59
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang
ABSTRACT
The research purpose was to address biological characteristics those were location and
sum of sea turtle nests, eggs, species, and females; the time of sea turtle egg laying season as
well as estimating habitats in spatially and total sum of sea turtle population in Regency of
Bintan. The research was done in Eastern Island of Bintan including Tambelan Archipelago.
Data was collected by using interviewed then confirmed by field visiting and observation.
Data analyses were nest relative frequencies and estimation of sea turtle population. The
results showed that Green Turtle (Chelonia mydas) and Hawksbill (Eretmochelys imbricata)
habitats distributed almost within islands in Tambelan and some beaches also Islands in
Eastern Island of Bintan. The estimation of sea turtle population totally in Tambelan
Archipelago were vary in 489.156 642.018 and females visiting estimation to egg laying in
range of 9.088 11.928 annually.
Keywords: sea turtle, habitat, population, eggs, nest
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut WWF (2005), Kepulauan
Riau (Kepri) merupakan lokasi sebaran
habitat penyu hijau (Chelonia mydas),
penyu sisik (Eretmochelys imbricata), dan
penyu lekang (Lepidochelis olivacae).
Meskipun demikian, habitat dan populasi
penyu di Kepulauan Bintan dalam kondisi
terancam karena kekurang-sadaran dan
ketidaktahuan masyarakat mengenai status
keterlindungan penyu serta pesatnya
pengembangan dan pembangunan daerah
pantai.
Dipihak
lain,
masyarakat
Kabupaten Bintan, terutama di Kepulauan
Tambelan,
mereka
telah
lama
memanfaatkan
telur
penyu
untuk
dikonsumsi maupun dijual.
Kabupaten Bintan merencanakan
upaya
untuk
menekan
tingkat
keterancaman habitat dan populasi penyu.
Upaya
tersebut
dilakukan
dengan
mencadangkan dan mengelola daerah
perlindungan penyu disertai upaya
penyadaran masyarakat, mengalihkan
pemanfaatan penyu yang ekstraktif ke non-
Tahun data
1999, 2000,
2001, dan 2002
2
Pulau Genting
2007, 2008, dan
2009*
3
Pulau
Menggirang 2003, 2004,
Besar
2005, 2006,
2007, dan 2009
*) Kegiatan pencatatan kunjungan induk
penyu dan jumlah pengambilan telur penyu
masih berlangsung hingga bulan Agustus
2009.
Tabel 2. Jumlah sarang, cangkang, Tukik Mati, dan Tukik Hidup menurut jenis penyu dan
lokasinya
Jenis
Hijau
Hijau
Tukik
Tukik
Lokasi Pulau
Sarang Cangkang
mati
hidup
Genting
45
0
0
0
Jelak
4
0
0
0
Kepala Tambelan
119
150
1
0
Lintang
19
0
0
0
Menggirang Besar
9
0
54
1
Nangka
22
1
0
0
Sendulang Kecil
7
0
0
0
Serentang
3
0
0
0
Wie
92
0
0
0
Jumlah 1
320
151
55
1
Bungin
9
30
0
0
Sisik
Genting
3
0
0
0
Lintang
12
0
0
0
Lipih
2
5
0
0
Penyusuk, Bintan*
3
0
0
0
Sentot, Mapur*
5
0
0
0
Serentang
3
7
0
0
Jumlah 2
37
42
0
0
Jumlah Total (1 +2)
357
193
55
1
*) Kecuali Pulau Sentot dan Penyusuk, semuanya berada di Kepulauan Tambelan
Gambar 2. Grafik Frekwensi Relatif Kehadiran Sarang pada Beberapa Stasiun Pengamatan
Berdasarkan pada pencatatan di
Pulau Wie, Genting, dan Menggirang
Besar, menunjukkan jenis penyu yang
mendarat untuk bersarang dan bertelur
didominasi
jenis
Penyu
Hijau.
Perbandingan antara jumlah telur Penyu
Hijau dan Penyu Sisik, adalah 4,5 : 1,
dimana rata-rata telur dalam satu sarang
Penyu Hijau adalah 101 butir dan Penyu
Sisik adalah 153 butir (Gambar 3). Tren
telur-telur penyu yang diambil dari ke 3
pulau tersebut menunjukkan terjadi
peningkatan eksploitasi telur penyu pada
awal tahun 1999 sebelum akhirnya
menurun setelah tahun 2006 (Gambar 4.).
Penyebab pastinya belum jelas namun
diperkirakan
karena
faktor
variasi
lingkungan
dan
respon
terhadap
pelarangan penjualan telur penyu oleh
Pemerintah RI pada tahun 2006 dan
Pemerintah Kabupaten Bintan pada tahun
2008 di Kabupaten Bintan.
Di Kepulauan Tambelan, baik
penyu Hijau maupun Penyu Sisik bertelur
sepanjang tahun namun pola siklus musim
1600
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
2500
1400
2000
1200
Ekor
1500
Ekor
Ekor
1000
800
600
Penyu Hijau
400
Penyu Sisik
1000
Penyu Hijau
Penyu Sisik
500
200
0
0
1999
2000
2001
2002
Penyu Sisik
2007
P. Wie
Penyu Hijau
2008
2009
P. Genting
MENGGIRANG BESAR
Gambar 3. Gambar Perbandingan Jumlah Penyu yang Bertelur menurut Jenis, Tahun dan
Lokasi.
160000
300000
140000
250000
45000
40000
35000
120000
200000
100000
30000
25000
150000
80000
60000
20000
100000
15000
40000
10000
50000
20000
5000
0
1999
2000
2001
2002
0
2003
2004
2005
2006
2007
2009
2007
MENGGIRANG BESAR
P. Wie
2008
2009
P. Genting
Gambar 4. Grafik Tren Jumlah Telur Penyu yang Dipanen menurut Tahun dan Lokasi
700.00
320.00
782.31
Jarak ke Vegetasi
(cm)
Hijau
Sisik
t.a.
133.33
240.00
150.00
66.67
150.00
t.a.
333.33
466.67
33.33
t.a.
175.00
Lebar jejak
(cm)
Hijau
Sisik
59.67
52.67
60.00
75.00
80.00
50.00
77.50
51.67
60.00
166.67
12.08
91.67
t.a.
0.00
91.43
118.26
63.33
66.71
75.83
0.00
65.00
67.07
100.00
0.00
148.08
70.00
60.00
56.46
64
Rp14,000,000.00
Rp12,000,000.00
Rp10,000,000.00
Rp8,000,000.00
Rp6,000,000.00
Rp4,000,000.00
Rp2,000,000.00
Wie
Menggirang Besar
Genting
Mendara
Pengikik
Mentebung
Pejantan
Pinang
Nangka
Kepala Tambelan
Jengkulan
Lintang
Tambelan
Menggirang Kecil
Tamban
Tukong Kemudi
Lesuh
Sedua Kecil
Nibung
Ibul
Sedua Besar
Sendulang Kecil
Menderiki
Kepayang
Sendulang Besar
Betung
Panjang
Jelak
Benua
Bungin
Benua (Batu Begiling)
Serentang
Rp0.00
Gambar 5. Grafik Jumlah Konstribusi Telur Penyu setiap Pulau penghasilnya di Kepulauan
Tambelan (Diolah dari data Kecamatan Tambelan, 2008)
Hasil pengamatan posisi sarang
menunjukkan
sarang
Penyu
Hijau
umumnya cenderung menjauhi batas laut
pasang dan mendekati batas vegetasi.
Sebaliknya, Penyu Sisik lebih mendekati
batas pasang dan menjauhi batas vegetasi.
Lebar jejak induk Penyu Hijau rata-rata
lebih besar daripada lebar jejak Penyu
Sisik (Tabel 3.).
Perhitungan perkiraan potensi
populasi penyu dipilih berdasarkan pada
data konstribusi pemanfaatan telur penyu
di Kecamatan Tambelan (Gambar 5.). Hal
ini karena data bersifat resmi, lengkap, dan
mencakup hampir seluruh pulau di
Kepulauan Tambelan sehingga hasil
perhitungan diharapkan lebih mendekati
kenyataan. Bila faktor penghambat ekologi
seperti tingkat keberhasilan penetasan dan
musuh alami belum dimasukkan, maka
potensi populasi penyu di Kepulauan
Tambelan adalah sekitar 978.313 1.284.035 ekor. Bila faktor penghambat
ekologi
dipertimbangkan
sehingga
diasumsikan hanya 50% potensi populasi
saja yang mampu bertahan hidup maka
akan ada sekitar 489.156 - 642.017 ekor
penyu dihasilkan Kepulauan Tambelan.
Dari data tersebut diperkirakan induk
penyu yang hadir di Kepulauan Tambelan
adalah sebesar 9088 - 11.928 ekor.
Potensi jumlah kunjungan induk
penyu dan jumlah telur yang dihasilkan
DAFTAR PUSTAKA
Cahyani, N. K. D., Adnyana, I. B. W.,
Arthana, I. W. 2007. Identifikasi
Jejaring Pengelolaan Konservasi
Penyu Hijau (Chelonia mydas)
melalui Penentuan Komposisi
Genetik dan Metal Tag di Laut
Sulu, Sulawesi. Ecothophic. Vol.2,
No.2.
Le Scao, R., Esteban, N. 2003. St.
Eustatius Sea Turtle Monitoring
Programme
Annual
report.
STENAPA. Netherlands Antilles.
Nuitja, I, N,S. 1992. Biologi dan Ekologi
Pelestarian Penyu Laut. IPB
Press. Bogor.
66