Tugas PSDAL
Tugas PSDAL
Nama
Komang Ritayani
Rachmad Ardhianto
Nurjanah Oktorina Abdullah
Elvis
NRP
3315201001
3315201009
3315201010
Abstrak
Pengelolaan SDA adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan
mengevaluasi penyelenggaraan konservasi SDA, Pendayagunaan SDA, dan
pengendalian daya rusak air. Jadi pengelolaan disini tidak hanya kepada aspek pemanfaatn
dalam jangka pendek melainkan pemanfaatan tersebut dalam jangka yang berkelanjutan
(Sustanable). Pada saat ini menunjukan bahwa semakin beratnya sumber daya air dalam
memikul beban akibat peradaban manusia yang semakin maju. Pembangunan proyek-proyek
yang merupakan kebutuhan manusia akan lahan semakin terasa. Indikator semakin beratnya
beban sumber daya air tersebut dapat dirasakan dengan sering terjadinya banjir, tanah
longsong, kekeringan dan lain sebagainya. Untuk mencegah semakin beratnya beban sumber
daya air khususnya Daerah Aliran Sungai (DAS) dan sungai-sungainya maka diperlukan suatu
penanganan ataupun pengelolaan secara insentif dan terpadu baik antara sumber daya air
maupun dengan lingkungannya. Salah satu aspek adalah konservasi DAS yang merupakan
hal yang urgen untuk dilakukan. Konservasi DAS sangat membantu dalam menjaga
kelestarian dan menjaga ketersediaan air di hulu sungai sebagai sumber.
Kata Kunci: Pengelolaan SDA, Konsevasi SDA, Sustanable
1. Latar Belakang
1.1 Pendahuluan
Air merupakan kebutuhan pokok manusia karena tanpa air manusia tidak akan bisa
meneruskan hidupnya. Air buat kita sudah jadi kebutuhan pokok, hampir seluruh kegiatan kita
membutuhkan air dan tubuh kita 80% adalah air. Karena pentingnya air buat kehidupan
manusia maka menjadi kewajiban kita semua untuk menjaga kelestariannnya.
Dalam UUD 45 pasal 33 ayat 3 menyatakan bahwa kekayaan alam di kuasai oleh
negara dan di pergunakan untuk kemakmuran rakyat. Salah satu kekayaan alam indonesia
adalah sumberdaya air. Indonesia begitu kaya akan sumber daya air karena masih banyak
hutan, akan tetapi apabila kekayaan alam berupa sumber daya air ini tidak di jaga dan
dilestarikan maka akan menjadi bencana baik berupa kekeringan atau banjir. Kekeringan yang
terjadi di beberapa daerah akhir-akhir ini adalah akibat dari pengelolaan sumber daya air yang
salah dimana hutan yang menjadi sumber air di rusak melalui penebangan hutan tanpa
memperhatikan akibatnya. Dalam hal ini pemerintah harus tegas dalam menindak
perusahaan-perusahaan atau perorangan yang menebang hutan sembarangan, tidak ada
kompromi terhadap hal ini.
Kawasan desa siradadi kecamatan sirampong merupakan kawasan dataran tinggi
dekat dengan area gunung slamet. Keadaan topografi yang tinggi menyebabkan keberadaan
sumber mata air yang melimpah di daerah tersebut diantaranya adalah Mata Air Arsa, Mata Air
Citra menggala, dan Mata Air Tuk Uleng. Mata air tuk uleng mempunyai kapasitas debit 1000
Liter/Detik 1200 Liter/Detik. Mata Air Tersebut merupakan sumber dari Daerah Aliran Sungai
Kali keruh yang merupakan sungai yang digunakan sebagai sumber irigasi pertanian, baik
pertanian keras maupun pertanian jenis padi. Mata air Citra menggala merupakan sumber
mata air yang digunakan oleh Kementrian Pekerjaan Umum dalam menjalankan program
pamsimas untuk pelayanan Desa Gunung Sumping dengan kapasitas debit hingga 20
Liter/Detik.
Berdasarkan wacana pemerintah Kabupaten Brebes disebutkan bahwa Mata Air di
hulu sungai akan direncanakan sebagai sumber mata air untuk melayani kurang lebih 18.000
Sambungan Rumah (SR) yang ada di kecamatan Bumiayu, Sirampong, Tonjong dan
Bantarkawung. Dengan perencanaan Design pengambilan yakni 300 Liter/Detik. Pengambilan
mata air tentunya harus mempertimbangkan beberapa hal sesuai dengan UU No 7 Tahun
2004 dan Peraturan terkait SPAM. Dari penjelasan diatas maka proses pengelolaan dalam
pengupayaan pengambilan mata air tuk uleng harus memperhatikan nilai konsevasi tinggi di
lokasi mata air tersebut dan nilai konservasi disepanjang DAS Sungai Keruh yang merupakan
sumber pengairan bagi petani yang berada dibagian Hilir Sungai. Berdasarkan hal tersebut
maka disusun program pengelolaan dan pengupayaan menjaga kelestarian sumber air mata
air tuk uleng yang nantinya akan memfokuskan pengelolaan yang sesuai peraturan yang
ditetapkan oleh pemerintah baik daerah maupun pusat.
1.2. Tujuan Kegiatan
Metodologi
Metodologi kajian ini merupakan tinjauan pustakan dari berbagai sumber refrensi terkait
kondisi hidrologi, pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air serta refrensi analisis kondisi
konservasi sumber daya air yang berkelanjutan.
2. Tinjauan Pustaka
2.1. Peran Serta Masyarakat Dalam Pembagunan
pemanfaatan dan pengendalian lingkungan dari kondisi yang sudah ada agar menjadi lebih
baik. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat di dalam suatu pembangunan terhadap
fasilitas yang akan dikembangkan, perlu memperhatikan aspek sosial budaya masyarakat.
Susskind (1997) dalam (Sunaryo, dkk, 2005:12-13) menyatakan sebab peran masyarakat
memiliki sifat strategis dalam pengelolaan sumber daya alam yaitu:
keputusan.
Tujuan akhir yang dapat dicapai dari setiap usaha menyertakan masyarakat
dalam
pengambilan
keputusan
yakni
tumbuhnya
(1995:18)
mengutarakan
daya
dukung
lingkungan adalah
kemampuan
lingkungan untuk mendukung kehidupan yang ada di dalamnya. Apabila daya dukung
lingkungan terlampaui maka manusia akan mengalami berbagai kesulitan. Tipe daya dukung
lingkungan atau kemampuan lingkungan menurut Tohir (1991: 292) dapat dibedakan
menjadi empat tipe, yaitu:
Daya dukung atau kemampuan lingkungan untuk memikul beban yang berupa lalu lintas,
perumahan, limbah buangan, olah raga dan sebagainya, termasuk di dalamnya daya
dukung lahan.
akan
biomassa
tumbuh-tumbuhan,
hewan,
ekosistem.
Daya dukung lingkungan dalam kemampuan yaitu regulasi atau mengatur diri
sendiri untuk melakukan pembersihan diri guna memperoleh keseimbangan
ekologis. Dalam penelitian ini daya dukung
perubahan aliran sungai maka akan berdampak terhadap ekosistem yang ada disekitar
sungai. Permasalahan sumber daya air yang berdampak serius saat ini adalah
penggabungan antara kondisi lokal seperti
pengerukan dan lain sebagainya dan dengan dipengaruhi adanya global warming seperti
terjadi tidak seimbangnya antara musim
hujan dan musim kemarau, maka akan berdampak serius terjadinya kekeringan.
Konsep hidraulik murni dalam pembangunan sungai biasanya mengabaikan
komponen
ekologi,
misal
penebangan
pohon-pohon
besar yang
mengganggu
pembangunan sungai, pelurusan alur sungai, pembetonan, dan pengerukan sedimen dasar
sungai yang akan mengurangi kekasaran permukaan sehingga akan mempercepat laju
aliran. Dalam pandangan eko hidraulik, profil memanjang dan melintang sungai berisi
baik komponen fisik hidraulik (dasar sungai atau sedimen, tebing sungai, dan bantaran
sungai) lengkap dengan flora yang hidup di atasnya serta fauna yang menyertainya ( Maryono,
2005 : 4)
2.4. Pengelolaan Sumber Daya Air
Sumber daya air adalah air dan semua potensi yang terdapat dalam air, sumber air,
termasuk sarana dan prasarana pengairan yang dapat dimanfaatkan, namun tidak
termasuk kekayaan hewani yang ada didalamnya (Sunaryo,dkk 2005: 19). Lebih lanjut
dinyatakan bahwa konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan
serta keberlanjutan keadaan, sifat dan fungsi sumber daya air agar senantiasa tersedia
dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan mahluk hidup,
baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang.
A. Tinjauan Tentang Sungai
Faktor yang berpengaruh terhadap morfologi sungai tidak hanya terdiri dari faktor abiotik
(fisik : hidrologi, hidraulika, sedimen), faktor biotik (ekologi : flora dan fauna) pada daerah
yang dilaluinya, melainkan juga ada campur tangan manusia juga dapat berakibat
terhadap perubahan morfologi sungai tersebut. (Maryono, 2005 : 9)
Untuk menjaga
pengelolaan baik dari pemerintah dan masyarakat maupun kebijakan pemerintah terhadap
lestarinya fungsi sungai tersebut.
Prinsip pengelolaan yang bersifat pure hydraulic (pembetonan, pelurusan, sudetan, dan lainlain) tersebut seyogyanya segera ditinggalkan dan digantikan dengan prinsip pengelolaan
yang lebih ke arah eko hidraulik (Maryono, 2005 : 10). Selanjutnya dikatakan bahwa
prinsip-prinsip eko hidraulik pada dasarnya adalah pengelolaan dengan mengusahakan
retensi air selama-lamanya pada badan sungai, misalnya dengan membiarkan terjadinya
meander, tidak mengadakan pembetonan, dan lain sebagainya yang disamping
mempercepat laju aliran sungai, juga akan menyebabkan berubahnya vegetasi dan habitat
yang terdapat dalam sungai tersebut.
B. Mata Air
Menurut Seno (2009) mata air merupakan sumber air yang muncul dengan sendirinya
kepermukaan tanah. Sumber air ini pada umumnya kualitasnya sangat baik sebagai sumber
air minum karena telah mengalami purifikasi secara alami melalui lapisan-lapisan pasir yang
juga merupakan lapisan pembawa air (Aquifer). Pada umumnya sumber mata air terdapat di
kaki penggununangan yang biasanya masih merupakan kawasan hutan yang berfungsi
sebagai penahanan air pada saat musim hujan dan mengeluarkan melalui sistem mata air.
Dengan demikian berkurangnya kawasan hutan yang terjadi saat ini maka debit mata air akan
berkurang seperti terjadi di pulau jawa.
C. Air Permukaan
Pada dasarnya air sungai berasal dari sumber-sumber mata air yang bergabung dan aliran
dasar air tanah, maupun yang langsung dari air hujan berupa limpasan air yang tidak meresap
kedalam sistem air tanah. Kontak langsung air sungai dengan permukaan tanah menyebabkan
sungai-sungai menjadi sangat rawan terhadap pencemaran, terutama pada daerah yang
sudah terbangun seperti kota atau kawasan padat penduduk. Pada umumnya air sungai
digunakan untuk keperluan irigasi pertanian dan proses industry maupun untuk keperluan
rumah tangga.
pohon dengan
faktor-faktor
pembawa air (Aquifer). Berikut kualitas mata air tuk uleng desa wanareja kecamatan
Sirampong.
Tabel 1. Kualitas Air Baku Mata Air Sirampong
No.
Parameter
Satuan
PP No. 82/2001
Kelas 1
Permenkes No.
492/2010
Hasil
Keterangan
FISIKA
1
mg/l
1000
500
5,0
Memenuhi
mg/l
50
3,4
Memenuhi
Kekeruhan (NTU)
NTU
0,5
Memenuhi
Suhu
Warna
PtCO
15
Bau
Tidak Berbau
Arsen (As)
mg/l
0,05
0,05
Memenuhi
Besi (Fe)
mg/l
0,3
0,30
0,01
Memenuhi
Fluorida (F-)
mg/l
0,5
0,50
0,01
Memenuhi
Kadmium (Cd)
mg/l
0,01
0,005
0,00
Memenuhi
Khlorida (Cl)
mg/l
600
250
0,8
Memenuhi
Khromium VI (Cr6+)
mg/l
0,05
0,050
0,003
Memenuhi
Mangan (Mn)
mg/l
0,1
0,10
0,002
Memenuhi
Nitrat (NO3-N)
mg/l
10
10,0
0,75
Memenuhi
Nitrit (NO2-N)
mg/l
0,06
1,0
0,05
Memenuhi
10
pH (26 C)
6-9
6,5-8,5
6,9
Memenuhi
11
Selenium (Se)
mg/l
0,01
0,010
Memenuhi
12
Seng (Zn)
mg/l
0,05
5,0
Memenuhi
13
Sianida (CN)
mg/l
0,02
0,1
Memenuhi
14
Sulfat (SO2)
mg/l
400
400
Memenuhi
15
Tembaga (Cu)
mg/l
0,2
1,0
<0,1
Memenuhi
16
BOD5
mg/l
Memenuhi
17
COD
mg/l
10
Memenuhi
mg/l
0,5
1,0
<0,05
Memenuhi
MPN/100
ml
100
Memenuhi
KIMIA
18
Koliform Tinja
Total Coliform
MPN/100
ml
Sumber :PDAM Kabupaten Brebes, 2015
1000
Memenuhi
Dari nilai kualitas diatas sumber mata air tuk uleng yang merupakan sumber pengairan irigasi
dan kehidupan warga dibawah kaki gunung slamet masih dikategorikan dalam kondisi layak
minum. Namun, kondisi ini akan berubah ketika proses pemanfaatan dan pengelolaan sumber
mata air tidak sesuai dengan kaidah pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan oleh
pemerintah.
C. Kondisi Lingkungan Biotik
Jenis flora yang dijumpai pada ekosistem pegunungan antara lain tumbuhan lumut dan
tumbuhan paku yang membentuk semak-semak rapat. Tumbuhan penyusun adalah semboja,
semanten, sumbung, sembukan, marong, sarangan, hutan pinus dan tanaman buah produktif.
Jenis flora yang dijumpai yang sifatnya tanaman musiman adalah jagung, ketela pohon,
sayuran. Flora yang terdapat di ekosistem karst secara garis bedar terdiri dari tanaman
semusim. Tanaman keras penghasil kayu yang berada disekitar daerah mata air dan sungai
kalikeruh antara lain Hutan Pinus dan sengon, Woro. (2003).
Sedangkan fauna yang dijumpai di ekosistem kars menurut Woro, 2003 adalah antara lain
burung terkuku, katak bangkong, tikus, kadal, jangkrik, klabang dan ular.
D. Pengelolaan Sumber Daya Air
Pengelolaan sumber daya air merupakan suatu kegiatan yang kompleks karena menyangkut
semua sektor kehidupan, sehingga harus melibatkan semua pihak baik pembuat aturan
(regulator), pengguna (user) dan pengembang (developer) maupun pengelola (operator). Oleh
karena itu, diperlukan upaya bersama untuk mulai menerapkan dan menggunakan
pendekatan one river basin, one plan and one integrated management, sehingga keterpaduan
dalam perencanaan dan pelaksanaan serta pengendalian dapat diwujudkan. Dalam rangka
konservasi sumber daya air, pengembangan sumber daya air, pendayagunaan sumberdaya air
dan pengendalian daya rusak air pada Wilayah Mata air tuk uleng dan sungai kali keruh maka
beberapa hal yang seharusnya dilakukan adalah sebagai berikut ini.
1. Penyusunan pola dan rencana pengelolaan sumberdaya air pada Mata Air Tuk
Uleng dan wilayah sungai Kali keruh
Penyusunan pola dan rencana pengelolaan sumber daya air di wilayah sumber air tuk
uleng dan wilayah sungai kali keruh dilakukan dengan mendahulukan sistem zonasi
ekosistem yang ada di wilayah sumber mata arid an wilayah sungai. Berdasarkan
keadaan lapangan zona ekosistem di wilayah mata air dan sungai kali keruh
merupakan zona ekosistem lahan basah dan kering yang merupakan ekosistem yang
dicirikan dengan bentuk lahan asal proses fluvio yaitu sungai. Bentuk lahan tersebut
misalnya dantaran banjir, dataran alluvial, teras ungai, bentuk lahan ini kemungkinan
besar digunakan sebagai bahan pertanian sepanjang tahun maupun tadah hujan
(Woro, 2003). Pengelolaan sumber daya air dan lingkungan terhadap zona ekosistem
lahan basah tentunya harus banyak memeperhatikan aspek-aspek penggunaan dan
tata kelola sumber daya air.
Gambar 3. Zona Ekosistem Lahan Basah dan Kering Sekitar Sungai Kali Keruh
Zona ekosistem Pegunungan letaknya pada ketinggian seperti bukit atau
pegunungan. Zona ini merupakan kawasan yang difungsikan sebagai zona
penyangga yang ditandai dengan banyaknya pohon-pohon pinus di wilayah sekitar
sungai dan mata air Tuk Uleng. Kemudian zona ekosistem yang terkahir adalah zona
Ekosistem Karst yang terdapat dibentuk lahan kahan Karst dari perbukitan karst
zona karst berda disepanjang wilayah sungai hingga mata air.
Gambar 4. Hutan Pinus di Ekosistem Pegunungan dan Tanah Karst Di wilayah Sungai
Kalikeruh
Dari sistem zonasi ekosistem yang ada diatas direncanakan pola pengelolaan yang
tepat bagi rencana tata kelola sumber mata air dan wilayah sungai Kali keruh.
Berdasarkan Woro (2003) pengelolaan wilayah sungai baik Mata Air Maupun sungai
dilakukan lima tahap strategi yaitu peningkatan kemampuan kelembagaan, penataan
ruang, penyelematan tanah, hutan, air, pemberdayaan masyarakat dan partisipasi dan
kemitraan.
2. Pengelolaan sumberdaya air yang meliputi konservasi sumber daya air,
pengembangan sumber air, pendayagunaan sumberdaya air dan pengendalian
daya rusak air dengan memperhatikan tata ruang dan daya dukung.
Berdasarkan penampakan citra Kabupaten Brebes tahun 2015, keadaan hulu sungai
mengalami perubahan tata guna lahan terutama perubahan bertambahnya jumlah
penduduk yang menempati wilayah hulu sungai. Perubahan tata ruang diwiyah ini
tentunya akan mempengaruhi dari daya dukung lingkungan terhadap kemampuan
mata air dalam menghasilkan sumber air bersih atau sumber air minum diwilayah hilir
sungai. Karena meningkatnya pertabahan penduduk akan mempengaruhi kualitas air
yang berada dibawah dan akan terdampak pencemaran domestik berupa adanya
kondisi mikrobilogi yakni adanya ecolli. Hal ini tentunya harus diperhatikan terkait
pengolahan limbah domestik yang dihasilkan yaitu membuat sosialisasi mengenai
kebutuhan akan tangki septik. Berikut kondisi perubahan tata ruang yang ada
diwilayah sektar sungai.
Dari citra diketahui bahwa penambahan perumahan meluas hingga ke hilir sungai,
pengelolaan sumber daya harus memperhatikan aspek masyarakat, aspek ini
dilakukan dengan memberikan penyuluhan terkait sanitasi dan konservasi sumber
daya alam.
Pengelolaan sumber daya air dan pendayagunaan sumber daya air berdasarkan Adi
(2011) harus memperhatikan konservasi dan efisiensi penggunaan SDA yang harus
memperhatikan nilai Konservasi Nilai Tinggi SDA karena selama ini belum dilakukan
secara konsisten bahkan sat ini banyak hutan dan wilayah resapan air yang semakin
rusak. Untuk wilayah Hulu sungai yaitu di Sumber mata air harus ada kebijakan
konservasi dalam melindungi struktur air bawah tanah, struktur aquifer dan struktur
morfologi dari sungai yakni dengan menjaga kondisi alami dari keadaan tumbuhan
dan lain sebagainya.
Pendayagunaan air yang lebih efisien, menuru Adi (2011) pertaian merupakan
pengguna air terbesar dan harus diefisienkan penggunaannya. Tingkat efisiensi saat
ini sekitar 30%.
pertanian, uban dan industry perlu dilakukan secara terus-menerus dan gradual. Ratarata kebocoran air minum juga masih tinggi-lebih dari 40%. Dalam menanggulangi
keadaan ini mungkin dapat menggunakan teknologi dan peralatan yang lebih efisien
dalam penggunaan air, baik sektor pertanian, urban, maupun industry.
Pengembangan konservasi dan efisiensi penggunaan SDA dapat juga dilakukan
dengan melakukan pengembangan program reduce, reuse, recycle. Pengelolaan
penawaran dan permintaan air secara terintegrasi serta pemantauan kondisi air tanah
dan penentuan quota pengambilan sumber mata air khsusunya dalam segi
pemanfaatan. Konservasi dan penggunaan SDA juga dapat dilakukan dengan
pengembangan program sosialisasi ke masyarakat dan industry terkait dengan upaya
pengendalian pembuangan limbah keperairan sungai serta pengembangan programprogram konservasi kawasan lindung dengan melibatkan masyarakat sekitar. Adapun
perencanaan konservasi Sumber mata air harus memperhatikan zona perlindungan
sumber mata air.
pengelolaan
dan
pengendalian
penggunaan
SDA
seharusnya
tingginya erosi tanah (Paimin, 2010). Hujan yang tinggi dan terjadi dalam
terjadinya degradasi lahan akibat erosi dan peningkatan besarnya air banjir.
sembarangan tanpa memperhatikan asas konservasi tanah dan air serta tanpa
pertimbangan ancaman bahaya yang mungkin terjadi. Menyadari kekurangan tersebut
telah banyak dikembangkan teknologi pendukung pengelolaan DAS, baik teknologi
dalam pengelolaan lahan maupun teknologi untuk perolehan data dan prosesing data.
Dalam pengelolaan lahan pertanian yang miring telah banyak dikembangkan
teknologi yang berasaskan konservasi tanah dan air, mulai dari teknik penyiapan
lahan sampai dengan pemanenan. Dalam aplikasinya teknologi yang diintroduksikan
perlu didahului pendekatan terhadap masyarakat agar diperoleh pemahaman
sehingga adopsi masyarakat lebih mudah.
3. Penyiapan rekomendasi teknis dalam pemberian ijin atas penyediaan,
peruntukan, penggunaan dan pengusahaan sumberdaya air pada wilayah
sungai.
Rekomendasi teknis dalam pengelolaan Mata Air Tuk Uleng yaitu akan direncanakan
sebuah jaringan perpipaan dengan sumber air mata air tuk uleng dengan debit
pengambilan 150 Liter/Detik. Tentunya rekomendasi teknis diperlukan terkait
keperluan Detail Engineering Design yang didalam nya terdapat instrument dalam
pengurusan izin yaitu pengurusan izin SIPA. Berikut Profil rencana jaringan transmisi
Mata Air Tuk Uleng ke Rencana Reservoir,
Gambar 8. Profil Elevasi Jaringan Transmisi Pemanfaatan Mata Air Tuk Uleng.
Pengambilan sejumlah air dengan debit 150 Liter/Detik tentunya erat kaitannya
dengan izin pengambilan SIPA. Yang mana didalamnya harus diperuntukan
rekomendasi teknis berupa perhitungan dan gambar dalam hal ini adalah
rekomendasi bangunan penangkap Air serta dokumen UKL-UPL/Amdal yang
mendukung keluarnya izin.
Sistem SPAM yang berjalan di daerah mata air masih jauh dari kata standar yang
diwajibkan oleh PU. Dilihat dari kondisi eksisting program PAMSIMAS yang berjalan
banyak pemasangan pipa yang tidak sesuai dengan kaidah teknis pemasangan PIPA
air minum. Diantaranya dapat dijelaskan digambar berikut ini.
dengan stakeholder pengelola DAS. DAS Kali Keruh dan Mata Air Tuk Uleng merupakan
diwilayah pengelolaan BBWS Provinsi Jawa tengah. Menurut Agus (2014) Masyarakat
merupakan unsure pelaku utama, sedangkan pemerintah sebagai unsure pemegang
otoritas kebijakan, fasilitator dan pengawas yang direpresentasikan oleh instansi-intansi
sektoral Pusat dan Daerah yang terkait dengan Pengelolaan DAS. Pihak-pihak lain yang
mendukung keberhasilan pengelolaan DAS antara lain:
Gambar 9. Sumber Informasi Citra Sebagai Sarana Alat untuk Mengetahui perubahan Tata Ruang Wilayah Sungai
Kesimpulan
Rekomendasi Terkait tata ruang dalam pengelolaan Mata Air sebagai sumber utama irigasi
dan air minum serta Sumber Daya air adalah sebagai berikut ini.
Pemanfaatan ruang di Das Kali Keruh pada masa yang akan datang diarahkan untuk
dapat menyeimbangkan antara fungsi kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Kawasan lindung memiliki potensi untuk perlindungan, pengawetan, konservasi dan
pelestarian fungsi sumber daya alam dan lingkungannya guna mendukung kehidupan
secara serasi.
Kawasan yang memerlukan perhatian utama adalah kawasan perlindungan setempat
yang terdiri dari kawasan sekitar mata air, kawasan sekitar waduk/danau, kawasan
sekitar sempadan sungai, pantai, kawasan sekitar sempadan sungai di kawasan
permukiman, kawasan pantai berhutan bakau (mangrove) dan kawasan terbuka hijau.
Pengamanan terhadap kawasan sekitar mata air akan memberikan jaminan terhadap
penyediaan air jangka panjang
Pemetaan dan perlindungan terhadap daerah resapan air tanah yang dilakukan
pengelola SDA dan badan perencana masing-masing daerah sehingga pembangunan
daerah tidak mengganggu konservasi air tanah
Penentuan rencana rinci tataruang kawasan dan arahan peraturan zonasi ekosistem
Penghijauan dengan melibatkan peran serta masyarakat dengan dukungan penuh dari
seluruh stakeholder yang terlibat (swasta, badan usaha), role sharing yang jelas antara
pemanfaat dan pelaku konservasi, menjadikan kawasan hutan produksi yang
mempunyai kemiringan > 45% sebagai kawasan hutan lindung.
Mempertahankan vegetasi dan menanam kembali bagian kawasan yang terbuka
khususnya pada hutan budidaya dan, role sharing yang jelas antara pemanfaat dan
pelaku konservasi.
Peningkatan kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan.
Kegiatan penghijauan yang didasarkan pada sinergi antara masyarakat, pemerintah dan
badan usaha/swasta, Penegasan aturan hukum dan sangsi terhadap pelanggaran
enatan ruang wilayah sungai.
Daftar Pustaka
Adi. Seno. 2009. Pemanfaatn Dan Konservasi Sumber Air Dalam Keadaan Darurat.
BPPT. JAI Vol 5 No 1 Tahun 209.
Maryono, A, 2005. Eko-Hidraulik Pembangunan Sungai. Yogyakarta Magister System
Teknik Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Pandang, Adi. 2011. Perencanaan Dan Pengelolaan Sumber Daya Air. Bahan Ajar
perkuliahan Perencanaan Dan Pengelolaan Sumber Daya Air.
Paimin. 2010. Adaptasi Teknik Konservasi Tanah dan Air Terhadap Perubahan Iklim di
Sub Daerah Aliran Sungai Samin Hulu. Prosiding Ekspose Hasil Penelitian dan
Pengembangan. Pengelolaan DAS Dalam Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim di
Indonesia. 28 September 2010. P3KR. Bogor. Diterbitkan tahun 2011.
Paimin.2014. Mencermati Kondisi Daerah Aliran Sungai Sebagai Basis Peningkatan
Daya Dukung. Seminar Nasional. Membangun SInergi Antara Daya Dukung, Program
Pembangunan, Dan Kesejahteraan Rakyat. Universitas Gajah Mada
Purwanto, Agus. 2013. Pengelolaan DAS Secara Terpadu Dalam Konteks Otonomi
Daerah. Seminar Nasional. Membangun SInergi Antara Daya Dukung, Program
Pembangunan, Dan Kesejahteraan Rakyat. Universitas Gajah Mada
Sunaryo, M, Trie; S, Waluyo, T, dan Hernanto, A, 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air.
Malang. Bayu Media Publishing.
Woro, Suratman. 2003. Penyusunan Rencana Induk (Grand Design) Pengelolaan
Lingkungan Hidup (SWS Bengawan Solo). Lokakarya Nasional .Fakultas Geografi Universitas
Gajah Mada.