Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO A BLOK 20

Kelompok 5
Tutor : dr. Fitriani, SpKK
Regina Paranggian
Abi Rafdi
Hasna Mujahidah
Sharah Aqila
Bella Bonita
Alind Praditya Racha C
M. Rasyid Ridho
Muhamad Mardian Safitra
Patima Sitompul
Sherly Wahyuni
Nurul Afika
Afkur Mahesa Nasution

04011281320009
04011281320013
04011381320025
04011381320063
04011181320043
04011181320053
04011181320057
04011181320001
04011381320083
04011181320091
04011181320113
04011381320067

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG
2015
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Illahi Robbi, karena berkat limpahan


rahmat dan hidayah-Nya lah penyusun bisa menyelesaikan tugas laporan tutorial ini
dengan baik tanpa aral yang memberatkan.
Laporan ini disusun sebagai bentuk dari pemenuhan tugas laporan tutorial
skenario A yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK (Kurikulum
Berbasis Kompetensi) di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, khususnya pada
Blok Sistem Integumen.
Terima kasih tak lupa pula kami sampaikan kepada dr. Fitriani, SpKK yang
telah membimbing dalam proses tutorial ini, beserta pihak-pihak lain yang terlibat,
baik dalam memberikan saran, arahan, dan dukungan materil maupun inmateril dalam
penyusunan tugas laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik yang membangun sangat kami harapkan sebagai bahan pembelajaran yang
baru bagi penyusun dan perbaikan di masa yang akan datang.

Palembang, 8 Oktober 2015


Penyusun

Kelompok Tutorial V

DAFTAR ISI
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Bab I

2
3

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.2 Maksud dan Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

4
4

Bab II Pembahasan
2.1 Skenario A . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.2 Paparan
I. Klarifikasi Istilah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
II. Identifikasi Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
III. Analisis Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
IV. Hipotesis . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
V. Kerangka Konsep . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

5
5
6
6
16
26

Bab III Sintesis


3.1 Anatomi Fisiologi Kulit Kepala. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.2 Histologi Kulit Kepala. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.3 Tinea Kapitis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.4 Tatalaksana . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB I
PENDAHULUAN

27
34
40
47
51
52

1.1 Latar Belakang


Blok Sistem Integument adalah blok kedua puluh semester V dari Kurikulum Berbasis
Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. Pada
kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk
menghadapi kasus yang sebenarnya pada waktu yang akan datang.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu:
1

Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem

pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.


Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis

pembelajaran diskusi kelompok.


Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skenario A
Seorang anak laki-laki, 9 tahun datang berobat ke poliklinik IKKK RSMP
dengan keluhan kulit kepala bersisik dan rambut rontok disertai rasa gatal
sejak 2 bulan yang lalu. Pasien awalnya merasakan ada bintil bersisik
ukuran biji jagung yang terasa gatal di kulit kepala. Kisaran 2 minggu bintil
menjadi bercak tebal warna putih keabuan dan bersisik sebesar uang
logam, rambut di atasnya patah dan rontok. Pasien mempunyai hewan
peliharaan anjing. Keluhan dikulit selain kepala disangkal oleh pasien.
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: sadar dan kooperatif
Vital sign: nadi: 88x/menit, RR: 20x/menit, suhu: 37,0oC
Keadaan spesifik: dalam batas normal
Status dermatologikus:
Regio oksipitalis:
Plak hiperkeratotik disertai alopesia, bulat, soliter, ukuran diameter 5 cm,
ditutupi skuama kering, putih, selapis. Tampak rambut patah beberapa
mm dari kulit kepala, berwarna abu-abu, tidak berkilat lagi. Daerah sekitar
dalam batas normal.

2.2 Paparan
I. Klarifikasi Istilah
No
1
2

Istilah
Bintil
Plak

Definisi
Bercak kecil seperti bekas digigit nyamuk.
Peninggian di atas permukaaan kulit, permukaan

hiperkeratotik

datar dan diameternya lebih dari 0,5 cm dan

Alopesia

keras.
Kebotakan tidak adanya rambut pada daerah
kulit tempatnya biasa timbul.
5

4
5

Soliter
Skuama

Sendirian, terpisah dari yang lain.


Lapisan tanduk dari epidermis

mati

yang

menumpuk pada kulit yang dapat berkembang


sebagai akibat perubahan inflamasi, biasa pada
6

Status

psoriasis
Keadaan

dermatologikus

inspeksi oleh pemeriksa.

kulit

pasien

yang

dinilai

melalui

II. Identifikasi Masalah


No
.
1.

Identifikasi Masalah
Seorang anak laki-laki, 9 tahun datang berobat

Proble

Concer

n
****

ke poliklinik IKKK RSMP dengan keluhan kuilt


kepala bersisik dan rambut rontok disertai rasa
2.

gatal sejak 2 bulan yang lalu.


Pasien awalnya merasakan ada bintil bersisik

***

ukuran biji jagung yang terasa gatal di kulit


kepala. Kisaran 2 minggu bintil menjadi bercak
tebal warna putih keabuan dan bersisik sebesar
uang logam, rambut di atasnya patah dan
3.

rontok.
Pasien mempunyai hewan peliharaan anjing.

**

Keluhan dikulit selain kepala disangkal oleh


4.

pasien.
Pemeriksaan fisik:

Keadaan umum: sadar dan kooperatif


Vital sign: nadi: 88x/menit, RR: 20x/menit, suhu:
37,0oC
Keadaan spesifik: dalam batas normal
Status dermatologikus:
Regio oksipitalis:
Plak

hiperkeratotik

disertai

alopesia,

bulat,

soliter, ukuran diameter 5 cm, ditutupi skuama


kering, putih, selapis. Tampak rambut patah
beberapa mm dari kulit kepala, berwarna abu6

abu, tidak berkilat lagi. Daerah sekitar dalam


batas normal.
III. Analisis Masalah
1. Seorang anak laki-laki, 9 tahun datang berobat ke poliklinik IKKK
RSMP dengan keluhan kulit kepala bersisik dan rambut rontok diserti
rasa gatal sejak 2 bulan yang lalu.
a) Bagaimana struktur dan fungsi kulit kepala?

Kulit atau integument adalah system organ yang terluas yang


menutupi tubuh. Sistem integument ini meliputi kulit, rambut,
kelenjar yang ada didalam kulit, dan kuku. Sistem integument
mempunyai fungsi yang sangat penting. System integument
meliputi kulit, untuk itu perlu diketahui anatomi kulit.
Kulit dibagi menjadi 3 lapisan utama mulai dari superfisial antara
lain :
1. Epidermis
Epidermis terdiri dari 4 macam lapisan yaitu :
Lapisan yang paling dalam : lapisan ini selalu beregenerasi untuk
memproduksi sel

kulit, regenerasi ini terjadi pada basal sel

yang disebut dengan sel keratinosit.


Permukaan kulit : Pada lapisan ini terjadi proses regenerasi yang
terjadi setiap 28-30 hari.
Lapisan

tengah

Lapisan

ini

sangat

aktif

dalam

proses

metabolisme dan pada lapisan ini banyak terdapat berbagai jenis


sel, antara lain : melanosit yang berfungsi untuk memproduksi
melanin. Dan melanin ini menunjukkan pigmen atau warna kulit
seseorang, selain itu juga berfungsi sebagai filter dari radiasi
sinar ultraviolet.
Lapisan

permukaan

Bagian

epidermis

yang

berfungsi

melindungi kulit secara mekanik, kimia, dan juga melindungi


jaringan yang ada dibawahnya agar tidak terjadi dehidrasi.

2. Dermis
Lapisan dermis menghubungkan lapisan jaringan dari kulit dan
menyambung epidermis dengan serat kolagen dan serat elastis.
Antara Dermis dan Epidermis dipisahkan oleh jaringan adipose
dan mendapat sumber nutrisi untuk epidermis, pada lapisan
dermis juga berisikan pembuluh darah, serabut saraf, kelenjar
sebaseus,

kelenjar

sudorifera

dan

folikal

rambut.

Kelenjar

sebaseus menyimpan sebum, ini berfungsi untuk melindungi kulit


untuk penyerapan yang tidak semestinya atau penguapan air
yang berlebihan dari kulit serta menjkaga kulit agar tetap halus.
Kelenjar sudorifera ditemukan pada permukaaan kulit dengan
meregulasi suhu tubuh dengan membuang dingin.
3. Subkutan
Lapisan Subcutanius adalah lapisan yang tebal dan padat,
lapisan ini berada dibawah dermis. Lapisan ini sebagian besar
berisikan pembuluh darah, limfe, serabut saraf. Lapisan ini
berfungsi untuk melindungi organ yang ada didalamnya dari
trauma dan untuk menyimpan energi.
b) Bagaimana hubungan jenis kelamin, usia dengan keluhan?
Pasien tinea kapitis terbanyak pada masa anak-anak < 14
tahun 93,33% anak laki-laki lebih banyak (54,5%) dibanding anak
perempuan (45,5%). Di Surabaya tersering tipe kerion (62,5%)
daripada tipe Gray Patch (37,5%).
c) Bagaimana histologi dari kulit kepala?

Kulit terbagi menjadi tiga lapisan utama:


(i) epidermis
(ii) dermis, dan
(iii) hipodermis (jaringan subkutan).
Epidermis terbentuk dari lima lapisan sel epitelial squamosa,
diantaranya yang paling umum adalah keratinosit. Keratinosit
adalah sel-sel yang bertanggung-jawab untuk pembentukan
keratin, protein struktural dari kulit, rambut, dan kuku. Sel-sel ini
diyakini terlibat dalam proses imun dengan pertama kali
melepaskan immunoglobulin A dan kemudian interleukin-1, yang
memicu pengaktifan sel-sel T. Lapisan yang paling dalam,
stratum germinativum, juga dikenal sebagai lapisan sel basal.
Kurang lebih setengah dari keratinosit bergerak dari lapisan sel
basal ke atas melalui semua lapisan-lapisan epidermis yang lain.
Sambil bergerak melalui lapisan-lapisan, strukturnya berubah
dan sel-sel mulai memipih, kehilangan inti, dan akhirnya kering.
Ketika sel-sel ini mencapai lapisan yang paling luar, stratum
corneum, mereka kemudian dikenal sebagai sel tanduk. Inilah
sebabnya stratum corneum juga disebut lapisan tanduk. Sel-sel
tanduk

yang

mati

kemudian
10

luruh.

Siklus

regenerasi

ini

memerlukan

waktu

kurang

lebih

satu

bulan.

Umumnya,

kandungan kelembaban epidermis berkisar dari 10% hingga


20%. Jika kelembaban terlalu rendah, maka dapat terbentuk kulit
kering, retak, dan pecah-pecah. Jenis sel kedua terbesar dari
epidermis, melanosit, ditemukan pada lapisan basal. Rasio
keratinosit terhadap melanosit adalah 10:1. Walaupun jumlah
melanosit cukup konstan (kendati asal-asal rasial), variasi dalam
warna kulit ditentukan oleh ukuran dan jumlah melanosom, atau
granul pigmen, yang diproduksi oleh sel-sel ini. Baik ukuran
maupun jumlah melanosom lebih tinggi pada individu yang
secara alamiah berkulit lebih gelap. Melanosom bermigrasi ke
seluruh keratinosit dari epidermis dan menghasilkan pigmen
warna, melanin. Individu yang berkulit lebih gelap secara alami
memiliki jumlah melanin yang lebih banyak daripada mereka
yang berkulit lebih terang. Sel Langerhans merupakan jenis sel
ketiga terbanyak pada epidermis. Sel-sel ini ditemukan pada
stratum spinosum, di atas lapisan basal. Walaupun sel-sel ini
merepresentasikan kurang dari 5% sel pada lapisan ini, sel-sel
Langerhans tetap terlibat dalam beberapa aktivitas signifikan,
termasuk produksi interleukin-1 sebagai bagian dari respon imun,
induksi

penolakan

transplantasi

kulit,

dan

pembentukan

dermatitis alergi kontak. Lapisan kedua kulit, dermis, biasanya 40


kali

lebih

tebal

mukopolisakarida.

dari
Pada

epidermis
dermis

dan

tersusun

terdapat

sel-sel

dari

bahan

mast

dan

fibroblast. Sel mast memiliki situs reseptor untuk immunoglobulin


E dan mengandung sejumlah senyawa penting, seperti zat yang
bereaksi lambat pada proses anafilaksis, prostaglandin E2, dan
histamin. Fibroblast mensintesis komponen penunjang struktural
dari kulit (yaitu: serat-serat elastik, kolagen, dan serat retikulum).
Serat elastik (jaringan elastik) diberi nama demikian karena serat
ini yang memberi sifat elastisitas pada kulit. Komponen utama
dari serat ini adalah elastin, suatu protein amorf/tanpa bentuk
tertentu. Kolagen, suatu protein fibrosa (berbentuk serat),
11

merupakan komponen utama kulit, mencakup lebih dari 70%


total beratnya. Dikenal sebagai jaringan penghubung, kolagen
memberikan kekuatan yang diperlukan ligamen dan tendon
untuk menahan otot dan tulang ke tempat perlekatannya. Dan
dengan demikian juga mendukung tulang rangka untuk dapat
berfungsi. Selain itu, kolagen bertanggung-jawab untuk memberi
resistensi/ketahanan pada kulit terhadap cedera akibat kekuatan
eksternal. Serat-serat retikulum, yang juga merupakan bagian
dari

sistem

jaringan

penghubung,

berukuran

lebih

kecil

dibandingkan kolagen tetapi berfungsi kurang lebih sama.


Vaskularisasi kulit berakhir pada dermis. Arteriol dan pembuluhpembuluh limfatik yang berasal dari jaringan subkutan menyuplai
keseluruhan dermis, dan arteriol-arteriol ini menjadi kapilerkapiler yang menyuplai bagian lebih atas (area papilari). Selain
pembuluhpembuluh darah, dermis mengandung sejumlah besar
saraf yang berkontribusi terhadap sensasi nyeri, suhu, gatal, dan
tekanan. Lapisan ketiga dari kulit, hipodermis (atau subkutis),
tersusun atas sel-sel lemak (jaringan adiposa), kolagen, dan
pembuluh-pembuluh darah yang lebih besar. Jaringan berlemak
mempengaruhi regulasi panas tubuh dan memberikan efek
bantalan terhadap tekanan eksternal dan cedera. Beberapa
struktur tambahan juga ditemukan pada dermis. Struktur-struktur
ini dikenal sebagai tambahan epidermal (atau adneksa), oleh
karena mereka berakhir pada permukaan epidermal walaupun
mereka berada di dalam dermis. Mereka meliputi dua jenis
kelenjar keringat yang berbeda: unit ekrin dan apokrin. Fungsi
unit apokrin pada manusia tidak dimengerti dengan baik, tetapi
unit ekrin bertanggung-jawab untuk pembentukan dan ekskresi
keringat. Unit-unit ekrin menyuplai semua area kulit, tetapi
mereka ditemukan dalam jumlah yang lebih besar pada aksila,
dahi, dan telapak kaki dan tangan. Kelenjar-kelenjar sebasea,
tambahan yang lain, ditemukan pada semua area tubuh kecuali
telapak kaki dan tangan. Konsentrasi terbesar dari kelenjar ini
12

adalah pada kulit kepala, wajah, dan punggung. Kelenjar ini


bertumbuh dalam ukuran dan menjadi aktif saat pubertas seiring
dengan

peningkatan

produksi

hormon-hormon

androgenik.

Kelenjar-kelenjar sebasea hampir selalu melekat pada folikel


rambut; pengecualian pada sekitar areola perempuan, kulup,
perbatasan

bibir,

dan

kelopak

mata.

Kelenjar

sebasea

memproduksi sebum, campuran berlilin yang menghidrasi kulit


dan rambut

d) Bagaimana etiologi dan mekanisme dari:


- Rambut rontok di sertai gatal
Organisme yang berhubungan dengan tinea kapitis (Fitzpatrick,
2008)
Tidak meradang:

M.audouinii,

M.

canis,

M.

ferrugineum,

T.tonsurans.
Black dot: T. tonsurans, T. violeceum.
Hifa mnginvasi kulit kepala kemudian menyebar ke bawah
dinding berkeratin folikel rambut lalu menginfeksi tepat diatas
akar rambut. Hifa kemudian tumbuh ke bawah bagian rambut
yang tidak hidup dan ke atas rambut.
Seiring dengan pertumbuhn rambut
folikelnya,

hifa

Microsporum

sp

yang

menghasilkan

keluar

dari

spora

yang

menyelubung di sekeliling batang rambut (ektrotik) sehingga


spora akan berfloresensi kehijauan jika di sinari lampu wood dan
memberikan efek rambut jadi mudah patah, rapuh, mudah
rontok. Sedangkan jika yang menginvasi Trichphyton tonsurans
maka spora yang dihasilkan ada di dalam batang rambut
(endotrik) yang tidak akan berfluoresensi jika dsinari dengan
lampu wood, serta penyanggah dan dinding folikuler hilang
meninggalkan titik hitam kecil (black dot).
Mekanisme gatal diawali dari adanya jamur yang menempel di
rambut yang kemudian menginvasi ke dalam melewati epidermis,
dimana jamur tersebut akan diinterpretasikan sebagai benda
asing oleh sel mast yang ada di lapisan kulit, sehingga terjadilah

13

reaksi antigen-antibodi yang akan mengeluarkan zat histamin


dan terjadilah gatal.
-

Kulit kepala bersisik

Dermatofit

masuk

ke

jaringan

keratin

dermatofit

berkompetisi dengan flora normal rambut infeksi menyebar


(i) lapisan keratin : hiperkerotik. (ii) kelenjar sebasea.
Selain itu, gejala objektif yang terjadi pada tinea kapitis ini
selalu disertai dengan perasaan gatal, bila kulit yang gatal ini
digaruk maka papul-papul atau vesikel-vesikel akan pecah
sehingga menimbulkan daerah yang erosi dan bila mengering
jadi krusta dan skuama.
2. Pasien awalnya merasakan ada bintil bersisik ukuran biji jagung
yang terasa gatal di kulit kepala. Kisaran 2 minggu bintil menjadi
bercak tebal warna putih keabuan dan bersisik sebesar uang logam,
rambut di atasnya patah dan rontok.
a) Bagaimana patogenesis dari bintil sampai bercak sebesar
uang logam?
Penyakit mulai dengan papul merah yang kecil di sekitar
rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak karena
perjalanan penyakit dan adanya kebiasaan menggaruk karena
gatal sehingga menjadi pucat dan bersisik.
b) Bagaimana mekanisme terjadinya gatal?
Pruritogen menyebabkan ujung serabut saraf C pruritoseptif
teraktivasi. Serabut saraf C tersebut kemudian menghantarkan
impuls sepanjang serabut saraf sensoris. Terjadi input eksitasi di
Lamina-1 kornu dorsalis susunan saraf tulang belakang. Hasil dari
impuls tersebut adalah akson refleks mengeluarkan transmiter
yang menghasilkan inflamasi neurogenik (substansi P, CGRP,
NKA, dll). Setelah impuls melalui pemrosesan di korteks serebri,
maka akan timbul suatu perasaan gatal dan tidak enak. Pada
kasus yang merangsang ujung serabut saraf adalah adanya
inflamasi akibat infeksi jamur.
14

Gambar 1.2. Siklus Rambut Gatal


c) Apakah ada faktor predisposisi lain yang menyebabkan bintil
menjadi bercak?
Terkontaminasi dengan jamur dermatofita Penurunan fungsi
imun/imonudefisiensi

Menginfeksi

kulit

kepala

Terjadi

peradangan dikulit kepala Timbul papula di sekitar folikel


rambut Papula melebur dan bersisik Reaksi gatal Reaksi
peradangan semakin hebat pola tidur, respon menggaruk
Lesi semakin meluas Terbentuk jaringan parut
3. Pasien mempunyai hewan peliharaan anjing. Keluhan dikulit selain
kepala disangkal oleh pasien.
a) Parasit apa sajakah yang ada di hewan peliharaan anjing ?
Terdapat banyak parasit yang hidup pada hewan peliharaan
anjing.

Pada

kasus

ini

yang

bersifat

patogen

sehingga

menyebabkan penyakit adalah Microsproum canis.


b) Bagaimana cara penularan dari hewan peliharaan ke manusia?

15

c) Apa makna klinis tidak ditemukan kelainan selain dikepala?


Hal ini menunjukkan bahwa sakit yang diderita (tinea) yang
dialami

pasien

ini

hanya

terdapat

di

kepala

(pasien

ini

mengalami tinea kapitis saja, bukan jenis tinea yang berada di


bagian tubuh lainnya).
d) Apakah ada kemungkinan penularan skin-to-skin?
Penularannya bisa melalui kontak langsung dengan kulit yang
terinfeksi. Antropofilik adalah transmisi dari manusia ke manusia.
Ditularkan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui
benda-benda yang digunakan secara bersamaan, misalnya
bantal,

sisir,

handuk,

pakaian

dengan

atau

tanpa

keradangan (silent carrier).


4. Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: sadar dan kooperatif
Vital sign: nadi: 88x/menit, RR: 20x/menit, suhu: 37,0oC
Keadaan spesifik: dalam batas normal
Status dermatologikus:
16

reaksi

Regio oksipitalis:
Plak hiperkeratotik disertai alopesia, bulat, soliter, ukuran diameter 5
cm, ditutupi skuama kering, putih, selapis. Tampak rambut patah
beberapa mm dari kulit kepala, berwarna abu-abu, tidak berkilat
lagi. Daerah sekitar dalam batas normal.
a) Bagaimana

interpretasi

dan

mekanisme

abnormal

dari

keadaan fisik dan regio oksipital?


Pemeriksa

Hasil

Normal

Interpreta

an
Keadaan

si
dan Normal

Sadar dan kooperatif

Sadar

umum
Nadi

88 x/menit

kooperatif
60-100 x/menit

Normal

RR
Suhu
Keadaan

20 x/menit
37,0oC
Dalam batas normal

16-24 x/menit
36,5oC-37,5oC
Normal

Normal
Normal
Normal

spesifik:
Regio

Plak

oksipitalis:

disertai

hiperkeratotik Plak

Abnormal

alopesia, hiperkeratotik (-)

bulat, soliter, ukuran Alopesia (-)


diameter

ditutupi

cm,
skuama

kering, putih, selapis.


Tampak rambut patah Rambut kuat dan Abnormal
beberapa

mm

dari mengkilat

kulit kepala, berwarna


abu-abu, tidak berkilat
lagi.
Daerah sekitar dalam Normal
batas normal.
Mekanisme abnormal:

17

Normal

Plak hiperkeratotik disertai alopesia, bulat, soliter, ukuran


diameter 5 cm, ditutupi skuama kering, putih, selapis.
o Hiperkeratotik: Dermatofit masuk ke jaringan keratin
dermatofit berkompetisi dengan flora normal rambut
infeksi menyebar (i) lapisan keratin : hiperkeratotik. (ii)
kelenjar sebasea
o Alopesia: disebabkan karena infeksi jamur secara eksotrik
yang merusak rambut sampai ke korteksnya, sehingga
rambut menjadi rapuh dan mudah lepas.
o Bulat, soliter, ukuran diameter 5cm: menunjukkan bahwa
lesi terdapat pada satu tempat saja (soliter) tidak di
tempat lain.
o Skuama kering, putih, selapis: skuama / sisik terjadi
dikarenakan adanya hiperkeratotik pada kulit kepala

Tampak rambut patah beberapa mm dari kulit kepala,


berwarna abu-abu, tidak berkilat lagi.
o Rambut patah: jamur menginvasi kulit

hifa-hifa

intrapilari kemudian turun ke batas daerah keratin


dari Adamsons

fringe hifa-hifa

berproliferasi

dan

membagi menjadi artrokonidia yang mencapai kortek


rambut dan dibawa keatas pada permukaan rambut
rambut-rambut akan patah tepat diatas fringe tersebut
rambut patah beberapa mm dari kulit kepala.
o Rambut berwarna abu-abu, tidak berkilat lagi: hal ini
disebabkan rusaknya kelenjar minyak di folikel rambut
sehingga rambut menjadi pucat dan tidak berkilau.
b) Mengapa lesi hanya terdapat di regio oksipitalis?
Jamur folikulitis ini banyak diderita anak-anak, penyebabnya
adalah Microsporum canis dan Maudouinii. Biasanya terdapat
pada kulit kepala, alis, dan bulu mata dengan kecenderungan
menyerang poros rambut dan folikel.
Jamur yang menyebabkan infeksi

parasit

(dermatofit)

memakan keratin, bahan pada lapisan luar kulit, rambut, dan


kuku. Jamur ini berkembang pada kulit yang hangat dan lembab,

18

dan juga dapat bertahan hidup langsung pada sisi luar dan dalam
poros rambut.
Kemungkinan pada kasus bagian yang sering terpapar dengan
infeksi adalah regio oksipitalis.

IV. Hipotesis
Seorang anak laki-laki, 9 tahun menderita tinea kapitis akibat infeksi
jamur yang ditularkan oleh hewan peliharaan anjing.
a. Bagaimana cara menegakan diagnosis pada kasus?
Tinea kapitis dapat ditegakkan dengan anamnesia yang
cermat, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada
anamnesis dapat ditanyakan keluhan utama berupa papul merah
kecil disekitar rambut yang melebar membentuk bercak pucat dan
bersisik. Selain itu juga terdapat keluhan gatal dan rambut patah
serta rontok pada penderita. Pada pemeriksaan fisik biasanya
terdapat alopesia setempat. Pada pemeriksan penunjang dengan
lampu Wood dapat dilihat fluoresensi hijau kekuning-kuningan pada
rambut yang sakit melampaui batas-batas grey patch tersebut.
Dipertimbangkan diagnosis tinea kapitis bila : Pada anak-anak
dengan kepala berskuama, alopesia, limfadenopati servikal posterior
atau limfadenopati aurikuler posterior atau kerion. Juga termasuk
pustul atau abses, dissecting cellulitis atau black dot.

Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Lampu Wood
Rambut yang tampak dengan jamur M. canis, M. audouinii dan M.
ferrugineum memberikan fluoresen warna hijau terang oleh karena
adanya bahan pteridin. Jamur lain penyebab tinea kapitis pada
manusia memberikan fluoresen negatif artinya warna tetap ungu1
yaitu M. gypsium dan spesies Trichophyton (kecuali T. schoenleinii
penyebab tinea favosa memberi fluoresen hijau gelap). Bahan
fluoresen diproduksi oleh jamur yang tumbuh aktif di rambut yang
terinfeksi.

19

2. Pemeriksaan sediaan KOH


Kepala dikerok dengan objek glas, atau skalpel no.15. Juga kasa
basah digunakan untuk mengusap kepala, akan ada potongan
pendek patahan rambut atau pangkal rambut dicabut yang ditaruh
di objek glas selain skuama , KOH 20% ditambahkan dan ditutup
kaca penutup . Hanya potongan rambut pada kepala6 harus
termasuk akar rambut, folikel rambut dan skuama kulit.

Skuama

kulit akan terisi hifa dan artrokonidia. Yang menunjukkan elemen


jamur adalah artrokonidia oleh karena rambut-rambut yang lebih
panjang mungkin tidak terinfeksi jamur.

Pada pemeriksaaan

mikroskop akan tampak infeksi rambut ektotrik yaitu pecahan


miselium menjadi konidia sekitar batang rambut atau tepat dibawah
kutikula rambut dengan kerusakan kutikula. Pada infeksi endotrik,
bentukan artrokonidia yang terbentuk karena pecahan miselium
didalam batang rambut tanpa kerusakan kutikula rambut
3. Kultur
Memakai swab kapas steril yang dibasahi akua steril dan digosokkan
diatas kepala yang berskuama atau dengan sikat gigi steril dipakai
untuk menggosok rambut-rambut dan skuama dari daerah luar di
kepala, atau pangkal rambut yang dicabut langsung ke media kultur.
Spesimen yang didapat dioleskan di media Mycosel atau Mycobiotic
(Sabourraud dextrose agar + khloramfenikol + sikloheksimid) atau
Dermatophyte test medium (DTM). Perlu 7 - 10 hari untuk mulai
tumbuh jamurnya . Dengan DTM ada perubahan warna merah pada
hari 2-3 oleh karena ada bahan fenol di medianya, walau belum
tumbuh jamurnya berarti jamur dematofit positif.

b. Apa diagnosis banding pada kasus?


Psoriasis

Dermatitis seboroik

Penyeba

Belum

pasti, Candida

autoimun

Staphylococcus

(integrasi

Propionicbacterium
20

Impetigo

albicans,
aureus,
acne,

krustosa
Streptococcus
grup

A,

Staphylococcus

genetik

dan Malazeseszia furfur

aureus

Eflorese

imunologik)
eritema

nsi

sirkumskripta,

(honey-colored

skuama ukuran

crusted plaque)

Skuama, erythema, krusta

Vesicle/pustule

bervariasi,berla
pis

warna,

Predilek

simetris
kepala,

si

ekstremitas

mata, lipat nasolabial,bibir, sekitar

ekstensor,

telinga,

umbilikus,

aksila, lipatan sub-mamary,

sakrum

umbilikus,

kuku, kepala,

alis

mata,

regio

bulu Extremitas,
mulut

sternal, dan hidung.


lipat

paha,lipatan gluteal
c. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada kasus?
1. Pemeriksaan Lampu Wood
Rambut yang tampak dengan jamur M. canis, M. audouinii dan M.
ferrugineum memberikan fluoresen warna hijau terang oleh karena
adanya bahan pteridin. Jamur lain penyebab tinea kapitis pada
manusia memberikan fluoresen negatif artinya warna tetap ungu
yaitu M. gypsium dan spesies Trichophyton (kecuali T. schoenleinii
penyebab tinea favosa memberi fluoresen hijau gelap). Bahan
fluoresen diproduksi oleh jamur yang tumbuh aktif di rambut yang
terinfeksi.
2. Pemeriksaan sediaan KOH
Kepala dikerok dengan objek glas, atau skalpel no.15. Juga kasa
basah digunakan untuk mengusap kepala, akan ada potongan
pendek patahan rambut atau pangkal rambut dicabut yang ditaruh
di objek glas selain skuama, KOH 20% ditambahkan dan ditutup kaca
penutup. Hanya potongan rambut pada kepala6 harus termasuk
akar rambut, folikel rambut dan skuama kulit. Skuama kulit akan
terisi hifa dan artrokonidia. Yang menunjukkan elemen jamur adalah
artrokonidia oleh karena rambut-rambut yang lebih panjang mungkin

21

tidak terinfeksi jamur. Pada pemeriksaaan mikroskop akan tampak


infeksi rambut ektotrik yaitu pecahan miselium
menjadi konidia sekitar batang rambut atau tepat dibawah kutikula
rambut dengan kerusakan kutikula. Pada infeksi endotrik, bentukan
artrokonidia yang terbentuk karena pecahan miselium didalam
batang rambut tanpa kerusakan kutikula rambut.
3. Kultur
Memakai swab kapas steril yang dibasahi akua steril dan digosokkan
diatas kepala yang berskuama atau dengan sikat gigi steril dipakai
untuk menggosok rambut-rambut dan skuama dari daerah luar di
kepala, atau pangkal rambut yang dicabut langsung ke media kultur.
Spesimen yang didapat dioleskan di media Mycosel atau Mycobiotic
(Sabourraud dextrose agar + khloramfenikol + sikloheksimid) atau
Dermatophyte test medium (DTM). Perlu 7 - 10 hari untuk mulai
tumbuh jamurnya. Dengan DTM ada perubahan warna merah pada
hari 2-3 oleh karena ada bahan fenol di medianya, walau belum
tumbuh jamurnya berarti jamur dematofit positif.
d. Apa diagnosis pada kasus?
Tinea kapitis tipe Gray patch ring worm/ non inflamasi.
e. Apa definisi dari diagnosis?
Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala
yang disebabkan oleh spesies dermatofita. Kelainan ini dapat
ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan, alopesia, dan
kadang-kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat, yang
disebut kerion. Tinea kapitis (ringworm of the scalp) merupakan
dermatofitosis pada kulit kepala dan berhubungan dengan rambut
yang disebabkan oleh spesies Microsporum dan Trichophyton.
f. Bagaimana epidemiologi dari diagnosis?
Jumlah insidens tinea kapitis tidak diketahui, namun umumya
ditemukan pada anak usia 3 14 tahun. Sangat jarang terjadi pada
orang dewasa. Untuk alasan yang belum diketahui, tinea kapitis
lebih sering terjadi pada anak keturunan Afrika. Transmisinya
meningkat

dengan

penurunan
22

hygiene

pribadi,

kepadatan

penduduk, dan status sosioekonomi yang rendah. Organisme yang


menyebabkan tinea kapitis dapat menempel pada fomit seperti sisir,
topi, sarung bantal, mainan, dan kursi teater. Bahkan setelah rontok,
rambut masih dapat mengandung organisme infeksius selama lebih
dari 1 tahun. Carrier (pembawa) yang asimtomatik umum terjadi,
sehingga membuat tinea kapitis sulit dieradikasi.
g. Bagaimana etiologi dari diagnosis?
Tinea Kapitis paling banyak disebabkan oleh dermatofita kelas fungi
imperfecti spesies Microsporum canis dan Tricophyton.
h. Apa saja faktor resiko dari diagnosis?
- Umur; tinea kapitis sering pada anak-anak usia sekolah.
- Berada pada lingkungan yang padat penduduk, sebab infeksi
-

akan lebih cepat menyebar pada kontak fisik yang terlalu intens.
Pemelihara hewan; terkadang hewan yang terinfeksi tidak
menunjukkan

suatu

tanda

klinis

yang

berarti,

sehingga

pemelihara hewan pun bisa terinfeksi melalui hewan (zoonosis)


Higienitas perorangan yang buruk
Status sosial ekonomi yang rendah

i. Bagaimana patofisiologi dari diagnosis?


Hifa jamur tumbuh dari tempat inokulasi awalnya ke dalan
lapisan stratum korneum, kemudian mencernakan keratin yang
terdapat pada rambut. Pertumbuhan jamur meluas seiring dengan
pertumbuhan rambut. Pada hari ke 12-14, mulai tampak kelainan
pada kulit kepala. Rambut yang terkena infeksi jamur menjadi rapuh
dan pecah. Kerusakan rambut mulai tampak pada minggu ketiga.
Sementara rambut menjadi rapuh, infeksi pada stratum korneum
juga terus meluas. Pada minggu ke 8-10, pertumbuhan jamur pada
kulit kepala bisa mencapai diameter 3,5-7 cm sehingga menginfeksi
bagian rambut lain.
j. Bagaimana patogenesis dari diagnosis?
Dermatofit ektotrik (diluar rambut) infeksinya khas di stratum
korneum perifolikulitis, menyebar

sekitar

batang

rambut

dan

dibatang rambut bawah kutikula dari pertengahan sampai akhir


anagen saja sebelum turun ke folikel rambut untuk menembus
23

kortek

rambut.

daerah keratin,

Hifa-hifa
dimana

intrapilari
rambut

dengan

proses

berinti.

Ujung-ujung hifa-hifa

Adamsons
membagi

tumbuh

keratinisasi, tidak

fringe,

dan

turun

dalam

pernah

pada

dari sini

menjadi artrokonidia

kemudian

daerah

batas

keseimbangan

memasuki

daerah

batas ini disebut

hifa-hifa

yang

ke

mencapai

berpolifrasi
kortek

dan

rambut

dan dibawa keatas pada permukaan rambut. Rambut-rambut akan


patah tepat diatas fringe tersebut, dimana rambutnya sekarang
menjadi sangat rapuh sekali.Secara mikroskop hanya artrokonidia
ektotrik yang tampak pada rambut

yang patah, walaupun hifa

intrapilari ada juga.


Ada 3 pola invasi jamur ke rambut yaitu :

k. Apa gejala klinis dari diagnosis?


- Papul merah yang kecil di sekitar rambut
- Bersisik
- Gata
- Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat
- Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah
-

dicabut dengan pinset tanpa rasa nyeri


Alopesia
Tinea kapitis yang disebabkan oleh

Microsporum

audouini

biasanya disertai tanda peradangan ringan, hanya sekali-sekali


dapat terbentuk kerion.

24

l. Bagaimana terapi dari diagnosis? (farmako dan non-farmako)


1. Terapi Utama
Pengobatan yang ideal dan cocok untuk anak-anak adalah sediaan
bentuk likuid, terasa enak, terapi singkat, keamanan yang baik dan
sedikit interaksi antar obat.
- Tablet Griseofulvin
Sebagai Gold Standard
Dosis:
a. Tablet microsize (125, 250, 500mg)
20 mg / Kg BB/hari, 1-2 kali/hari selama 6-12 minggu
b. Tablet ultramicrosize (330mg)
15 mg/Kg BB/hari, 1-2 kali/hari selama 6-12 minggu
Diminum bersama susu atau es krim oleh karena absorbsinya
dipercepat dengan makanan berlemak. Semua baik untuk karena
Microsporum maupun Trichophyton. Pemberian pertama untuk 2
minggu kemudian dilakukan pemeriksaan lampu Wood, KOH dan
kultur. Bila masih ada yang positif maka sebaiknya dosis dinaikkan.
Bila hasil negatif maka obat diteruskan sampai 6 minggu. Bila hasil
kultur

negatif

terbaik

diteruskan

4-6

minggu.

Pemeriksaan

laboratorioum rutin tidak diperlukan. Kegagalan pengobatan tinea


kapitis dengan griseofuvin dapat disebabkan karena:
- dosis tidak adekwat (sebab tersering) maka sebaiknya dosis
dinaikkan dapat sampai 25 mg/Kg BB/ hari terutama untuk kasus
sulit sembuh.
- pasien tidak patuh
- gangguan absorbsi pencernaan
- Interaksi obat, bersamaan phenobarbital mengurangi absorbsi
griseofuvin menyebabkan kegagalan terapi.
- jenis dermatofit yang resisten terhadap griseofuvin
- Terjadi reinfeksi terutama dari anggota keluarga atau teman
bermain.
-

Kapsul Itrakonazol (100 mg)


a. dosis 3-5 mg/Kg BB/hari selama 4-6 minggu
b. Terapi denyut
dosis 5 mg/Kg BB/ hari selama 1 minggu, istirahat 2 minggu/siklus
bila belum sembuh diulang dapat sampai 2-3 siklus. Bersifat
fungisidal sekunder oleh karena terjadi fungitoksik.
25

Minumnya kapsul bersama mentega kacang, atau saus apel dan


dilanjutkan

dengan

jus

buah.

Sama

efektifnya

untuk

karena

Microsporum canis maupun Trichophyton. Tidak boleh diminum


bersama antasida atau H2 blocker oleh karena absorbsinya perlu
suasana asam. Bila diberikan bersama phenytoin dan H2 antagonis
akan meningkatkan kadar kedua obat tersebut. Sedang kadar
Itrakonazol akan lebih rendah bila diberikan bersamaan rifampisin,
isoniasid, phenytoin dan karbamazepin. Monitor laboratorium fungsi
hepar dan darah lengkap bila pemakaian lebih 4 minggu.
-

Tablet Terbinafin (tablet 250 mg)


- bersifat fungisidal primer terhadap dermatofit
- dosis 3-6mg/KgBB/ hari selama 4 minggu :
< 20 mg : 62,5 mg (1/4 tablet)/ hari
20-40 mg : 125 mg (1/2 tablet)/ hari
> 40 mg : 250 mg/ hari
Bila karena M. canis perlu 6-8 minggu, lebih sukar untuk dibasmi
daripada karena Trichophyton oleh karena virulensinya atau karena
infeksi ektotriknya masih belum diketahui. Diberikan untuk anak
umur > 2 tahun. Monitor laboratorium fungsi liver dan darah lengkap
diperiksa bila pemakaian lebih 6 minggu.

Tablet Flukonazol
Sebetulnya juga bisa digunakan untuk terapi tinea kapitis namun
tidak lebih superior daripada obat lainnya. Lebih diindikasikan untuk
infeksi mukosa dan infeksi sistemik pada kasus Kandidiasis, dan
Kriptokokosis, terutama pada pasien imunokompromais. Flukonazol
lebih cepat resisten dibanding obat jamur lain, sedangkan untuk
tinea kapitis, flukonazol tidak lebih superior, sehingga sebaiknya
flukonazol

digunakan

untuk

kasus

selektif.

Dosisya

mg/Kg

BB/minggu selama 8-16 minggu. Efektif untuk Microsporum maupun


Trichophyton.
2. Terapi Ajuvan
- Shampo
Shampo obat berguna untuk mempercepat penyembuhan, mencegah
kekambuhan dan mencegah penularan, serta membuang skuama

26

dan membasmi spora viabel, diberikan sampai sembuh klinis dan


mikologis:
a. Shampo selenium zulfit 1% - 1,8%
dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5 menit baru dicuci
b. Shampo Ketokonazole 1% - 2%
dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5 menit baru dicuci
c. Shampo povidine iodine
dipakai 2 kali / minggu selama 15 menit
Setelah menggunakan shampo diatas maka dianjurkan memakai Hair
Conditioner dioleskan dirambutnya dan didiamkan satu menit baru
dicuci air. Hal ini untuk membuat rambut tidak kering. Juga shampo
ini dipakai untuk karier asimptomatik yaitu kontak dekat dengan
pasien, seminggu 2 kali selama 4 minggu. Karena asimptomatik lebih
menyebarkan tinea kapitis disekolah atau penitipan anak yang
-

kontak dekat dengan karier daripada anak-anak yang terinfeksi jelas.


Terapi Kerion
Pengobatan optimal kerion tidak jelas apakah perlu dengan obat oral
antibiotika

dan

kortikosteroid

sebagai

terapi

ajuvan

dengan

griseofulvin. Beberapa penelitian menyatakan:


a. kerion lebih cepat kempes dengan kelompok yang menerima
griseofulvin saja
b. sedangkan skuama dan gatal lebih cepat bersih / hilang dengan
kelompok yang menerima ke 3 obat yaitu griseofuvin, antibiotika dan
kortikosteroid oral
c. Kortikosteroid oral mungkin menurunkan insiden sikatrik. Juga
bermanfaat

menyembuhkan

nyeri

dan

pembengkakan.

Dosis

prednison 1 mg/Kg BB/pagi untuk 10-15 hari pertama terapi


d. Pemberian antibiotika dapat dipertimbangkan terutama bila
dijumpai banyak krusta.
m. Bagaimana edukasi dari diagnosis?
Pasien diedukasi untuk meningkatkan tingkat higiene, tidak
menggaruk garuk lesi karna akan berdampak munculnya lesi
sekunder, dan menjauhi sumber penularan jamur (dalam hal ini
anjing peliharaan)
n. Bagaimana pencegahan dari diagnosis?
1. Mencari binatang penyebab dan diobati di dokter hewan untuk
mencegah infeksi pada anak-anak lain.
27

2. Mencari kontak manusia atau keluarga, dan bila perlu dikultur.


3. Anak-anak tidak menggunakan bersama sisir, sikat rambut atau
topi, handuk, sarung bantal dan lain yang dipakai dikepala.
4. Anak-anak kontak disekolah atau penitipan anak diperiksakan ke
dokter/ rumah sakit bila anak-anak terdapat kerontokan rambut
yang disertai skuama. Dapat diperiksa dengan lampu Wood.
5. Pasien diberitahukan bila rambut tumbuh kembali secara pelan,
sering perlu 3-6 bulan. Bila ada kerion dapat terjadi beberapa
sikatrik dan alopesia permanen.
6. Mencuci berulang kali untuk sisir rambut, sikat rambut, handuk,
boneka dan pakaian pasien, dan sarung bantal pasien dengan air
panas dan sabun atau lebik baik dibuang.
7. Begitu pengobatan dimulai dengan obat anti jamur oral dan
shampo, pasien dapat pergi ke sekolah.
8. Tidak perlu pasien mencukur gundul rambutnya atau memakai
penutup kepala.
o. Apa saja komplikasi dari diagnosis?
- Kerion
- Infeksi sekunder
- Alopesia sikatrik permanen
- Pembentukan jaringan parut pada kulit secara permanen
p. Bagaimana prognosis dari diagnosis?
Tinea kapitis tipe Gray patch sembuh sendirinya dengan
waktu, biasanya permulaan dewasa / pubertas. Jika langsung
diterapi prognosis tinea kapitis baik (et bonam).
q. Bagaimana SKDI dari diagnosis?
4A; Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan
melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan
tuntas.

28

V. Kerangka Konsep

Seorang anak laki-laki, 9 tahun memelihara anjing

Infeksi jamur Microsporum

Hiperkeratosis

Sensitisasi saraf sensoris

Skuama putih, kering, selapis

Pluritus
Digaruk
Plaque

Gray Patch Ringworm

29

Madarosis

Alopesia regional

BAB III
SINTESIS

3.1 Anatomi Fisiologi Kulit Kepala


ANATOMI KULIT KEPALA
Rambut tumbuh pada bagian epidermis kulit, terdistribusi merata pada tubuh.
Komponen rambut terdiri dari keratin, asam nukleat, karbohidrat, sistin dan sistein,
lemak, arginin dan sistrulin, dan enzim (Rook and Dawber, 1991).
Rambut terdiri dari dua bagian yaitu akar rambut dan batang rambut (Gambar
1.1). Batang rambut terdiri dari 3 bagian utama. Bagian yang terdalam disebut medula,
bagian tengah disebut korteks, dan bagian luar disebut kutikula. Pada bagian medula
tersusun dari sel polihedral berjajar yang berisi keratotialin, butiran lemak dan udara.
Bagian korteks membentuk bagian utama pada batang rambut, terdiri dari sel yang
terelongasi yang berisi granul pigmen khususnya pada rambut warna gelap, tetapi pada
rambut warna terang sebagian besar berisi udara. Bagian kutikula berisi lapisan tunggal
sel tipis datar yang sebagian besar terkeratinisasi. Kutikula berfungsi sebagai
pelindung terhadap kekeringan dan penetrasi benda asing (Tortora and Anagnostakos,
1990). Akar rambut merupakan bagian yang berada di bawah permukaan kulit hingga
ke lapisan subkutan. Akar rambut tersusun dari 3 lapisan yaitu medula, korteks dan
kutikula. Akar rambut dibungkus oleh kantung yang disebut folikel rambut. Dasar
folikel rambut berbentuk seperti bawang dan disebut bulb.
Bagian dasar bulb yang berupa lekukan ke dalam bulb disebut papila dermal
yang kaya akan pembuluh darah yang membawa makanan untuk pertumbuhan rambut
dan serabut syaraf. Bagian atas papila dermal dikelilingi oleh sel matriks yang
pembelahannya sangat cepat. Selain itu rambut berasosiasi dengan otot polos yang
disebut arektor pili dan kelenjar sebaseus yang mensekresikan sebum. Arektor pili
dipersyarafi oleh saraf simpatikus dan akan berkontraksi bila ada rangsang berupa
emosi atau dingin menyebabkan rambut menjadi tegak. Kontraksi arektor pili dapat
menekan kelenjar sebasea dan mendorong sekresi sebum ke folikel rambut dan ke
permukaan kulit.

30

Gambar 2.1 Anatomi rambut


Kulit Kepala
Seperti halnya kulit pada umumnya, kulit kepala memiliki berbagai fungsi antara
lain, mengatur kelembaban kulit, mengatur suhu tubuh, membentuk mantel asam dan
pernapasan kulit. Pada kulit kepala terdapat sangat banyak kelenjar minyak yang
tersebar

di seluruh permukaan kulit kepala. Jika rambut disisir, minyak akan

terekskresikan dan menyebar ke seluruh tangkai rambut, menyebabkan rambut tampak


kemilau. Keratin kulit dapat memiliki daya tahan terhadap benturan mekanik dan zat
kimia. Permukaan kulit diselubungi oleh mantel asam yang berupa cairan pH 4 6.
Kulit memiliki permeabilitas air yang sangat terbatas. Kandungan air dari dan
yang masuk ke tubuh menyebabkan perubahan kelembapan yang tidak segera nampak
pada permukaan kulit, tetapi terjadi dibawah lapisan korneum yang disebut barier rein.
Jaringan dibawah selaput ini dihubungkan dengan kapiler darah kulit, dengan aliran
darah normal dan kelembapan antara 7080%.
Kesehatan kulit kepala erat kaitannya dengan kesehatan rambut. Penyebab
gangguan pada kulit kepala antara lain, infeksi pada daerah kepala, infeksi sistemik
yang parah seperti hepatitis, benturan mekanik, iritasi zat kimia, iritasi fisika dan
keabnormalan sistem imun. Kerusakan karena benturan mekanik meliputi luka gores
atau terparut oleh partikulat tajam, luka potong karena benda tajam, tertusuk, atau
tergencet benda keras. Kerusakan karena iritasi zat kimia terutama disebabkan oleh
31

keaktifan sifat fisikokimia zat kimia tertentu, seperti sifat kaustik, oksidasi, dan
sitolitik. Faktor iritasi fisika dapat meliputi kondisi iklim ekstrim, terbakar, emisi sinar
X, sinar UV, sinar inframerah, atau radioaktif termasuk juga sengatan listrik.
Keabnormalan sistem imun dapat menyebabkan kulit individu menjadi peka terhadap
sentuhan zat kimia tertentu yang biasa disebut alergi.

Siklus Pertumbuhan Rambut


Pada folikel yang tidak mengalami kerusakan, rambut baru membutuhkan waktu
3 minggu untuk mencapai permukaan kulit kepala. Kecepatan pertumbuhan rambut
yang bergenerasi mencapai 2,8 mm perminggu pada masa aktif pertumbuhan.
Pertumbuhan dan pergantian rambut mengikuti suatu siklus. Setiap folikel rambut
mengalami siklus pertumbuhan yang berulang ulang. Faktor yang mempengaruhi
siklus pertumbuhan rambut tidak diketahui dengan jelas. Siklus pertumbuhan rambut
seseorang terjadi pada 3 tahap, yaitu :

a. Fase Anagen
Fase anagen merupakan awal pertumbuhan aktif, rambut yang terdapat pada fase
ini pada kulit kepala normal dengan rambut sehat mencapai usia antara 2 6 tahun.
Lebih kurang 85% keseluruhan rambut pada kulit kepala pada suatu saat akan terdapat
pada fase ini.
Pada fase ini terjadi beberapa tahap proses perkembangan. Tahap I-V disebut
tahap pronagen dan tahap VI disebut tahap metanagen. Pada tahap I, sel sel dermal
papila bertambah besar dan menunjukkan peningkatan sintesis RNA; secara
stimulan sel sel germinal pada dasar kantung menunjukkan aktivitas mitosis yang
tinggi.
Pada tahap II, bagian folikel berkembang ke bawah menutupi dermal papila.
Pada tahap III, ketika folikel mencapai panjang maksimum, perkembangan sel sel
matriks berakibat pada naiknya contong selubung akar internal. Pada tahap IV,
melanosit yang melewati papila meningkatkan jumlah dendrit dan mulai membentuk
melanin; pada fase ini rambut sudah terbentuk tetapi belum disertai contong selubung
akar internal. Pada tahap V, ujung rambut telah muncul dari selubung akar internal.
Tahap VI dimulai segera setelah rambut muncul pada permukaan kulit dan berlangsung
32

hingga mencapai fase katagen. Kecepatan tumbuh dan lamanya fase ini menentukan
panjang maksimum rambut. Berdasarkan variasi kedua ciri ini rambut seseorang dapat
tumbuh lebih lebat atau lebih panjang dibandingkan dengan yang lain. Di samping itu
fase ini tidak dipengaruhi oleh pemotongan rambut.

Gambar 2.2 Pertumbuhan Rambut pada Fase Anagen


b. Fase Katagen
Fase katagen merupakan fase perkembangan rambut yang kedua. Lebih kurang
1% keseluruhan rambut pada kulit kepala pada suatu saat akan terdapat dalam fase ini,
yang merupakan fase transisi (Ditjen POM, 1985). Fase katagen diawali dengan
berkurangnya mitosis pada matriks hingga berhenti yang terjadi dalam beberapa hari.
Sejak proses mitosis berhenti, bagian yang terletak lebih rendah dari folikel memendek
dan selubung jaringan penghubung terutama membran vitreous menjadi menebal dan
mengerut. Selubung akar yang lebih dalam akan hancur dan menghilang. Sel sel
pada selubung akar eksternal membentuk kantung pada dasar akar rambut yang
berfungsi sebagai tempat sel sel benih folikel. Folikel sekarang memasuki fase
telogen. Masih tidak diketahui dengan jelas faktor faktor yang menginisiasi
terjadinya fase katagen secara spontan.
Gambar 2.3 Pertumbuhan Rambut pada Fase Katagen

33

c. Fase Telogen
Fase telogen merupakan fase istirahat pada siklus rambut. Folikel rambut akan
mengkerut dan rambut yang terbentuk akan tertahan di tempat oleh massa seperti
tongkat hingga fase metanagen dibangun dengan baik pada siklus selanjutnya. Fase
telogen berlangsung singkat atau lama tergantung pada kesehatan seseorang. Fase
telogen dapat diinduksi untuk bekerja secara prematur sekali jika rambut bentuk batang
yang

Gambar 2.4 Pertumbuhan Rambut pada Fase Telogen

beristirahat dicabut. Setelah periode istirahat pada fase ini, folikel rambut akan kembali
tumbuh lagi ke bawah yang akhirnya mencapai panjang sebelumnya dan mendorong
melintas melalui rambut yang tua.
FISIOLOGI KULIT
34

1. Fungsi Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap :
a. Gangguan fisis/ mekanis Mis.tekanan, gesekan, tarikan
b. Gangguan kimiawi, misalnya :zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan.
Contoh : lisol, karbol, dll
c. Gangguan yang bersifat panas, mis.radiasi,sengatan sinar ultraviolet
d. Gangguan infeksi luarkuman/bakteri maupun jamur
Hal tersebut dimungkinkan karena adanya :
a. Bantalan lemak tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang
yang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis.
b. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena stratum korneum yang
impermeabel terhadap pelbagai zat kimia dan air, dismping itu terdapat lapisan
keasaman kulit yang melindungi kontak zat-zat kimia dengan kulit. (terbentuk
dari hasil eskresi keringat dan sebum)
c. Keasaman kulit menyebabkan pH kulit berkisar pada pH 5-6.5 , sehingga
merupakan perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun jamur
d. Proses keratinisasi sebagai sawar mekanis karena sel-sel mati melepaskan diri
secara teratur
2. Fungsi Absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan
yang mudah menguap lebih

mudah diserap, begitupun yang larut lemak.

Permeabilitas kulit terhadap O2,CO2,dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil
bagian pada fungsi respirasi.
Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan,
metabolisme dan jenis vehikulum.
Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antara sel, menembus sel-sel epidermis
atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel
epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.
3. Fungsi Ekskresi
kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi/sisa metabolisme
dalam tubuh berupa NaCl,urea, as.urat,amonia.
4. Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis :
a. Terhadap rangsangan panasbadan-badan Ruffini di dermis dan subkutis
b. Terhadap rangsangan dinginbadan-badan Krause di dermis
c. Terhadap rabaan halusbadan taktil Meissner di papilla dermis
35

d. Terhadap rabaan kasarbadan Merkel Ranvier di epidermis


e. Terhadap tekananbadan Paccini di epidermis

5. Fungsi Pengatur Suhu Tubuh


Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot
berkontraksi) pembuluh darah kulit
6. Fungsi Pembentukan Pigmen
Sel pembentuk pigmen (melanosit), terletak di lappisan basal, dan sel ini berasal dari
rigi saraf. Pada pulasan H.E. sel ini jernih berbentuk bulat dan merupakan sel dendrit,
disebut pula sebagai clear cell.
Melanosom dibentuk oleh alat Golgi dengan bantuan enzim tirosinase,ion Cu dan O2.
Pajanan sinar matahari memperngaruhi produksi melanosom.
Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrit, sedangkan ke lapisan
dibawahnya dibawa oleh sel melanofag (melanofor)
Nb: warna kulit tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh pigmen kulit, melainkan juga oleh
tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb, dan karoten.
7. Fungsi Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan
berpindah keatas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel
menjadi makin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti

36

menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung
seumur hidup.
8. Fungsi Pembentukan Vitamin D
Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar
matahari. Tetapi kebutuhan tubuh akan vit.D tidak cukup hanya dari hal tersebut,
sehingga pemberian vit.D sistemik masih tetap diperlukan.
Nb: pada manusia kulit dapat pula mengespresikan emosi karena adanya pembuluh
darah, kelenjar keringat, dan otot-otot dibawah kulit.
3.2 Histologi Kulit Kepala
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi dari lingkugan
hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15 % berat
badan. Kulit mempunyai variasi mengenai lembut, tipis, dan tebalnya : kulit yang
longgar dan elastis terdapat pada palpebra, bibir dan prepitium.
Kulit yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit
yang tipis terdapat pada muka, yang lembut dan leher dan badan, dan yang berambut
kasar terdapat pada kepala.
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas 3 lapisan utama :
1. Lapisan epidermis / kutikel
2. Lapisan dermis / kutisvera
3. Lapisansubkutis

37

Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan
adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak.

1. Lapisan epidermis
a. Stratum korneum (lapisantanduk)
Lapisan kulit paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak
berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk)
b. Stratum lusidum
Terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa
inti dengan protoplasma yang berubah menjad iprotein yang disebut eleidin.Tampak
lebih jelas pada telapak tangan dan kaki
c. Stratum granulosum ( lapisankeratohialin)
Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan
terdapat inti diantaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Mukosa
biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum granulosum juga tampak jelas di
telapak tangan dan kaki
d. Stratum spinosum (stratum malphigi) / prickle cell layer (lapisanakanta)
Terdiri atas beberapa sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena
adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen,
dan inti terletak di tengah tengah. Sel sel ini makin dekat permukaan makin gepeng
bentuknya.
Diantara sel stratum spinosum terdapat jembatan antarsel (intercellular bridge) yang
terdiri atas protoplasma dan tonofibril / keratin. Perlekatan antar jembatan ini
membentuk penebalan kecil yang disebut nodulus bizzozero. Diantara sel - sel stratum
spinosum mengandung banyak glikogen
e. Stratum basale
Terdiri atas sel sel berbentuk kubus (kolumnar) yang

tersusun vertical pada

perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar. Merupakan lapisan epidermis yang


paling bawah. Sel - sel basal ini mengadakan mitosis dan berfungsi reduktif. Lapisan
ini terdiri atas 2 jenis sel yaitu :
a) Sel sel berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar, di
hubungkan dengan jembatan antarsel
b) Sel pembentuk melanin (melanosit) / clear cell berwarna muda, dengan sitoplasma
basofilik dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen ( melanosomes)
38

2. Lapisan dermis
Lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri
atas lapisan elastic dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selulaer dan folikel rambut.
Di bagi menjadi 2 bagian :
a. Pars papilare
Bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah
b. Pars retikuler
Bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut
serabut penunjang misalnya : serabutkolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks)
lapisan ini terdriri atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, di bagian ini
terdapat pula fibroblas.
Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas, membentuk ikatan (bundel) yang mengandung
hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur dengan bertambahnya
umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda.
Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf dan mudah mengenbang serta
lebih elastis.

3. Lapisan subkutis
Kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel sel lemak di dalamnya,
sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sioplasma lemak
yang bertambah.
39

Sel sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lainya oleh
trabekula yang fibrosa. Lapisan sel sel lemak disebut panikulus adiposa, berfungsi
sebagai cadangan makanan. Di lapisan lapisan ini terrdapat ujung ujung saraf tepi,
pembuluh darah dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama, bergantung
lokasinya.
Vaskularisasi di kulit di atur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di atas dermis
( pleksus superficialis) dan terletak di subkutis (pleksus profunda). Pleksus di dermis
bagian atas mengadakan anastomosis di papil dermis, pleksus yang terletak di subkutis
dan di pars retikulare juga mengadakan anastomosis, di bagian ini pembuluh darah
berukuran lebih besar. Bergandengan dengan pembuluh darah terdapat saluran getah
bening.

ADNEKSA KULIT
Adneksa kulit terdiri atas kelenjar- kelnjar kulit, rambut , dan kuku.
1. Kelenjarkulit,
Kelenjar kulit terdapat di lapisan dermis, yang terdiri atas :
a. Kelenjar keringat
a) Kelenjar ekrin : kecil, di dermis, di pengaruhi oleh saraf kolinergik, factor panas, dan
stress emosional
b) Kelenjar apokrin : besar, sekret, dipengaruhi oleh saraf adrenergic
b. Glandula sebasea

40

Terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali telapak tangan dan kaki. Kelenjar
sebasea disebut juga kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekret kelenjar ini
berasal dari dekomposisi sel sel kelenjar.
Kelenjar ini biasanya terletak di samping akar rambut dan muaranya terdapat pada
lumen akar rambut (folikel rambut). Sebum mengandung trigliserida, asam lemak
bebas, skualen, wax ester, dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen
2. Kuku
Adalah bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal. Kecepatan
tumbuh kuku kira-kira 1 mm per minggu Terdapat bagian bagian dari kuku terdiri
a.
b.
c.
d.
e.

atas :
Nail root : bagian yang terbenam dalam kulit
Nail plate :bagianterbukadiatasjaringanlunak
Nail groove : alur kuku
Eponikium : kulit tipis yang menutupi kuku bagian proksimal disebut
Hiponikium : kulit yang di tutupi bagian kuku bebas disebut

3. Rambut
Terdiri atas akar rambut dan batang rambut. Macam macam tipe rambut :
a. Lanugo : rambut halus , tidak mengandung pigmen, terdapat pada bayi
b. Terminal : lebih kasar, banyak pigmen, mempunyai medula, terdapat pada orang dewasa
Rambut tumbuh secara siklik, melalui fase fase, yaitu :
a. Fase anagen : pertumbuhan 2-6 tahun
b. Fase telogen : istirahat
c. Fase katagen : involusi temporer

41

3.3 Tinea Kapitis


PENDAHULUAN
Tinea Kapitis (Ringworm of the scalp and hair, tinea tonsurans, herpes tonsurans).
adalah infeksi dermatofit pada kepala, alis mata dan bulu mata karena spesies
Microsporum dan Trichophyton. Penyakitnya bervariasi dari kolonisasi subklinis non
inflamasi berskuama ringan sampai penyakit yang beradang ditandai dengan
produksi lesi kemerahan berskuama dan alopesia (kebotakan) yang mungkin menjadi
beradang berat dengan pembentukan erupsi kerion ulseratif dalam. Ini sering
menyebabkan pembentukan keloid dan skar dengan alopesia permanen. Tipe timbulnya
penyakit tergantung pada interaksi pejamu dan jamur penyebab.
EPIDEMIOLOGI
Insidens tinea kapitis masih belum diketahui pasti, tersering dijumpai pada anak -anak
3-14 tahun jarang pada dewasa, kasus pada dewasa karena infeksi T. Tonsurans dapat
dijumpai

misalkan

pada

pasien AIDS dewasa Transmisi

meningkat dengan

berkurangnya higiene sanitasi individu, padatnya penduduk, dan status ekonomi


rendah.
Insidens tinea kapitis dibandingkan dermatomikosis di Medan 0,4% (1996 -1998),
RSCM Jakarta 0,61 - 0,87% (1989 - 1992), Manado 2,2 - 6% (1990 - 1991)
42

dan Semarang 0,2%. Di Surabaya kasus baru

tinea kapitis antara tahun 2001 -

2006 insidennya dibandingkan kasus baru dermatomikosis di Poli Dermatomikosis


URJ Kulit dan Kelamin RSU Dr. Soetomo antara 0,31% - 1,55%. Pasien tinea
kapitis terbanyak pada masa anak-anak < 14 tahun 93,33% anak laki-laki lebih
banyak (54,5%) dibanding anak perempuan (45,5%). Di Surabaya tersering tipe
kerion

(62,5%) daripada

tipe

Gray Patch

(37,5%). Tipe

Black

dot

tidak

diketemukan. Spesies penyebab Microsporum gypseum (geofilik), Microsporum


ferrugineum (antropofilik) dan Trichophyton mentagrophytes (zoofilik yang dijumpai
pada hewan kucing, anjing, sapi, kambing, babi, kuda, binatang pengerat dan kera
ETIOLOGI
Spesies dermatofit umumnya dapat sebagai penyebab, kecuali E. floccosum, T.
concentricum dan T. mentagrophytes var. interdigitale (T. interdigitale) yang
semuanya jamur antropofilik tidak

menyebabkan

tinea kapitis dan T. Rubrum

jarang.Tiap negara dan daerah berbeda-beda untuk spesies penyebab tinea kapitis
juga perubahan waktu dapat ada spesies baru karena penduduk migrasi. Spesies
antropofilik (yang hidup di manusia) sebagai penyebab yang predominan.
PATOGENESIS
Dermatofit ektotrik (diluar rambut) infeksinya khas di stratum korneum perifolikulitis,
menyebar sekitar batang rambut dan dibatang rambut bawak kutikula dari
pertengahan sampai akhir

anagen saja sebelum turun ke folikel rambut untuk

menembus kortek rambut. Hifa-hifa intrapilari kemudian turun ke batas daerah


keratin, dimana rambut tumbuh dalam keseimbangan dengan proses keratinisasi,
tidak pernah memasuki daerah berinti. Ujung-ujung hifa-hifa pada daerah batas ini
disebut Adamsons fringe, dan dari sini hifa-hifa berpolifrasi dan membagi
menjadi artrokonidia yang mencapai kortek rambut dan dibawa keatas pada
permukaan rambut. Rambut-rambut akan patah tepat diatas fringe tersebut, dimana
rambutnya sekarang menjadi sangat rapuh sekali.Secara mikroskop hanya artrokonidia
ektotrik yang tampak pada rambut yang patah, walaupun hifa intrapilari ada juga.
Patogenesis infeksi endotrik (didalam rambut) sama kecuali kutikula tidak
terkenadan artrokonidia hanya tinggal dalam batang rambut menggantikan keratin
intrapilari dan meninggalkan kortek yang intak. Akibatnya rambutnya sangat rapuh dan
43

patah pada permukaan kepala dimana penyanggah dan dinding folikuler hilang
meninggalkan titik hitam kecil (black dot).Infeksi endotrik juga lebih kronis karena
kemampuannya tetap berlangsung di fase anagen ke fase telogen.
MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis tergantung etiologinya.
1. Bentuk non inflamasi, manusia atau epidemik Umumnya karena jamur ektotriks
antropofilik, M. audouinii

di Amerika dan Eropa namun sekarang jarang atau M.

ferrugineum di Asia.Lesi mula-mula berupa papula kecil yang eritematus , mengelilingi


satu batang rambut yang meluas sentrifugal mengelilingi rambut-rambut sekitarnya.
Biasanya ada skuama, tetapi keradangan minimal. Rambut-rambut pada daerah
yang terkena

berubah

menjadi

abu-abu

dan

kusam

sekunder

dibungkus

artrokonidiadan patah beberapa milimeter diatas kepala Seringkali lesinya tampak


satu atau beberapa daerah yang berbatas jelas pada daerah oksiput atau leher
belakang.Kesembuhan spontan biasanya terjadi pada infeksi Microsporum Ini
berhubungan dengan mulainya masa puber yang terjadi perubahan komposisi
sebum dengan meningkatnya asam lemak-lemak yang fungistatik, bahkan asam lemak
yang berantai medium mempunyai efek fungistatik yang terbesar Juga bahan wetting
(pembasah) pada shampo merugikan jamur seperti M. audouinii.
2. Bentuk inflamasi
Biasanya terlihat pada jamur ektotrik zoofilik (M. canis) atau geofilik (M.
gypseum). Keradangannya

mulai dari folikulitis pustula s ampai kerion yaitu

pembengkakan yang dipenuhi dengan rambut-rambut yang patah-patah danlubanglubang folikular yang mengandung pus Inflamasi seperti ini sering menimbulkan
alopesia yang sikatrik. Lesi keradangan biasanya gatal dan dapat nyeri, limfadenopati
servikal, panas badan dan lesi tambahan pada kulit halus.
3. Tinea Kapitis black dot
Bentuk ini disebabkan karena jamur endotrik antropofilik, yaitu T. tonsurans atau T.
violaceum. Rontok rambut dapat ada atau tidak. Bila ada kerontokan rambut maka
rambut-rambut

patah

pada

permukaan

kepala

hingga

membentuk gambaran

kelompok black dot. Biasanya disertai skuama yang difus; tetapi keradangannya
44

bervariasi dari minimal sampai folikulitis pustula atau lesi seperti furunkel sampai
kerion. Daerah yang terkena biasanya banyak atau poligonal dengan batas yang
tidak bagus, tepi seperti jari-jari yang membuka. Rambutrambut normal biasanya
masih ada dalam alopesianya.

DIAGNOSIS BANDING
1. Diagnosis banding tinea kapitis berskuama dan keradangan minimal
1.1 Dermatitis seborhoik Keradangan yang biasanya terjadi pada sebelum usia 1 tahun
atau sesudah pubertas yang berhubungan dengan rangsangan kelenjar sebasia.Tampak
eritema dengan skuama diatasnya sering berminyak, rambut yang terk ena biasanya
difus, tidak setempat Rambut tidak patah. Distribusi umumnya di kepala, leher dan
daerah-daerah pelipatan. Alopesia sementara dapat terjadi dengan penipisan rambut
daerah kepala, alis mata, bulu mata atau belakang telinga. Sering tampak pada pasien
penyakit syaraf atau immunodefisiensi.
1. 2. Dermatitis atopik
Dermatitis atopik yang berat dan luas mungkin mengenai kepala dengan skuama
kering putih dan halus. Khas tidak berhubungan dengan kerontokan rambut, bila ada
biasanya karena trauma sekunder karena garukan kepala yang gatal. Disertai lesi
dermatitis atopik di daerah lain.
1 .3. Psoriasis
Psoriasis kepala khas seperti lesi psoriasis dikulit, plak eritematos berbatas jelas dan
berskuama lebih jelas dan keperakan diatasnya,dan rambutrambut tidak patah.
Kepadatan rambut berkurang di plak psoriasis juga meningkatnya menyeluruh
dalam kerapuhan rambut dan kecepatan rontoknya rambut telogen. 10% psoriasis
terjadi pada anak kurang 10 tahun dan 50% mengenai kepala, dan sering lesi
psoriasis

anak

terjadi

pada kepala saja, maka kelainan kuku dapat membantu

diagnosis psoriasis
1. 4. Pitiriasis amiantasea (Pitiriasis asbestos)

45

Adalah tumpukan skuama dalam masa yang kusut.Dermatitis kepala lokalisata yang
non infeksius yang tidak diketahui sebabnya. Skuama yang putih tebal melekat sering
dijumpai mengikat batang rambut proksimal. Kepala dapat tampak beradang.
Rontok rambut sementara dapat terjadi dengan pelepasan manual skuama yang
melekat. Kelainan kulit dilain tempat yang menyertai biasanya tidak ada, namun dapat
mempunyai penyakit yang menyertai, yaitu Dermatitis atopik atau keradangan kulit
lainnya. Ada yang menganggap sebagai psoriasis dini.
2. Diagnosis banding tinea kapitis yang alopesia jelas
2.1. Alopesia areata
Alopesia areata mempunyai tepi yang eritematus pada stadium permulaan, tetapi
dapat berubah kembali ke kulit normal. Juga jarang ada skuama dan rambut-rambut
pada tepinya tidak patah tetapi mudah dicabut.
2.2. Trikotilomania
Khas adanya alopesia yang tidak sikatrik berbatas tidak jelas karena pencabutan
rambut oleh pasien sendiri. Umumnya panjang rambut berukuran macam-macam
pada daerah yang terkena. Tersering di kepala atas, daerah oksipital dan parietal
yang kontra lateral dengan tangandominannya. Kadang-kadang ada gambaran lain
dari kelainan obsesifkompulsif misalnya menggigit-gigit kuku, menghisap ibu jari atau
ada depresi atau kecemasan.Dapat disertai efek efluvium telogen yaitu berupa
tumbuhnya kembali rambut yang terlambat atau rontoknya rambut meningkat sebelum
tumbuh kembali.
2.3. Pseudopelade
Dari kata Pelade yang artinya alopesia areata. Pseudopelade adalah alopesia
sikatrik progresif yang pelan-pelan, umumnya sebagai sindroma klinis sebagai
hasil akhir dari satu dari banyak proses patologis yang berbeda (yang diketahui
maupun yang tidak diketahui), walaupun klinis spesifik jenis tidak beradang selalu
dijumpai misalkan karena likhen planus, lupus eritematus stadium lanjut.
3. Diagnosis banding tinea kapitis yang inflamasi
3.1. Pioderma bakteri
46

Infeksi kulit karena bakteri Staphylococcus aerius atau Streptococcus pyogenes,


misalkan folikulitis, furunkel atau karbunkel.
3.2. Folliculitis decalvans
Adalah sindroma yang klinis berupa folikulitis kronis sampai sikatrik progresif.
Folikulitis atrofik pada dermatitis seboroik.
4. Diagnosis banding alopesia sikatrik
4.1. Diskoid Lupus eritematosus
Diskoid LE di kepala tampak alopesia dan biasanya permanent khas ada foliculler
plugging. Tampak pada 1/3 pasien DLE.
4.2. Liken planopilaris
Lesi folikular disertai skuama yang kemudian menjadi alopesia sikatrik.
4.3. Pseudopelade
4.4. Dermatitis radiasi

DIAGNOSIS
1. Gejala Klinis
Dipertimbangkan diagnosis tinea kapitis bila:
Pada

anak-anak

dengan

kepala

berskuama,

alopesia,

limfadenopati

servikal

posterior atau limfadenopati aurikuler posterior atau k erion. Juga termasuk pustul
atau abses, dissecting cellulitis atau black dot.

2. Pemeriksaan penunjang
2.1. Pemeriksaan Lampu Wood
Rambut yang tampak dengan jamur M. cani s, M. audouinii

dan M. ferrugineum

memberikan fluoresen warna hijau terang oleh karena adanya bahan pteridin.
47

Jamur lain penyebab tinea kapitis pada manusia memberikan fluoresennegatif


artinya warna tetap unguyaitu

M. gypsium dan spesies Trichophyton (kecuali T.

schoenlei nii penyebab tinea favosa memberi fluoresen hijau gelap). Bahan fluoresen
diproduksi oleh jamur yang tumbuh aktif di rambut yang terinfeksi.
2.2. Pemeriksaan sediaan KOH
Kepala dikerok dengan objek glas, atau skalpel no.15. Juga kasa basah digunakan
untuk mengusap kepala, akan ada potongan pendek patahan rambut
rambut

dicabut

yang

ditaruh

di

objek

glas

selain skuama,

atau pangkal
KOH

20%

ditambahkan dan ditutup kaca penutup. Hanya potongan rambut pada kepala harus
termasuk akar rambut, folikel rambut dan skuama kulit. Skuama kulit akan terisi
hifa dan artrokonidia. Yang menunjukkan elemen jamur adalah artrokonidia oleh
karena rambut-rambut yang lebih panjang mungkin tidak terinfeksi jamur. Pada
pemeriksaaan mikroskop akan tampak infeksi rambut ektotrik yaitu pecahan
miselium menjadi konidia sekitar batang rambut atau tepat

dibawah kutikula

rambut dengan kerusakan kutikula. Pada infeksi endotrik, bentukan artrokonidia yang
terbentuk karena pecahan miselium

didalam batang rambut tanpa kerusakan kutikula

rambut
2.3. Kultur
Memakai swab kapas steril yang dibasahi akua steril dan digosokkan diatas kepala
yang berskuama atau dengan sikat gigi steril dipakai untuk menggosok rambutrambut dan skuama dari daerah luar di kepala, atau pangkal rambut yang dicabut
langsung ke media kultur. Spesimen yang didapat dioleskan di media Mycosel
atau Mycobi otic (Sabourraud dextrose agar + khloramfenikol + sikloheksimid)
atau Dermatophyte test medium (DTM). Perlu 7 - 10 hari untuk mulai tumbuh
jamurnya. Dengan DTM ada perubahan warna merah pada hari 2-3 oleh karena
ada bahan fenol di medianya, walau belum tumbuh jamurnya berarti jamur dematofit
positif.
KOMPLIKASI
1. Infeksi sekunder
2. Alopesia sikatrik permanen
48

3. Kambuh
4. Reaksi Id pada tinea kapitis biasanya reaksi Id-nya lebih mengenai badan.
PROGNOSIS
Tinea kapitis tipe Gray patch sembuh sendirinya dengan waktu, biasanya permulaan
dewasa. Semakin meradang reaksinya, semakin dini selesainya penyakit, yaitu yang
zoofilik (M. canis, T. mentagrophytes dan T. verrucosum) Infeks i ektotrik sembuh
selama perjalanan normal penyakit tanpa pengobatan. Namun pasien menyebarkan
jamur penyebab kelain anak selama waktu infeksi
Sebaliknya infeksi endotrik menjadi kronis dan berlangsung sampai dewasa.T.
violacaum, T. tonsurans

menyebabkan infeksi tetap, pasien menjadi vektor untuk

menyebarkan penyakit dalam keluarga dan masyarakat, pasien seharusnya cepat


diobati secara aktif untuk mengakhiri infeksinya dan mencegah penularannya
3.4 Tatalaksana
1. PENATALAKSANAAN UMUM
1.1. Mencari binatang penyebab dan diobati di dokter hewan untuk mencegah
infeksi pada anak-anak lain.
1.2. Mencari kontak manusia atau keluarga, dan bila perlu dikultur
1.3. Anak-anak tidak menggunakan bersama sisir, sikat rambut atau topi, handuk,
sarung bantal dan lain yang dipakai dikepala.
1.4. Anak-anak kontak disekolah atau penitipan anak diperiksakan ke dokter/ rumah
sakit bila anak-anak terdapat kerontokan rambut yang disertai skuama. Dapat diperiksa
dengan lampu Wood.
1.5. Pasien diberitahukan bila rambut tumbuh kembali secara pelan, sering perlu 3-6
bulan. Bila ada kerion dapat terjadi beberapa sikatrik dan alopesia permanen.
1.6. Mencuci berulang kali untuk sisir rambut, sikat rambut, handuk, boneka dan
pakaian pasien, dan sarung bantal pasien dengan air panas dan sabun atau lebik baik
dibuang
1.7. Begitu pengobatan dimulai dengan obat anti jamur oral dan shampo, pasien dapat
pergi ke sekolah

49

1.8. Tidak perlu pasien mencukur gundul rambutnya atau memakai penutup
kepala
2. TERAPI MEDIS
2.1. Terapi Utama
Pengobatan yang ideal dan cocok untuk anak-anak adalah sediaan bentuk likuid,
terasa enak, terapi singkat, keamanan yang baik dan sedikit interaksi antar obat
1. Tablet Griseoful vin
Sebagai Gold Standard Dosis :
a. Tablet microsize (125, 250, 500mg) 20 mg / Kg BB/hari, 1-2 kali/hari selama 6-12
minggu
b. Tablet ultramicrosize (330mg) 15 mg/Kg BB/hari, 1-2 kali/hari selama 6-12 minggu
Diminum bersama susu atau es krim oleh karena absorbsinya dipercepat dengan
makanan berlemak.
Semua baik untuk karena Microsporum maupun Trichophyton.Pemberian pertama
untuk 2 minggu kemudian dilakukan pemeriksaan lampu Wood, KOH dan kultur.
Bila masih ada yang positif maka sebaiknya dosis dinaikkan. Bila hasil negatif
maka obat

diteruskan sampai 6 minggu. Bila hasil kultur negatif terbaik

diteruskan 4-6 minggu. Pemeriksaan laboratorioum rutin tidak diperlukan.


Kegagalan pengobatan tinea kapitis dengan griseofuvin dapat disebabkan karena:
- dosis tidak adekwat (sebab tersering) maka sebaiknya dosis dinaikkan dapat sampai
25 mg/Kg BB/ hari terutama untuk kasus sulit sembuh.
- pasien tidak patuh
- gangguan absorbsi pencernaan
-

Interaksi

obat,

bersamaan

phenobarbital

mengurangi

menyebabkan kegagalan terapi


- jenis dermatofit yang resisten terhadap griseofuvin
50

absorbsi

griseofuvin

- Terjadi reinfeksi terutama dari anggota keluarga atau teman bermain.


2. Kapsul Itrakonazol (100 mg)
a. dosis 3-5 mg/Kg BB/hari selama 4-6 minggu
b. Terapi denyut dosis 5 mg/Kg BB/ hari selama 1 minggu, istirahat 2 minggu/siklus
bila belum sembuh diulang dapat sampai 2-3 siklus. Bersifat fungisidal sekunder
oleh karena terjadi fungitoksik Minumnya kapsul bersama mentega kacang, atau
saus apel dan dilanjutkan dengan jus buah. Sama efektifnya untuk karena
Microsporum canis maupun Trichophyton
Tidak boleh diminum bersama antasida atau H2 blocker oleh karena absorbsinya perlu
suasana asam.Bila

diberikan

bersama

phenytoin

dan

H2

antagonis

akan

meningkatkan kadar kedua obat tersebut. Sedang kadar Itrakonazolakan lebih


rendah

bila

diberikan

bersamaan

rifampisin,

isoniasid, phenytoin dan

karbamazepin.Monitor laboratorium fungsi hepar dan darah lengkap bila pemakaian


lebih 4 minggu.
3. Tablet Terbinafin (tablet 250 mg)
- bersifat fungisidal primer terhadap dermatofit
- dosis 3-6mg/KgBB/ hari selama 4 minggu :
< 20 mg : 62,5 mg (1/4 tablet)/ hari
20-40 mg : 125 mg (1/2 tablet)/ hari
> 40 mg : 250 mg/ hari
Bila karena M. canis perlu 6-8 minggu, lebih sukar untuk dibasmi daripada
karena Trichophyton oleh karena virulen sinya atau karena infeksi ektotrik nya
masih belum diketahui.Diberikan

untuk

anak

umur

>

tahun.

Monitor

laboratorium fungsi liver dan darah lengkap diperiksa bila pemakaian lebih 6 minggu
4. Tablet Flukonazol
Sebetulnya juga bisa digunakan untuk terapi tinea kapitis namun tidak lebih superior
daripada obat lainnya. Lebih diindikasikan untuk infeksi mukosa dan infeksi sistemik
51

pada

kasus

Kandidiasis,

imunokompromais.

dan Kriptokokosis,

terutama

pada

Flukonazol lebih cepat resisten dibanding obat jamur

pasien
lain,

sedangkan untuk tinea kapitis, flukonazol tidak lebih superior, sehingga sebaiknya
flukonazoldigunakan untuk kasus selektif. Dosisya 8 mg/Kg BB/minggu selama 8-16
minggu.Efektif untuk Microsporum maupun Trichophyton
2.2. Terapi Ajuvan
1. Shampo
Shampo obat berguna untuk mempercepat penyembuhan, mencegah kekambuhan dan
mencegah

penularan, serta

membuang skuama

dan

membasmi

spora

viabel,

diberikan sampai sembuh klinis dan mikologis :


a. Shampo selenium zulfit 1% - 1,8% dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5 menit baru
dicuci
b. Shampo Ketokonazole 1% - 2%dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5 menit baru
dicuci
c. Shampo povidine iodinedipakai 2 kali / minggu selama 15 menit
Setelah menggunakan shampo diatas maka dianjurkan memakai Hair Conditioner
dioleskan dirambutnya dan didiamkan satu menit baru dicuci air. Hal ini untuk
membuat rambut tidak kering.Juga shampo ini dipakai untuk karier asimptomatik yaitu
kontak dekat dengan

pasien,

seminggu

kali

selama

minggu.

Karena

asimptomatik lebih menyebarkan tinea kapitis disekolah atau penitipan anak yang
kontak dekat dengan karier daripada anak-anak yang terinfeksi jelas.
2. Terapi Kerion
Pengobatan optimal kerion tidak jelas apakah perlu dengan obat oral antibiotika dan
kortikosteroid

sebagai

terapi

ajuvan

dengangr iseofulvin. Beberapa penelitian

menyatakan :
a. Kerion lebih cepat kempes dengan kelompok yang menerima griseoful vin saja
sedangkan skuama dan gatal lebih cepat bersih / hilang dengan kelompok yang
menerima ke 3 obat yaitu griseofuvin, antibiotika dan kortikosteroid oral

52

b. Kortikosteroid oral mungkin menurunkan insiden sikatrik. Juga bermanfaat


menyembuhkan nyeri dan pembengkakan.Dosis prednison 1 mg/Kg BB/pagi untuk
10-15 hari pertama terapi
c. Pemberian antibiotika dapat dipertimbangkan terutama bila dijumpai banyak
krusta.

Kesimpulan
Seorang anak laki-laki, 9 tahun menderita tinea kapitis tipe gray
patch ringworm non-inflamasi akibat infeksi jamur yang ditularkan
oleh hewan peliharaan anjing.

53

Daftar Pustaka
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi kelima. Balai penerbitan FKUI. Jakarta: Universitas
Indonesia 2009
Fi t z p a t r i c k T B , E i s e n A Z , Wo l ff K , Fre e d b e rg I M , A u s t e n
K F. 2 0 1 0 . I n : Fitzpatricks Color Atlas & Synopsis of Clinical
Dermatology. 6th Ed. New York: McGraw-Hill
Higgins EM, Fuller LC, Smith CH, 2000. Guidelines

for

the

management of tinea capitis. BJD Vol. 143, Hal 53-58


Hryncewicz-Gwozdz A, Beck-Jendroscheck V, Brasch J, Kalinowska K,
Jagielski T, 2011. Tinea capitis and tinea corporis with a severe
inflammatory response due to trichophyton tonsurans.

Acta

Derm Venerol Vol. 91, Hal 708-710


James.WD, Berger TG, Elston DM, 2006. Disease resulting from fungi
and

yeasts.

Andrews

Diseases

of

The

Skin

Clinical

Dermatology. 10th Ed. Canada . Hal. 297-299


Linuwih, Sri SW Menaldi,dkk. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
edisi 7. Jakarta: FKUI
Robin Graham-Brown, Tony Burns.2005.Dermatologi. Edisi 8. Jakarta:
Erlangga.
Verma. S, Heffernan. MP. (2008)

Fungal Disease.

Fitzpatricks

Dermatology in General Medicine 8th Ed. Vol. 1 & 2. New York,


USA. Hal. 1807-1818
Victor P.Eroschenko. 2013. Atlas histology diFiore edisi 11. Jakarta:
EGC
Welsh O, Welsh E, Ocampo-Candiani J, Gomez M, Vera Cabrera L,
2006. Dermatophytoses in Monterrey, Mexico. Mycoses. Vol. 49,
Hal. 119-123
Wolff, Klaus. Fitzpatrick dermatology in general medicine. edisi
ketujuh. The McGraw-Hill companies US. 2008
Yusharyahya,
Shannaz
Nadia.2015.Ilmu
Penyakit
Kelamin.Edisi 7.Jakarta: Badan Penerbit FKUI.

54

Kulit

dan

Anda mungkin juga menyukai