Anda di halaman 1dari 17

BAB III

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINYAK DAN GAS


CEPU
3.1. Sejarah Berdirinya Perusahaan dan Lokasi Pabrik
Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Migas merupakan salah satu tempat
pengolahan minyak mentah atau crude oil yang dihasilkan oleh Pertamina. Crude oil
Pertamina yang ditambang dari sumur daerah Kawengan dan Ledok dengan bantuan
pompa dialirkan ke unit kilang Cepu untuk diolah menjadi bahan bakar seperti pertasol,
kerosin, solar, PH solar dan residu. Selain itu Pusdiklat Migas juga memproduksi non
minyak misalnya wax (lilin).
Pusdiklat Migas merupakan pelaksanaan tugas dibidang pengembangan tenaga
perminyakan dan gas bumi. Dalam melaksanakan tugasnya, Pusdiklat Migas
bertanggung jawab kepada Kepala Badan Diklat dan Sumber Daya Mineral (Surat
Keputusan Menteri Sumber Daya dan Mineral No. 150 Tahun 2001 yang diperbaharui
dengan peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 0030 Tahun 2005.
Fungsi Pusdiklat Migas Cepu :
a. Perumusan dan pelaksanaan rencana dan program serta kerjasama pendidikan dan
pelatihan.
b. Perumusan dan pelaksanaan standar, pedoman, norma, prosedur, criteria pendidikan
dan pelatihan.
c. Penyiapan akreditasi program lembaga pendidikan dan pelatihan lainnya, serta
penyelenggaraan uji kompetensi tenaga khusus dan teknis keperluan lembaga
sertifikasi profesi.
d. Pemberian pelayanan jasa, sarana, dan prasarana pendidikan dan pelatihan.
e. Pengelolaan sistem informasi pendidikan dan pelatihan.
f. Pembinaan kelompok jabatan fungsional pusat.
g. Pengelolaan ketatausahaan, administrasi keuangan, dan kepegawaian serta rumah
tangga pusat.
h. Evaluasi pendidikan dan pelatihan bidang minyak dan gas bumi.
3.2.1.

Sejarah Perusahaan

Sejarah berdirinya Pusat Pendidikan dan Latihan Migas banyak mengalami


pergantian nama sejak ditemukan minyak di Cepu sampai sekarang. Kilang minyak di
daerah Cepu yang terletak antara Jawa Tengah dan Jawa Timur merupakan tempat
berdirinya kilang minyak kedua di Indonesia setelah Wonokromo.
Berdasarkan sejarah berdirinya, umur kilang minyak Cepu mencapai 100 tahun
lebih dan banyak mengalami perubahan nama :
1) Jaman Hindia Belanda (1886 1942)
Pada tahun 1886 seorang sarjana tambang Mr. Adian Stoop berhasil mengadakan
penyelidikan minyak bumi di Jawa. Pada tahun 1887 Mr. Adian Stoop mendirikan DPM
(Dortsche Petroleum Maatschappij) dan mengadakan pengeboran pertama di Surabaya.
Pada tahun 1890 didirikan pengeboran minyak di daerah Wonokromo.
Selain di Surabaya Mr. Adian Stoop juga mengadakan pengolahan minyak di
daerah Rembang. Pada bulan Januari 1893 dari Ngawi dengan menggunakan rakit
menyusuri Bengawan Solo menuju Ngareng dan Cepu (Panolan). Pengeboran pertama
di Ngareng berhasil dengan memuaskan. Di daerah ini kemudian didirikan perusahaan
minyak yang akhirnya menjadi Pusdiklat Migas. Organisasinya berpusat di Jawa
Timur yang dikuasai oleh Bataafche Petroleum Maatschappij (BPM) sampai perang
dunia kedua.
2) Jaman Jepang (1942 1945)
Pada bulan Maret 1942 sebelum lapangan minyak dan kilang minyak di rebut
Jepang, oleh BPM dilakukan politik bumi hangus, sehingga kilang minyak di Cepu
tidak berfungsi lagi. Kemudian Jepang memanggil lagi mantan tenaga BPM untuk
membangun kilang tersebut. Pada tahun 1944 kilang tersebut dapat dioperasikan
kembali.
3) Masa Indonesia Merdeka (1945 sekarang)
Setelah proklamasi kemerdekaan, lahir Perusahaan Tambang Minyak Negara
(PTMN) di Cepu. Daerah operasinya meliputi lapangan minyak Wonocolo, Nglobo,
Kawengan, Ledok, dan Semanggi. Administrasi Sumber Minyak (ASM), menyerahkan
pada pemerintah sipil. Untuk itu dibentuk panitia kerja yaitu, Badan Penyelenggara
Perusahaan Negara (BPPN) yang kemudian melahirkan Perusahaan Tambang Rakyat
Indonesia. Untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi perusahaan, maka pada tahun
1957, PTMRI diubah menjadi Perusahaan Tambang Minyak Nglobo CA. Perusahaan ini

dikelola oleh pemerintah. Sejak PTMRI sampai Perusahaan Tambang Minyak Nglobo
CA, banyak mengalami kemajuan.
Pada tahun 1966 Tambang Minyak Nglobo CA diubah menjadi PERMIGAN,
sedang kilang minyak Cepu dan lapangan minyak Kawengan dibeli oleh pemerintah
Indonesia dari ASM dan pada tahun 1962 pengolahannya dilimpahkan pada PN
PERMIGAN. Pada tanggal 4 Januari 1966 PN PERMIGAN dijadikan Pusat Pendidikan
dan Latihan Perindustrian.
Minyak dan Gas Bumi (PUSDIK MIGAS) merupakan bagian dari Lembaga
Minyak dan Gas Bumi (LEMIGAS) yang berkantor pusat di Cipulir Jakarta. Sejak saat
itu kilang beserta lapangan berfungsi sebagai alat peraga pendidikan. Pada tanggal 7
Februari 1967 diresmikan Akademi Minyak dan Gas Bumi (AKAMIGAS) angkatan I.
Berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi pada 26
Desember 1977, organisasi LEMIGAS diubah menjadi Pusat Pengembangan
Perminyakan dan Gas Bumi (PPT MGB LEMIGAS). Berdasarkan Kepres Nomor 15
tanggal 6 Maret 1988 semua lapangan minyak di daerah Cepu diusahakan oleh
Pertamina. Sedangkan PPT MIGAS sesuai dengan Kepres No. 15 Tahun 1987 hanya
berfungsi sebagai pengilangan dan sebagai pusat pendidikan dibidang minyak dan gas
bumi serta sebagai pusat latihan khusus. Tahun 2001, PPT MIGAS kembali menjadi
PUSDIKLAT MIGAS dengan Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral
No. 150 tahun 2001 dan diperbarui dengan Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya
Mineral No. 0030 tahun 2005.
3.2.2.

Lokasi Perusahaan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas berlokasi di jalan Sorogo No. 1
Kelurahan Karang Boyo, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah,
dengan area pertambangan seluas 445.460 106 m2.
3.2. Manajemen dan Struktur Organisasi
PUSDIKLAT MIGAS memiliki tugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan di
bidang Migas. Bertanggung jawab langsung kepada kepala BadanDiklat Energi dan
Sumber Daya Mineral sesuai peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.
0030 Tahun 2005 tanggal 20 Juli 2005 yang diperbaharui Peraturan Menteri No. 18
Tahun 2010 Tanggal 22 Nopember 2010.
3.2.1.

Manajemen

Sistem kerja yang berlaku adalah system Pegawai Negeri Sipil (PNS) dimana
sehabis masa kerjanya akan mendapatkan pension. Pembagian jam kerja adalah sebagai
berikut:
Senin Kamis

: 07.30 12.00 dilanjutkan 13.00 16.00

Jumat

: 07.30 11.30 dilanjutkan 13.00 16.30

Sabtu Minggu

: Libur

Adapun bagian yang memerlukan kerja rutin dan kontinyu selama 24 jam seperti
bagian pengolahan, laboratorium control dan keamanan diadakan pembagian menjadi 3
shift kerja yaitu:
Shift I

: 08.00 16.00

Shift II

: 16.00 00.00

Shift III

: 00.00 08.00

Bagi karyawan yang bekerja dengan shift, diadakan pergantian shift setiap 5 hari
sekali dan mendapatkan libur 2 hari.
Setiap karyawan diwajibkan masuk yayasan dana pension dengan membayar 10
% dari jumlah gaji, denga pembagian 5 % untuk tabungan hari tua, 2 % utuk perawatan
kesehatan, dan 3 % untuk pesangon. Selain itu juga diberikan tunjangan kepada kepala
seksi keatas, dimana besarnya tunjangan tergantung dari jabatan.
3.2.2.

Struktur Organisasi

Struktur organisasi dari Pusdiklat Migas Cepu dipimpin oleh seorang Kepala
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi yang tugasnya dibantu oleh tiga
orang Kepala Bidang dan satu orang Kepala Bagian Tata Usaha beserta kelompok
funsional seperti di bawah ini:
1) Bagian Tata Usaha.
Terdiri dari 2 Sub Bagian, yaitu:
a. Sub Bagian Keuangan.
b. Sub Bagian Kepegawaian dan Umum.
2) Bidang Sarana dan Prasarana Teknis.
Terdiri dari 2 Sub Bidang, yaitu:
a. Sub Bidang Kilang dan Utilitas.
b. Sub Bidang Laboratorium dan Bengkel.
3) Bidang Penyelenggaraan dan Evaluasi Diklat.

Terdiri dari 2 Sub Bidang, yaitu:


a. Sub Bidang Penyelenggaraan Diklat.
b. Sub Bidang Evaluasi Diklat.
4) Bidang Program dan Kerjasama.
Terdiri dari 2 Sub Bidang, yaitu:
a. Sub Bidang Rencana dan Program.
b. Sub Bidang Kerjasama dan Informasi.
5) Jabatan Fungsional Widyaiswara.
Terdiri dari 3 Sub Bidang, yaitu:
a. Widyaiswara Bidang Pendidikan.
b. Widyaiswara Bidang Teknologi Industri.
c. Widyaiiswara Bidang Manajemen.
3.3. Proses Produksi
3.3.1.

Penanganan Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan berupa crude oil yang merupakan campuran berbagai
persenyawaan kimia dari suatu golongan hidrokarbon serta senyawa-senyawa lain yang
mengandung O2, N2, S, logam-logam dan air dalam jumlah yang sedikit.
Bahan baku untuk proses penyulingan dapat diperoleh dari :
1.

Crude Oil Kawengan


Jenis ini mengandung hidrokarbon jenis parafin dan sedikit mengandung naphtan.
Minyak mentah dari kilang Kawengan mempunyai sifat :
a. Dominan senyawa parafin (alkana rantai lurus), dengan rumus umum CnH2n+2.
b. Fraksi berat berupa wax atau parafin wax (lilin batik).

2.

Crude Oil Ledok


Jenis ini banyak mengandung hidrokarbon naphtan dan sedikit mengandung
hidrokarbon parafin. Disebut juga jenis naphtan yang mempunyai sifat-sifat identik
dengan senyawa-senyawa parafin. Sifat minyak mentah dari tipe Ledok adalah
sebagai berikut :
a. Dominan senyawa naphtene (siklo alkana), dengan rumus umum CnH2n.
b. Di dalam produksi ini fraksi yang terbesar adalah aspal.

Oleh sebab itu dalam pengolahannya dilakukan pencampuran antara keduanya


yaitu dengan perbandinagan 70 : 30 antara minyak mentah dari lapangan Kawengan dan
minyak mentah dari lapangan Ledok.
Selain bahan baku, bahan pembantu juga diperlukan yaitu digunakan dalam
proses treating yang berfungsi untuk menghilangkan kotoran-kotoran dalam minyak
bumi yang akan menurunkan mutu produksi dan dapat merusak peralatan pada proses
pengolahan. Senyawa yang berupa H2S, MgCl2, NaCl, Merchaptan atau senyawa
belerang lainnya dapat menimbulkan korosi.
Bahan tambahan yang biasa digunakan untuk menghilangkan/mengurangi kotorankotoran tersebut adalah sebagai berikut :
1.

Amonia (NH3)
Amonia berfungsi untuk mencegah dan mengurangi korosi produk, karena dapat
mengikat gas H2S dalam minyak dan menetralkan senyawa-senyawa asam yang
dapat menyebabkan korosi khlorida misalnya senyawa HCl yang terbentuk akibat
hidrolisa garam khlorida.
Characteristic Typical Properties dari amonia (NH3) adalah sebagai berikut :
a.

Wujud

= Cair

b.

Specific gravity

= 0.690

c.

Min. ammonia content, %wt

= 99.95

d.

Boiling point

= -33.4 0C

e.

Freezing point

= -77.7 0C

f.

Critical temperature

= 133 0C

g.

Critical pressure

= 1657 psi

h.

Max water content, ppm by wt

= 5000

i.

Max oil content, ppm by wt

=5

Pemberian amonia dilakukan dengan jalan menginjeksikan pada bagian pipa uap
bensin pada puncak menara Heckman Coloumn.
2.

Kaustik soda (NaOH)


Pemberian NaOH bertujuan untuk menetralisir dari senyawa-senyawa belerang
dan menghilangkan Merchaptan (RSH) yang dapat mengakibatkan korosi terhadap
alat dengan cara mencuci hasil pemisahan crude oil dan dapat juga digunakan untuk

10

proses treating yang bertujuan untuk memisahkan hidrogen dan sulfur dalam fraksi
gasoline.
Characteristic Typical Properties dari kaustik soda (NaOH) adalah sebagai
berikut :
a.

Kenampakan

= Tak berwarna

b.

Wujud

= Cair

c.

Density (20 0C)

= 1.2541

3.3.2.

Proses Pengolahan Crude Oil (Minyak Mentah)

Proses pengolahan minyak mentah yang dilakukan di unit kilang PUSDIKLAT


MIGAS Cepu meliputi tiga proses :
a) Proses Distilasi Atmosferik
Proses distilasi atmosferik bertujuan untuk memisahkan fraksi-fraksi yang
terkandung dalam minyak mentah menjadi produk-produk yang dikehendaki
berdasarkan perbedaan trayek didihnya pada tekanan atmosfer.
Proses distilasi atmosferik yang berlangsung di kilang PUSDIKLAT MIGAS
Cepu mengolah minyak mentah yang terdiri dari dua macam, yaitu :

Minyak mentah (crude oil) yang berasal dari lapangan minyak Kawengan yang
bersifat parafinis atau HPPO (High Pour Poin Oil).

Minyak mentah (crude oil) yang berasal dari Ledok yang bersifat naphtanis atau
LPPO (Light Pour Poin Oil).
Sebelum diolah minyak mentah tersebut terlebih dahulu ditampung di Pusat

Pengumpul Produksi Menggung wilayah kerja Unit Eksplorasi Produksi (UEP)


Pertamina guna mengendapkan dan memisahkan air dan impurities lainnya dengan
gravitasi secara alami minimal sehari semalam. Crude oil kemudian dikirim ke
kilang PUSDIKLAT MIGAS Cepu secara pipanisasi kemudian ditampung di tangki
T101 dan T102. Minyak mentah yang diolah di kilang PUSDIKLAT MIGAS Cepu
merupakan campuran minyak mentah jenis HPPO dan LPPO dengan perbandingan
volume 3:1, akan tetapi saat ini minyak mentah yang diolah merupakan jenis LPPO.
Proses distilasi atmosferik ini akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Pemanasan awal dalam HE
Crude oil yang berasal dari tangki penampung T-101 dan T-102 dipompa menuju
heat exchanger yang dipasang secara seri yaitu HE-1, HE-2, HE-3. Crude oil

11

masuk HE melalui bagian tube sedangkan media pemanas (solar/residu) masuk


melalui bagian shell dengan arah aliran counter current. Crude oil masuk HE-1
pada suhu 35-40oC dan keluar +92oC. Lalu dialirkan ke HE-2 dan HE-3 untuk
mendapatkan pemanasan lebih lanjut sehingga crude oil keluar HE-3 pada suhu
120-135 oC. Media pemanas di HE-1 adalah solar yang merupakan bottom produk
dari solar C-4 yang masuk pada suhu +250oC dan keluar pada suhu +82 oC.
Sedangkan pada HE-2 dan HE-3 digunakan media pemanas berupa residu yang
merupakan bottom produk dari residu C-5 yang masuk HE-3 pada suhu + 290 oC
dan keluar pada + 125 oC dari HE-2.
Tujuan pemanasan pada HE adalah :
a.

Meringankan beban furnace pada proses

b.

Menghindari pemanasan yang mengejut

c.

Menghemat bahan bakar dengan memanfaatkan panas residu dan


solar.

2. Pemanasan dalam furnace


Kemudian crude oil dari HE dialirkan menuju furnace melalui stabb drum yang
berfungsi sebagai control aliran dan tekanan. Bila minyak mentah yang mengalir
mempunyai tekanan dan aliran yang melebihi batas, maka valve pada stabb drum
akan bekerja untuk mengurangi tekanan dan aliran tersebut. Pada furnace, crude
oil mengalami pemanasan maksimal sampai suhunya 325-350 oC. Hal ini
bertujuan untuk mencapai suhu optimum evaporator sehingga fase cair dan fase
uap akan terpisah dengan baik. Bahan bakar yang digunakan dalam furnace adalah
solar pada pemanasan awal dan selanjutnya digunakan bahan bakar fuel oil
(residu) dan fuel gas yang dibantu oleh steam. Residu yang berasal dari tangki
penyimpanan sebelum digunakan sebagai bahan bakar furnace dialirkan terlebih
dahulu untuk dipanaskan sampai mencapai suhu 125 oC. Pemanasan tersebut
berfungsi agar pengabutan dari residu berjalan lebih mudah. Apabila furnace tidak
dalam keadaan bekerja maka api dalam furnace tidak mati seluruhnya dan masih
ada api yang berasal dari fuel gas. Hal ini untuk menghindari terjadinya flash back
(penyalaan api yang mendadak dari furnace sehingga terjadi perbedaan tekanan
antara bagian dalam dan luar furnace yang terlalu besar) bila furnace kembali
dijalankan. Steam yang dipakai berfungsi untuk memecahkan atom (atomizing)

12

agar bahan bakar fuel oil menjadi partikel kecil sehingga proses pembakaran
berlangsung cepat dan sempurna, sedangkan udara yang membakar bahan bakar
tersebut masuk secara natural draft. Hasil pembakaran berupa gas CO 2, O2 excess,
N2 inert, CO, dan uap air yang dialirkan melalui cerobong yang dilengkapi dengan
stack damper yang berfungsi untuk mengatur keluarnya gas buang (flue gas)
dimana panas dari gas buang dapat dimanfaatkan untuk memanasi daerah
konveksi. Bila terjadi gangguan di furnace, misalnya karena terhambatnya aliran
fuel oil yang mengakibatkan padamnya api, maka untuk menyalakannya kembali,
dilakukan tindakan pengamanan terlebih dahulu yaitu steam purging dengan
menutup valve fuel oil dan fuel gas kemudian memerbesaer rate steam. Dengan
demikian fuel gas yang masih tersisa akan teratomisasi oleh steam dan tidak
mengalir keluar furnace yang rawan menyebabkan kebakaran. Crude oil keluar
furnace pada suhu +315 oC dan dijaga jangan sampai mencapai 350 oC karena
crude oil akan mengalami cracking.
3. Penguapan dalam evaporator
Crude oil yang berasal dari furnace dialirkan menuju evaporator untuk dipisahkan
menjadi fraksi berat (residu) yang merupakan produk bawah (bottom product) dan
fraksi ringan berupa uap hidrokarbon yang merupakan produk atas (top product).
Evaporator juga berfungsi untuk meringankan kerja kolom fraksinasi dalam
melaksanakan proses pemisahan selanjutnya. Pada bagian bawah evaporator
diinjeksikan steam yang tujuannya untuk memperkecil tekanan parsial
hidrokarbon. Hal ini dikarenakan jika tekanan parsial hidrokarbon turun maka
penguapan hidrokarbon menjadi lebih besar sehingga pemisahan uap hidrokarbon
dari liquid menjadi lebih sempurna.
Steam kering digunakan untuk menghindari tekanan total yang besar pada
evaporator. Bila steam yang masuk mengandung air, sedangkan suhu evaporator
lebih tinggi dari suhu steam maka air yang masuk akan menguap dalam
evaporator sehingga akan memperbesar tekanan total. Untuk memperoleh steam
kering, terlebih dahulu steam dilewatkan accumulator sehingga steam yang masih
mengandung air akan dipisahkan menjadi steam kering dan kondensat.
4.

Distilasi

13

Bottom produk yang keluar pada suhu 300 oC dialirkan ke dalam residue stripper
C-5 bagian atas sedangkan top product evaporator dimasukkan ke kolom C.1.A
bagian bawah. Didalam residue stripper terjadi pemisahan, bottom produknya
berupa residu masuk ke dalam HE-2 dan HE-3 sebagai media pemanas sedangkan
top productnya masuk kedalam kolom C.1.A. Dalam kolom fraksinasi I terdapat
dua aliran yang berbeda fase yaitu uap hidrokarbon yang naik dan liquid yang
turun.
Feed kolom C.1.A adalah sebagai berikut :
a.

Top product evaporator

b. Top product residue stripper (C-5)


c. Top product Kerosene stripper (C-3)
d. Top product solar stripper (C-4)
e. Reflux naphta
Hasil dari kolom C.1.A adalah:
a. Top product yaitu nafta yang masuk kolom C.2 (pada suhu 120oC)
b. Side stream berupa LAWS 4 yang keluar dari tray ke-18
c. Side stream berupa solar yang keluar dari tray ke-4, 6, 8, 10, dan 12 yang masuk
ke solar stripper pada tray ke-4
d. Side stream berupa Kerosene yang keluar dari tray ke-14 dan 16 yang masuk ke
Kerosene stripper pada tray ke-6
e. Bottom product berupa PH Solar yang selanjutnya didinginkan di box cooler 2
(BC-2)
Top produk dari kolom C-2 dicampur dengan amoniak yang bertujuan untuk
mengikat asam klorida yang berasal dari garam-garam tanah sehingga dapat
mengurangi kadar asam dalam gasoline dan pH dapat diusahakan netral.
Reaksi yang terjadi adalah :
NH3

H2O

NH4OH

MgCl2

2 H2O

Mg(OH)2

+ HCl

NH4OH

HCl

NH4Cl

+ H2O

2 NH4OH

H2S

(NH4)2S

+ H2O

Pada kolom C-2, feed yang masuk berasal dari:


a. Top product kolom C.1.A

14

b. Reflux Pertasol 2
c. Side reflux (CB)
Hasil dari kolom C-2 :
a. Top product yaitu Pertasol 2
b. Bottom product yaitu LAWS 3
c. Side stream yaitu Naptha
5. Pengembunan dan Pendinginan
Produk-produk akhir dari proses distilasi yang berasal dari kolom fraksinasi dan
stripper dimasukkan dalam kondensor atau cooler yang berfungsi mengembunkan
dan mendinginkan produk-produk tersebut. Fase uap yang diembunkan pada
kondensor berasal dari top produk kolom C-2 yaitu Pertasol2.
Fase cair yang didinginkan pada cooler adalah produk yang berasal dari:
a. Side stream kolom C-2 yang akan direflux, didinginkan pada cooler C-5 dan 9.
b. Bottom product kolom C-2 yaitu LAWS 3 yang masuk cooler CL-13 dan 14
pada suhu 140oC dan keluar pada suhu 42oC.
c. Side stream kolom C.1.A yaitu LAWS 4 didinginkan pada cooler CL-1 dan 2.
d. Bottom product Kerosene stripper (C-3) yaitu Kerosene yang masuk cooler CL7, 8, dan 12 pada suhu 160oC dan keluar pada suhu 32oC.
e. Bottom product solar stripper (C-4) yaitu solar didinginkan dalam cooler CL6,10, dan 11 sehinga suhu keluar cooler adalah 40oC.
Fase cair yang didinginkan dalam box cooler adalah:
a. Top product kolom C-2 yaitu pertasol 2 yang telah diembunkan dalam
kondensor didinginkan dalam box cooler BC-3 s.d. 8
b. Bottom product klom C.1.A yaitu PH Solar masuk ke BC-2 pada suhu 275 oC dan
keluar dengan suhu 85oC
c. Bottom product residue stripper (C-5) yaitu residu setelah keluar dari HE-2 dan
3 masuk ke BC-1 pada suhu 110oC, keluar pada suhu 60-80oC.
6. Pemisahan
Produk-produk yang telah didinginkan dalam cooler, sebelum digunakan sebagai
produk akhir harus dipisahkan dari air dan gas yang terikut. Proses pemisahan ini
berlangsung didalam separator dengan prinsip perbedaan berat jenis, produk yang

15

berupa minyak akan berada dibagian atas, sedangkan air dikeluarkan lewat bagian
bawah. Gas-gas ringan dikeluarkan melalui flare.
Produk pertasol 2 masuk ke separator S-1 dan S-3 pada suhu 38 oC selanjutnya
ditampung dalam tangki T-114, 115, 116. Reflux masuk ke separator S-4 pada
suhu 44oC, LAWS 3 masuk separator S-2 pada suhu 42 oC, LAWS 4 masuk ke S-8
pada suhu 34oC, Kerosene masuk ke S-5 pada suhu 32oC, solar masuk ke S-6 pada
suhu 40oC dan PH Solar masuk ke S-7 pada suhu 82oC.
b) Proses Treating
Pada umumnya minyak mentah dan produk masih mengandung kotoran-kotoran
atau impurities berupa hidrogen sulfide (H2S), merchaptan (RSH), MgCl2, NaCl dan
lain-lain dalam jumlah tertentu. Kotoran-kotoran tersebut dapat menimbulkan hal-hal
sebagai berikut: korosi pada peralatan, bau yang tidak enak pada saat pembakaran , dan
penurunan stabilitas pada penyimpanan.
Proses treating merupakan proses yang bertujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan impurities yang terdapat dalam produk. Pada unit pengolahan
PUSDIKLAT MIGAS Cepu proses treating dilakukan hanya pada produk Pertasol 2,
LAWS 3 dan 4 yaitu dengan cara injeksi ammonia (NH3) pada puncak kolom C-2 dan
dengan proses pencucian menggunakan soda (NaOH). Proses treating dapat dilakukan
dengan cara:
1. Injeksi Amonia
Injeksi ammonia bertujuan untuk mencegah dan mengurangi korosi karena adanya
kotoran-kotoran dalam minyak bumi. Reaksinya adalah:
NH3

H2O

NH4OH

MgCl2

2 H2O

Mg(OH)2

HCl

NH4OH

HCl

NH4Cl

H2O

2 NH4OH

H2S

(NH4)2S

H2O

Garam-garam yang terbentuk mengendap dalam air dan dapat dipisahkan dalam
separator.
2. Soda Treating
Produk pertasol yang keluar dari separator dan ditampung dalam tangki produk
masih mengandung kotoran-kotoran belerang, antara lain H 2S dan RSH. Dari
senyawa ini meskipun susah diinjeksikan amonia pada saat keluar kolom

16

fraksinasi tetapi kandungan sulfur masih ada karena tidak semua amonia bereaksi.
Sehingga untuk memperoleh produk dengan kandungan sulfur sekecil mungkin
maka dilakukan pencucian dengan larutan NaOH dengan kadar 15-25 % berat.
Reaksi yang terjadi:
RSH +

NaOH

H2S

RSNa +
2 NaOH

H2O

Na2S +

2 H2O

Variabel yang mempengaruhi proses ini yaitu:


a.

Konsentrasi soda

b.

Kualitas feed

c.

Temperature

d.

Perbandingan pertasol dan soda

e.

Mixing

f.

Settling time

Produk pertasol 2 biasa digunakan dalam industri cat, pelarut tinta cetak,
komponen dalam pembuatan bahan karet pada pabrik ban, vulkanisir, adhesive
(lem) dan farmasi. Sedangkan LAWS 3 dan 4 digunakan dalam industri cat (Alkyl
resin), thinner, tinta cetak, dry cleaning solvent, dan industri textile (printing) dan
lain sebagainya.
Proses treating pada unit kilang PUSDIKLAT MIGAS adalah sebagai berikut:
Larutan NaOH dipompa menuju pipa pencampur melalui areameter, demikian
juga pertasol dari kilang. Areameter berfungsi untuk mengatur perbandingan
flowrate antara pertasol dan larutan NaOH. Di dalam pipa pencampur diatur
turbulensinya dengan statis mixer sehingga didapatkan pencampuran yang baik.
Setelah itu masuk ke tangki pemisah/settler yang akan memisahkan larutan NaOH
yang telah mengikat sulfur. Pemisahan dilakukan berdasarkan perbedaan berat
jenis, dimana fraksi berat yaitu NaOH akan turun sedangkan fraksi ringan yaitu
pertasol berada diatasnya. Pertasol bebas sulfur dipompa masuk kedalam tangki
penampung pertasol, sedangkan larutan NaOH yang telah mengikat sulfur apabila
konsentrasinya masih memenuhi syarat dimasukkan ke tangki penampung soda
untuk digunakan kembali.

17

3.3.3.

Produk

Produk utama dari pengolahan minyak mentah di PUSDIKLAT Migas Cepu


adalah sebagai berikut :
1. Pertasol 2 (Pertasol CA)
Pertasol ini merupakan campuran hirokarbon cair yang mempunyai trayek, didih
30 200 0C. Pertasol/gasoline/bensin merupakan produk yang terpenting karena
digunakan sebagai bahan bakar motor, solvent/pelarut, pembersih dan lain-lain.
Pertasol 2 dapat digunakan dalam dunia industri dapat digunakan untuk:
1) Pada industri cat, lacquers, varnish
2) Untuk tinta cetak sebagai pelarut dan diluen
3) Industri cleaning dan degreasing
4) Sebagai komponen dalam proses :
a.

Pembuatan bahan karet pada pabrik ban, vulkanisir, dan lain-lain.

b.

Adhesive (lem).

c.

Industri farmasi.

Pertasol 2 merupakan campuran hidrokarbon cair yang mempunyai trayek didih


antara 30 200 0C. Kapasitas produksi Pertasol 2 sekitar 4.5075 m3/hari.
2. LAWS 3 (Pertasol CB)
LAWS 3 dapat digunakan dalam dunia industri dapat digunakan untuk:
1) Pada industri cat (alkyl resin), thinner dan lacquers
2) Tinta cetak
3) Dry cleaning service
4) Industri tekstil (printing)
Kapasitas produksi LAWS 3 sebesar 13.4287 m3/hari.
3. LAWS 4 (Pertasol CC)
Merupakan cairan jernih, stabil dan tidak korosif. Diproduksi sebanyak 1.600
MT/tahun (tergantung permintaan pasar). Digunakan antara lain sebagai:
1) Pelarut cat, varnish dan pewarna tinta.
2) Sebagai komponen dalam preparasi industry kayu mebel, sepatu dan pemoles
lantai.
3) Sebagai pelarut dalam proses di industri kimia.

18

4) Isektisida dan pestisida, DSP


4. Kerosene (Minyak Tanah)
Kerosene merupakan campuran hidrokarbon dengan trayek titik didih 150 200
0

C. Kerosene digunakan sebagai bahan bakar penerangan, minyak lampu dan

kompor, sehingga Kerosene harus memberikan intensitas nyala yang baik dan sedikit
mungkin timbul asap. Kapasitas produksi Kerosene yang dihasilkan PUSDIKLAT
Migas Cepu adalah 7.44 m3/hari.
5. Solar/Gas Oil
Solar/gas oil mempunyai trayek titik didih 250 350 0C. Kapasitas produksi yang
dihasilkan adalah 62.446 m3/hari.
6. Residu
Residu merupakan fraksi berat dari minyak bumi yang mempunyai titik didih
paling tinggi yaitu 350 0C dan merupakan hasil bawah dari residu stripper. Hasil dari
residu yang lainnya merupakan pH Solar, yaitu sebagai bahan baku pembuatan lilin
di Wax Plant. Karena Wax Plant sudah tidak beroperasi lagi maka pH Solar dicampur
dengan residu. Residu biasanya digunakan sebagai bahan bakar dalam pabrik karena
mempunyai heating value yang tinggi. Kapasitas produksi yang dihasilkan 39.3253
m3/hari.
7. Produk Wax Plant
Selain produk utama dari pengolahan minyak mentah di Pusdiklat Migas Cepu
ada produk yang dihasilkan yaitu Produk dari Wax Plant. Produk dari Wax Plant itu
sendiri dapat digolongkan sebagai berikut:
a.

A Filter Oil (AFO)


A filter oil adalah minyak yang tersaring oleh filter cloth dan kemudian melalui
penambahan PH solar dapat digunakan sebagai umpan pada proses dewaxing.
Sebagian dari itu digunakan untuk komponen BOD (Batching Oil Distilat). BOD
(Batching Oil Distilat) merupakan minyak pencelup karung goni agar menjadi
lemas dan digunakan sebagai komponen dalam proses Blending Residu-38. AFO
dipasarkan kepada konsumen sebagai bahan bakar dalam industri kapur.

b. Batik Wax
Batik wax ini merupakan hasil akhir dari wax plant. Batik wax dipasarkan untuk
kebutuhan industri batik di Solo, Semarang dan Pekalongan.

19

3.4. Pengolahan Limbah


Limbah merupakan permasalahan yang timbul dari proses produksi yang
memerlukan penanganan secara khusus, agar tidak mencemari lingkungan sekitarnya.
Sumber limbah kilang minyak berasal dari air proses, air hujan dan tangki minyak
(Drain-offs).
Di kilang PUSDIKLAT MIGAS menghasilkan 3 macam limbah yaitu :
1.

Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan oleh kilang adalah kandungan minyak dan lemak (oil
content) dan juga temperature buangan air yang cukup tinggi. Pengolahan yang
dilakukan yaitu membuat stasiun

sistem pemisahan minyak dengan air (oil

separator) menurut standar yang telah ditentukan.


2.

Limbah Gas (Asap)


Limbah udara yang dikeluarkan dari aktifitas kilang minyak PUSDIKLAT
MIGAS adalah berupa gas (NOx, SO2, CO dan Hidrokarbon), debu, panas,
kebisingan dan bau.pengolahan yang telah dilakukan oleh pihak kilang terhadap
limbah udara antara lain, dengan mendisain flare supaya mempunyai ketinggian ideal
agar limbah ini mengalami proses penyinaran di atmosfer. Disamping itu ada
sebagian flare yang dibakar dengan tujuan agar terurai menjadi CO 2 dan H2O.
Khusus untuk limbah gas secara rutin dipantau oleh pihak kilang untuk mendeteksi
gas tersebut diudara.

3.

Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan dari aktivitas kilang adalah berbentuk lumpur
bercampur minyak yang dihasilkan dari aktivitas pencucian tangkidan oil separator,
pembungkus dari gudang dan bengkel, bisa juga berupa logam dan kayu dan juga
limbah padat dari pemukiman karyawan. Adapun pengolahan yagn dilakukan:
a.

Mengurangi

kadar

minyak

yang

ada

pada

sludge

dengan

cara

menyemprotkan air kelumpur, air yang bercampur minyak di alir kan ke oil
separator untuk dipisahkan.
b.

Sisa otongan logam dan pipa bekas lainnya ditimbun.

c.

Limbah padat dari pemukiman karyawan di sediakan area pembuangan


minyak tara.

20

Anda mungkin juga menyukai