan
wujud apakah bisa digunakan keberlanjutan laboratorium jika tidak
praktikum? didukung oleh adanya manajemen
Pada dasarnya, selama kemasan laboratorium yang baik (Suryanta,
tidak terbuka dan bahan-bahan yang 2010).
tidak berubah wujud meski sudah sangat
lama, maka bahan umumnya masih bisa Praktikum IPA berbasis Guided
digunakan. Namun sebaliknya, bila Inquiry
kemasan telah terbuka, apalagi ada Peserta workshop juga dikenalkan
perubahan wujud dan warna bahan maka cara mendesain lembar kerja peserta
diduga kuat bahan telah terkontaminasi didik (LKPD) berbasis inkuiri
atau bereaksi dengan uap bahan lain. terbimbing (guided inquiry) untuk
Oleh karena itu bahan ini tidak bisa memandu kegiatan praktikum IPA.
digunakan untuk praktikum, dan perlu LKPD berbasis inkuiri ini berupa
penampungan pada tempat atau petunjuk praktikum yang memandu
kontainer khusus yang aman agar bahan peserta didik untuk menemukan konsep
tidak terbuang dan mencemari melalui kegiatan penyelidikan mulai dari
lingkungan sekitarnya. Kemasan bahan merumuskan masalah, menyatakan
yang telah kehilangan label bahan, bisa hipotesis, mengumpulkan data,
diidentifikasi untuk dilabelisasi kembali menginterpretasi data hingga membuat
sehingga dapat dimanfaatkan. kesimpulan.
Berdasarkan janya jawab dan LKPD disusun sedemikian hingga
diskusi yang dilakukan selama kegiatan setiap tahap ilmiah tersebut diberikan
workshop, menunjukkan bahwa hampir panduan secara tertulis pada LKPD agar
seluruh peserta pelatihan telah peserta didik lebih mudah melakukan
memahami pentingnya pengelolaan kegiatan dan menjelaskan fakta yang
laboratorium IPA di sekolah dan diamati selama penyelidikan. Sebagai
bagaimana mengelola sumber daya contoh pada saat melakukan praktikum
laboratorium yang dimiliki untuk tentang fotosintesis.
mencapai tujuan pembelajaran IPA. Hipotesis:
Kemampuan ini sangat penting bagi Makin………….cahaya, makin
optimalisasi fungsi laboratorium IPA ………….oksigen yang dihasilkan.

4
Sholahuddin, et al./Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat 1 (1) 2019 1-8

Jawab: memerlukan panduan agar mampu


Makin tinggi intensitas cahaya mengonstruksi pengetahuan hingga
gelembung oksigen yang dihasilkan menemukan konsep. Tabel 1 berikut
semakin banyak. menggambarkan panduan yang
Demikian juga dalam interpretasi dimaksud.
data peserta didik tingkat SMP masih

Tabel 1 Contoh Tabel Hasil pengamatan


Jumlah Gelembung
No Perlakuan /menit
10 20 30 40 50
1 Medium air diletakkan ditempat terang dalam
ruangan (intensitas cahaya I)
2 Medium air diletakkan diluar ruangan, ditempat
terbuka (intensitas cahaya II)
3 Medium air + NaHCO3 diletakkan ditempat terang
dalam ruangan (intensitas cahaya I)
4 Medium air + NaHCO3 diletakkan diluar ruangan,
ditempat terbuka (intensitas cahaya II)

Pertanyaan penuntun setelah Optimalisasi pemanfaatan


praktikum dapat dibuat menjadi laboratorium dapat dilihat dari laporan
“berdasarkan data pada tabel hasil kegiatan praktik mandiri oleh para
pengamatan, buatlah grafik yang peserta pelatihan manajemen
menghubungkan antara lama waktu dan laboratorium yang dilaksanakan di
jumlah gelembung pada kedua tempat Laboratorium IPA sekolah masing-
dengan intensitas cahaya yang berbeda. masing. Berdasarkan laporan yang
Berdasarkan grafik data No. I dan No. 2 dikumpulkan oleh peserta dapat
apa yang dapat kalian simpulkan diperoleh informasi bahwa (1) Telah
……………….” Dan seterusnya. dilakukan pendataan alat-alat
Dengan model quided inquiry ini peserta laboratorium dan bahan yang tersedia di
didik diberikan bantuan tahap demi laboratorium sekolah dan (2) Telah
tahap yang meminjam istilah Vygotsky dibuat penjadwalan penggunaan
dinamakan scaffolding (Slavin, 2009). laboratorium IPA disekolah, baik untuk
Peserta didik hingga tingkat sekolah kegiatan praktikum maupun untuk
menengah atas model guided inquiry kegiatan sekolah lainnya.
masih lebih baik dibandingkan Beberapa kegiatan tindak lanjut
structured-inquiry maupun free-inquiry yang harus dijaga oleh pengelola
(Sholahuddin & Shadriyah, 2017). laboratorium meliputi (1) Suasana
Panduan praktikum yang berbentuk laboratorium dalam keadaan disiplin
“cook book” terbukti tidak mampu yang baik. (2) Kebersihan, keamanan
melatih kemampuan memecahkan dan keselamatan selalu dipelihara (3)
masalah (Diawati, 2015). Makin terbiasa Penjadwalan secara teratur untuk
siswa dengan aktivitas ilmiah, maka menjamin pemanfaatan oleh guru dan
bantuan atau panduan semakin dikurangi siswa secara optimal (4) Membuat
hingga siswa mampu membangun perencanaan kegiatan secara teratur tiap
pengetahuannya secara mandiri. semester, dan (5) Melakukan secara
rutin terhadap seluruh kegiatan
Implementasi Pengelolaan laboratorium untuk meningkatkan
Laboratorium IPA di Sekolah kualitas layanan pembelajaran.

5
Sholahuddin, et al./Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat 1 (1) 2019 1-8

Laboratorium adalah tempat yang menjadi salah satu faktor yang menarik
memerlukan perhatian atau pengelolaan para guru untuk mengikuti kegiatan ini
secara khusus dan tidak boleh dengan antusiasme yang tinggi.
sembarangan. Sutrisno, (2017) Kesadaran para guru akan pentingnya
menyatakan bahwa semua personil pengelolaan laboratorium yang baik
laboratorium harus terlatih dan mengalami peningkatan sebagai akibat
memahami cara kerja semua fasilitas keterlibatannya dalam kegiatan
serta cara menggunakannya dengan workshop. Hasil kegiatan ini diharapkan
benar. Hal serupa juga diungkapkan oleh berdampak pada penguatan kompetensi
Herrington & Nakhleh (2003) yang siswa dalam membangun keterampilan
menyatakan bahwa baik guru ataupun proses sains dan literasi ilmiahnya.
siswa harus memiliki pengetahuan yang
mumpuni terhadap prosedur, teknik dan
pengukuran resiko kerja. Dengan SIMPULAN
demikian, kemungkinan resiko atau Kegiatan workshop dalam rangka
bahaya yang terjadi di laboratorium pengabdian masyarakat ini mampu
dapat diminimalisir. Oleh karena itu, memperkuat pengetahuan dan
kegiatan ini dirancang sedemikian keterampilan guru SMP dalam
hingga supaya memberikan panduan pengelolaan laboratorium dan
praktis bagi guru IPA untuk menilai keterampilan merancang dan
bahaya, resiko, penggunaan alat dan melaksanakan praktikum berbasis
manajemen laboratorium yang standar guided inquiry. Selain itu kemampuan
untuk di sekolah. Sebab ada hubungan menerapkan hasil workshop juga sangat
antara penerapan SOP dan tingkat baik berdasarkan laporan implementasi
pengetahuan dengan kejadian di sekolah dalam bentuk guru telah
kecelakaan kerja, dan ada hubungan mampu (1) melakukan pendataan dan
antara penggunaan alat pelindung diri penataan alat-alat dan bahan yang
dengan terjadinya kecelakaan kerja di tersedia di laboratorium sekolah dan (2)
laboratorium pendidikan membuat jadwal penggunaan
(Cahyaningruma, Sarib, & Iswandari, laboratorium IPA disekolah, baik untuk
2019). kegiatan praktikum maupun untuk
Optimalisasi laboratorium adalah kegiatan sekolah lainnya. Peserta
suatu usaha untuk mengoptimasikan workshop sangat antusias selama
pemakaian laboratorium sehingga dapat mengikuti kegiatan dan merasa sangat
memberikan manfaat sebesar-besarnya terbantu dalam mengatasi kendala dan
untuk menunjang pencapaian tujuan permasalahan yang dialami guru-guru
proses belajar mengajar yang IPA di sekolah masing-masing.
menggunakan laboratorium.
Laboratorium yang optimum
penggunaannya akan memberikan DAFTAR PUSTAKA
dampak secara langsung pada peserta Aktamiş, H., Hiğde, E., & Özden, B.
didik berupa peningkatan kompetensi (2016). Effects of the inquiry-based
peserta didik tersebut secara maksimal, learning method on students’
baik aspek pengetahuan, sikap, maupun achievement, science process skills
keterampilan, termasuk keterampilan and attitudes towards science: A
proses sains. meta-analysis science. Journal of
Tuntutan kurikulum terbaru di Turkish Science Education, 13(4),
Indonesia yang merekomendasikan 248–261.
pendidik untuk menyajikan https://doi.org/10.12973/tused.1018
pembelajaran dengan pendekatan ilmiah 3a.

6
Sholahuddin, et al./Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat 1 (1) 2019 1-8

Ali, N. L., Ta, G. C., Zakaria, S. Z. S., Laboratorium Mimrobiologi. Jurnal


Mokhtar, M., & Halim, S. A. Pengelolaan Laboratorium
(2018). Chemical safety in school Pendidikan, I(I), 19–25.
laboratories located in urban and Herrington, D. G., & Nakhleh, M. B.
rural areas: a case study in cameron (2003). What defines effective
highlands, malaysia. International chemistry laboratory instruction?
Journal of the Malay World and teaching assistant and student
Civilisation, 6(Special Issue 1), 11 perspectives. Journal of Chemical
– 16. Education, 80(10), 1197 – 1205.
Athuman, J. J. (2017). Comparing the Hidayah, N., Rosidin, U., & Maulina, D.
effectiveness of an inquiry-based (2015). Deskripsi kemampuan guru
approach to that of conventional ipa di SMP swasta Bandar
style of teaching in the Lampung dalam mengelola
development of students’ science laboratorium. Makalah tidak
process skills. International dipublikasikan. Bandar Lampung:
Journal of Environmental & FKIP Universitas Negeri Lampung.
Science Education, 12(8). Kwok, P. W. (2015). Science laboratory
Ayvaci, H. S., & Yildiz, M. (2015). An learning environments in junior
evaluation of the instruction carried secondary schools. Asia-Pacific
out with printed laboratory Forum on Science Learning and
materials designed in accordance Teaching, 16(1), 1–28.
with 5E model: reflection of light Sholahuddin, A., & Hafizah, E. (2019).
and image on a plane mirror. Laporan observasi laboratorium
Eurasia Journal of Mathematics, sekolah mahasiswa pendidikan IPA
Science & Technology Education, Tidak dipublikasikan.
11(6), 1677–1695. Sholahuddin, A., & Shadriyah, Y.
Cahyaningruma, D., Sarib, H. T. M., & (2017). Analysis of Students’
Iswandari, D. (2019). Faktor-Factor Process Skills and Chemistry
yang berhubungan dengan Kejadian Learning Outcomes, 5th SEA-DR
kecelakaan kerja di laboratorium (South East Asia Development
pendidikan. Jurnal Pengelolaan Research. International
Laboratorium Pendidikan, 1(2), Conference, 100, 364–370.
41– 47. Slavin, R. I. (2009). Education
Diawati, C. (2015). Laboratory practice psycology (9th ed.). New Jersey,
and its contribution in constructing NJ: Pearson.
higher-order thinking skills: a case Suryanta, S. (2010). Manajemen
study in basic chemistry course. In Operasional Laboratorium,
Proceeding The 1st International Universitas Negeri Yogjakarta.
Seminar on Chemical Education Suseno, N., & Riswanto. (2017). Sistem
(pp. 123–128). pengelolaan laboratorium fisika
Ergül, R., Şımşeklı, Y., Çaliş, S., untuk mewujudkan pelaksanaan
Özdılek, Z., Göçmençelebı, Ş., & praktikum yang efisien. Jurnal
Şanli, M. (2011). The effects of Pendidikan Fisika, V(1), 76–86.
inquiry-based science teaching on Susilo, B. (2018). Manajemen
elementary school students’science laboratorium dalam upaya
process skills and science attitudes. mewujudkan prestasi belajar IPA.
Bulgarian Journal of Science & Media Manajemen Pendidikan,
Education Policy, 5(1), 48–68. 1(2), 225–228.
Gunawan, I. (2019). Manajemen Sutrisno, S. (2017). Keselamatan di
Pengelolaan Alat dan bahan di Laboratorium Kimia. Malang: UM

7
Sholahuddin, et al./Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat 1 (1) 2019 1-8

Press. learning in junior high school.


Wahyuni, S., Indrawati, I., Sudarti, S., & Jurnal Pendididkan IPA Indonesia,
Suana, W. (2017). Developing 6(1), 165–169,.
science process skills and problem https://doi.org/10.15294/jpii.v6i1.6
solving abilities based on outdoor 849.

Anda mungkin juga menyukai