Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada saat ini telah dikenal dan diketahui berbagai macam zat yang mengandung radioaktif.
Keberadaan zat radioaktif tidak dapat diketahui secara langsung dengan panca indera. Untuk mendeteksi
keberadaan zat radioaktif diperlukan alat detector, salah satunya detector Geiger Muller. Zat radioaktif
memancarkan sinar tembus yang biasa disebut sinar radioaktif. Pemancaran sinar tembus yang secara
spontan oleh inti-inti yang tidak stabil dinamakan radioaktivitas.
Radioaktivitas ini bisa dideteksi oleh suatu alat yang disebut detektor radioaktif. Detektor ini
ditemuka oleh Geiger_Muller. Oleh karena tu,detektor ini disebut sebagai Geiger_Muller Detektor. Pada
percobaan ini,detektor ini digunakan untuk menentukan count dari zat radioaktif. Dari count tersebut
akan diketahui waktu peluruhan dari suatu zat radioaktif serta hubungan yang terjadi antara jarak sumber
dengan count yang didapatkan.
1.2 Permasalahan
Permasalahan dalam percobaan Geiger Muller adalah bagaimana hubungan antara jarak sumber
radioaktif dengan count. Selain itu, bagaimana cara mendapatkan konstanta peluruhan,massa hidup,dan
waktu paruh suatu zat radioaktif.
1.3 Tujuan
Percobaan Geiger Muller ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jarak sumber radioaktif
dengan count radiasi. Serta mencari konstanta peluruhan,masa hidup,dan waktu paruh suatu zat
radioaktif.
1.4 Sistematika Laporan
Laporan ini terdiri atas bab 1 yaitu pendahuluan yang berisi latar belakang,permasalahan,tujuan,dan
sistematika laporan. Bab 2 berisi tinjauan pustaka. Bab 3 yaitu metodologi percobaan yang meliputi
peralatan dan cara kerja. Pada bab 4 yang berisi analisa dan pembahasan meliputi data
percobaan,perhitungan,grafik dan pembahasan. Selain itu terdapat bab 5 yang merupakan kersimpulan
laporan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Model inti

Inti atom terdiri dari netron dan proton, yang disebut nucleon. Sebagai indeks atas
pengidentifikasian dalam menandai nuklid digambarkan sebagai berikut:
UA

Dengan

A = nomor massa
Z = nomor atom

A Z = N, jumlah proton.
(Husin, 2005)
Untuk nuklida-nuklida dengan Z sama dinamakan isotop. Nuklida dengan A sama dinamakan
isobar. Nuklida dengan N sama tetapi Z berbeda disebut isoton. Nuklida dengan Z dan A sama, dengan
sendirinya N sama tetapi berbeda tingkat energinya atau tetapan integrasinya atau waktu paruhnya disebut
isomer. Setiap nuklida memiiki gaya inti yaitu gaya yang mengikat inti agar tidak bercerai berai. Massa
inti suatu atom lebih kecil jika dibandingkan dengan massa nucleon penyusunnya. Sehingga dapat
dikatakan pada penyusunan inti dari partikel penyusunnya ada massa yang hilang, berubah menjadi
energy ikat inti. Berarti energy ikat setara dengan massa lenyap pada penyusunan inti dari partikel
penyusunnya. (Sugimin, 2000)
Inti atom juga memiliki keadaan ground state dan tereksitasi. Ketika inti kembali ke keadaan
ground state dari keadaan tereksitasi, maka inti atom akan meluruh sambil meradiasikan sinar gamma.
Keadaan ground state ini disebut keadaan stabil inti, tingkat energinya ditentukan oleh komposisi proton
dan neutron penyusun nukleon. Massa inti, ditentukan oleh massa neutron dan proton sehingga dapat
ditulis, M inti = M proton + M neutron. Nukleon mempunyai spin . Karena nukleon bergerak, maka
proton dan neutron juga mempunyai momentum sudut orbital. Di dalam inti atom nukleon-nukleon
mengalami gerak orbital, baik proton maupun neutron mempunyai momen magnetik (Strange, 2000)
Saat ini belum ada teori yang bisa menjelaskan sifat inti atom yang telah teramati. Sehingga
digunakan rekaaan atau imajinasi para ilmuan tenteng model inti. Sejauh ini, ada empat model inti yang
diakui oleh para ilmuwan antara lain; model tetes cairan, model kulit , model kolektif dan gabungan dari
model kolektiv dan kulit yang disebut model penyatuan.
(Wong, 1990)
Beberapa sifat inti dengan sifat tetes cairan:Dapat dikatakan bahwa kerapatan tetes cairan tidak
bergantung pada ukurannya. Dengan begitu jika tetes itu menyerupai bola, maka radiusnya sebanding
dengan akar 3 jumlah molekulnya.

Kerapatan =

Jumlah molekul 3

4
4 /3 radius3

(2.1)

Hal serupa ditemui pada inti, bahwa radius inti (inti dianggap menyerupai bola) sebanding dengan A1/3,
sehingga kerapatannya tidak bergantung pada ukurannya.
Energi ikat tiap molekul sama, sehingga energy yang diperlukan untuk memisahkan semua
molekul cairan itu sebanding dengan jumlah molekulnya. Pada energy ikat tetes cairan, dikenakan koreksi
efek permukaan, dikarenakan molekul cairan dipermukaan kurang terikat dibanding molekul tetes cairan.
(Beisser Arthur, 1983)
Model kulit mengajukan bahwa keadaan inti hampir sama dengan keadaan elektron pada model
atom. Model ini berhasil menjelaskan sifat-sifat fisis inti seperti momen magnetik, momen sudut, bentuk
geometri inti dan sebagainya. (Wong, 1990)
Beberapa sifat inti, contoh: kestabilan, jumlah di alam, menunjukkan suatu nilai atau keadaan
yang menonjol jika jumlah proton dan / atau netron inti itu sama dengan salah satu bilangan berikut: 2, 8,
20, 28, 50, 82, 126, ..., yang disebut sebagai bilangan ajaib (magic numbers). Fenomena bilangan ajaib
tidak dapat dijelaskan oleh model inti tetes cairan maupun model inti gas Fermi. Karena itu, diperlukan
model inti lain.Pada atom memiliki sifat-sifat yang tidak kontinyu (pada situasi tertentu menonjol)
dikarenakan atom memiliki tingkat-tingkat keadaan yang diskrit (struktur kulit). Ide ini lalu dipakai juga
untuk inti, bahwa inti memiliki struktur kulit, tingkat-tingkat keadaan yang diskrit. (Beisser Arthur, 1983)
Model kolektiv hampir sama seperti model tetes cairan, karena memperlakukan nukleon secara
kolektiv. Model kolektiv memfokuskan pada interaksi-interaksi kolektiv antar nukleon seperti akibatakibat interaksi antar nukleon maka akan menimbulkan rotasi dan vibrasi dan sebagainya. Model ini
berhasil menjelaskan tingkat-tingkat energi inti dan jumlah proton-neutron penyusunnya.
Model penyatuan merupakan gabungan antara model kulit dan kolektiv dimana model kulit
dengan sangat baik berhasil menjelaskan sifat-sifat penting inti. Sedangakan model kolektiv berhasil
menjelaskan sifat-sifat konsekuensi yang timbul akibat model kulit (Wong, 1990)
2.2 Stabilitas inti
Komposisi jumlah proton dan neutron didalam inti atom sangat mempengaruhi kestabilan inti
atom tersebut, Inti atom dikatakan stabil bila komposisi jumlah neutron dan protonnya sudah seimbang,
serta tingkat eneginya sudah ada pada keadaan dasar. Jumlah proton dan neutron atau tingkat energi dari
inti yang stabil tidak akan mengalami perubaha selama tidak ada gangguan dari luar. Komposisi disini
bukan berarti jumlah keduanya harus sama namun lebih kepada keseimbangan energi ang dibuat oleh
komposisi tersebut. Setiap inti dari atom yang berbeda, mempunyai tingkat keseimbangan yang berbeda.
Secara umum, kestabilan inti ringan terjadi bila jumlah proton sama dengan jumlah neutron. Sedangkan

kestabilan inti berat terjadi bila jumlah neutron maksimum 1,5 kali jumlah protonnya. Inti-inti atom yang
tidak stabil, baik karena komposisi jumlah proton dan neutronnya yang tidak seimbang ataupun karena
tingkat energinya tidak pada kondisi dasar, cenderung untuk berubah menjadi stabil. Bila ketidakstabilan
inti disebabkan karena jumlah komposisi jumlah neutron protonnya tidak seimbang, maka inti tersebut
akan meluruh dengan memancarkan radiasi alpha atau beta disertai pembentukan inti baru yang stabil.
Sedangkan, kalau kestabilannya disebabkan karena tingkat energinya pada keadaan tereksitasi maka akan
cenderung berubah menjadi stabil dengan memancarkan radiasi gamma. Proses perubahan atau
transformasi inti atom yang tidak stabil menjadi inti yang lebih stabil tersebut dinamakan dengan
peluruhan radioaktif (Wong, 1990)
Pada umumnya inti ringan (A < Z), mengandung jumlah neutron dan proton yang hampirr sama.
Sedangkan pada inti berat perbandingan antara jumlah neutron dan proton bertambah besar, setidaknya
tidak akan lebih kecil dari 1. Hal ini dijelaskan dari dengan apabila proton lebih banyak dari neutron,
maka inti memerlukan tenaga untuk mengikat proton karena gaya Coulombnya. Menurut model kulit,
neutron dan proton terletak dalam satu tingkat tenaga dengan berpasangan.
Pada dasarnya yang menetukan kestabilan inti adalah jangkauan gaya inti kuat. Gaya tolak
Coulomb protonproton mempunyai jangkauan keseluruh inti. Oleh karena itu pada Z tinggi harus
diimbangi oleh lebih banyaknya netron dan proton yang akan menimbulkan gaya tarik inti. Enam puluh
persen dari nuklida mempunyai Z genap dan N genap. Hampir semua yang lainnya dengan N genap dan
Z ganjil atau sebaliknya dalam keadaan tidak stabil, hanya lima buah nuklida yang kelihatan stabil, yaitu :
H2, 3Li6, 5Be10, dan 73Ta180. Semua secara matematis inti-inti yang stabil ini terletak pada garis parabola

massa inti M sebagai fungsi nomor massa Z. (Ali Imron, 2000)


2.3 Radioaktivitas
Penemuan sinar-X oleh rontgen pada tahun 1895 membuat henry Becquerel menyelidiki asal usul
dari sinar-X dan menemukan bahwa senyawa uranium menunjukkan keaktifan radiasi tertentu dengan
daya tembus yang sangat kuat,seperti sinar-X,meskipun senyawa uranium ini tidak disinari terlebih
dahulu. Pemancaran sinar tembus (sinar radioaktif) secara spontan oleh inti-inti tidak stabil (misalnya
uranium) dinamakan radioaktifitas.
Kita dapat mendeteksi aktivitas radioaktif dengan menggunakan pencacah Geiger-Muller.
Beberapa berkas radiasi dibelokkan oleh medan magnetic sehingga lintasannya tidak mengenai tabung
Geiger. Penbelokan berkas radiasi oleh medan magnet menunjukkan bahwa radiasi tersebut terdiri atas
partikel-partikel bermuatan. Prinsip tersebut dapat digunakan oleh berkas radioaktif lain. Pada tahun
1899 Ernest Ruherford melakukan percobaan dalam rangka studinya mengenai radioktif. Ia menempatkan

sedikit radium didasar sebuah kotak kecil dari timah hitam (timbal). Dia mendapatkan bahwa berkas sinar
terpisah tiga komponen.
Dengan memperhatikan arah sinar yang dibelokkan,dapat disimpulkan bahwa komponen sinar
yang tidak dibelokkan adalah tidak bermuatan (sinar ),komponen yang dibelokkan ke kanan adalah
bermuatan positif (sinar ),dan sinar yang dibelokkan kekiri adalah bermuatan negative (sinar ).
Daya tembus dari sinar-sinar tersebut berbeda antara yang satu dengan yang lainnya adalah sama.
Daya tembus terbesar dimiliki oleh sinar . Urutan daya tembus dari sinar-sinar tersebut adalah sinar <
sinar < sinar .
Peluruhan inti atom terjadi untuk mempertahankan kekekalan muatan(muatan total sebelum dan sesudah
peluruhan adalah sama). Peluruhan ini mencakup tiga hal yaitu:pemancaran electron,pemancaran
positron,dan penangkapan electron.
Terdapat tiga jenis peluruhan inti yaitu:
2.3.1 Peluruhan sinar alfa
Telah diketahui sdinar alfa merupakan inti atom (He) yang mengandung 4 nukleon,yaitu 2 proton
dan 2

neutron. Ketika sebuah inti memancarkan sinar alfa,inti tersebut akan kehilangan 4

nukleon.Diantaranya adalah proton.sesuai dengan hukum kekekalan nomor massa dan hukum kekekalan
nomor atom maka:
i.
ii.

Nomor masssa(A) berkurang 4, dan


Nomor atom (Z) berkurang 2

Jadi jika sebuah inti induk X berubah menjadi inti anak yang sambil memancarkan sinar , maka
peluruhannya dapat ditulis sebagai
A
Z

A4
Z2

4
2

Hukum kekekalan energy juga berlaku pada reaksi inti pemancaran sinar . Jika massa inti induk
adalah mx, massa inti anak adalah my, dan massa inti sinar adalah m , semuanya dinyatakan dalam u,
maka kita dapat menyatakan energy disintegrasi , Q ( dalam satuan MeV) sebagai
Q = (mx my- m ) x 931 MeV/ u
2.3.2 Peluruhan sinar

(2.2)

Sebuah inti yang meluruh dengan memancarkan sinar beta tidak akan berkurang nomor massanya
tetapi nomor atomnya akan bertambah satu. Jadi, jika sebuah inti induk X berubah menjadi inti anak yang
sambil memancarkan sinar beta reaksi intinya diberikan oleh :
A
Z

A
Z+ 1

0
1

+ v (neutrino)

Pada peluruhan sinar ini bukanlah suatu electron orbital (electron yang bergerak mengitari inti atom
pada suatu orbit tertentu ) melainkan electron yang diciptakan dalam inti itu sendiri. Pada tahun 1930,
Wolfgang Pauli mengusulkan suatu solusi bahwa kemungkinan partikel beta muncul suatu partikel baru
yang sangat sukar dideteksi selama peluruhan partikel neutrino . neutrino memiliki muatan nol dan massa
diam nol.
2.3.3 Peluruhan gamma
Sinar gamma adalah foton-foton (kuanta atau paket energy) yang memiliki energy sangat tinggi.
Seperti halnya sebuah atom, inti atom itu sendiri dapat berada dalam keadaan tereksitasi. Ketika inti ini
melompat ke keadaan yang lebih rendah atau keadaan dasarnya, inti ini memancarkan sebuah foton.
Karena sinar tidak memiliki nomor massa dan nomor atom nol, maka pemancaran sinar tidak
menyebabkan perubahan nomor massa dan nomor atom pada inti induk. Dengan kata lain, inti anak sama
dengan inti induk, atau tidak terjadi inti baru pada pemancaran gamma. Dalam beberapa kasus, inti dapat
tinggal dalam keadaan tereksitasi selama beberapa saat sebelum inti ini memancarkan sinar . Inti ini
disebut dalam keadaan metastabil, dan inti ini disebut suatu isomer.
2.3.4 Peluruhan Radioaktif
Laju peluruhan radioaktif disebut aktivitas (activity lambing A). Semakin besar aktivitasnya ,
semaikin banyak inti atom yang meluruh per

detik. Aktivitas tidak bersangkut paut dengan jenis

peluruhan atau radiasi yang dipancarkan cuplikan, atau dengan energy radiasi yang dipancarkan .
Aktivitas hnya ditentukan oleh jumlah peluruhan per detik( Kenneth S. Krane. 1992.359-360).
Satuan dasar untuk mengukur aktivitas adalah curie.
1 curie ( Ci) = 3,7 x 1010 peluruhan /detik
Satu curie didefinisikan sebagai banyaknya peluruhan yang dilakukan oleh satu gram radium dalam
waktu satu sekon. Satu curie adalah bilangan yang besar sehingga kita lebih sering bekerja dengan satuan
millicurie (mCi) dan mikrocurie (Ci). Dalam SI, satuan aktivitas radiasi dinyatakan dalam Bequerel ( Bq
).
1 curie = 3,7 x 1010 peluruhan/sekon = 3,7 x 1010 Bq

1 mCi = 10-3 Ci
1 Ci = 10-6 Ci
(http://atophysics.wordpress.com).
Jika peluang untuk meluruh disebut tetapan paluruhan (lambang ), maka aktivitas bahan bergantung
pada banyak inti radioaktif dalam bahan ( N ) dan . Secara matematis ditulis
A= N

(2.3)

Tetapan peluruhan memiliki harga berbeda untuk inti yang berbeda tetapi konstan terhadap waktu.
Makin banyak inti yang meluruh per satuan waktu, makin besar A. Secara matematis dinyatakan oleh
A=-

dN
dt

(2.4)

Tanda negative kita berikan karena Neutron berkurang terhadap waktu , sedang kita menginginkan atom
berharga positif(http://atophysics.wordpress.com).
Hukum peluruhan radioaktif
N = N0 e-t

(2.5)

Dengan N0 = banyak inti radioaktif saat t= 0


N = banyak inti pada selang waktu t
e = bilangan natural = 2,718
= tetapan peluruhan (satuan s-1)
banyaknya inti induk dalam suatu contoh berkurang secara eksponensial terhadap waktu. Kita tidak dapat
mengukur banyaknya inti radioaktif Neutron, tetapi kita dapat menyatakan dalam persamaan aktivitas,
yaitu dengan menggalikan kedua ruasnya dengan sehingga memberikan
N = N0 e-t

(2.6)

A = A0 e-t

(2.7)

aktivitas radioaktif

Dengan A0 = aktivitas awal pada t= 0


A = aktivitas setelah selang waktu t

Waktu paruh
Usia paruh peluruhan , t

, adalah waktu yang diperlukan aktivitas untuk berkurang menjadi separuh,

seperti yang diperlihatkan gambar 2.2 . jadi A = A0/2 ketika t = t1/2


T1/2 =

1
ln2

(2.8)

0,693

(2.9)

Gambar 2.1 grafik peluruhan

Pers. A = A0 e-t berbentuk garis lurus : dengan mencocokan suatu garis lurus melalui data tersebut, kita
dapat memperoleh nilai .

Gambar 2.2 Grafik rajahan semilog aktivitas terhadap waktu.

( Kenneth S. Krane. 1992. 362)

Aktivitas radioaktif bergantung pada banyaknya atom radioaktif yang masih ada.
(http://atophysics.wordpress.com)
2.4 Geiger Muller Detector
Pencacah Geiger, atau disebut juga Pencacah Geiger-Mller adalah sebuah alat pengukur radiasi
ionisasi. Pencacah Geiger bisa digunakan untuk mendeteksi radiasi alpha dan beta. Sensornya adalah
sebuah tabung Geiger-Mller, sebuah tabung yang diisi oleh gas yang akan bersifat konduktor ketika
partikel atau foton radiasi menyebabkan gas (umumnya Argon) menjadi konduktif. Alat tersebut akan
membesarkan sinyal dan menampilkan pada indikatornya yang bisa berupa jarum penunjuk, lampu atau
bunyi klik dimana satu bunyi menandakan satu partikel. Pada kondisi tertentu, pencacah Geiger dapat
digunakan untuk mendeteksi radiasi gamma, walaupun tingkat reliabilitasnya kurang. Pencacah geiger
tidak bisa digunakan untuk mendeteksi neutron. (http://id.wikipedia.org/wiki/Peluruhan_radioaktif)

Detektor berisi gas yang bekerja pada tegangan tinggi disebut alat cacah Geiger Muller menurut nama
penemunya,atau biasanya disingkat hanya alat cacah Geiger saja. Pada tegangan yang lebih tinggi lagi
pelucutan muatan berkesinambungan terjadi dalam tabung.
Sifat khas dari alat cacah geiger ialah tinggi pulsanya konstan dalam suatu daerah tegangan
terpasang tertentu,sehingga penyedia daya tidak perlu diatur secara cermat seperti pada alat cacah
sebanding. Dan jug,tinggi pulsanya beberapa volt sehingga tidak perlu memakai penguat tegangan.
Kerugian alat cacah Geiger ialah ketakpekaan alat ini dalam selang waktu 200 sampai 400 mikrosekon
setelah setiap pulsa sehingga mencegah pemakaian untuk laju pencacahan yang tinggi dan tidak dapat
memberi informasi mengenai partikel atau foton yang menimbulkan suatu pulsa. (Arthur
Beiser,1989,hal:460-461)

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Peralatan dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain seperangkat peralatan Geiger
muller, penggaris (30) cm dan stop watch.
3.2 Skema alat dan Rangkaian

Gambar 3.1 Rangkaian percobaan

3.3 Cara Kerja


Pada percobaan ini,peralatan dan bahan disiapkan. Peralatan dan bahan dirangkai seperti pada gambar
3.1. alat dinyalakan dengan cara dihubungkan dengan sumber tegangan sampai muncul angka pada layar
digital. Selector switch pada N diputar, tombol reset pada alat ditekan sehingga layar menunjukkan angka
nol, cup pelindung dibuka kemudian didekatkan sumber radioaktif yaitu Sr-90 dengan jarak 1 cm.
Tombol start ditekan dan setelah 10 sekon ditekan tombol stop dan catat aktivitas pada layar. Percobaan
diulangi untuk waktu 10 sampai 100 sekon. Diulangi lagi dengan variasi jarak yang berbeda. Ulangi
dengan radioaktif lain yaitu Cs-137.

Anda mungkin juga menyukai