Anda di halaman 1dari 14

ISSN: 2303-288X Vol. 3, No.

2, Oktober 2014

ANALISIS KEBUTUHAN TATA KELOLA TATA LAKSANA


LABORATORIUM IPA SMP DI KABUPATEN BULELENG
I Dewa Putu Subamia1, Putu Artawan2, I.G.A.N. Sri Wahyuni3
1
Jurusan Pendidikan Kimia, 2,3Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas MIPA
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja Indonesia

e-mail: ajiram_dewa@yahoo.com
Abstrak
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah rendahnya kualitas tata
kelola dan tata laksana laboratorium IPA SMP di Kabupaten Buleleng. Penelitian ini
bertujuan untuk melakukan analisis kebutuhan pengembangan perangkat Tata
Kelola Tata Laksana Laboratorium IPA di SMP. Populasi penelitian mencakup
seluruh SMP Negeri dan Swasta di Kabupaten Buleleng. Sampel penelitian
ditetapkan dengan teknik cluster sampling mempertimbangkan status sekolah,
keadaan sosial, dan alamiahnya. Jumlah sekolah sampel sebanyak 9, masing-
masing 3 dari setiap kawasan kabupaten Buleleng; dengan melibatkan kepala
sekolah, pengelola lab, guru IPA, dan laboran sebagai subjek penelitian. Data
penelitian dikumpulkan dengan daftar isian, pedoman observasi, pedoman
wawancara, penilaian kinerja, dan angket; serta dianalisis secara
deskriptif,dilengkapi cross-check data dari sumber data. Kesimpulan hasil analisis:
sekolah menghadapi beberapa kendala dan hambatan untuk melaksanakan tata
kelola tata laksana laboratorium, yaitu: keterbatasan ruang dan fasilitas
laboratorium, keterbatasan alat-alat dan bahan-bahan praktikum, ketidaktersediaan
tenaga laboran, belum ada SOP tata kelola tata laksana laboratorium,
ketidakmampuan guru mengelola pembelajaran sesuai dengan ketersediaan waktu
efektif, hambatan psikologis guru yang belum merasa puas jika tidak banyak
berceramah,dan keterbatasan laboratorium IPA SMP,(2)artikel ilmiah,dan (3)
proseding pada seminar ilmiah institusi.dana pendukung operasional. Luaran
penelitian berupa (1) perangkat SOP tata kelola dan tata laksana laboratorium IPA
SMP,(2)artikel ilmiah,dan (3) proseding pada seminar ilmiah institusi.

Kata kunci: tata kelola, tata laksana, laboratorium

Abstract
The issues raised in this study is the low quality of governance and management of
junior high school science lab in Buleleng regency. This study aims to analyze the
development needs of Governance in the Science Laboratory Procedure SMP. The
study population includes all public and private junior high school in Buleleng
regency. Study sample defined by cluster sampling technique to consider the status
of the school, the social, and natural. Number of sample schools by 9, 3 each from
each area of Buleleng regency; involving principals, managers lab, a science
teacher, and the laboratory as a research subject. Data were collected to a
questionnaire, observation, interview guides, performance assessment, and

Jurnal Pendidikan Indonesia |446


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 2, Oktober 2014

questionnaires, as well as analyzed descriptively, has cross-checked the data from


the data source. Conclusion The results of the analysis: the school faced some
obstacles and barriers to implementing governance and management laboratories,
namely: the limitations of space and laboratory facilities, limitations of the tools and
lab materials, unavailability of laboratory personnel, there is no Standard
Operational Procedure of laboratory governance and management, incompetence
teacher to manage learning within the available time effectively, psychological
barriers that teachers do not feel satisfied if there is a lot of preaching, and
operational support funding limitations. Research outputs in the form of (1) the SOP
governance and management of junior high science lab, (2) scientific articles, and
(3) Proceedings of the scientific seminar institution.

Keywords: governance, management, laboratory

PENDAHULUAN yang harus diupayakan guna


Sebagai bagian integral proses meningkatkan mutu pembelajaran IPA di
pembelajaran IPA, laboratorium sekolah sekolah. Oleh karena itu untuk
memiliki fungsi yang sangat strategis meningkatkan efesiensi dan efektifitas,
dalam pencapaian kompetensi siswa. laboratorium harus dikelola dan
Kegiatan laboratorium akan sangat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
mendukung pelaksanaan proses Dalam proses belajar mengajar
pembelajaran IPA, terutama karena Ilmu IPA, laboratorium dapat difungsikan
Pengetahuan Alam dibangun dari sebagai tempat: a) menemukan
berbagai eksperimen. Disamping masalah, b) memecahkan masalah, c)
merupakan salah satu aspek penilaian memeperdalam pengertian suatu fakta,
penjaminan mutu pendidikan nasional d) menemukan berbagai pengertan atau
(PP No. 19 Tahun 2005), pentingnya fakta, e) melatih kebiasaan dan
praktikum dalam pendidikan IPA juga keterampilan ilmiah, dan f) mendididk
mensyaratkan bahwa keberadaan anak menjadi cermat, kritis dan cekatan
laboratorium IPA di SMP benar-benar (Sidharta, A. dkk. 2007).
penting. PP Nomor 19 Tahun 2005 Menurut Mundilarto (2007),
tentang Standar Nasional Pendidikan tujuan penggunaan laboratorium IPA
Pasal 42 ayat (2) serta Pasal 43 ayat (1) diantaranya adalah: (1)
dan ayat (2) mensyaratkan bahwa mengembangkan kompetensi siswa,
pendidikan wajib memiliki prasarana baik aspek kognitif, psikomotor, maupun
termasuk ruang laboratorium untuk afektif; (2) mengembangkan kompetensi
menunjang proses pembelajaran yang sosial siswa; (3) mengembangkan
teratur dan berkelanjutan. keterampilan siswa dalam hal
Demikian pula Badan Standar pengamatan, pencatatan data, dan
Nasional Pendidikan (BSNP, 2006) penggunaan alat; (4) melatih siswa
menyatakan bahwa sekolah harus bekerja cermat dan disiplin; (5)
memiliki sarana prasarana laboratorium mengembangkan daya pikir siswa
disamping perabot dan peralatan melalui analisis dan penafsiran hasil
pendidikan lainnya. Keberadaan percobaan; (6) mngembangkan
peralatan dan bahan laboratorium dalam kejujuran dan kerjasama serta rasa
pembelajaran IPA merupakan sarana tanggung jawab.

Jurnal Pendidikan Indonesia |447


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 2, Oktober 2014

Koretsky, M (2011), menyebut- meningkatkan daya dukung laboratorium


kan dalam hasil penelitiannya bahwa terhadap kualitas pembelajaran IPA.
secara signifikan respon siswa Namun kenyataannya, efektivitas
meningkat pada kelompok yang dan efisiensi laboratorium IPA SMP di
diberikan model eksperimen. Kabupaten Buleleng masih sangat
Pemanfaatan laboratorium dalam rendah. Data hasil wawancara yang
pembelajaran dapat meningkatkan hasil diperoleh dari tenaga laboratorium IPA
belajar siswa secara signifikan. Novianti, SMP di Buleleng menunjukkan bahwa
N.R. (2011), meyebutkan bahwa belajar frekuensi penggunaan laboratorium IPA
IPA akan menghasilkan produk IPA itu SMP di Kabupaten Buleleng masih
sendiri, cara berpikir ilmiah, dan sikap rendah.
ilmiah. Ketiga hal tersebut dipelajari Sidharta,A.,dkk.(2007)
melalui kerja ilmiah yang dilakukan menyebutkan fakta di lapangan banyak
melalui kegiatan eksperimen di kendala pemanfaatan laboratorium
laboratorium. Untuk keperluan ini harus sebagai sarana praktikum. Hasil
tersedia sarana dan prasarana penelitian Anna (2007), melaporkan
laboratorium serta sistem pengelolaan bahwa umumnya para guru merasa
yang baik dan benar. kurang menguasai teknik mengelola
Krajcik, J. S. and Banaszak Holl, alat, bahan dan limbah laboratorium.
M. M. (2012), menyebutkan bahwa Praktek sangat minim, rata-rata 3-5
salah satu prasyarat dalam kali/3 tahun. Keadaan ini memang
pembelajaran/praktikum IPA adalah sangat memprihatinkan, karena ternyata
pemanfaatan laboratorium. Oleh sebab berdampak lanjut terhadap pemahaman
itu diperlukan adanya sistem siswa terhadap kemampuan dasar
pengelolaan atau manajemen berlaboratorium.
laboratorium IPA yang baik. Hal senada Subamia I.D.P. (2012.),
juga dikemukakan oleh Berte, L.M. menemukan bahwa rendahnya
(2012), bahwa pengelolaan laboratorium keterampilan dasar berlaboratorium
memiliki peranan penting dalam berkorelasi terhadap rendahnya
mewujudkan efektivitas pembelajaran. frekuensi penggunaan laboratorium dan
Lebih jauh dijelaskan bahwa terlantarnya keberadaan laboratorium
untuk meningkatkan efesiensi dan IPA SMP. Selanjutnya akan
efektifitas, laboratorium harus dikelola berpengaruh terhadap proses dan hasil
dan dimanfaatkan dengan baik. Dari belajar IPA. Hal tersebut memberi
tujuan pembelajaran IPA di SMP, sinyalemen kuat bahwa pemberdayaan
sebagian besar tujuan tersebut hanya pengetahuan dan keterampilan
dapat dicapai secara optimal bila guru pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan
menggunakan laboratorium sebagai dilaboratorium bagi staf/tenaga
sarana dan prasarana belajar siswa laboratorium sangatlah penting.
(Sulastri, S. 2008). Observasi di beberapa
Oleh karenanya, perlu upaya laboratorium SMP di kabupaten
pemberdayaan tata kelola dan tata Buleleng diketahui keberadaan
laksana laboratorium untuk laboratorium IPA di SMP sebagian
besar “terlantarkan”. Alat-alat yang ada

Jurnal Pendidikan Indonesia |448


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 2, Oktober 2014

banyak yang tidak tertangani dengan dan pelaksanaan kegiatan laboratorium


baik, tidak terawat, dan tidak dapat IPA SMP di Kabupaten Buleleng? d)
difungsikan secara optimal. Hal ini Bagaimana kompetensi tata kelola tata
menunjukkan bahwa pengelolaan, laksana laboratorium yang dimiliki
pemanfaatan dan pemberdayaan tenaga laboratorium IPA SMP di
laboratorium IPA SMP di Kabupaten Kabupaten Buleleng? e) Bagaimana
Buleleng belum memenuhi standar mutu upaya untuk meningkatkan kualitas tata
yang dipersyaratkan (Subamia, I.D.P, kelola tata laksana laboratorium IPA
2011). SMP di Kabupaten Buleleng?
Berdasarkan hasil wawancara Secara umum penelitian ini
dan kunjungan di beberapa laboratorium bertujuan untuk meningkatkan tata
SMP di kabupaten Buleleng dapat kelola dan tata laksana laboratorium IPA
diidentifikasi beberapa permasalahan SMP di Kabupaten Buleleng. Secara
sebagai berikut:1) frekuensi spesifik tujuan penelitian ini adalah
penggunaan laboratorium IPA SMP di sebagai berikut. a) Identifikasi dimensi-
Kabupaten Buleleng masih rendah, 2) dimensi pendukung pemberdayaan tata
sebagian besar guru IPA masih kelola dan tata laksana laboratorium IPA
mengalami masalah untuk melakukan SMP di Kabupaten Buleleng. b)
praktikum tentang topik-topik tertentu Menganalisis gambaran kondisi daya
karena alasan terbatasnya jumlah dukung SDM dan sarana-prasarana
dan/atau jenis alat yang tersedia, 3) laboratorium untuk menunjang kegiatan
laboratorium IPA tidak dikelola dengan pembelajaran IPA-SMP di Kabupaten
baik, 4) umumnya tenaga pengelola Buleleng. c) Memperoleh gambaran
laboratorium IPA tidak menerapkan tata seperti apa pengelolaan dan
kelola tata laksana laboratorium dengan pelaksanaan kegiatan laboratorium IPA
baik. SMP di Kabupaten Buleleng. d)
Bertolak dari fenomena di atas Mengidentifikasi kompetensi tata kelola
maka untuk mewujudkan layanan tata laksana laboratorium yang dimiliki
laboratorium yang profesional, kondusif, tenaga laboratorium IPA SMP di
efektif, efisien, dan produktif maka Kabupaten Buleleng. e) Melakukan
upaya pengembangan tata kelola tata analisis kebutuhan untuk
laksana laboratorium IPA SMP di pengembangan kualitas tata kelola tata
Kabupaten Buleleng mutlak diperlukan. laksana laboratorium IPA SMP di
Rumusan permasalahan dalam Kabupaten Buleleng.
penelitian ini adalah sebagai brikut: a) Hasil penelitian ini akan
Dimensi-dimensi pengelolaan apa saja memberikan kontribusi positif dalam
yang berpengaruh terhadap peningkatan tata kelola dan tata laksana
pemberdayaan tata kelola tata laksana laboratorium IPA SMP. Peningkatan
laboratorium IPA SMP? b) Bagaimana mutu tata kelola tata laksana
gambaran kondisi daya dukung SDM laboratorium akan bemanfaat untuk
dan sarana-prasarana laboratorium untuk peningkatan kualitas pembelajaran IPA
menunjang kegiatan pembelajaran IPA- di SMP.
SMP di Kabupaten Buleleng? c)
Bagaimanakah gambaran pengelolaan

Jurnal Pendidikan Indonesia |449


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 2, Oktober 2014

METODE PENELITIAN deskriptif untuk memperoleh potret tata


kelola dan tata laksana laboratorium IPA
Rancangan Penelitian SMP di Kabupaten Buleleng. Potret
Penelitian ini dirancang sebagai tersebut selanjutnya dijadikan landasan
penelitian deskriptif untuk memperoleh pengembangan standar operasional
potret tata kelola dan tata laksana prosedur (SOP) tata kelola dan tata
laboratorium IPA SMP di Kabupaten laksana laboratorium IPA. Rancangan
Buleleng. Rencana pemecahan masalah penelitian dapat digambarkan sebagai
dilakukan dengan rancangan penelitian berikut.

Dimensi Tata Kelola Tata Laksana Lab IPA

Observasi Kinerja Angket Wawancara

Kondisi Riil Standar Mutu

SOP TKTL Lab

Mutu Pembelajaran
KUALITAS PENGELOLAAN
DAN KUALITAS PENGGUNAAN LAB IPA dan Hasil Belajar

Gambar 1: Skema Rancangan Penelitian


Lokasi Penelitian
Sampel Penelitian. Sampel penelitian
Lokasi penelitian merupakan
ditetapkan dengan teknik cluster
tempat pelaksanaan penelitian tersebut
sampling mempertimbangkan status
dilakukan. Lokasi penelitian ini adalah di
sekolah, keadaan sosial, dan
SMP Negeri dan Swasta di Wilayah
alamiahnya. Jumlah sekolah sampel
Kabupaten Buleleng Provinsi Bali.
sebanyak 9, masing-masing 3 dari
Populasi Penelitian. Sesuai dengan setiap kawasan Buleleng. Sekolah
permasalahan dalam penelitian ini, sampel: SMP N 2 Singaraja, SMP N 1
maka yang menjadi populasi adalah Sukasada, SMP N 6 Singaraja, SMP N
seluruh SMP Negeri dan Swasta 3 Seririt, SMP N 4 Banjar, SMP Lab
Wilayah Kabupaten Buleleng, yaitu Undiksha, SMP N 4 Kubutambahan,
berjumlah 83 SMP yang tersebar di 9 SMP N 5 Tejakula, dan SMP Mutiara
kecamatan. Singaraja.

Jurnal Pendidikan Indonesia |450


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 2, Oktober 2014

Subjek dan Objek Penelitian Analisis Data


Subyek penelitian adalah kepala
Data yang dikumpulkan dalam
sekolah, guru IPA, penanggung jawab
penelitian ini berupa data kualitatif, yang
laboratorium IPA, dan laboran/teknisi lab
selanjutnya dianalisis secara deskriptif.
IPA. Sebagai objek atau peubah yang
Metode yang digunakan adalah
diukur dalam penelitian adalah dimensi
deskriptif analitik, dan pendekatan
pendukung tata kelola dan tata laksana
kuantitatif.
laboratorium, meliputi: profil kondisi
faktor-faktor pendukung pengembangan
HASIL DAN PEMBAHASAN
tata kelola dan tata laksana laboratorium
Pada bagian ini akan dipaparkan
IPA SMP (organisasi laboratorium;
data-data yang diperoleh pada
administrasi laboratorium (inventarisasi
penelitian mengacu kepada rumusan
alat dan fasilitas laboratorium,
permasalahan.
administrasi penggunaan laboratorium,
administrasi peminjaman alat-alat 1) Dimensi-dimensipendukung tata
laboratorium, administrasi pemeliharaan kelola dan tata laksana laboratorium
alat-alat laboratorium); serta IPA SMP mencakup: perencanaan,
keselamatan kerja di laboratorium. penataan, pengadministrasian,
pengamanan, perawatan, dan
pengawasan.
Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam 2) Profil kondisi daya dukung SDM dan
penelitian ini adalah deskriptif analitik, sarana-prasarana laboratorium untuk
dan pendekatan kuantitatif. Instrumen menunjang kegiatan pembelajaran IPA-
yang digunakan untuk mengumpulkan SMP di Kabupaten Buleleng.
data adalah sebagai berikut. 1) Daya dukung terhadap
Pedoman wawancara dengan kepala pembelajaran IPA di SMP yang dikaji
sekolah dan guru; 2) Angket guru IPA, dalam penelitian ini mencakup sumber
yang bertujuan untuk mengetahui daya manusia (guru dan laboran),
kesiapan dan pandangan guru berkaitan fasilitas laboratorium (gedung, alat-alat,
dengan tata laksana pemanfaatan dan bahan-bahan praktikum IPA), dan
laboratorium dalam proses dana.
pembelajaran memanfaatkan Keberadaan guru IPA di masing-
laboratorium; 3)Kuisioner penanggung masing sekolah sampel secara umum
jawab laboratorium;4) Angket untuk sudah memadai. Namun ada beberapa
laboran, untuk mengetahui sekolah yang hanya memiliki seorang
permasalahan-permasalahan dalam guru IPA. Berbeda dengan keberadaan
persiapan pelaksanaan praktikum; 5) guru-guru IPA, keberadaan laboran
Kuisioner untuk bagian pengadaan masih sangat kurang. Dari 9 sekolah
sarana dan sumber daya pendidikan; 6) sampel, hanya 3 sekolah (33,3%)
Pedoman observasi untuk memperoleh didukung oleh laboran. Hasil wawancara
data profil kondisi laboratorium. dengan kepala sekolah menunjukkan
bahwa semua kepala sekolah
menyatakan mendukung optimalisasi

Jurnal Pendidikan Indonesia |451


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 2, Oktober 2014

pemanfatan laboratorioum. Arahan dan menunjang pembelajaran IPA secara


kesempatan untuk mengembangkan umum tergolong masih kurang.
pengetahuan dan keterampilan bagi Hasil wawancara dan angket
guru-guru IPA difasilitasi sepenuhnya. guru-guru menyatakan bahwa guru-guru
Namun, hasil wawancara dan angket masih merasa bahwa pemanfaatan
guru-guru menyatakan bahwa guru-guru laboratorium (praktikum) menjadi beban
masih merasa bahwa pemanfaatan tambahan karena tidak ada tenaga
laboratorium (praktikum) menjadi beban khusus (laboran) yang diharapkan
tambahan karena tidak ada tenaga menyiapkan keperluan praktikum.
khusus (laboran) yang diharapkan Fasilitas laboratorium yang
menyiapkan keperluan praktikum. dimiliki sekolah menurut informasi dari
Fasilitas laboratorium yang kepala sekolah belum memadai. Dari 9
dimiliki sekolah menurut informasi dari laboratorium yang ada di sembilan
kepala sekolah belum memadai. sekolah sampel, 5 (55,6%) di antaranya
Secara fisik, fasilitas gedung tidak didukung dengan fasilitas air atau
laboratorium yang ada banyak belum fasilitas yang memadai. Bahkan ada
memadai. Dari 9 laboratorium yang ada laboratorium yang fasilitas airnya tidak
di sembilan sekolah sampel, 5 (55,6%) lancar. Fasilitas listrik dan ventilasinya
di antaranya tidak didukung dengan umumnya sudah baik. Dari hasil angket
fasilitas air atau fasilitas yang memadai. menunjukkan, semua guru
Bahkan ada laboratorium yang fasilitas menyampaikan bahwa alat-alat dan
airnya tidak lancar. Fasilitas listrik dan bahan-bahan IPA yang ada terbatas,
ventilasinya umumnya sudah baik. alat-alat dan bahan-bahan yang tersedia
Ketersedian alat-alat dan bahan- hasil droping dari pemerintah banyak
bahan IPA di laboratorium, menurut tidak sesuai dengan kebutuhan
pandangan kepala sekolah, pandangan praktikum SMP. Senada dengan yang
guru dan pandangan laboran, cukup disampaikan oleh guru IPA, petugas
bervariasi. Sekolah-sekolah yang sudah laboran juga menyatakan bahwa salah
lama berdiri, ketersedian alat-alat dan satu kendala utama dalam menyiapkan
bahan-bahan IPA nya sudah cukup keperluan praktikum adalah
memadai untuk keperluan praktikum. keterbatasan alat dan bahan.
Akan tetapi, sekolah-sekolah yang relatif Rata-rata ketersediaan alat-alat
baru berdiri, ketersediaan peralatan dan IPA yang diperlukan untuk mendukung
bahan-bahan IPA nya belum mencukupi pembelajaran IPA sesuai dengan
(kurang).Senada dengan yang di- tuntutan kurikulum 2013 berkisar antara
sampaikan oleh guru IPA, petugas 29,4 – 79,4 % dengan rata-rata 58,8%.
laboran juga menyatakan bahwa salah Rata-rata ketersediaan bahan-bahan
satu kendala utama dalam menyiapkan IPA yang diperlukan untuk mendukung
keperluan praktikum adalah pembelajaran IPA berkisar antara 17,4%
keterbatasan alat dan bahan. sampai dengan 57,4% dengan rata-rata
Hasil observasi laboratorium 45%.
menemukan bahwa ketersediaan alat- Menurut pandangan para guru
alat laboratorium yang diperlukan untuk IPA, dana yang dianggarkan sekolah
untuk mendukung kegiatan laboratorium

Jurnal Pendidikan Indonesia |452


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 2, Oktober 2014

IPA sangat terbatas, bahkan ada yang - Keterbatasan alat-alat laboratorium.


menyampaikan nominalnya hanya Permasalahan juga terjadi karena
ratusan ribu rupiah. Anggaran sebesar tidak tersedianya perangkat alat
itu jelas sangat kurang, dan dalam secara utuh.
beberapa kasus tidak terealisasi. - Keterbatasan bahan-bahan IPA.
Bahan-bahan IPA yang tersedia di
3) Deskripsi pengelolaan dan
laboratorium lebih terbatas lagi
pelaksanaan kegiatan laboratorium
dibandingkan alat-alat
IPA SMP di Kabupaten Buleleng
laboratoriumnya. Bahkan, beberapa
Pengisian angket oleh 9 orang
sekolah tidak memiliki bahan-bahan
guru IPA di sekolah sampel
IPA yang umum diperlukan dalam
menunjukkan, 7 orang (77,7%) lebih
praktikum IPA.
dominan mengajarkan teori IPA
- Tidak adanya tenaga laboran.
deskriptif dibandingkan proses IPA
Seperti disampaikan di depan, hanya
prosedural eksperimentatif. Sebagian
33,3% sekolah sampel didukung oleh
besar guru memperkirakan persentase
tenaga laboran. Tidak adanya tenaga
pembelajaran dengan praktikum dalam
laboran juga berdampak laboratorium
satu semester antara 10% - 25%.
tidak terurus sehingga terkesan
Bahkan ada responden yang
“terlantarkan”.
menyatakan tidak pernah melakukan
- Ketiadaan jaminan keselamatan dan
praktikum. Berarti pemanfaatan
kesehatan pekerja laboratorium.
laboratorium masih sangat minim.
- Keterbatasan waktu efektif untuk
4) Kendala tata kelola tata laksana tatap muka. Kurangnya waktu untuk
laboratorium IPA SMP di Kabupaten menyelesaikan bahan, mendorong
Buleleng. guru menggunakan metode ceramah
Berdasarkan data hasil atau diskusi dalam kegiatan belajar
wawancara dengan kepala sekolah dan mengajarnya.
wawancara dengan guru IPA, angket - Hambatan psikologis guru. Banyak
guru, serta didukung oleh hasil guru merasa tidak puas mengajar jika
observasi laboratorium, dapat belum banyak menyajikan informasi
dirumuskan kendala tata kelola dan tata kepada siswa.
laksana laboratorium sekolah untuk - Jumlah siswa dalam satu kelas yang
melaksanakan kegiatan praktikum. relatif banyak menyebabkan
Kendala-kendala tersebut tersebut praktikum susah dilaksanakan
dapat dirumuskan sebagai berikut. dengan baik, karena keterbatasan
- Keterbatasan ruang laboratorium. . tenaga untuk melakukan bimbingan
Permasalahan berkaitan dengan dan monitoring kinerja siswa, di
penggunaan ruang laboratorium samping kesulitan dalam penyediaan
menjadi semakin kompleks peralatan dan bahan-bahan yang
mengingat seluruh laboratorium yang diperlukan.
ada di setiap sekolah sampel - Keterbatasan dana. Sumber dana
dipergunakan untuk ruang kelas. yang pasti untuk kegiatan
- Keterbatasan fasilitas laboratorium. operasional sekolah hanya
bersumber dari komite sekolah atau

Jurnal Pendidikan Indonesia |453


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 2, Oktober 2014

dana BOS. Atas dasar itu, kegiatan terstruktur dan efektif untuk
kerja ilmiah IPA mesti dilakukan optimalisasi sumber daya manusia
secara hemat, efektif, serta sebanyak dan sumber daya penunjang yang
mungkin menggunakan alat-alat dan ada di sekolah.
bahan-bahan.  Tata laksana dalam berlaboratorium
sedapat mungkin disesuaikan
5) Kebutuhan-kebutuhan
dengan konteks lingkungan dan
pengembangan kualitas tata kelola
kebutuhan siswa serta
tata laksana laboratorium IPA SMP di
memanfaatkan alat dan bahan
Kabupaten Buleleng
alternatif yang bisa dengan mudah
Berdasarkan hasil analisis yang
diperoleh dari lingkungan
telah dipaparkan di atas, dapat
sekolah/siswa.
dirumuskan kebutuhan-kebutuhan
Produk/luaran dari penelitian ini
pengembangan kualitas tata kelola dan
adalah (1) SOP tata kelola dan tata
tata laksana laboratorium IPA SMP di
laksana laboratorium IPA SMP, (2)
kabupaten Buleleng adalah sebagai
Artikel ilmiah, (3) proseding pada
berikut.
seminar ilmiah institusi.
 Untuk mengatasi masalah
keterbatasan ruangan, dibutuhkan
Pembahasan Hasil Penelitian
set kit alat yang portable (dapat
Tata kelola laboratorium adalah
dibawa ke kelas) sehingga tidak
proses pendayagunaan sumber daya
terpaku pada ruang laboratorium
laboratorium secara efektif dan efisien,
sebagai tempat praktikum.
untuk mencapai suatu sasaran yang
 Dibutuhkan penyesuaian tata letak
secara optimal (Suyitno, A. 2010). Tata
dan desain laboratorium. Selain itu,
kelola laboratorium harus
konstruksi laboratorium seharusnya
memperhatikan keberlanjutan fungsi
juga memperhatikan kesehatan
sumber daya serta berdasar prinsip dan
lingkungan.
fungsi manajemen yang baik. Aspek
 Guru mesti menyadari bahwa IPA
pengelolaan lab meliputi : perencanaan,
merupakan ilmu berbasis
pengorganisasian/penataan, directing
eksperimen. Sejalan dengan itu,
(pengaturan) pengendalian pengawasan
laboratorium dan praktikum tidak
budgeting/ anggaran.
hanya merupakan pendukung
Pengelolaan alat dan bahan
pembelajaran IPA, tetapi menjadi
merupakan suatu kegiatan yang ikut
bagian dari sistem akademik
menentukan keberhasilan pendaya-
pembelajaran IPA. Guru mesti
gunaan laboratorium. Kelancaran
melakukan redefinisi terhadap
kegiatan laboratorium akan sangat
pembelajaran IPA, yang tidak lagi
bergantung pada administrasi,
berorientasi pada banyaknya materi
penyimpanan, dan perawatan alat dan
yang mesti diinformasikan, tetapi
bahan (Depdikbud, 1995: 19).
menekankan kompetensi yang harus
Penataan terkait erat dengan
dikuasi siswa.
pengelompokkan,penempatan,
 Dibutuhkan Standar Operasional
penyimpan-an dan kemudahan
Prosedur (SOP) tata kelola dan tata
ditelusuri. Pemeliharaan dan peng-
laksana laboratorium yang terpola,

Jurnal Pendidikan Indonesia |454


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 2, Oktober 2014

gunaannya alat-alat lab IPA dapat penguasaan keterampilan proses sains


dikelompokkan ke dalam beberapa menyebabkan guru enggan mengajar
kategori, seperti : alat kegiatan dengan berpraktikum.
(pengamatan & pengukuran), alat-alat Ada dua hal perlu dilakukan
dasar, digunakan untuk melengkapi berkaitan dengan fenomena ini.
alat/perangkat alat percobaan, seperti Pertama, guru mesti menyadari bahwa
gelas kimia, tabung reaksi, pipa kapiler, IPA merupakan ilmu berbasis
erlenmeyer, pelubang gabus, selang eksperimen. Sejalan dengan itu,
plastik); alat peraga seperti KIT IPA, laboratorium dan praktikum tidak hanya
termasuk di dalamnya model, torso, merupakan pendukung pembelajaran
insektarium dan alat-alat lain yang IPA, tetapi menjadi bagian dari sistem
serupa, digunakan untuk meragakan akademik pembelajaran IPA. Kedua,
suatu struktur suatu obyek IPA, charta, guru mesti melakukan redefinisi
foto, atau bagan, digunakan untuk terhadap pembelajaran IPA, yang tidak
menjelaskan suatu hal; perkakas dan lagi berorientasi pada banyaknya materi
alat penunjang seperti obeng, alat bor, yang mesti diinformasikan, tetapi
tang, catut, gunting, soldier, alat menekankan kompetensi yang harus
pemadam kebakaran, jas lab, masker, dikuasi siswa. Atas dasar itu, guru
kulkas, dst yang digunakan untuk mesti memilah dan memilih materi yang
memperbaiki macam-macam peralatan esensial diajarkan kepada siswa agar
lab. mereka menguasai kompetensi sesuai
Guru IPA tampaknya masih tuntutan kurikulum.
memandang kegiatan berlaboratorium Kondisi daya dukung sekolah
(praktikum)sebagai elengkap/penunjang terhadap pembelajaran IPA SMP di
kegiatan pembelajaran IPA, bukan kabupaten Buleleng secara umum
sebagai bagian sistem akademik. masih kurang. Keberadaan guru IPA
Terbukti, dalam pembelajaran IPA guru sudah memadai ditinjau dari kualifikasi
lebih banyak menggunakan metode akademiknya, tetapi kompetensi
ceramah, tanya jawab, atau diskusi; pengelolaan pembelajaran berlabo-
sedangkan kompetensi yang disasar ratorium masih perlu ditingkatkan,
lebih banyak berkaitan dengan konsep- tenaga laboran masih minim bahkan
konsep prosedural eksperimentatif, yang hampir semua sekolah tidak memiliki
mesti diajarkan dengan metode tenaga laboran, sehingga seluruh beban
demonstrasi atau eksperimen. Fungsi kerja terkait dengan persiapan
laboratorium sebagai pelengkap keperluan praktikum harus dilakukan
menyebabkan fasilitasnya kurang oleh guru. Selain tidak adanya laboran,
mendapat perhatian, bahkan sekolah juga mengalami keterbatasan
ruangannya pun dipergunakan sebagai fasilitas alat dan bahan laboratorium.
ruang kelas atau ruang guru. Sekolah mengalami beberapa
Jarangnya kegiatan laboratorium kendala dan hambatan untuk
dapat ditengarai sebagai implikasi melaksanakan kegiatan praktikum
daripada bentuk soal ujian akhir yang dalam pembelajaran IPA. Kendala dan
sering dijadikan acuan oleh guru. Sistem hambatan tersebut, di antaranya:
penilaian yang sangat jarang mengukur keterbatasan ruang dan fasilitas

Jurnal Pendidikan Indonesia |455


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 2, Oktober 2014

laboratorium, keterbatasan alat-alat dan sumber dana baru dengan berpartisipasi


bahan-bahan IPA, ketidaktersedian aktif pada berbagai proyek (grant) yang
tenaga laboran, ketidakmampuan guru didanai oleh pemerintah, mencari
mengelola pembelajaran sesuai dengan subsidi dari organisasi non pemerintah
ketersediaan waktu efektif, hambatan yang tidak bersifat mengikat. Khusus
psikologis guru yang belum merasa keterbatasan waktu, guru mesti
puas jika tidak menyampaikan banyak mengetahui materi-materi esensial yang
informasi dalam pembelajaran, harus diajarkan agar siswa mampu
ketiadaan jaminan keselamatan dan mencapai kompetensi yang hendak
kesehatan pekerja laboratorium, dan disasar dalam pembelajaran yang
kekurangan dana pendukung dilakukannya. Materi yang bersifat non
operasional. esensial dapat dipelajari sendiri oleh
Untuk mengatasi masalah siswa berdasarkan materi esensial yang
keterbatasan ruangan, dibutuhkan set sudah dikuasinya. Untuk itu, mestinya
kit alat yang portable (dapat dibawa ke guru-guru lebih sering dilibatkan dalam
kelas) sehingga tidak terpaku pada kegiatan ilmiah yang dapat
ruang laboratorium sebagai tempat meningkatkan kompetensi dan atmosfer
praktikum.Terhadap kasus peng- akademik.
alihfungsian ruang laboratorium sebagai Guru mesti menyadari bahwa
ruang belajar, dapat diatasi dengan IPA merupakan ilmu berbasis
penjadwalan yang lebioh baik. Bahwa eksperimen. Sejalan dengan itu,
ruang laboratorium bisa dipakai ruang laboratorium dan praktikum tidak hanya
belajar hanya bagi kelas-kelas yang merupakan pendukung pembelajaran
akan praktikum menggunakan IPA, tetapi menjadi bagian dari sistem
laboratorium. Sebaliknya, kegiatan akademik pembelajaran IPA. Guru
praktikum (demonstrasi) di kelas dapat mesti melakukan redefinisi terhadap
dilakukan terutama untuk praktikum pembelajaran IPA, yang tidak lagi
yang tidak menggunakan bahan-bahan berorientasi pada banyaknya materi
berbahaya. yang mesti diinformasikan, tetapi
Terkait dengan persolan menekankan kompetensi yang harus
keselamatan dan kesehatan kerja di dikuasi siswa.
laboratorium, perlu dilakukan penataan Untuk keteraturan dan ketertiban
ruang laboratorium sekaligus juga pengguna laboratorium dalam
memperhatikan kesehatan lingkungan, memanfaatkan lab, dibutuhkan Standar
misalnya saluran pembuangan air Operasional Prosedur (SOP) tata kelola
limbah laboratorium tidak boleh menyatu dan tata laksana laboratorium yang
dengan saluran kamar mandi dan WC, terpola, terstruktur dan efektif. Dengan
serta ada pengolahan awal terhadap mempertimbangkan kondisi riil sekolah
sisa/limbah bahan-bahan praktikum dan lingkungannya, Standar
berbahaya dan beracun yang akan Operasional Prosedur (SOP) tata kelola
dibuang. laboratorium mestinya dapat meng-
Sehubungan dengan kendala optimalkan sumber daya manusia dan
dana/biaya, sekolah mesti melakukan sumber daya penunjang yang ada di
berbagai upaya, di antaranya pencarian sekolah. Dengan demikian,

Jurnal Pendidikan Indonesia |456


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 2, Oktober 2014

pemanfaatan laboratorium untuk  Pengelolaan dan pelaksanaan


kegiatan praktikum bisa terpola, kegiatan laboratorium pada
terstruktur, dan efektif. pembelajaran IPA SMP di Kabupaten
Tata laksana dalam ber- Buleleng masih perlu ditingkatkan.
laboratorium sedapat mungkin  Sejumlah kendala/hambatan yang
disesuaikan dengan konteks lingkungan dihadapi sekolah untuk
dan kebutuhan siswa serta me- melaksanakan tata kelola tata
manfaatkan alat dan bahan alternatif laksana laboratorium, yaitu:
yang bisa dengan mudah diperoleh dari keterbatasan ruang dan fasilitas
lingkungan sekolah/siswa. Selanjutnya, laboratorium, keterbatasan alat-alat
dibutuhkan petunjuk praktikum yang dan bahan-bahan praktikum,
sedapat mungkin disesuaikan dengan ketidaktersediaan tenaga laboran,
konteks lingkungan dan kebutuhan belum ada SOP tata kelola tata
siswa. Memanfaatkan alat dan bahan laksana laboratorium,
alternatif yang bisa dengan mudah ketidakmampuan guru mengelola
diperoleh dari lingkungan sekolah/siswa. pembelajaran sesuai dengan
Pengadaan set/kit alat sederhana yang ketersediaan waktu efektif, hambatan
dilengkapi petunjuk teknis pelaksanaan psikologis guru yang belum merasa
praktikum diharapkan dapat mengatasi puas jika tidak banyak berceramah
kendala kekurangan ruang dan waktu selama pembelajaran, tidak adanya
yang selama ini banyak dijadikan alasan jaminan keselamatan dan kesehatan
untuk tidak memanfaatkan laboratorium pekerja laboratorium, dan
dalam pembelajaran IPA. keterbatasan dana pendukung
operasional.
SIMPULAN DAN SARAN  Upaya untuk meningkatkan kualitas
tata kelola tata laksana laboratorium
Simpulan
IPA SMP di Kabupaten Buleleng
Berdasarkan hasil penelitian dan antara lain: pengembangan Standar
pembahasan yang telah dipaparkan di Operasional Prosedur (SOP) tata
atas, dapat dirumuskan simpulan kelola dan tata laksana laboratorium
sebagai berikut. yang terpola, terstruktur, praktis dan
 Dimensi-dimensi yang perlu efektif. SOP tata kelola laboratorium
mendapat perhatian dalam tata kelola IPA SMP yang dapat
dan tata laksana laboratorium IPA di mengoptimalkan sumber daya
SMP mencakup: perencanaan, manusia dan sumber daya penunjang
penataan, pengadministrasian, yang ada di sekolah. Tata laksana
pengamanan, perawatan, dan laboratorium sedapat mungkin
pengawasan. disesuaikan dengan konteks
 Kondisi daya dukung SDM dan lingkungan, kebutuhan siswa, dan
sarana-prasarana laboratorium untuk kondisi sekolah.
menunjang kegiatan pembelajaran IPA-
Saran
SMP di Kabupaten Buleleng relative masih
minim. Untuk mengatasi kendala/hambatan
yang dihadapi sekolah dalam tata kelola

Jurnal Pendidikan Indonesia |457


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 2, Oktober 2014

dan tata laksana laboratorium IPA, sekolah-sekolah yang dijadikan sampel


dapat disarankan sebagai berikut. penelitian.
- Untuk menanggulangi keterbatasan DAFTAR PUSTAKA
alat/bahan praktikum, perlu ada
BSNP (Badan Standar Nasional
perhatian lebih sungguh-sungguh
Pendidikan). 2006. Standar
dari pihak pengelola laboratorium
Sarana dan Prasarana
maupun kepala sekolah dalam hal
Sekolah/Madrasah Pendidikan
penyesuaian alokasi dana anggaran
Umum. Jakarta.
pengadaan sarana kegiatan
praktikum. Realisasi program- Berte, L.M. 2012. Quality Management
program untuk meningkatkan System: A Model for Laboratory
efektifitas dan optimalisasi Services; Approved Guideline.
pemanfaatan laboratorium dalam Fourth Edition. 2012 Clinical and
pembelajaran IPA. Laboratory Standards Institute.
- Bagi guru IPA disarankan untuk ISBN Number: 1-56238-761-8
memikirkan upaya-upaya alternatif Koretsky, M. at.al. 2011. Student
sebagai pengganti bahan/alat yang Perceptions of Learning in the
tidak tersedia, misalnya pemanfaatan Laboratory: Comparison of
lingkungan sebagai sumber bahan Industrially Situated Virtual
praktikum. Perlu ada perubahan Laboratories to Capstone
paradigma dalam pembelajaran IPA. Physical Laboratories. Journal of
- Bagi pihak pemerintah (terkait), Engineering Education. July 2011,
disarankan bahwa perlu dilakukan Vol. 100, No. 3, pp. 540–573.
rekrutmen tenaga laboran untuk http://www.jee.org: diakses tgl. 2
ditugaskan di laboratorium IPA SMP. Setember 2012.
- Untuk mengefektifkan pemanfaatan
laboratorium, perlu dilengkapi dengan Krajcik, J. S. and Banaszak Holl, M. M.
standar operasioanl prosedur (SOP) 2012. Concurrent Enrollment in
tata kelola dan tata laksana Lecture and Laboratory
laboratorium, untuk itu disarankan di Enhances Student. Journal of
tiap-tiap laboratorium agar dilengkapi Research in Science Teaching.
dengan Standar Operasional Vol 49 Issue 5. May 2012. ISSN
Prosedur (SOP) tata kelola dan tata 0022-4308. online www/htt:
laksana laboratorium. library.wiley.com/ doi/10.1002/
tea.21016. diakses tgl. 2
UCAPAN TERIMAKASIH September 2012.
Ucapan terima kasih disampaikan Mundilarto. 2007. Konsep dan Prinsip
kepada pihak Lembaga Penelitian Pengelolaan Laboratorium IPA.
Undiksha yang telah mendanai Makalah disampaikan pada Diklat
penelitian ini. Ucapan terima kasih juga Tenaga Fungsional Laboran IPA
disampaikan kepada pihak sekolah pada P4TK dan LPMP di seluruh
(kepala sekolah, pengelola laboratorium Indonesia. Jakarta.
IPA, guru IPA, Laboran, bagian sarana Novianti, N.R. 2011. Kontribusi
prasarana sekolah) terutama bagi Pengelolaan Laboratorium dan

Jurnal Pendidikan Indonesia |458


ISSN: 2303-288X Vol. 3, No. 2, Oktober 2014

Motivasi Belajar Siswa Tehadap Steers, Richard M. et al. 1985.


Efektifitas Proses Pembelajaran Efektivitas Organisasi. Jakarta:
(Penelitian pada SMP Negeri dan Erlangga.
Swasta di Kabupaten Kuningan
Subamia, I.D.P. 2011. Optimalisasi
Provinsi JawaBarat).
Eksistensi Laboratorium
Jurnal.Upi.Edu/File/15. Edisi
Pendidikan sebagai Wahana
Khusus No. 1, Agustus 2011.
Strategis Revitalisasi Pendidikan
ISSN 1412-565X
Karakter Berlandaskan Kearifan
PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Lokal. Proceeding Seminar
Standar Nasional Pendidikan. Nasional MIPA ISBN 978-602-
Depdiknas. 8310-76-5. Th.2012.
Permanasari Anna, 2007. Pengelolaan Subamia, I.D.P, dkk. 2012. Pelatihan
Laboratorium IPA. Makalah. Keterampilan Dasar
Disampaikan pada Technical Laboratorium (Basic Skill
Assistance Pengelolaan Laboratory) Bagi Staf
Laboratorium IPA di Program Laboraorium IPA SMP Se-
Pendidikan IPA FMIPA Kabupaten Buleleng. Jurnal
UNDIKSA. Pengabdian Kepada Masyarakat
Widya Laksana. Undiksha: ISSN:
Sidharta, A., dkk. 2007. Studi
1410-4369, Edisi Juli 2012.
Penelusuran Kinerja Laboratorium
Sulastri, S. 2008. Identifikasi Kondisi
Sebagai Analisis Keefektifan
Laboratorium IPA dan
Pengelolaan Laboratorium IPA-Kimia
Penggunaannya di SMP Negeri
LPMP. Pusat Pengembangan dan
di Wilayah Jakarta Selatan.
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Jurnal Lingkar Mutu Pendidikan.
Kependidikan Ilmu Pengetahuan
Volume I.
Alam. Bandung. Tidak
dipublikasikan.

Jurnal Pendidikan Indonesia |459

Anda mungkin juga menyukai