PENDAHULUAN
Oleh karena itu penting sekali memeriksakan penyekit ini secepat mungkin
ketika kita menemukan gejala gejala yang mengindikasikan pada penyakit
IBS. Proses keperawatan juga tidak kalah penting untuk menunjang proses
penyembuhan. Oleh karena itu kita perlu mengulas lebih dalam tentang
penyakit ini. Supaya dapat membantu proses penyembuhan dan memberikan
rasa nyaman dan aman terhadap klien.
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan
gangguan irritable bowel syndrome sehingga menunjang pembelajaran
mata kuliah keperawatan pencernaan.
2. Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat
menjadi bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Menurut sistem klasifikasi Rome, IBS ditandai dengan adanya determinan
fisiologi yang multipel, yang berperanan pada gejala dari IBS dan bukan merupakan
satu penyakit yang tunggal. IBS didefinisikan sebagai kelompok kelainan fungsional
dari saluran cerna dimana adanya rasa tidak nyaman atau nyeri perut dihubungkan
dengan defekasi atau perubahan pada pola defekasi, dan dengan gambaran kelainan
pada defekasi (ketut, 2007)
Irritable Bowel Syndrom (IBS) juga didefinisikan sebagai salah satu gangguan
gastrointestinal fungsional. Pengertian Irritable Bowel Syndrom (IBS) sendiri adalah
adanya nyeri perut, distensi dan gangguan pola defekasi tanpa gangguan organic
(anonim,2010)
Sedang menurut pilono, 2004. Irritable Bowel Syndrome (IBS) adalah kelainan
kompleks dari saluran pencernaan bagian bawah, adanya nyeri perut, distensi dan
gangguan pola defekasi tanpa gangguan organik. IBS merupakan gangguan
fungsional BAB. IBS utamanya dikarakteristikkan dengan gejala-gejala yang
bercorak dan diperburuk dengan stres emosional.
Menurut judarwanto,2008. Iritable Bowel Syndrome umum pada orang dari
segala usia, termasuk anak-anak. Sekitar 14 persen siswa SMA dan 6 persen dari
siswa sekolah menengah melapor terkena gejala IBS. Angka kejadian IBS antara lakilaki dan perempuan sama, meskipun pada orang dewasa lebih sering terjadi pada
wanita dibandingkan pria. Perbandingan wanita menderita sindrom ini 2x lebih
banyak daripada pria.
Berdasarkan beberapa definisi dari IBS di atas, dapat di simpulkan bahwa IBS
merupakan salah satu penyakit gastrointestinal fungsional atau gangguan fungsional
pergerakan usus.
2.2 Klasifikasi
Pada beberapa keadaan IBS dibagi dalam beberapa subgrup sesuai dengan
keluhan dominan yang ada pada diri seseorang(pilono, 2004).
Subgrup IBS yang sering digunakan membagi IBS menjadi 4 bagian yaitu :
1. IBS predominan nyeri perut
1. Nyeri di fosa iliaka, tidak dapat dengan tegas menunjukkan lokasi
sakitnya
2. Nyeri dirasakan lebih dari 6 bulan
3. Nyeri hilang setelah defekasi
4. Nyeri meningkat jika stress dan selama menstruasi
5. Nyeri dirasakan persisten jika kambuh terasa lebih sakit
2. IBS predominan diare
1. Diare sering pada pagi hari dan sering dengan urgensi
2. Biasanya disertai rasa sakit dan hilang setelah defekasi
3. IBS predominan konstipasi
1. Terutama pada wanita
2. Defekasi tidak lampias
3. Biasanya feces disertai lendir tanpa darah
4. IBS predominan alternating pattern
1. Pola defekasi yang berubah-ubah
2. Sering feces keras di pagi hari diikuti dengan beberapa kali
3. Defekasi dan feces menjadi cair pada sore hari
2.3
Etiologi
Irritable bowel syndrome merupakan penyakit yang terjadi akibat beberapa penyakit
yang berhubungan dengan usus besar. Misalnya diare, konstipasi, gangguan usus,
gangguan peristaltik dan gangguan pencernaan lain yang berkenaan dengan usus
besar. Sedang sebab sesungguhnya dari sindroma ini belum diketahui. Namun
berdasarkan beberapa kasus IBS yan terjadi, faktor yang membawanya antara lain :
1. Stres
Stress psikologis dapat merubah fungsi motor pada usus halus dan kolon, baik pada
orang normal maupun pasien IBS. Sampai 60% pasien pada pusat rujukan memiliki
gejala psikiatri seperti somatisasi, depresi, dan cemas. Dan pasien dengan diagnosis
IBS lebih sering memiliki gejala ini. Ada atau tidaknya riwayat abuse pada masa
anak-anak (seksual, fisik, atau keduanya) dihubungkan dengan beratnya gejala pada
pasien dengan IBS. Ini telah diusulkan bahwa pengalaman awal pada hidup dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat dan memberikan predisposisi untuk keadaan
kewaspadaan yang berlebihan.
1. Mikroorganisme seperti bakteri, virus, kuman dll
2. Intoleransi makanan
Beberapa orang dengan IBS cenderung memiliki alergi makanan. Pada tahun 2007
dasar bukti itu tidak cukup kuat untuk merekomendasikan diet ketat. Banyak
modifikasi diet yang berbeda telah dicoba untuk memperbaiki gejala IBS. Ada yang
efektif dalam beberapa sub-populasi. Sebagai intoleransi laktosa dan IBS memiliki
gejala yang sama seperti percobaan diet bebas laktosa sering dianjurkan. Sebuah
fruktosa membatasi diet dan asupan fructan telah terbukti berhasil mengobati gejala
secara dosis-tergantung pada pasien dengan malabsorpsi fruktosa dan IBS. Sementara
banyak IBS pasien percaya bahwa mereka memiliki beberapa bentuk intoleransi
makanan, tes mencoba untuk memprediksi sensitivitas makanan di IBS telah
mengecewakan. Satu studi melaporkan bahwa tes antibodi IgG efektif dalam
menentukan sensitivitas makanan pada pasien IBS, dengan pasien dengan diet
eliminasi mengalami gejala penurunan 10% lebih besar daripada mereka yang diet
semu. [64] Lebih data yang diperlukan sebelum pengujian IgG dapat
direkomendasikan. Tidak ada bukti bahwa pencernaan makanan atau penyerapan
nutrisi yang bermasalah bagi mereka dengan IBS pada tingkat yang berbeda dari
mereka yang tidak IBS. Namun, tindakan yang sangat makan atau minum dapat
menimbulkan reaksi yang berlebihan dari respon gastrocolic pada beberapa pasien
dengan IBS karena kepekaan yang meningkat mendalam mereka, dan ini dapat
mengakibatkan perut, sakit diare, sembelit dan / atau konstipasi.
2.4 Patofisiologi
Stres, diet, bakteri, kuman, jenis makanan dan reaktifitas usus yang abnormal dapat
menyebabkan IBS.
Stres dapat memicu gejala IBS. Ketika seseorang mendapatkan masalah yang menyita
pikirannya, maka hal ini dapat mempengaruhi sel- sel saraf dan menjadikan
kekejangan pada usus. Kekejangan usus ini dapat mengantarkan kita pada penyakit
irritable bowel syndrome. Apalagi stress ini berkepanjangan.
Diet yang tidak benar juga dapat memicu adanya IBS. Apabila pola makan seseorang
itu sangat besar atau tidak teratur apalagi keadaan pencernaannya bermasalah maka
dapat menyebabkan kram dan diare. Setelah itu dapat membuat seseorang itu terkena
IBS.
Yang ketiga adalah abnormalitas reaksi usus. Ketidaknormalan gerakan usus ini dapat
disebabkan oleh berbagai banyak hal diantaranya : asupan makanan yang masuk,
mikroorganisme dan stres. Ketidaknormalan gerakan usus ini apabila terlalu lambat
akan menyebabkan sembelit, dan jika terlalu cepat akan menyebabkan diare.
Intoleransi makanan juga dapat menyebabkan datangnya penyakit IBS ini. Jika
seseorang alergi terhadap suatu makanan tertentu, maka dapat menyebabkan
gangguan usus dan menjadikan irritabel bowel syndrome
Selain itu bakteri juga dapat memberikan efek tertentu terhadap usus dan dapat
menyebabkan IBS.
2.5 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
1. Berkenaan sembelit dan diare : berikan serat suplemen, seperti metamucil atau
citrucil untuk membantu sembelit kontrol.
2. Pencahar, seperti PEG 3350 (MiraLax, GlycoLax), minyak mineral, atau
bisacodyl (Dulcolax), meringankan sedang hingga sembelit berat.
3
Loperamide (Imodium) and bismuth subsalicylate (Pepto-Bismol) membantu
meringankan diare.
4
Antispasmodic, seperti dicyclomine (Bentyl), rileks otot polos kontraksi dalam
usus dan dapat, secara teoritis, mengurangi rasa sakit yang terkait dengan IBS tetapi
harus digunakan dengan hati-hati karena efek samping yang serius yang berpotensi.
5
Antidepresan , termasuk serotonin reuptake inhibitor selektif (SSRI) dan
antidepresan trisiklik (TCA), digunakan untuk mengobati IBS, meskipun efektivitas
mereka pada anak-anak tidak terdokumentasi dengan baik.
Sebelum mengambil salah satu obat, anak-anak dan orang tua mereka harus mencari
saran dari penyedia layanan kesehatan untuk membantu mempertimbangkan potensi
manfaat terhadap risiko efek samping yang mungkin timbul.
1. Obat Alternatif
Karena sering hasil yang tidak memuaskan dari perawatan medis untuk IBS hingga 50
persen orang beralih ke komplementer pengobatan alternatif.
1. Probiotik
Probiotik dapat bermanfaat dalam pengobatan IBS, mengambil 1-10000000000
bakteri menguntungkan per hari dianjurkan untuk hasil yang bermanfaat. Namun,
penelitian lebih lanjut diperlukan pada individu strain bakteri menguntungkan untuk
rekomendasi yang lebih halus. Sejumlah probiotik telah ditemukan untuk menjadi
efektif, termasuk: plantarum Lactobacillus dan Bifidobacteria infantis; Namun, salah
satu review menemukan bahwa hanya Bifidobacteria infantis menunjukkan
keampuhan. Beberapa yogurt dibuat menggunakan probiotik yang dapat membantu
mengurangi gejala sindrom iritasi usus besar.
1.
1.
Herbal remedies
Minyak peppermint: enterik dilapisi peppermint telah kapsul telah diusulkan untuk
IBS dalam gejala orang dewasa dan anak-anak. Ada bukti yang baik dari efek yang
menguntungkan dari kapsul dan dianjurkan bahwa peppermint akan diujicobakan
pada semua pasien sindrom iritasi usus besar. Keselamatan selama kehamilan belum
didirikan bagaimanapun dan hati-hati diperlukan bukan untuk mengunyah atau
memecahkan lapisan enterik dinyatakan refluks gastroesophageal mungkin terjadi
sebagai akibat dari sfingter esofagus bawah relaksasi. Kadang-kadang mual dan
perianal pembakaran terjadi sebagai efek samping.
Iberogast: multi-herbal ekstrak Iberogast ditemukan secara bermakna lebih unggul
dengan plasebo baik melalui skala nyeri perut dan skor gejala IBS setelah empat
minggu pengobatan.
Hanya ada bukti terbatas untuk efektivitas obat herbal lain untuk sindrom iritasi usus
besar. Seperti semua rempah-rempah adalah bijaksana untuk waspada terhadap
interaksi obat mungkin dan efek samping.
1.
1. Yoga
Yoga mungkin efektif untuk beberapa penderita sindrom iritasi usus besar.
1.
1. Akupunktur
Akupunktur mungkin patut uji coba pada pasien pilih, tapi dasar bukti untuk
2.8
Web Of Cautions
Adenoma (tumor
hipofisis jinak)
Sel tumbuh
abnormal
Fungsi organ
terhambat
Hipotalamus
mensekresikan
GH
Pertumbuhan tulang
yg berlebihan
MK : Perubahan
proses keluarga
GIGANTISME
Keluarga merasa
malu
Tulang mengalami
kelainan
Tubuh menjadi
semakin tinggi
Perubahan
penampilan fisik
MK : Gangguan
body image
Jaringan membesar
pada tungkai dan
lengan
Oedema tungkai
dan lengan
Pertumbuhan
berlebihan pd tulang
rahang & lidah
membesar
Kesulitan makan
Kelemahan pada
tungkai dan lengan
Intake makan
MK : Intoleransi
aktivitas
Kelelahan
BAB III
Pertumbuhan dan
perkembangan
abnormal
MK : Resti
perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Biodata pasien
Nama
: An. N
Umur
: 8 tahun
: Surabaya
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
B. Anamnesa
a. Keluhan Utama
: 98 X/menit
Nadi
: 35C
TD
: 120/90 mmHg
RR
: 20 X/menit
B. Pemeriksaan fisik
1. BREATH (B1)
Biasanya pada pasien gigantisme tidak terjadi perubahan pola nafas.
Bunyi nafas normal. Gangguan nafas biasanya terjadi akibat adanya
nyeri
punggung
dan
perubahan
fisiologik
tulang
belakang.Terdapat nyeri sendi pada bahu tulang dan lutut. (Price, 2005)
1.3
Analisa Data
No.
Data
1. DS : Pasien merasa malu dengan
orang lain, karena kondisi fisik
Etiologi
Tulang mengalami
kelainan
Masalah
Gangguan body
image
tubuhnya
DO : Pasien cenderung diam, tidak
banyak
bicara
dan
kurang
2.
Tubuh menjadi
semakin tinggi
Perubahan
penampilan fisik
Gangguan body
image
Pertumbuhan
berlebihan pd
tulang rahang &
lidah membesar
terpisah pisah
Resiko tinggi
perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Kesulitan makan
Intake makanan
3.
Resti perubahan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
Pertumbuhan dan
perkembangan
abnormal
Perubahan proses
keluarga
Tujuan:
2. Anjurkan orang tua 2. Keluarga dapat
1. Mempersiapkan
untuk
beradaptasi dengan
keluarga untuk dapat
mengekspresikan
penyakit klien
merawat
anggota
3. Untuk mengatasi
perasaannya
keluarga
dengan 3. Anjurkan klien
masalah yang timbul
gegantisme
untuk berbagi rasa
2. Keluarga
dapat
tidak berdaya, malu,
beradaptasi
dengan
ketakutan yang
penyakitnya
berkaitan dengan
Kriteria Hasil:
manifestasi penyakit
Keluarga dapat mengatasi
masalah yang timbul dari
adanya tanda dan gejala
yang
muncul
dan
memberikan
atau
menyediakan
lingkungan
yang sesuai dengan kondisi
klien.
1.6 Implementasi dan Evaluasi
No.
1.
Diagnosa Keperawatan
Gangguan body image b.d
perubahan struktur tubuh
1.
2.
3.
4.
Implementasi
Mempertahankan
lingkungan yang
kondusif
Mendiskusikan
perasaan yang
berhubungan
dengan perubahan
yang dialami oleh
klien
Mengkaji klien
dengan
mengidentifikasi
dan
mengembangkan
mekanisme koping
Memberikan
dorongan untuk
Evaluasi
S : Klien mengatakan
sudah
mulai
menerima keadaannya
O : Klien nampak
mulai bersosialisasi
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi di
lanbjutkan
2.
4.
3.
1.
2.
3.
mengungkapkan
perasaan yang
berhubungan
dengan perubahan
fisik
Memberi makan
sedikit tapi sering
(termasuk cairan)
Memasukkan
makanan kesukaan
klien dalam diet
Menganjurkan klien
untuk makan
sendiri, bila
mungkin
Memberikan
makanan yang
bergizi tinggi dan
berkualitas
Memberikan
dukungan
emosional pada
keluarga dan klien
Menganjurkan
orang tua untuk
mengekspresikan
perasaannya
Menganjurkan klien
untuk berbagi rasa
tidak berdaya, malu,
ketakutan yang
berkaitan dengan
manifestasi
penyakit
S :Klien Mengatakan
kebutuhan
nutrisi
terpenuhi sebagian
O : k/u cukup
A :masalah teratasi
sebagian
P
:intervensi
dilanjutkan
S: Klien Mengatakan
Keluarganya Sudah
Bisa Menerina
Kondisi
O:Tidak Ada Tanda:
Steess Pada Pasien
A:Masalah Teratasi
P:Intervensi di
Lanjutkan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gigantisme terjadi akibat hipersekresi persisten dari GH, yang
merangsang sekresi IGF-1 oleh hati dan akhirnya menyebabkan manifestasi
klinis. Penyebab terbanyak (95 %) dari gigantisme adalah adenoma hipofisis
4.2 Saran
1. Bagi pasien
Pasien mengerti tentang penyakitnya dan pasien mau kontrol rutin dan
berobat jalan sesuai advis dokter.Pasien juga diharapkan mengerti dan
mengetahui gejala pada gigantisme dan akromegali.
2. Bagi perawat
Dalam melakukan asuhan keperawatan perlu adanya pendekatan untuk
menciptakan hubungan saling percaya agar pasien itu mau mengungkapkan
masalahnya sehingga perawat dapat menjalankan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed. 1.
Jakarta : EGC; 2001
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC;
2001.
Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And
Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998
Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes.
Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994
Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I.
Jakarta : Salemba Medika; 2001
Doenges E, Marilyin. 1999. Rencana Asuhan keperawatan.Jakarta : EGC.
Rumahorbo, Hotma . 1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Endokrin. Jakarta : EGC
Suddart & Brunner. 2000. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC
Suyono slamet. 2001. Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit FKUi
http://id.wikipedia.org/wiki/gigantisme