Anda di halaman 1dari 2

Awalnya, konsep pengembangan budi daya ikan nila semata-mata hanya terfokus pada cara agar

ikan nila bisa diterima masyarakat di negara-negara berkembang dengan tujuan meningkatkan gizi
masyarakat bertingkat ekonomi rendah. Kuncinya cukup sederhana, yaitu menyebarluaskan ikan yang
cepat berkembang biak dan memiliki harga jual yang murah. Hal ini dapat tercapai dengan mudah karena
ikan nila mampu mencapai bobot yang besar dan produktivitasnya pun tinggi.
Konsumen ikan menghendaki agar ikan yang dikonsumsi diperoleh dari hasil produksi yang
terbebas dari bahan-bahan yang berbahaya. Untuk itu langkah alternativ dalam rangka mencari pengganti
hormon sintetik adalah penggunaan dengan senyawa alami. Senyawa bahan alami memiliki kelebihan
mudah terurai dalam tubuh, efek samping yang ditimbulkan sedikit, dan menekan biaya operasional.
Pemanfaatan senyawa dari bahan alami diharapkan dapat dengan mudah diaplikasikan pada tingkat
pembudidayaan ikan agar lebih efektif dan efisien (Wiryowidagdo 2005).
Satu hal yang ikut memberi andil cepatnya perkembangan budi daya ikan nila adalah rendahnya
biaya produksi, sehingga tidak mengherankan jika keuntungan yang diperoleh juga cukup besar. Hal ini
menyebabkan banyak petani ikan bermodal kecil berani memulai usaha budi daya ikan nila secara
komersial dan meraih keuntungan tinggi karena harga jualnya yang bersaing dengan harga jual ikan
konsumsi jenis lainnya, seperti ikan mas.
Sementara itu, faktor yang menjadi kelemahan dalam pengembangan budi daya ikan nila
terutama dijumpai dalam pemeliharaan intensif di kajapung karena mahalnya harga pakan buatan dan
bahan bakunya harus diimpor. Namun, hal ini masih bisa diantisipasi dengan mengupayakan pembuatan
pakan sendiri menggunakan bahan baku lokal, seperti tepung ikan lokal. Konsekuensinya, kandungan
protein pakan buatan sendiri tersebut sedikit lebi rendah. Menurut Webster dan Lin (2002), kadar protein
yang optimal dalam menunjang pertumbuhan ikan nila berkisar antara 28-40%.
Dalam intensifikasi budi daya ikan nila dikenal beberapa subsistem, yakni subsistem
pembenihan, subsistem pendederan, subsistem pembesaran, dan subsistem pemasaran. Benih ikan nila
yang dipelihara di tempat pembesaran berasal dari pendederan, begitu juga benih yang didederkan
merupakan hasil dari pembenihan. Karena itu, setiap orang yang akan membudidayakan ikan nila bisa
memilih salah satu subsistem atau semua subsistem. Dalam kegiatan intensifikasi, pemilihan ini
tergantung dari kemampuan modal, kondisi geografi lahan dan prasarana yang dimiliki.
Pemilihan lokasi usaha harus mempertimbangkan beberapa aspek, seperti aspek teknis, sosial,
ekonomi, dan pasar sehingga selama proses budi daya tidak akan ditemui kendala yang akan menghambat
usaha tersebut. Lahan budi daya ikan nila untuk pendederan berupa kolam dan jaring. Sementara itu,
kegiatan pembesaran dilakukan di kolam, kantung jaring apung (kajapung), tambak air payau, dan kolam
air deras.
Subsistem pembenihan meliputi kegiatan pemeliharaan innduk, pemijahan, penetasan telur,
perawatan larva, hingga benih ikan nila mencapai ukuran 1-3 cm. pembenihan bisa dilakukan di kolam
yang dasarnya terbuat dari tanah dan pematangannya dari tembok. Bisa juga dilakukan di kolam yang
dasar dan pematangannya terbuat dari tanah. Benih ikan nila merah jantan pada umumnya dapat
diproduksi secara komersial dengan teknik pengalihan kelamin (sex reversal) menggunakan hormon
metilteststeron (Adel et al.,2006)
Kegiatan di sebsistem pendederan meliputi pemeliharaan benih ikan nila yang berukuran 1-3 cm
dan berasal dari kegiatan pembenihan. Benih tersebut dipelihara hingga mencapai ukuran 3-5 cm atau 5-8
cm per ekor. Pendederan bisa dilakukan di kolam yang dasarnya terbuat dari tanah dan pematangnya
terbuat dari tembok atau di kolam yang dasar dan pematangnya dari tanah.
Pelaku usaha subsistem pembesaran biasanya mengawali usaha dari pemeliharaan benih ikan
nila erukuran 5-8 cm hiingga mencapai uuran konsumsi (berat minimum 200 gram / ekor dan panjang
minimum 12 cm). Lokasi pembesaran secara intensif bisa dilakukan di dua tempat, yakni di jaring apung

dan di kolam air deras. Pemeliharaan di kolam biasa atau tambak air payau umumnya bersifat tradisional
dan semi-intensif.
Pasar merupakan tujuan akhir dari budi daya ikan nila secara intensif. Kegiatan pemasaran
dimulai oleh kegiatan pemasaran hasil pembenihan, pemasaran hasil pendederan, dan pemasaran hasil
pembesaran. Pemasaran hasil pembenihan dan pendederan biasanya hanya terjadi di kalangan petani
pembudidaya di lingkungan usaha pemeliharaan. Kalaupun ada yang dijual ke pasar, biasanya hanya
terjadi di pasar khusus, yakni pasar ikan budi daya. Hasil kegiatan pembesaran, selain bisa dikirim
langsung ke konsumen, bisa dijual ke pasar khusus, yakni pasar ikan konsumsi atau pasar umum yang
hasilnya langsung dibeli oleh konsumen akhir.

Daftar Pustaka
Webster, C.D and C. Lim. 2002. Nutrien Requirement and Feeding of Finfish for Aquaculture.
Aquaculture Research Center. Kentucky State University
Adel, ME Shalaby, A. Ashraf, Ramadan and Yassir AE Khattab. 2006. Sex-Reversal of Nile Tilapia Fry
Using Different Doses of 17a-Methyl Testosterone at Different Dietary Protein Levels. Central
Laboratory for Aquaculture Research Abbassa, Abo-Hammad. Sharkia Governorate Egypt.
Wiryowidagdo, S, 2005. Khasiat dan Keamanan Obat Alami (Makalah Seminar). Seminar Obat Alami VS
Obat Sintetik: Sudah aman dan efektifkah obat yang kita konsumsi. FMIPA. Universitas Indonesia
Depok.

Anda mungkin juga menyukai