Anda di halaman 1dari 18

Alat dan Kapal Penangkap

Bubu (Trap)

Disusun oleh :
Kelompok 5
Fadilah Rayafi Varselia
M. Fauzan Almubarok
Raden Farras
Zeind
Anwar
Meity

230110140012
2301101400
2301101400
2301101400
2301101400
2301101400

Perikanan A

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
TAHUN AJARAN 2014/2015

Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Alat dan Kapal Penangkap . Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi
besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-quran dan sunnah
untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Alat dan Kapal Penangkap di program
studi Perikanan ini. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada seluruh tim pengajar mata kuliah ini dan kepada segenap pihak yang telah memberikan
bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam
penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jatinangor, Oktober 2015


Kelompok 5

Daftar Isi
Kata Pengantar..............................................................................................................................2
Daftar Isi.........................................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan........................................................................................................................4
1.1

Latar Balakang..................................................................................................................4

1.2

Tujuan...............................................................................................................................4

1.3

Manfaat.............................................................................................................................4

Bab II Pembahasan........................................................................................................................5
2.1

Pengertian Bubu................................................................................................................5

2.1

Klasifikasi Bubu................................................................................................................6

2.3

Konstruksi Bubu.............................................................................................................10

2.4

Daerah Penangkapan.......................................................................................................11

2.5

Teknik Pengoperasian Alat Tangkap Bubu.....................................................................12

Bab III Penutup...........................................................................................................................17


3.1

Kesimpulan.....................................................................................................................17

3.2

Saran................................................................................................................................17

Daftar Pustaka.............................................................................................................................18

Bab I
Pendahuluan
1.1

Latar Balakang
Alat tangkap ikan merupakan sarana dan perlengkapan atau benda-benda lainnya yang

dipergunakan untuk menangkap ikan. Jenis alat tangkap ikan yang kini dipergunakan oleh
nelayan sangat beragam. Salah satu contoh alat tangkap ikan yang sering digunakan oleh nelayan
khususnya di Indonesia adalah bubu.
Bubu sendiri merupakan Bubu adalah alat tangkap yang umum dikenal dikalangan
nelayan, yang berupa jebakan, dan bersifat pasif. Bubu sering juga disebut perangkap traps
dan penghadang guiding barriers. Alat ini berbentuk kurungan seperti ruangan tertutup
sehingga ikan tidak dapat keluar. Bubu merupakan alat tangkap pasif, tradisional yang berupa
perangkap ikan tersebut dari bubu, rotan, kawat, besi, jaring, kayu dan plastik yang dijalin
sedemikian rupa sehingga ikan yang masuk tidak dapat keluar. Prinsip dasar dari bubu adalah
menjebak penglihatan ikan sehingga ikan tersebut terperangkap di dalamnya, alat ini sering
diberi nama ftshing pots atau fishing basket.(Brandt, 1984).
1.2

Tujuan

1.3

Untuk mengetahui fungsi dari berbagai macam bubu


Dapat membedakan jenis - jenis bubu
Untuk mengetahui cara penggunaan bubu

Manfaat

Mengetahui fungsi dari berbagai macam bubu


Mampu membedakan jenis - jenis bubu
Mengetahui cara penggunaan bubu

Bab II
Pembahasan
2.1

Pengertian Bubu
Bubu adalah perangkap yang mempunyai satu atau dua pintu masuk dan dapat diangkat ke

beberapa daerah penangkapan dengan mudah, dengan atau tanpa perahu (Rumajar, 2002).
Menurut Martasuganda, (2005)Teknologi penangkapan menggunakan bubu banyak dilakukan di
negaranegara yang menengah maupun maju. Untuk skala kecil dan menengah banyak dilakukan
di perairan pantai, hampir seluruh negara yang masih belum maju perikanannya, sedangkan
untuk negara dengan sistem perikanan yang maju pengoperasiannya dilakukan dilepas pantai
yang ditujukan untuk menangkap ikan-ikan dasar, kepiting, udang yang kedalamannya 20 m
sampai dengan 700 m. Bubu skala kecil ditujukan untuk menagkap kepiting, udang, keong, dan
ikan dasar di perairan yang tidak begitu dalam.
Subani dan Barus (1989), menyatakan bahwa Bentuk dari bubu bermacam-macam yaitu
bubu berbentuk lipat, sangkar (cages), silinder (cylindrical), gendang, segitiga memanjakan
(kubus), atau segi banyak, bulat setengah lingkaran dan lain-lainnya. Secara garis besar bubu
terdiri dari badan (body), mulut (funnel) atau ijeb dan pintu. Badan bubu berupa rongga, tempat
dimana ikan-ikan terkurung. Mulut bubu (funnel) berbentuk corong, merupakan pintu dimana
ikan dapat masuk tapi tidak dapat keluar dan pintu bubu merupakan bagaian temapat
pengambilan hasil tangkapan.

Jenis jenis bubu

2.1

Klasifikasi Bubu
Menurut Brandt (1984), mengklasifikasi bubu menjadi beberapa jenis, yaitu :
1. Berdasarkan sifatnya sebagai tempat bersembunyi / berlindung :

Perangkap menyerupai sisir (brush trap);

Perangkap bentuk pipa (eel tubes);

Perangkap cumi-cumi berbentuk pots (octoaupuspots).

2. Berdasarkan sifatnya sebagai penghalang :

Perangkap yang terdapat dinding / bendungan;

Perangkap dengan pagar-pagar (fences);

Perangkap dengan jeruji (grating);

Ruangan yang dapat terlihat ketika ikan masuk (watched chambers).

3. Berdasarkan sifatnya sebagai penutup mekanis bila tersentuh

Perangkap kotak (box trap);

Perangkap dengan lengkungan batang (bend rod trap);

Perangkap bertegangan (torsion trap).

4. Berdasarkan dari bahan pembuatnya

Perangkap dari bahan alam (genuine tubular traps);

Perangkap dari alam (smooth tubular);

Perangkap kerangka berduri (throrrea line trap).

5. Berdasarkan ukuran, tiga dimensi dan dilerfgkapi dengan penghalang

Perangkap bentuk jambangan bunga (pots);

Perangkap bentuk kerucut (conice);

Perangkap berangka besi.

Dalam operasionalnya, bubu terdiri dari tiga jenis, yaitu :

1) Bubu Dasar (Ground Fish Pots).: Bubu yang daerah operasionalnya berada di dasar perairan.
Untuk bubu dasar, ukuran bubu dasar bervariasi, menurut besar kecilnya yang dibuat
menurut kebutuhan. Untuk bubu kecil, umumnya berukuran panjang 1m, lebar 50-75 cm,
tinggi 25-30 cm. untuk bubu besar dapat mencapai ukuran panjang 3,5 m, lebar 2 m, tinggi
75-100 cm. Hasil tangkapan dengan bubu dasar umumnya terdiri dari jenis-jenis ikan, udang
kualitas baik, seperti Kwe (Caranx spp), Baronang (Siganus spp), Kerapu (Epinephelus spp),
Kakap ( Lutjanus spp), kakatua (Scarus spp), Ekor kuning (Caeslo spp), Ikan Kaji
(Diagramma spp), Lencam (Lethrinus spp), udang penaeld, udang barong, kepiting,
rajungan, dll (Anonim. 2007).

Contoh bubu dasar


2) Bubu Apung (Floating Fish Pots): Bubu yang dalam operasional penangkapannya
diapungkan. Tipe bubu apung berbeda dengan bubu dasar. Bentuk bubu apung ini bisa

silindris, bisa juga menyerupai kurung-kurung atau kantong yang disebut sero gantung.
Bubu apung dilengkapi dengan pelampung dari bambu atau rakit bambu yang
penggunaannya ada yang diletakkan tepat di bagian atasnya. Hasil tangkapan bubu apung
adalah jenis-jenis ikan pelagik, seperti tembang, japuh, julung-julung, torani, kembung,
selar, dll. Pengoperasian Bubu apung dilengkapi pelampung dari bambu atau rakit bambu,
dilabuh melalui tali panjang dan dihubungkan dengan jangkar. Panjang tali disesuaikan
dengan kedalaman air, umumnya 1,5 kali dari kedalaman air, (Anonim. 2007).

Contoh bubu apung


3) Bubu Hanyut (Drifting Fish Pots) : Bubu yang dalam operasional penangkapannya
dihanyutkan. Bubu hanyut atau pakaja termasuk bubu ukuran kecil, berbentuk silindris,
panjang 0,75 m, diameter 0,4-0,5 m. Hasil tangkapan bubu hanyut adalah ikan torani, ikan
terbang (flying fish). Pada waktu penangkapan, bubu hanyut diatur dalam kelompokkelompok yang kemudian dirangkaikan dengan kelompok-kelompok berikutnya sehingga
jumlahnya banyak, antara 20-30 buah, tergantung besar kecil perahu/kapal yang digunakan
dalam penangkapan (Anonim. 2007).
Operasi penangkapan dilakukan sebagai berikut :
1.
2.

Pada sekeliling bubu diikatkan rumput laut;


Bubu disusun dalam 3 kelompok yang saling berhubungan melalui tali penonda
(drifting line).Penyusunan kelompok (contohnya ada 20 buah bubu) : 10 buah

diikatkan pada ujung tali penonda terakhir, kemudian kelompok berikutnya terdiri dari
8 buah dan selanjutnya 4 buah, lalu disambung dengan tali penonda yang langsung
diikatkan dengan perahu penangkap dan diulur sampai antara 60 -150 m (Anonim.
2007).

Contoh bubu hanyut


Disamping ketiga bubu yang disebutkan di atas, terdapat beberapa jenis bubu yang lain seperti :
1) Bubu Ambai
Bubu ambai termasuk perangkap pasang surut berukuran kecil, panjang keseluruhan antara 77,5 m. bahan jaring yaitu terbuat dari nilon (polyfilament). Jaring ambai terdiri dari empat
bagian menurut besar kecilnya mata jaring, yaitu bagian muka, bagian tengah, bagian
belakang dan bagian kantung. Mulut jaring ada yang berbentuk bulat, ada juga yang
berbentuk empat persegi berukuran 2,6 x 4,7 m. pada kanan-kiri mulut terdapat gelang,
terbuat dari rotan maupun besi yang jumlahnya 2-4 buah. Gelang- gelang tersebut dimasukkan
dalam banyaknya jaring ambai dan dipasang melintang memotong jurusan arus. Satu deretan
ambai terdiri dari 10-22 buah yang merupakan satu unit, bahkan ada yang mencapai 60-100
buah/unit. Hasil tangkapan bubu ambai bervariasi menurut besar kecilnya mata jaring yang
digunakan. Namun, pada umumnya hasil tangkapannya adalah jenis-jenis udang (Subani dan
Barus, 1989).
2) Bubu Apolo
Bahan jaring dibuat dari benang nilon halus yang terdiri dari bagian mulut, bagian badan, kaki
dan bagian kantung. Panjang jaring keseluruhan mencapai 11 m. Mulut jaring berbentuk

empat persegi dengan lekukan bagian kiri dan kanan. Panjang badan 3,75 m, kaki 7,25 m dan
lebar 0,60 m. pada ujug kaki terdapat mestak yang diikuti oleh adanya dua kantung yang
panjangnya 1,60 m dan lebar 0,60 m. Hasil tangkapan bubu apolo sama dengan hasil
tangkapan dengan menggunakan bubu ambai, yakni jenis-jenis udang (Subani dan Barus,
1989).
3) Bubu Jermal.
Termasuk jermal besar yang merupakan perangkap pasang surut (tidal trap).
2.3

Konstruksi Bubu
Menurut Subani dan Barus. (1999), Bentuk bubu bervariasi. Ada yang seperti sangkar

(cages), silinder (cylindrical),gendang, segitiga memanjang (kubus) atau segi banyak, bulat
setengah lingkaran, dll. Bahan bubu umumnya dari anyaman bambu (bamboo`s splitting orscreen). Secara umum, bubu terdiri dari bagian-bagian badan (body), mulut (funnel) atau ijeh,
pintu.
Badan (body): Berupa rongga, tempat dimana ikan-ikan terkurung.
Mulut (funnel): Berbentuk seperti corong, merupakan pintu dimana ikan dapat masuk

tidak dapat keluar.


Pintu : Bagian tempat pengambilan hasil tangkapan.

Mulut bubu dan arah masuk ikan

Bagian bubu secara keseluruhan

2.4

Daerah Penangkapan
Bubu Dasar (Ground Fish Pots)
Dalam operasi penangkapan, bubu dasar biasanya dilakukan di perairan karang atau diantara
karang-karang atau bebatuan (Anonim, 2006)
Bubu Apung (Floating Fish Pots)
Dalam operasi penangkapan, bubu apung dihubungkan dengan tali yang disesuaikan dengan
kedalaman tali, yang biasanya dipasang pada kedalaman 1,5 kali dari kedalaman air

(Anonim, 2006).
Bubu Hanyut (Drifting Fish Pots)
Dalam operasi penangkapan, bubu hanyut ini sesuai dengan namanya yaitu dengan

menghanyutkan ke dalam air (Anonim, 2006).


Bubu Jermal dan Bubu Apolo
Dalam operasi penangkapan, kedua bubu di atas diletakkan pada daerah pasang surut (tidal

trap). Umumnya dioperasikan di daerah perairan Sumatera (Anonim, 2006).


Bubu Ambai
Lokasi penangkapan dengan bubu ambai dilakukan pada jarak antara 1-2 mil dari pantai
(Anonim, 2006).

2.5

Teknik Pengoperasian Alat Tangkap Bubu


Penggunaan bubu pada dasarnya dipilih berdasarkan kemampuan finansial pembuatan

bubu dan keadaan lokasi penangkan ikan. Salah satu konstruksi dasar yang banyak dipilih dari

pembuatan dan permodelan bubu adalah penggunaan bambu, jaring, kawat atau besi. Berikut ini
adalah hasil dari sebuah aplikasi bubu dari bambu dan jaring untuk kegiatan penangkapan ikan.
1. Bubu Jaring dan Bubu Bambu Dengan Kapal/Perahu

Bubu jaring (kiri) dan bubu bambu (kanan) sebelum dioperasikan


Pada gambar kiri adalah bubu jaring dan gambar kanan adalah bubu bambu sebelum
dioperasikan. Penempatan bubu sebelum dioperasikan diletakkan di atas kapal/perahu, kemudia
dibawa ke fishing ground atau daerah penangkapan ikan. Sebelum membawa ke daerah
penangkapan maka bubu dicek terlebih dahulu agar pada saat setting ikan dapat terperangkap
dengan baik atau tidak lolos melalui kerusakan bubu.

Kapal penangkap ikan dengan bubu


Kapal penangkap ikan dengan bubu dibuat sedemikian rupa agar pada saat
proses settingsampai hauling dapat berjalan lancar. Penempatan ikan yang masih hidup dan ikan
beku seperti gambar diatas membutuhkan modal yang cukup besar sehingga kebanyakan nelayan
hanya menggunakan ikan segar yang dimasukkan dalam ice box.
2. Pengoperasian Bubu Jaring dan Bubu Bambu

Setting bubu jaring (kiri) dan bubu bambu (kanan)


Pada gambar kiri merupakan setting bubu jaring dan sebelah kanan adalah bubu bambu.
Sebelum setting bubu, terlebih dahulu dikaitkan pada sebuah tali dan penanda yang mengapung
(pelampung). Cara setting bubu adalah dengan dijatuhkan dari atas kapal dengan jarak tertentu
disesuaikan dengan kedalaman perairan. Hal ini dikarenakan bubu yang dijatuhkan dari atas
kapal disesuaikan dengan ikan yang akan ditangkap, misalnya kakap merah, kerapu, dll.

jangkar bubu jaring dan bambu


Pada gambar terdapat arit yang terdiri dari jangkar dan pemberat yang digunakan pada
saat proses hauling. Setelah proses setting bubu jaring ataupun bambu, arit dijatuhkan kemudian
kapal bergerak perlahan disekitar lokasi peletakan bubu. Apabila arit sudah tersangkut di bubu
jaring ataupun bambu maka akan terjadi proses hauling dan kapal dihentikan untuk sementara
waktu.

GPS untuk mengetahui lokasi penurunan bubu jaring dan bambu


Alat bantu GPS (Global Positioning System) digunakan untuk melihat posisi peletakan
bubu. Peletakan lokasi bubu ditandai dengan menggunakan GPS sehingga dapat terlacak
keberadaan bubu. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi apabila pelampung tanda pada bubu
hilang. Setelah diketahui posisi bubu dengan GPS, maka dapat dilakukan proses Hauling.

Proses hauling bubu jaring dan bambu


Proses Hauling pada bubu dilakukan dengan mengetahui posisi bubu terlebih dahulu
dengan GPS. Langkah selanjutnya adalah menurunkan arit yang dilengkapi tali yang lebih dari
kedalaman perairan. Setelah arit tersangkut pada bubu maka dilakukan proses penarikan tali
hingga bubu naik ke atas kapal. Tali yang ditarik ke atas kapal dibantu orang lain untuk
penggulungan tali agar tidak kusut dan tersangkut. Proses hauling dilakukan sampai bubu yang
dijatuhkan pada saat setting dapat terangkat ke atas kapal semua. Apabila bubu sudah berada
pada kapal, ikan hasil tangkapan selanjutnya dimasukkan ke dalam es (cool box). Hasil
tangkapan ikan tiap bubu terkadang belum memuaskan, sehingga dilakukan setting ulang hingga
proses haulingsampai ikan hasil tangkapan cukup memuaskan.

Ikan tangkapan

Penyusunan ice box untuk ikan segar


Setelah bubu naik ke kapal maka dilakukan proses pengeluaran hasil tangkapan (terlihat
pada gambar 15). Setelah ikan dikeluarkan dari bubu, selanjutnya adalah memasukkan ikan ke
dalam ice box. Penyusunan ice box agar tetap dalam kondisi yang baik dapat dilihat dari gambar
16. Tahap pertama pada perlakuan ikan segar adalah memasukkan ikan pada satu ice
boxkemudian setelah penuh maka ice box ditutup. Tahap selanjutnya apabila masih banyak ikan
yang tertangkap dimasukkan ke dalam ice box sampai penuh dan disusun di dalam tempat ikan
yang lebih besat (biasanya terbuat dari sterofon). Setelah disusun sedemikian rupa maka
dilakukan pengangkutan ke darat dengan tepat waktu agar ikan masih dalam kondisi yang baik.

Perkembangan bubu sebagai alat tangkap ramah lingkungan (biasa disebut pots) tidak
hanya digunakan di Indonesia namun digunakan pula pada negara lain. Negara-negara yang
mengunakan bubu diantaranya adalah Jepang, Brazil bagian timur, Amerika Serikat bagian
timur, Australia bagian barat dan timur, Jerman, Prancis bagian barat, Thailand, dan Kanada
(FAO, 2001).
Aplikasi bubu dalam pengoperasiannya di alam memiliki banyak keuntungan bagi
penggunanya maupun organisme lain. Bagi pengguna bubu, keuntungan yang dimiliki adalah
alat tangkap tersebut merupakan alat tangkap ramah lingkungan sehingga dapat dilakukan secara
terus menerus. Alat tangkap ramah lingkungan mudah digunakan dan tidak menimbulkan
kerusakan lingkungan. Hal ini dikarenakan alat yang digunakan tidak menggunakan bahan-bahan
yang berbahaya dan relatif mudah dioperasikan.
Walaupun bubu merupakan alat tangkap pasif karena hanya merupakan jebakan, namun
produktivitas yang dihasilkan cukup tinggi tergantung pada berapa kali setting sampai hauling.
Dalam penangkapan ikan mengunakan bubu juga harus memperhatikan kelestarian
sumberdayanya. Hal ini dikarenakan untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan, maka hanya
ikan yang boleh ditangkap dan sesuai ukuran konsumsi saja yang ditangkap sedangkan ikan yang
masih kecil dikembalikan ke alam. Apabila usaha penangkapan dengan bubu dapat berjalan
secara terus menerus maka keberlanjutan usaha perikanan tangkap juga akan dapat berjalan terus
menerus dan tetap memperhatikan kelestarian sumberdaya ikan.

Bab III
Penutup
3.1

Kesimpulan
Bubu mempunyai jenis yang beragam tergantung dari tempat dan jenis tangkapan yang

diinginkan. Bubu biasa dioprasikan dierairan dangkal sehingga banyak nelayan di Indonesia
yang memnfaatkan alat tangkap jenis ini karena kondisi alam Indonesia yang memiliki area
perairan dangkal yang relative luas. Bubu sendiri termasuk jenis alat tangkap yang ramah
lingkungan karena penggunaan bubu tidak akan merusak ekosistem bawah air.

3.2

Saran
Alat tangkap bubu termasuk alat tangkap yang tradisional dan dimanfaatkan oleh nelayan

yang kategorinya menengah kebawah. Namun bubu ini merupakan alat tangkap yang tidak akan
merusak ekosistem dasar laut, tidak seperti alat tangkap lain yang bisa menghancurkan ekosistem
trumbu karang dengan pemakaiannnya. kami rasa akan lebih baik jika alat tangkap yang tidak
merusak seperti bubu ini yang dapat lebih berkembang dan lebih maju.

Daftar Pustaka
http://makaira-indica.blogspot.com/2011/11/v-bubu.html (diakses pada 1/10/2015 pukul
21.00)
http://dkp.padangpariamankab.go.id/2014/04/alat-tangkap-bubu/.(diakses

pada

1/10/2015

pukul 20.00)
Anonim. 1975. Ketentuan Kerja, Pengumpulan, Pengolahan, dan Penyajian Data Statistik
Perikanan (Buku 1). Jakarta: Direktorat Jendral Perikanan, Departemen Pertanian.
Arthur Bowber, Nedeelec. 1976. Fishermans Manual. England.
FAO. 2001. Fishing With Traps and Pots. FAO Training Series. Australia.
IMAI. 2001. Country Status Overview 2001 tentang Eksploitasi dan Pedagangan dalam
Perikanan Karang di Indonesia. International Marinelife Alliance Indonesia. Bogor.
Partosuwiryo, S. 2002. Dasar-dasar Penangkapan Ikan. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Partosuwiryo, S. 2008. Alat Tangkap Ikan Ramah Lingkungan. Citra Aji Parama. Yogyakarta.
Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut Indonesia. Balai
penelitian Perikanan laut. Departemen Pertanian. Jakarta. 248 hal.
Sudirman dan A. Mallawa. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Zulkarnaen, I. 2007. Pemanfaatan Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.) dengan Bubu di Perairan
Mempawah Hilir, Kabupaten Pontianak. Institut Tinggi Bandung. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai