Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Irritabel bowel syndrome (IBS) merupakan kelainan fungsional saluran cerna


yang sering terjadi yang ditandai dengan nyeri perut, rasa tidak nyaman
diperut dan perubahan pola buang air besar (BAB). Sebagai gejala tambahan
pada nyeri perut, diare atau konstipasi, gejala khas lain meliputi perut
kembung, adanya gas dalam perut, stool urgensi atau strining dan perasaan
evakuasi kotoran tidak lengkap Irritabel bowel syndrome merupakan penyakit
yang sangat sering ditemukan. Perkiraan yang tepat prevalensi IBS sangat
sulit, karena hampir 70% dari orang dengan gejala IBS tidak mendatangi
tempat pelayanan kesehatan.
Penelitian lain oleh Hungin di 8 negara eropa mendapakan prevalensi IBS
sebesar 11,5% (6,2-12%). Sedangkan dari penelitian epidemiologi di
Birmingham pada 8386 pasien, didapatkan prevalensi IBS 10,9% (6,6% lakilaki dan 14% perempuan), dengan profil gejala yang ditandai dengan diare
25,4%, konstipasi 24,1% dan gejala bergantian diare dan konstipasi 46,7%.
Irritabel bowel syndrome pada umumnya dianggap sebagai penyakitnya
wanita, berdasarkan temuan pada sampel dimana wanita 3-4 kali lebih sering
dari laki-laki pada seting klinis, dan diperkirakan 2:1 pada komunitas
masyarakat.Alasan kenapa wanita lebih sering mengalami IBS belum
diketahui.
Jika seseorang mengalami gejala gejala seperti konstipasi, diare dan lain
lain yang mengindikasikan kepada penyakit IBS, maka sebaiknya orang
tersebut langsung memeriksakannya ke rumah sakit atau ke pelayanan
kesehatan. Karena apabila terlambat, penyakit IBS ini akan memberikan rasa
tidak nyaman yang terus menerusn dan menyebabkan gangguan yang lebih
parah pada saluran pencernaan kita.

Oleh karena itu penting sekali memeriksakan penyekit ini secepat mungkin
ketika kita menemukan gejala gejala yang mengindikasikan pada penyakit
IBS. Proses keperawatan juga tidak kalah penting untuk menunjang proses
penyembuhan. Oleh karena itu kita perlu mengulas lebih dalam tentang
penyakit ini. Supaya dapat membantu proses penyembuhan dan memberikan
rasa nyaman dan aman terhadap klien.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep irritable bowel syndrome?
2. Bagaimana konsep proses keperawatan pada klien dengan gangguan irritable
bowel syndrome
1.3 Tujuan
1.3. 1. Tujuan Umum
Menjelaskan konsep dan proses keperawatan pada klien dengan
gangguan irritable bowel syndrome.
1.3. 2. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan definisi dari irritable bowel syndrome
2. Menjelaskan klasifikasi dari irritable bowel syndrome
3. Menjelaskan etiologi dari irritable bowel syndrome
4. Menjelaskan manifestasi klinis pada irritable bowel syndrome
5. Menjelaskan klasifikasi dari irritable bowel syndrome
6. Mengidentifikasi patofisiologi dari irritable bowel syndrome
7. Menjelaskan pemeriksaan penunjang dari irritable bowel
syndrome
8. Menjelaskan penatalaksanaan dari irritable bowel syndrome
9. Menjelaskan proses keperawatan pada klien irritable bowel
syndrome
10. Menjelaskan WOC dari irritable bowel syndrome

1.4 Manfaat
1. Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan
gangguan irritable bowel syndrome sehingga menunjang pembelajaran
mata kuliah keperawatan pencernaan.
2. Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat
menjadi bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Menurut sistem klasifikasi Rome, IBS ditandai dengan adanya determinan
fisiologi yang multipel, yang berperanan pada gejala dari IBS dan bukan merupakan
satu penyakit yang tunggal. IBS didefinisikan sebagai kelompok kelainan fungsional
dari saluran cerna dimana adanya rasa tidak nyaman atau nyeri perut dihubungkan
dengan defekasi atau perubahan pada pola defekasi, dan dengan gambaran kelainan
pada defekasi (ketut, 2007)
Irritable Bowel Syndrom (IBS) juga didefinisikan sebagai salah satu gangguan
gastrointestinal fungsional. Pengertian Irritable Bowel Syndrom (IBS) sendiri adalah
adanya nyeri perut, distensi dan gangguan pola defekasi tanpa gangguan organic
(anonim,2010)
Sedang menurut pilono, 2004. Irritable Bowel Syndrome (IBS) adalah kelainan
kompleks dari saluran pencernaan bagian bawah, adanya nyeri perut, distensi dan
gangguan pola defekasi tanpa gangguan organik. IBS merupakan gangguan
fungsional BAB. IBS utamanya dikarakteristikkan dengan gejala-gejala yang
bercorak dan diperburuk dengan stres emosional.
Menurut judarwanto,2008. Iritable Bowel Syndrome umum pada orang dari
segala usia, termasuk anak-anak. Sekitar 14 persen siswa SMA dan 6 persen dari
siswa sekolah menengah melapor terkena gejala IBS. Angka kejadian IBS antara lakilaki dan perempuan sama, meskipun pada orang dewasa lebih sering terjadi pada
wanita dibandingkan pria. Perbandingan wanita menderita sindrom ini 2x lebih
banyak daripada pria.
Berdasarkan beberapa definisi dari IBS di atas, dapat di simpulkan bahwa IBS
merupakan salah satu penyakit gastrointestinal fungsional atau gangguan fungsional
pergerakan usus.

2.2 Klasifikasi

Pada beberapa keadaan IBS dibagi dalam beberapa subgrup sesuai dengan
keluhan dominan yang ada pada diri seseorang(pilono, 2004).
Subgrup IBS yang sering digunakan membagi IBS menjadi 4 bagian yaitu :
1. IBS predominan nyeri perut
1. Nyeri di fosa iliaka, tidak dapat dengan tegas menunjukkan lokasi
sakitnya
2. Nyeri dirasakan lebih dari 6 bulan
3. Nyeri hilang setelah defekasi
4. Nyeri meningkat jika stress dan selama menstruasi
5. Nyeri dirasakan persisten jika kambuh terasa lebih sakit
2. IBS predominan diare
1. Diare sering pada pagi hari dan sering dengan urgensi
2. Biasanya disertai rasa sakit dan hilang setelah defekasi
3. IBS predominan konstipasi
1. Terutama pada wanita
2. Defekasi tidak lampias
3. Biasanya feces disertai lendir tanpa darah
4. IBS predominan alternating pattern
1. Pola defekasi yang berubah-ubah
2. Sering feces keras di pagi hari diikuti dengan beberapa kali
3. Defekasi dan feces menjadi cair pada sore hari

2.3

Etiologi

Irritable bowel syndrome merupakan penyakit yang terjadi akibat beberapa penyakit
yang berhubungan dengan usus besar. Misalnya diare, konstipasi, gangguan usus,
gangguan peristaltik dan gangguan pencernaan lain yang berkenaan dengan usus
besar. Sedang sebab sesungguhnya dari sindroma ini belum diketahui. Namun
berdasarkan beberapa kasus IBS yan terjadi, faktor yang membawanya antara lain :
1. Stres
Stress psikologis dapat merubah fungsi motor pada usus halus dan kolon, baik pada
orang normal maupun pasien IBS. Sampai 60% pasien pada pusat rujukan memiliki

gejala psikiatri seperti somatisasi, depresi, dan cemas. Dan pasien dengan diagnosis
IBS lebih sering memiliki gejala ini. Ada atau tidaknya riwayat abuse pada masa
anak-anak (seksual, fisik, atau keduanya) dihubungkan dengan beratnya gejala pada
pasien dengan IBS. Ini telah diusulkan bahwa pengalaman awal pada hidup dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat dan memberikan predisposisi untuk keadaan
kewaspadaan yang berlebihan.
1. Mikroorganisme seperti bakteri, virus, kuman dll
2. Intoleransi makanan
Beberapa orang dengan IBS cenderung memiliki alergi makanan. Pada tahun 2007
dasar bukti itu tidak cukup kuat untuk merekomendasikan diet ketat. Banyak
modifikasi diet yang berbeda telah dicoba untuk memperbaiki gejala IBS. Ada yang
efektif dalam beberapa sub-populasi. Sebagai intoleransi laktosa dan IBS memiliki
gejala yang sama seperti percobaan diet bebas laktosa sering dianjurkan. Sebuah
fruktosa membatasi diet dan asupan fructan telah terbukti berhasil mengobati gejala
secara dosis-tergantung pada pasien dengan malabsorpsi fruktosa dan IBS. Sementara
banyak IBS pasien percaya bahwa mereka memiliki beberapa bentuk intoleransi
makanan, tes mencoba untuk memprediksi sensitivitas makanan di IBS telah
mengecewakan. Satu studi melaporkan bahwa tes antibodi IgG efektif dalam
menentukan sensitivitas makanan pada pasien IBS, dengan pasien dengan diet
eliminasi mengalami gejala penurunan 10% lebih besar daripada mereka yang diet
semu. [64] Lebih data yang diperlukan sebelum pengujian IgG dapat
direkomendasikan. Tidak ada bukti bahwa pencernaan makanan atau penyerapan
nutrisi yang bermasalah bagi mereka dengan IBS pada tingkat yang berbeda dari
mereka yang tidak IBS. Namun, tindakan yang sangat makan atau minum dapat
menimbulkan reaksi yang berlebihan dari respon gastrocolic pada beberapa pasien
dengan IBS karena kepekaan yang meningkat mendalam mereka, dan ini dapat
mengakibatkan perut, sakit diare, sembelit dan / atau konstipasi.

1. Abnormalitas aktifitas usus


Dalam 50 tahun terakhir, perubahan pada kontraktilitas kolon dan usus halus telah
diketahui pada pasien IBS. Stres psikologis atau fisik dan makanan dapat merubah
kontraktilitas kolon. Motilitas abnormal dari usus halus selama puasa,seperti
kehilangan dari komplek motor penggerak dan adanya kontraksi yang mengelompok
dan memanjang, kontraksi yang diperbanyak, ditemukan pada pasien IBS. Juga
dilaporkan adanya respon kontraksi yang berlebihan pada makanan tinggi lemak.
Nyeri lebih sering dihubungkan dengan aktivitas motor yang ireguler dari usus halus.
1. Infeksi atau inflamasi

Sitokin inflamasi mukosa dapat mengaktivasi sensitisasi perifer atau hipermotilitas.


Gwee dkk.11 melaporkan pasien dengan enteritis infeksi, adanya hipokondriasis dan
kehidupan penuh
stress pada saat infeksi akut memprediksi berkembangnya IBS kemudian. Ditemukan
adanya bukti yang menunjukkan bahwa beberapa pasien IBS memiliki peningkatan
jumlah sel inflamasi
pada mukosa kolon dan ileum. Adanya episode enteritis infeksi sebelumnya, faktor
genetik, alergi makanan yang tidak terdiagnosis, dan perubahan pada mikroflora
bakteri dapat berperanan pada terjadinya proses inflamasi derajat rendah. Inflamasi
dikatakan dapat mengganggu reflex gastrointestinal
dan mengaktivasi sistem sensori visceral meskipun jika respon inflamasi yang
minimal. Kelainan pada interaksi neuroimun dapat berperanan pada perubahan
fisiologi dan hipersensitivitas gastrointestinal yang mendasari IBS
2.3 Manifestasi klinis
Menurut Anonim, 2010. Ada beberapa gejala yang pada umumnya menyertai irritable
bowel syndrome. Diantaranya adalah :
1. Ketidak normalan frekuensi defeksi
2. Kelainan bentuk feses
3. Ketidaknormalan proses defekasi (harus dengan mengejan, inkontenensia
defekasi, atau rasa defekasi tidak tuntas)
4. Adanya mucus atau lender
5. Kembung atau merasakan distensi abdomen dan sangat bervariasi
6. Ditemukan keluhan diare dengan lendir, darah, kembung, nyeri abdomen
bawah.
7. Sembelit
8. Sering buang angin
9. Sendawa
10. Konstipasi

2.4 Patofisiologi
Stres, diet, bakteri, kuman, jenis makanan dan reaktifitas usus yang abnormal dapat
menyebabkan IBS.
Stres dapat memicu gejala IBS. Ketika seseorang mendapatkan masalah yang menyita
pikirannya, maka hal ini dapat mempengaruhi sel- sel saraf dan menjadikan

kekejangan pada usus. Kekejangan usus ini dapat mengantarkan kita pada penyakit
irritable bowel syndrome. Apalagi stress ini berkepanjangan.
Diet yang tidak benar juga dapat memicu adanya IBS. Apabila pola makan seseorang
itu sangat besar atau tidak teratur apalagi keadaan pencernaannya bermasalah maka
dapat menyebabkan kram dan diare. Setelah itu dapat membuat seseorang itu terkena
IBS.
Yang ketiga adalah abnormalitas reaksi usus. Ketidaknormalan gerakan usus ini dapat
disebabkan oleh berbagai banyak hal diantaranya : asupan makanan yang masuk,
mikroorganisme dan stres. Ketidaknormalan gerakan usus ini apabila terlalu lambat
akan menyebabkan sembelit, dan jika terlalu cepat akan menyebabkan diare.
Intoleransi makanan juga dapat menyebabkan datangnya penyakit IBS ini. Jika
seseorang alergi terhadap suatu makanan tertentu, maka dapat menyebabkan
gangguan usus dan menjadikan irritabel bowel syndrome
Selain itu bakteri juga dapat memberikan efek tertentu terhadap usus dan dapat
menyebabkan IBS.

2.5 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
1. Berkenaan sembelit dan diare : berikan serat suplemen, seperti metamucil atau
citrucil untuk membantu sembelit kontrol.
2. Pencahar, seperti PEG 3350 (MiraLax, GlycoLax), minyak mineral, atau
bisacodyl (Dulcolax), meringankan sedang hingga sembelit berat.
3
Loperamide (Imodium) and bismuth subsalicylate (Pepto-Bismol) membantu
meringankan diare.
4
Antispasmodic, seperti dicyclomine (Bentyl), rileks otot polos kontraksi dalam
usus dan dapat, secara teoritis, mengurangi rasa sakit yang terkait dengan IBS tetapi
harus digunakan dengan hati-hati karena efek samping yang serius yang berpotensi.
5
Antidepresan , termasuk serotonin reuptake inhibitor selektif (SSRI) dan
antidepresan trisiklik (TCA), digunakan untuk mengobati IBS, meskipun efektivitas
mereka pada anak-anak tidak terdokumentasi dengan baik.
Sebelum mengambil salah satu obat, anak-anak dan orang tua mereka harus mencari
saran dari penyedia layanan kesehatan untuk membantu mempertimbangkan potensi
manfaat terhadap risiko efek samping yang mungkin timbul.

1. Obat Alternatif
Karena sering hasil yang tidak memuaskan dari perawatan medis untuk IBS hingga 50
persen orang beralih ke komplementer pengobatan alternatif.
1. Probiotik
Probiotik dapat bermanfaat dalam pengobatan IBS, mengambil 1-10000000000
bakteri menguntungkan per hari dianjurkan untuk hasil yang bermanfaat. Namun,
penelitian lebih lanjut diperlukan pada individu strain bakteri menguntungkan untuk
rekomendasi yang lebih halus. Sejumlah probiotik telah ditemukan untuk menjadi
efektif, termasuk: plantarum Lactobacillus dan Bifidobacteria infantis; Namun, salah
satu review menemukan bahwa hanya Bifidobacteria infantis menunjukkan
keampuhan. Beberapa yogurt dibuat menggunakan probiotik yang dapat membantu
mengurangi gejala sindrom iritasi usus besar.
1.
1.

Herbal remedies

Minyak peppermint: enterik dilapisi peppermint telah kapsul telah diusulkan untuk
IBS dalam gejala orang dewasa dan anak-anak. Ada bukti yang baik dari efek yang
menguntungkan dari kapsul dan dianjurkan bahwa peppermint akan diujicobakan
pada semua pasien sindrom iritasi usus besar. Keselamatan selama kehamilan belum
didirikan bagaimanapun dan hati-hati diperlukan bukan untuk mengunyah atau
memecahkan lapisan enterik dinyatakan refluks gastroesophageal mungkin terjadi
sebagai akibat dari sfingter esofagus bawah relaksasi. Kadang-kadang mual dan
perianal pembakaran terjadi sebagai efek samping.
Iberogast: multi-herbal ekstrak Iberogast ditemukan secara bermakna lebih unggul
dengan plasebo baik melalui skala nyeri perut dan skor gejala IBS setelah empat
minggu pengobatan.
Hanya ada bukti terbatas untuk efektivitas obat herbal lain untuk sindrom iritasi usus
besar. Seperti semua rempah-rempah adalah bijaksana untuk waspada terhadap
interaksi obat mungkin dan efek samping.
1.
1. Yoga
Yoga mungkin efektif untuk beberapa penderita sindrom iritasi usus besar.
1.
1. Akupunktur
Akupunktur mungkin patut uji coba pada pasien pilih, tapi dasar bukti untuk

efektivitas lemah. A meta-analisis oleh Cochrane Collaboration menyimpulkan bahwa


sebagian besar uji coba berkualitas rendah dan yang tidak diketahui apakah
akupunktur lebih efektif.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Penyebab mekanik dan obstruksi harus dilakukan dengan pemeriksaan rontgen
kontras dan endoskopi
2. Kelainan mukosa diperiksa dengan rontgen kontras dan biopsi mukosa.
3. Jika diare masalah utama, evaluasi malabsorbsi, dengan pemeriksaan kimia
darah dan gambaran hematologic harus dilakukan.
4. Kelainan metabolic harus dicari dengan tes fungsi tiroid dan kimia darah.
5. Kelainan vascular kolagen diperikssa dengan tes serologic
6. Pemeriksaan spesifik untuk neuropati otonom harus dilakukan jika dicurigai
dari anamnesis dan pemeriksaaan fisik.

2.8

Web Of Cautions
Adenoma (tumor
hipofisis jinak)

Sel tumbuh
abnormal

Fungsi organ
terhambat

Hipotalamus
mensekresikan
GH

Pertumbuhan tulang
yg berlebihan

MK : Perubahan
proses keluarga

GIGANTISME
Keluarga merasa
malu

Tulang mengalami
kelainan

Tubuh menjadi
semakin tinggi

Perubahan
penampilan fisik

MK : Gangguan
body image

Jaringan membesar
pada tungkai dan
lengan

Oedema tungkai
dan lengan

Pertumbuhan
berlebihan pd tulang
rahang & lidah
membesar

Kesulitan makan

Kelemahan pada
tungkai dan lengan

Intake makan

MK : Intoleransi
aktivitas

Kelelahan

BAB III

Pertumbuhan dan
perkembangan
abnormal

MK : Resti
perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
A. Biodata pasien
Nama

: An. N

Umur

: 8 tahun

Jenis kelamin : laki-laki


Alamat

: Surabaya

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
B. Anamnesa
a. Keluhan Utama

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Buang air besar kurang lebih 6x per hari, disertai lendir, terdapat nyeri pada
perut bagian bawah, selera makan berkurang, mata cowong, perut terasa
kembung, dan rewel .

c. Riwayat Penyakit Dahulu


d. Riwayat Penyakit Keluarga
3.2 Observasi dan Pemeriksaan Fisik
A. Observasi
1. Tanda-tanda vital
Suhu

: 98 X/menit

Nadi

: 35C

TD

: 120/90 mmHg

RR

: 20 X/menit

B. Pemeriksaan fisik
1. BREATH (B1)
Biasanya pada pasien gigantisme tidak terjadi perubahan pola nafas.
Bunyi nafas normal. Gangguan nafas biasanya terjadi akibat adanya

proses pembesaran tumor hipofisis.


2. BLOOD (B2)
Pada gigantisme biasanya tidak terjadi perubahan dalam kerja jantung.
3. BRAIN (B3)
Pada tumor hipofisis yang mengakibatkan akromegali biasanya terjadi
nyeri kepala bitemporal, gangguan penglihatan disertai hemi-anopsia
bitemporal akibat penyebaran supraselar tumor dan penekanan kiasma
optikum.
4. BLADDER (B4)
Pada gigantisme terjadi pertumbuhan alat kelamin yang tidak sempurna.
Pola BAK biasanya normal. Pada akromegali terdapat penurunan libido,
impotensi, oligomenorea, infertilitas, nyeri senggama pada wanita, batu
ginjal.
5. BOWEL (B5)
Biasanya pola BAB normal, terjadi deformitas mandibula disertai
timbulnnya prognatisme (rahang yang menjorok ke depan) dan gigi geligi
tidak dapat menggigit sehingga meyulitkan dalam mengunyah makanan.
Pembesaran mandibula menyebabkan gigi-gigi renggang, lidah juga
membesar sehingga penderita sulit berbicara. (Price, 2005)
6. BONE (B6)
Pada gigantisme pertumbuhan longitudinal, pembesaran pada kaki dan
tangan perubahan bentuk yang terjadi membesar. Deformitas tulang
belakang karena pertumbuhan tulang yang berlebihan, mengakibatkan
timbulnya

nyeri

punggung

dan

perubahan

fisiologik

tulang

belakang.Terdapat nyeri sendi pada bahu tulang dan lutut. (Price, 2005)

1.3

Analisa Data

No.
Data
1. DS : Pasien merasa malu dengan
orang lain, karena kondisi fisik

Etiologi
Tulang mengalami
kelainan

Masalah
Gangguan body
image

tubuhnya
DO : Pasien cenderung diam, tidak
banyak

bicara

dan

kurang

bersosialisasi dengan sekitar

2.

DS : Pasien mengatakan tidak nafu


makan
DO : Lidah pasien membesar, gigi

Tubuh menjadi
semakin tinggi
Perubahan
penampilan fisik
Gangguan body
image
Pertumbuhan
berlebihan pd
tulang rahang &
lidah membesar

terpisah pisah

Resiko tinggi
perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan

Kesulitan makan

Intake makanan

3.

DS : Pasien merasa diacuhkan


keluarga

Resti perubahan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
Pertumbuhan dan
perkembangan
abnormal

Perubahan proses
keluarga

DO : Keluarga acuh tak acuh


Keluarga merasa
malu
Perubahan proses
keluarga

1.4 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan body image b.d perubahan struktur tubuh
2. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan
metabolisme, lidah membesar, mandibula tumbuh berlebih, gigi menjadi
terpisah-pisah.

3. Perubahan proses keluarga b.d keluarga dengan gigantisme


1.5 Intervensi dan Rasional
No.
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
Rasional
1. Gangguan body image b.d 1. Pertahankan
1. Untuk membicarakan
perubahan struktur tubuh
lingkungan yang
perubahan citra tubuh
Tujuan:
Tidak
terjadi
2. Mengetahui perasaan
kondusif
penurunan bodi image pada 2. Diskusikan perasaan
yang dirasakan klien
3. Untuk mengatasi
klien.
yang berhubungan
Kriteria Hasil:
perubahan fisik
dengan perubahan
1. Klien dapat menerima
4. Agar klien lebih
yang dialami oleh
perubahan diri
terbuka
klien
2. Klien mau bersosialisasi 3. Kaji klien dengan
dengan lingkungan
mengidentifikasi dan
mengembangkan
mekanisme koping
4. Berikan dorongan
untuk
mengungkapkan
perasaan yang
berhubungan dengan
perubahan fisik
2. Resti perubahan nutrisi 1. Beri makan sedikit 1. Nutrisi klien dapat
kurang dari kebutuhan tubuh
tapi sering (termasuk
terpenuhi
2. Meningkatkan nafsu
b.d
peningkatan
cairan)
makan klien
metabolisme,
lidah 2. Masukkan makanan
3. Melatih klien untuk
kesukaan klien
membesar,
mandibula
memenuhi
dalam diet
tumbuh
berlebih,
gigi
3. Anjurkan untuk
kebutuhannya sendiri
menjadi terpisah-pisah.
makan sendiri, bila 4. Memenuhi kebutuhan
Tujuan: Nutrisi klien adekuat
nutrisi klien
Kriteria Hasil:
mungkin
1. Klien tidak mengalami
penurunan berat badan 4. Berikan makanan
yang bergizi tinggi
yang berarti
2. Nafsu makan klien
dan berkualitas
meningkat
3. Perubahan proses keluarga 1. Berikan dukungan
1. Keluarga dapat
b.d
keluarga
dengan
emosional pada
menerima keadaan
gigantisme.
keluarga dan klien
klien

Tujuan:
2. Anjurkan orang tua 2. Keluarga dapat
1. Mempersiapkan
untuk
beradaptasi dengan
keluarga untuk dapat
mengekspresikan
penyakit klien
merawat
anggota
3. Untuk mengatasi
perasaannya
keluarga
dengan 3. Anjurkan klien
masalah yang timbul
gegantisme
untuk berbagi rasa
2. Keluarga
dapat
tidak berdaya, malu,
beradaptasi
dengan
ketakutan yang
penyakitnya
berkaitan dengan
Kriteria Hasil:
manifestasi penyakit
Keluarga dapat mengatasi
masalah yang timbul dari
adanya tanda dan gejala
yang
muncul
dan
memberikan
atau
menyediakan
lingkungan
yang sesuai dengan kondisi
klien.
1.6 Implementasi dan Evaluasi
No.
1.

Diagnosa Keperawatan
Gangguan body image b.d
perubahan struktur tubuh

1.

2.

3.

4.

Implementasi
Mempertahankan
lingkungan yang
kondusif
Mendiskusikan
perasaan yang
berhubungan
dengan perubahan
yang dialami oleh
klien
Mengkaji klien
dengan
mengidentifikasi
dan
mengembangkan
mekanisme koping
Memberikan
dorongan untuk

Evaluasi
S : Klien mengatakan
sudah
mulai
menerima keadaannya
O : Klien nampak
mulai bersosialisasi
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi di
lanbjutkan

2.

Resti perubahan nutrisi


1.
kurang dari kebutuhan tubuh
b.d peningkatan metabolisme,
lidah membesar, mandibula 2.
tumbuh berlebih, gigi
menjadi terpisah-pisah.
3.

4.

3.

Perubahan proses keluarga


b.d keluarga dengan
gigantisme.

1.

2.

3.

mengungkapkan
perasaan yang
berhubungan
dengan perubahan
fisik
Memberi makan
sedikit tapi sering
(termasuk cairan)
Memasukkan
makanan kesukaan
klien dalam diet
Menganjurkan klien
untuk makan
sendiri, bila
mungkin
Memberikan
makanan yang
bergizi tinggi dan
berkualitas
Memberikan
dukungan
emosional pada
keluarga dan klien
Menganjurkan
orang tua untuk
mengekspresikan
perasaannya
Menganjurkan klien
untuk berbagi rasa
tidak berdaya, malu,
ketakutan yang
berkaitan dengan
manifestasi
penyakit

S :Klien Mengatakan
kebutuhan

nutrisi

terpenuhi sebagian
O : k/u cukup
A :masalah teratasi
sebagian
P

:intervensi

dilanjutkan

S: Klien Mengatakan
Keluarganya Sudah
Bisa Menerina
Kondisi
O:Tidak Ada Tanda:
Steess Pada Pasien
A:Masalah Teratasi
P:Intervensi di
Lanjutkan.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Gigantisme terjadi akibat hipersekresi persisten dari GH, yang
merangsang sekresi IGF-1 oleh hati dan akhirnya menyebabkan manifestasi
klinis. Penyebab terbanyak (95 %) dari gigantisme adalah adenoma hipofisis

yang mensekresi GH dan jarang sekali disebabkan oleh GH / GHRH ektopik.


Gambaran klinik ditentukan oleh tingginya GH / IGF-1 dan efek massa
tumor. Konsekuensi gigantisme dapat meningkatkan angka morbiditas dan
motalitas, terutama oleh komplikasi cardioserobrovaskuler dan pernafasan.
Pilihan utama pengobatan adalah operasi transsphenoid, namun akhir-akhir ini
pesat perkembangan pengobatan medis / farmakologis. Oleh karena pengobatan
radiasi masih banyak kelemahannya.

4.2 Saran
1. Bagi pasien
Pasien mengerti tentang penyakitnya dan pasien mau kontrol rutin dan
berobat jalan sesuai advis dokter.Pasien juga diharapkan mengerti dan
mengetahui gejala pada gigantisme dan akromegali.
2. Bagi perawat
Dalam melakukan asuhan keperawatan perlu adanya pendekatan untuk
menciptakan hubungan saling percaya agar pasien itu mau mengungkapkan
masalahnya sehingga perawat dapat menjalankan asuhan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed. 1.
Jakarta : EGC; 2001
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC;
2001.

Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And
Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998
Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes.
Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994
Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I.
Jakarta : Salemba Medika; 2001
Doenges E, Marilyin. 1999. Rencana Asuhan keperawatan.Jakarta : EGC.
Rumahorbo, Hotma . 1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Endokrin. Jakarta : EGC
Suddart & Brunner. 2000. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC
Suyono slamet. 2001. Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit FKUi
http://id.wikipedia.org/wiki/gigantisme

Anda mungkin juga menyukai