Anda di halaman 1dari 37

Daftar ISI

DAFTAR

ISI............................................................................................................. ....................
....................
ISI
a. Kompetensi yang Akan Dicapai..........

......................
b. Skenario.

...................................................................
c. Daftar Unclear Terms .......

............................
d. Daftar

Cues...
.................................
e. Daftar

Learning 2

Objective..............................
f.

..........
Hasil

Brainstorming.. 3

................................................................
g. Hipotesis
.... 9
.................................
h. Pembahasan

Learning 10

Objectives......................................................................................................
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
a. Kesimpulan

31

Diskusi..............
........................
b. Rekomendasi
.................................
DAFTAR

31

PUSTAKA. 32

..........................................................................
.
TIM

PENYUSUN.. 34

..............................
...............

ISI
A. KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI
COMPETENCIES

B. SKENARIO
SCENARIO
Opo ae yooooo???
Pasien An. AS (13 th 1 bulan) terdiagnosa Gizi buruk marasmus, pneumonia, TB paru,
anemia hipokrom mikrositer ok infeksi kronis. Sejak 2 minggu SMRS, mengalami batuk
dan demam. Pasien MRS dalam kondisi lemah, demam, batuk dan sesak, sehingga
dirawat

di

ruang

HCU

anak.

Ahli

gizi

akan

melakukan

nutritional

assessment

menggunakan parameter yang tepat untuk mengidentifikasi masalah gizi pada pasien
tersebut.
C. DAFTAR UNCLEAR TERM
UNCLEAR TERMS
1.

Pneumonia

Infeksi saluran nafas bawah akut dengan penimbunan cairan yang


disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit)
yang ditandai dengan batuk, sesak nafas, demam, bronkhi basah
halus dengan gambaran infiltrat pada foto polos dada. (PDPI,
2003) ; (Asih, 2006)

2.

Anemia

Anemia dengan karakteristik sel darah merah yang kecil (MCV

hipokrom

<80 fL) disertai dengan penurunan Hb dalam eritrosit dengan

mikrositer ok

penurunan MCH dan MCV yang disebabkan karena infeksi

infeksi kronis

berkepanjangan. (Oehadian, 2012)

D.DAFTAR CUES
CUES
Ahli gizi mampu memahami dan melaksanakan nutritional assessment menggunakan
parameter yang tepat untuk mengidentifikasi masalah gizi pada pasien.
E. DAFTAR LEARNING OBJECTIVE
1. Apa tujuan dan prinsip dari nutritional assessment ? Kapan dan dimana dilakukan
nutritional assessment ? Siapa yang melakukan nutritional assessment ?
2. Apa saja jenis-jenis gizi buruk? Apa saja sign simptomsnya? Bagaimana cara
mengklasifikasikan jenis-jenisnya?
3. Bagaimana patofisiologi dari gizi buruk? Bagaimana etiologi dari masing-masing
jenis gizi buruk?
4. Parameter apa saja yang ada di nutritional assessment ? siapa yang melakukan?
F.

HASIL BRAINSTORMING
1. Apa tujuan dan prinsip dari nutritional assessment ? Kapan dan dimana dilakukan
nutritional assessment ? Siapa yang melakukan nutritional assessment ?
a. Tujuan
- Mengidentifikasi masalah-masalah terkait gizi
- Menentukan status gizi seseorang
- Untuk menentukan tindakan yang akan diambil selanjutnya
- Dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa gizi
b. Prinsip
- Dilakukan sesuai dengan kondisi pasien
- Teliti
- Sistematis
c. Kapan dilakukan NA
- Setelah skrining gizi dan dinyatakan berisiko malnutrisi
- Dalam treatment juga dilakukan
- Stetlah monev, sesuai dengan kondisi pasien
d. Dimana dilakukan NA
- Di komunitas dan di klinik
e. Siapa yang melakukan NA
- Tenaga gizi yang telah mengikuti pendidikan khusus dibidang gizi (D3, S1,
dan dr. Spesialis gizi)
2. Apa saja jenis-jenis gizi buruk? Apa saja sign simptomsnya? Bagaimana cara
mengklasifikasikan jenis-jenisnya?
Jenis-jenis Gizi Buruk :
a. Marasmus
Sign & Symptoms :
- Pasien terlihat seperti orang tua
3

- Cengeng
- Rewel
- Keriput
- Iga terlihat
- Biasanya kepala pasien berukuran besar
- Perut buncit
- Jaringan lemak subkutan di daerah pantat sangat sedikit (baggy pants)
b. Kwashiorkor
Sign & Symptoms :
- Terdapat edema di kaki, lengan, dan wajah (moon face)
- Rambut jagung (warna merah dan mudah dicabut/rontok tanpa rasa sakit)
- Perubahan status mental
- Apatis
- Rewel
- Pembesaran hati
- Otot mengecil
- Kulit terdapat bercak merah muda yang meluas dan berubah menjadi coklat
kehitaman dan terkelupas
- Pandangan mata sayu
- Terjadi pada anak-anak
c. Marasmus Kwashiorkor
Sign & Symptoms :
- Perut buncit
- Edema kaki dan tangan
- Pembesaran hati
- Rewel
- Wajah terlihat tua
- Rambut merah
- BB <60%
- Kurus tapi terdapat gejala-gejala kwashiorkor
- Terdapat penyakit-penyakit yang menyertai
- Bisa terjadi pada pasien yang menderita HIV AIDS
Cara mengklasifikasikan :
a. Dilihat dari BB dan TB
Gizi buruk : < -2SD ; TB : < -3SD
b. Bisa menggunakan BB/TB, IMT/U
c. Dilihat melalui kondisi fisik (Marasmus-Kwashiorkor)
3. Bagaimana patofisiologi dari gizi buruk? Bagaimana etiologi dari masing-masing
jenis gizi buruk?
a. Patofisiologi Gizi Buruk
- Energi
berkurang

=>

metabolisme

pemecahannya

terganggu

(glukoneogenesis tinggi) => ATP berkurang dan glukosa rendah sehingga


anak menjadi lemah, protein berkurang => sehingga rambut mudah rontok,
terjadi penurunan Hb, eritrosit menurun, BB turun, massa otot berkurang
sehingga hati abnormal => rawan terjadi hepatomegali, kadar albumin
-

dibawah normal.
Ada hubungannya dengan penyakit TB paru yang diderita oleh pasien ; TB
paru berasal dari asupan rendah disebabkan sesak yang diderita pasien =>
sistem imun menurun => mudah terserang bakteri.

b. Etiologi
Kekurangan konsumsi protein dan energi dalam jangka waktu yang lama.
4

4. Parameter apa saja yang ada di nutritional assessment ? siapa yang melakukan?
a. Antropometri (Data yang diperlukan, tahapan untuk mencapai data, interpretasi
data, tools yang membantu untuk interpretasi, serta kekurangan dan kelebihan)
untuk kondisi normal dan khusus.
- Data yang diperlukan :
BB, TB, IMT
- BB (kondisi normal) = menggunakan timbangan
BB (kondisi khusus) = menggunakan LILA, tebal lemak (skinfold calliper)
- TB atau PB
TB atau PB (kondisi khusus) = menggunakan knee height, armspan,
demispan, lingkar pinggang, lebar betis
TB atau PB (kondisi normal) = menggunakan lenght board (untuk kurang
-

2 tahun)
Tahapan untuk mencapai data
- Mencari data dengan pengukuran, cek data, selanjutnya interpretasi
- Data pasien, pilih tools, cari data yang di tools, interpretasi

Tinggi badan (TB) kondisi normal : kepala, punggung, pantat, betis,


tumis ; pandangan
lurus ke depan ; tangan rileks ; kuncir dilepas. Pengukuran
menggunakan mikrotoa
TB kondisi khusus : Disarankan menggunakan DEPA.
Armspan : dari ujung jari tengah kanan sampai kiri.
Demispan : menggunakan tangan kanan (tangan yang paling
dominan).
Knee height (tinggi lutut) : tidak direkomendasikan untuk lansia.

Lutut harus ditekuk 90 derajat.


BB kondisi normal : timbangan pegas dikalibrasi terlebih dahulu,
barang-barang yang dikantong harus dikeluarkan terlebih dahulu,
pengukur melihat hasilnya. Bisa juga menggunakan dacin.

BB kondisi khusus :
LILA : harus tepat dibagian yang banyak lemak, dicari tengahtengahnya, tangan tidak dominan, lengan pasien 90 derajat, diambil

titik tengah antara akromion dan olecranon.


Skinfold : subscapular diambil, ditarik.
Bedscale : alat ukur BB untuk pasien yang hanya bisa berbaring
Tools yang membantu untuk interpretasi
TB : mikrotoa
BB : bedscale, dacin, timbangan digital
Kekurangan dan kelebihan tools
Dacin : terlalu sulit untuk dilakukan
Interpretasi
WHO antro
Z score
BB/U, TB/U, BB/TB, IMT/U
Siapa yang melakukan
Ahli gizi atau perawat
5

b. Biokimia (Data yang diperlukan, sumber data, interpretasi cut off, alasan data
tersebut diperlukan)
- Data yang diperlukan :
Uji darah lengkap
Kadar Hb
Kadar serum Fe
Saturasi transferin
MCT
MCV
ACV
Kadar albumin
- Sumber data : Dari tim Laboratorium RS
- Interpretasi cut off :
Albumin = 3,5-4 (rendah)
- Alasan data tersebut duperlukan :
Albumin : Untuk mengetahui kekurangan energi dan protein pada pasien
Untuk mengetahui terjadinya infeksi pada pasien
Uji darah lengkap : Untuk cek anemia atau tidak
c. Fisik klinis (Data yang diperlukan, sumber data, interpretasi cut off, alasan data
tersebut diperlukan)
- Data yang diperlukan
RR (Respiratory Rate)
Denyut nadi
Suhu tubuh
Kesadaran umum
Tekanan darah
Ada odem atau tidak
- Sumber data
Rekam medis pasien
- Interpretasi cut off
RR = batas normal atas 20 kali/menit
Denyut nadi = 60-70 kali/menit
Suhu tubuh = 36-37oC
Kesadaran umum = Composmentis, sadar tapi tidak bisa feedback, tidak
sadar sama sekali
- Alasana data tersebut diperlukan
d. Dietary (Tools dan tahapan)
Tools :
- 24 hour recall
Untuk mengetahui riwayat makan sekarang
Lebih mudah dilakukan
Mengetahui riwayat makan selama 24 jam (misal : mulai jam 10 pagi
hari ini hingga jam 10 pagi keesokan harinya)
Termasuk data assessment kuantitatif
- SQ FFQ
Untuk mengetahui riwayat makan dahulu
Termasuk data assessment kualitatif
Bisa mengetahui status mikronutrien
Bergantung pada ingatan pasien
Tahapan :
- 24 hour recall
Menggunakan kuisioner
6

Petugas bertanya kepada responden atau wali terkait makanan yang

dikonsumsi responden selama 24 jam sbelumnya


- SQ FFQ
Ada URT bahan makanan dan porsi dalam sekali makan
Membuat daftar bahan makanan yang akan ditanyakan
Melakukan survey pasar
Melakukan tahapan wawancara :
- Perkenalan diri
- Isi data pasien
- Menanyakan frekuensi makan pasien, porsi sekali makan
e. Penunjang lain (Obat, client history, dll) dan riwayat untuk pasien anak apa?
- Pekerjaan orang tua
- Riwayat penyakit keluarga
- Obat yang diberikan oleh dokter
- Status ekonomi
- Pendidikan orang tua
- Riwayat medis
- Sosial budaya
- Agama
- Jenis kelamin
- Anak ke- Usia pasien
- Data awal pasien (rekam medis)

G. HIPOTESIS
Prinsip dan
Tujuan

Assessment

Data Subjective

Data Objective

Antropomet
ri

Biokimia

Dietary

Fisik Klinis

Faktor
Lain

Interpretasi
Dengan Cut off
Pneumonia

Anemia
Hypokrom
Micrositer Ok
Infeksi Kronis
TB paru

Marasmus

Gizi Buruk

Patofisiologi

Sign ,
Symptom
Dan Etiologi

Kwashiorkor

Marasmic Kwashiorkor
8

H. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE


1. Apa tujuan dan prinsip dari nutritional assessment? Kapan dan dimana
dilakukan

nutritional

assessment?

Siapa

yang

melakukan

nutritional

assessment?
Tujuan
Menurut ASPEN Guidelines dalam Patton, 2010 :
- Mengidentifikasi pasien yang mengalami malnutrisi dan berisiko malnutrisi
- Mengumpulkan informasi untuk membuat rencana asuhan gizi
- Memonitor terkait pemenuhan terapi gizi
Menurut Kemenkes, 2014 :
- Mengidentifikasi problem gizi dan faktor penyebabnya melalui pengumpulan,
verifikasi dan interpretasi data secara sistematis.
Menurut L. Kathleen, et al 2008 :
- Mengidentifikasi seseorang yang membutuhkan dukungan nutrisi
- Mengembalikan atau menjaga status gizi seseorang
- Mengidentifikasi MNT yang tepat
- Memantau efektivitas dari intervensi
- Memperoleh informasi yang memadai untuk mengidentifikasi masalah terkait
gizi
Menurut Pamela Charney, 2000 :
- Untuk menindaklanjuti hasil yang telah diperoleh dari skrining kemudian akan
dilakukan pendalaman lebih lanjut.
Menurut Fahmida, 2007
- Mengidentifikasi kelompok atau individu yang berisiko
- Untuk menilai hubungan antara gizi dengan kesehatan
- Untuk menentukan tipe intervensi yang tepat untuk mengubah status gizi
- Untuk memonitor efek dari intervensi gizi
Menurut Wahyuningsih, Retno 2013
- Mengidentifikasi masalah gizi yang terkait asupan gizi dan makanan, aspek
klinis, perilaku lingkungan serta penyebabnya.

Prinsip
Menurut Gibson, 2005 :
- Valid
: menggambarkan data yang benar
- Reproducibility : menghasilkan hasil yang sama dari beberapa kali pengukuran
- Akurasi
: hasil pengukuran mendekati hasil yang sesungguhnya
- Sensitive
: mampu memperkirakan atau menilai perubahan dengan
cepat
- Spesifik
: indikator yang digunakan memberikan hasil tertentu
Menurut Asuhan Gizi Nutritional Care Process, 2012 :
- Confidentially : menjaga rahasia pasien
- Independency : tidak mudah dipengaruhi
Kapan dilakukan NA
NA adalah langkah awal dari Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT), sementara itu
PAGT dilakukan pada pasien yang berisiko kurang gizi, sudah mengalami atau
kondisi khusus dengan penyakit tertentu setelah melalui proses skrining gizi

(PGRS, 2013).
Dimana dilakukan NA
Nutritional Assessment dapat dilakukan di berbagai tempat pelayanan kesehatan
(rawat inap, rawat jalan, pelayanan jangka panjang) (ADA, 2006)
9

Siapa yang melakukan NA


Merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 26 Tahun 2013 pasal 17 dan
18, maka setiap tenaga gizi memiliki kewenangan untuk melakukan asesmen
(Kemenkes RI, 2014). Dalam pelaksanaannya akan dibantu oleh dokter untuk
melakukan pemeriksaan klinis dan komplikasi medis, memberi terapi dan
penentuan rawat jalan atau rawat inap; dan perawat untuk pendaftaran dan
asuhan keperawatan, sedangkan ahli gizi melakukan pemeriksaan antropometri
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011)
Registered Dietisien (RD) Technical Registered Dietisien (TRD) dan Nutritionis
Registered (NR) melaksanakan asuhan gizi yang komprehensif dan terstandar bagi
individu, kelompok, dengan berbagai usia dan status kesehatan. Permenkes RI No.
26 Tahun 2013 :
- Pasal 17 dan pasal 18 ayat 4 menyatakan bahwa RD berwenang melakukan
-

pengkajian gizi
Pasal 18 yang dimaksud pada pasal 17 huruf a menyatakan bahwa TRD

(Techician Registered Dietitien) berwenang melakukan pengkajian gizi


Bab III pasal 17 dan 18 ayat 3 menyatakan bahwa NR (Nutritionist Registered)
berwenang melakukan pengkajian gizi (PAGT, 2014)

2. Apa saja jenis-jenis gizi buruk? Apa saja sign simptomsnya? Bagaimana cara
mengklasifikasikan jenis-jenisnya?
1. Marasmus
Sign
:
- Wajah tua
- Tampak kulit dan tulang
- Dermatosis
- Abdomen kurus/ datar dan gambaran tulang rusuk terlihat jelas
- Penurunan BB sampai kurus
- Kehilangan turgor pada kulit sehingga kulit berkerut dan longgar
- Rewel
- Nafsu makan berkurang
- Nadi lambat
- BMR menurun
Symptoms :
- Malaise
- Apatis
- Mudah tersinggung
- Suhu tubuh rendah
- Diare / konstipasi
- Kesulitan menaikkan BB (Behrman, 2006)
2. Kwashiorkor
Sindroma klinis akibat malnutrisi protein berat dan masukan kalori yang tidak
cukup karena infeksi kronis.
Sign
:
- Kehilangan protein abnormal (proteinuria/nekrosis)
- infeksi
- Perubahan mental sampai dengan apatis
- Gangguan GI
- Pembesaran hati
- Anemia
10

- Rambut merah
- Kulit kemerahan
- Diare kronis
Symptoms :
- Apatis
- Rewel
- Lemah
- Diare
- Nausea (Behrman, 2006)
3. Marasmus-Kwashiorkor
Sign
:
- Edema
- Perubahan rambut dan kulit
- Edema
- Anemia sedang
- Kekurangan vitamin
- Menurunnya kadar albumin
Symptoms :
- Rewel
- Cengeng
- Apatis
- Nafsu makan menurun
- Kesadaran menurun (Behrman, 2006)
Cara mengklasifikasikan gizi buruk
1. Wellcome Classification
WEIGHT
(% Standart)

OEDEMA
Present

Absent

80-60

kwarshiorkor

Undernourished

<60

MarasmicKwarshiorkor

Marasmus

(MCNTS)
Oxford Journals. Mother and Child Nutrition in the Tropics and Subtropics - Chapter
7 Protein-Energy Malnutrition.
2. Berdasarkan BB/TB
< -2 SD
: Kwashiorkor
< -3 SD
: Marasmus (tanpa oedema), Marasmus Kwashiorkor (dengan
oedema)
(Israr et al. 2009)
Berdasarkan MUAC usia 10 18 tahun
< -16 cm
: Malnutrisi berat
(Kimani & OGW 2009)
3. Berdasarkan BB/TB , BB/U , TB/U berdasarkan Z-score
Interpreta
si

Nilai Z-score

Adekuat

-2 SD < Z-score <


+2 SD

Sedang

-3 SD < Z-score <


-2 SD
11

Berat

Z-score < -3 SD

((Israr et al. 2009)


4. Berdasarkan BB/TB , BB/U , TB/U median populasi
Interpreta
si

BB/TB
(%)

TB/U
(%)

BB/U
(%)

Adekuat

90 120

95
110

Ringan

80 89

90 94

Sedang

70 79

85 89

60 80

Berat

<70

<85

<60

(Israr et al. 2009)


5. Pemberian Skor pada Kekurangan Kalori Protein (KKP) menurut McLaren dalam
Arisman, 2004
Tanda yang Ada

Tetapa
n

Edema

Dermatosis

Edema + Dermatosis

Perubahan rambut

Hepatomegali

Serum

(protein

total)
Albumin
<1.00

(gr/100cc)
(<3.25)

1.00-1.49

(3.25-3.99)

1.50 1.99

(4.00-4.74)

2.00-2.49

(4.75-5.49)

2.50-2.99

(5.50-6.24)

3.00-3.49

(6.25-6.99)

3.50-3.99

(7.00-7.74)

7
6
5
4
3
2
1
0
12

>4.00

(>7.75)

6. Klasifikasi malnutrisi berat pada anak-anak (Katsilambros et al, 2010)


% perkiraan
berat badan per
umur (standar
Harvard)

Edema
Ada

Tidak Ada

80-60

Kwashiorkor

Gizi kurang

<60

Marasmuskwashiorkor

Marasmus

3. Bagaimana patofisiologi dari gizi buruk? Bagaimana etiologi dari masingmasing jenis gizi buruk?
1. Patofisiologi Gizi Buruk

13

(Israr, 2009)

2. Etiologi
Menurut (In et al. 2010) (Israr et al. 2009)
Kwashiorkor
(Energi Cukup,
Protein Kurang)
Akut,
terdekompensasi

MarasmusKwashiorkor
(Energi dan Protein
Kurang)

Marasmus
(Energi dan Protein
Kurang)
(Karbohidrat Kurang)
Kronis,
terkompensasi
14

Setelah mendapatkan

Kehamilan berturut-

Makanan sehari-hari

ASI dalam jangka waktu

turut dengan jarak

tidak cukup

lama kemudian disapih

kehamilan masih terlalu

mengandung protein

dan langsung diberi

dini

dan juga energi untuk

makan seperti anggota

pertumbuhan yang

keluarga yang lain

normal

umumnya rendah
protein
Kebiasaan makan yang

Bayi diberikan makanan

Pemberian makanan

kurang baik

dewasa padahal masih

tambahan yang tidak

belum bisa mentolerir

terpelihara

dan mencerna atau

kebersihannya

asupan makanan tidak


adekuat
Food taboo dalam

Keluarga miskin tidak

Susu buatan yang

keluarga menurut

mampu menyediakan

terlalu encer dan

kepercayaan terkait

makanan bergizi

jumlahnya tidak

makanan sumber

terutama sumber

mencukupi karena

protein hanya untuk

protein karena biasanya

keterbatasan biaya

anak laki-laki

mahal

sehingga kandungan
protein dan kalori
makanan anak menjadi
rendah

Pendidikan orangtua

Ibu buta huruf sehingga

Keadaan perumahan

rendah

tidak mengetahu konten

dan lingkungan yang

nutrisi makanan murah

kurang sehat

yang umum tersedia di

menyebabkan penyajian

pasar

yang kurang sehat dan


bersih

Pengetahuan gizi ibu

Diare mengakibatkan

Penyakit infeksi

kurang

berkurangnya

terutama saluran

kemampuan tubuh

pencernaan

mengubah makanan

menyebabkan infeksi

menjadi nutrisi

berulang sehingga anak


kehilangan cairan tubuh
dan zat gizi yang
mengakibatkan anak
kurus dan berat badan
15

turun
Infeksi kronis akibat

Malaria, pneumonia,

defisiensi vitamin dan

campak

mineral
Menurut Viswanatan, J &AB. Desai, 2009
Marasmus :
Biasanya terjadi pada bayi dan anak-anak. Pada awalnya terjadi kegagalan
menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan sampai
berakibar kurus karena kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut
dan longgar karena lemak subkutan hilang.
Penyebab utama :
1. Kurang intake energi (faktor makanan)
Terjadi hampir di seluruh dunia. Kurang intakenya baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Selain itu juga karena faktor ekonomi yang rendah dan
pengetahuan ibu yang kurang.
2. Karena faktor penyakit
a. Usia, biasanya banyak terjadi pada bayi daripada orang tua. Biasanya
pada bayi premature, bayi dengan beran badan lahir rendah
b. Muntah-muntah yang kronis yang menyebabkan resiko wasting.
Biasanya congenital hypetropik pyoloric astenosis. Jika tidak ditangani
dengan baik maka beresiko mengalami status gizi kurag dan marasmus
di beberapa awal kehidupan
c. Diare berkepanjangan, selama diare terjadi ketidak seimbangan
asupan nutrisi yang masuk sehingga beresiko malnutrisi
d. Infeksi kronik, seperti pada sifilia congenital, toraksis empyema
kronik, tuberculosis, infeksi saluran pernapasan bagian atas
e. Penyakit bawaan sejak lahir, biasanya terkait absorbs intake
f.

makanan seperti : congenital renal disorder.


Permasalahan hati yang akut (hearth failure), ketika hati rusak
maka akan berpengaruh ke organ lain seperti otak, ginjal yang nantinya

akan menstimulasi untuk gagal tumbuh


g. Metabolism yang berkelainan, sehingga terjadi ketidakseimbangan
gizi yang masuk
4. Parameter apa saja yang ada di nutritional assessment ? siapa yang
melakukan?
a. Antropometri
Terdapat 2 tipe parameter antropometri :
1. Pengukuran ukuran tubuh (Body Size) : BB (Berat Badan), PB (Panjang Badan)/
TB (Tinggi Badan), tinggi lutut (Knee Height), Armspan.
16

2. Komposisi tubuh (Body Composition) : Waist circumference, LILA (Lingkar


Lengan Atas), tebal lemak bawah kulit. (Kemenkes RI, 2013)

Data yang diperlukan

BB
Menurut Anggraeni, 2012 :
Pengukuran BB ada dua
1. Kondisi normal :

Timbangan injak otomatis / tidak otomatis


Untuk remaja dan dewasa
Timbangan otomatis / tidak otomatis untuk bayi
Bayi harus diletakkan dalam papan sehingga berat badan dapat
seimbang di setiap sisi di tengah papan. Saat bayi dalam keadaan
diam, berat badan dapat dibaca
Timbangan gantung (dacin) untuk bayi dan balita
Timbagan dacin dan sarung digunakan untuk anak dibawah usia 2

tahun dan bayi.


Mereka harus ditimbang dengan tidak memakai baju atau dengan
menggunakan baju
seminimal mungkin. Setelah meletakkan bayi pada sarung, berat
akan dapat
diketahui dengan membaca skala.

Timbangan yang lengkap dengan pengukur tinggi badan


2. Kondisi Khusus :

Pengukuran BB dalam kondisi tirah baring atau dengan keadaan


edema
Contoh :
a. Pasien yang tidak dapat duduk atau berdiri sehingga terus
berada dalam posisi berbaring bisa memakai bad scale
b. Pasien dengan edema atau ascites sehingga tidak dapat
ditentukan BB sebenarnya

Perkiraan BB menggunakan The Hamwi Methode

Bangun

Laki-Laki

Wanita

48 kg untuk 152 cm yang

45.5kg untuk 152 cm

Tubuh
Sedang

pertama,
tambahan
setiap

selanjutnya yang
2,7

kg

untuk selanjutnya

2,5

tambahan;kurangi

pertama,

cm tambahan
1,13

2,3

kg

kg untuk setiap 2,5 cm


17

untuk setiap cm bila TB < tambahan;kurangi


152 cm

1,13 kg untuk setiap


cm bila TB < 152 cm

Kecil

Kurangi 10%

Kurangi 10%

Besar

Tambahkan 10%

Tambahkan 10%

Menurut Kemenkes RI, 2014 :


Kondisi Normal :
Menggunakan timbangan digital
Tahapan :
1. Mengaktifkan alat timbang dengan cara menekan tombol ON/OFF.
Tunggu hingga muncul angka 0,00 dan timbangan siap digunakan.
2. Responden diminta naik ke alat timbang dengan posisi kaki tepat di
tengah alat timbang tetapi tidak menutupi jendela baca.
3. Memperhatikan posisi kaki responden tepat di tengah alat timbang,
sikap

tenang,

tidak

bergerak-gerak

dan

kepala

tidak

menunduk

(memandang lurus kedepan).


4. Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul, dan tunggu sampai
angka tidak berubah.
5. Mencatat angka yang muncul. Angka hasil penimbangan dibulatkan
menjadi satu digit, misal 0,51 - 0,54 dibulatkan menjadi 0,5 dan 0,55 0,59 dibulatkan menjadi 0,6.
6. Minta Responden turun dari alat timbang.
Menurut Asuhan Gizi Nutritional Care Procces,2012 :
Kondisi Khusus : menggunakan estimasi panjang badan
Tahapan :
1. Mengkategorikan

pasien

manjadi

yaitu

kategori

tubuh

sedang,kecil,atau besar
2. Kemudian lakukan perhitungan dengan rumus :

Laki-laki
Sedang : 48 kg untuk 152 cm pertama ; selanjutnya ditambah 2,7 kg
untuk setiap 2,5 cm tambahan tinggi badan ; kurangi 1,13 untuk

setiap cm bila tinggi badan < 152 cm


Kecil : Dari rhitungan dikurang 10%
Besar : Dari hitunga ditambhkan 10%
Perempuan
Sedang : 45,5 kg untuk 152 cm pertama ; selanjutnya ditambah 2,3
kg untuk setiap 2,5 cm tambahan tinggi badan ; kurangi 1,13 untuk
setiap cm bila tinggi badan < 152 cm
18

Kecil : Dari rhitungan dikurang 10%


Besar : Dari hitunga ditambhkan 10%. (Asuhan Gizi Nutritional Care
Procces,2012)
Menurut Grant J 1980 dalam Kanthi et al 2015
Kondisi Khusus : Estimasi Berat Badan Kondisi Khusus (The Hamwi Method)
Berdasarkan Tinggi Badan
Tahapan menentukan Frame Size :
Frame Size (R) = Tinggi Badan (cm) / Lingkar Pergelangan Tangan
(cm)
Frame
Size

R
Laki-Laki

Perempu
an

Kecil

>10,4

>11,0

Sedang

9,6

10,1

10,4

11,0

<9,6

<10,1

Besar

Frame Size (Bangun

Laki-Laki

Wanita

Tubuh)
Sedang

48 kg untuk 152 cm

45,5 kg untuk 152 cm

pertama, selanjutnya

pertama, selanjutnya

tambahkan 2,7 kg untuk

tambahkan 2,3 kg untuk

setiap 2,5 cm tambahan;

setiap 2,5 cm tambahan;

kurangi 1,13 kg untuk

kurangi 1,13 kg untuk

setiap cm bila TB < 152

setiap cm bila TB < 152

cm

cm

Besar

Tambahkan 10%

Tambahkan 10%

Kecil

Kurangi 10%

Kurangi 10%

PB atau TB
Kondisi khusus:
a. Estimasi Tinggi Badan dalam Kondisi Khusus Berdasarkan Panjang
Badan
Apabila anak umur >24 bulan tidak dapat berdiri sehingga tidak dapat
diukur tinggi badan maka digunakan panjang badan / diukur telentang.
TB estimasi = PB 0,7 cm (Haschke 2000 dalam Kanthi et al 2015)
19

b. Tinggi lutut digunakan apabila pasien dalam kondisi bed rest total
(Chumlea 2008 dalam Kanthi et al 2015)
c. Demispan dan panjang ulna
Hanya untuk usia 16 tahun - >54 tahun (Gibson 2005 dalam Kanthi et
al 2015)

IMT/U
Untuk anak umur 5-18 tahun (Standar WHO 2005)
Kategori status Ambang

batas

gizi

score)

Sangat kurus

< -3 SD

Kurus

-3 SD s d < -2 SD

Normal

-2 SD s d 1 SD

Gemuk

>1 SD s d 2 SD

Obesitas

>2 SD

(z

20

b. Biokimia
Data

Cut of

Interpretasi

Menurun

Meningkat

si
Marcia

Sampel darah:
-RBC
(Red Blood Cell)

Lk = 4,3-

Utk hit jmlh

Defisiensi sel

et al

5,9juta/mi

drh merah

darah merah,

2007;

kro liter

dan diagnosa

anemia,

Cornelia

Pr = 3,5-

anemia

hemolisis,

dkk

5,9juta/mi

kegagalan

2011;

kro liter

sumsum

Mahan

tulang

et al

belakang

2012

untuk

dalam

memproduksi

Kanthi et

RBC

al 2015

Defisiensi

(Sumber

Protein, Fe,

untuk

anemia,

semua

malnutrisi,

hasil lab

-Hb

Lk=14-17

(Hemoglobin)

mg/dL

Hb=diagnosa

Pr 12-15

anemia

mg/dL

Lk = 39-

hemolisis

-Hct

49%

(Hematokrit)

Pr = 33-

Ht= Hit % drh

43%

mrh dlm drh

Defisiensi Fe,

dan diagnosa

anemia,

anemia

infeksi kronis,
malnutrisi

Defisiensi gizi

talasemia

pada tingkat

80-95 f

Corpuscular

96-108 f

MCV=utk

Volume)

(baru

melihat

Defisiensi zat

lahir)

ukuran SDM

besi, anemia

dan

ok penyakit

mmbdakan

kronis

-MCHC

Dehidrasi,

darah)

polisitemia

-MCV (Mean

(Konsentrasi Hb)

referen

marginal,
kerusakan
sintesis DNA

mikrositik/mak
32-36 g/dL

rositik anemia

32-33 g/dL
(baru

MCHC=utk

Defisiensi zat

Infeksi,

lahir)

diagnosa

besi,

neoplasia,
21

-WBC (White

anemia def Fe

talasemia

mikro liter

WBC = hit

PEM, penyakit

(>2th)

jmlh WBC dan

autoimun

6000-

indikator imun

17000

status, infeksi

mikro liter

dan infamasi

stress

Blood Cell)
500010000

(<2th)
9000-Ig

30000

Ig G

mikro liter

Ig A

(baru

Ig G naik

ngsih,

Ig E

lahir)

menunjukkan

2013

Wahyuni

terjadinya
infeksi semua
Ig G 80%

tipe dan

= 650-

malnutrisi

Defisiensi gizi

MCH (Mean

1.700

berat

pada tingkat

Corpuscular

mg/dl

marginal,

Hemoglobin)

Ig A 15%

kerusakan

= 70-400

sintesis DNA

Haptoglobulin

mg/dl

MCH

Defisiensi zat

Ig E

merupakan

besi,

(0,0002%)

komponen Ig

talasemia

<40mg/dl
Bilirubin

27-31 f

Efek obat,

pg/cell

kelainan pada

23-34

batu empedu,

pg/cell

penyakit di

(baru

Hapto = tinggi

saluran

lahir)

(infeksi paru)

empedu
Anemia

perdarahan
intravascular,
ketidakmatan

Total: 0,1-1
Creatinnin

gan hepar

mg/dl
22

Height Index
(CHI)
Fe

Direct:
0,1-3

Pemberian

Indirect:

zat besi

0,2-0,8

Defisiensi

berlebih,

protein/malnut

anemia,

risi

kerusakan
hati akut,

1-2 mg/dL

Defisiensi Fe

absorpsi

dan atau

eksesif,

infamasi,

transfusi, dan

infeksi,

terapi besi.

maligna,
anemia

Limfosit

50-180

defisiensi zat

g/dL

gizi

800-

Dihub sama

40.000

infeksi virus

/mm3

dan bakteri
pneumonia
pasien dan
TBC yg

Albumin serum

3,5-5 g/dl

diderita
Penurunan

Defisiensi

Defisiensi

anak2=4-

albumin

protein,

protein,

5,8 g/dl

mengindikasik

katabolisme

katabolisme,

an malnutrisi

penyakit

gagal hati,

berat dan

terkait hati,

dehidrasi

edema

infeksi, stres
metabolik

Protein

6-8

Penurunan =

Wahyuni

g/dl=dwsa

indikasi

ngsih,

6,2-8 =

malnutrisi

2013

anak2
23

Natrium

135-145

Kelebihan

Defisit

Kemenk

mEq/dL

cairan,

volume

es, 2011

kehilangan

cairan,

natrium lewat

pemberian

saluran cerna,

natrium yang

pasien dengan

berlebih,

makanan

kehilangan

enteral

cairan air

dengan
formula susu
rendah
natrium untuk
waktu yang
Pre

10-40

lama
Defisiensi

Albumin/transtir

mg/dl

protein,

etin

Anabolisme

katabolisme,
infeksi,
trauma,
operasi, stress
metabolik,
hepatitis,
sirosis,
malabsorbsi,

Glukosa

<3 mmol/l

Dibutuhkan

dan hipertiroid
Hipoglikemia,

Perubahan

WHO

atau <54

krna sesuai dg

asupan makan

metabolism

dan

mg/dl

kondisi

kurang baik

karbohidrat,

Bhakti

kelebihan

Husada

hipoglikemia
GDS 80-

intake

120 mg/dl

energy,

GD2PP

kanker,

<200

diabetes

mg/dl

mellitus, infus
dekstrosa
yang
berlebihan,
infeksi,
respon stress,
24

penggunaan
obat-obatan ,
osmotic
diuresis,
penurunan
volume
darah,
Hiperglycemi
c
Hyperosmolar
Nonketotic
Syndrome
(HHNS),
diabetic
ketoasidosis
LED

Pria = <15

Nilai LED

Kemenk

mm/1 jam

meningkat

es, 2011

Wanita

kalo tjd kndisi

=20

infeksi akut
dan kronik

Globulin

3,2-3,9g/dl

misal TBC
Sbg indikasi
marasmus jka
jmlhnya

Total kolesterol

Transferin

Bayi=130

menurun
Marasmus=no

Protein Energy

Peningkatan

Arisman,

Anak 2-

rmal

Malnutrition,

risiko

2004

9th=130-

Kwashiorkor =

penyakit hati

penyakit

170

rndah

kardiovaskula

Dwasa<20

Sbg indikator

0
215-380

malbasorbsi

mg/dl

Kadar zat besi

Defisiensi zat

di serum

besi akut,

darah rendah

penyakit hati
dan ginjal,
infamasi,
gagal jantung
kongestif,
hemokromato
sis, hemolitik
25

Data biokimia didapat dari hasil pemeriksaan laboratorium yang berkaitan dengan
status gizi, status metabolic dan gambaran fungsi organ yang berpengaruh
terhadap

timbulnya

masalah

gizi

(PGRS

2013),

dilakukan

oleh

petugas

laboratorium.

c. Fisik Klinis
1. Tanda-tanda vital
a. Suhu tubuh
Normal 36,1-37,2 C
Rata rata 37C
Variasi Suhu Tubuh Menurut Usia (Bonewit-West 2011 dalam Kanthi et al
2015)
Usia

Tempat

Suhu Rata-

Pengukuran

Rata (C)

Bayi Baru Lahir

Aksila (ketiak)

36,1-37,8

1 tahun

Oral

37,6

5 tahun

Oral

37

Dewasa

Oral

37

Rektal

37,5

Aksila

36,4

Oral

36

Lansia (>70
tahun)

Indikasi Suhu Tubuh (Bonewit-West 2011 dalam Kanthi et al 2015)


Suhu C

Indikasi

>43

Fatal

41-43

Hyperpirexia

38-40

Pyrexia (demam)

37,2-38

Low grade fever

36,1-

Normal

37,2
26

b.

34-36

Hypothermia

<34

Fatal

Nadi
Nadi pada Berbagai Usia (Bonewit-West 2011 dalam Kanthi et al 2015)
Kelompok

Rentang

Nadi Rata-

Usia

Nadi

Rata

(kali/men

(kali/menit

it)

120-160

140

1-3 tahun

90-140

115

3-6 tahun

80-110

95

6-12 tahun

75-105

90

12-18 tahun

60-100

80

>18 tahun

60-100

80

>60 tahun

67-80

74

Atlet

40-60

50

0 bulan s.d 1
tahun

Tachycardia : Kecepatan nadi di atas 100x/menit


Bradycardia : Kecepatan nadi kurang dari 60x/menit
c.

Respiratory rate
Respiratory Rate Menurut Usia (Bonewit-West 2011 dalam Kanthi et al
2015)
Usia

Range Rata-Rata RR,

Rata-Rata Respirasi,

kali/menit

kali/menit

Lahir-1 tahun

30-40

35

1-3 tahun

23-35

30

3-6 tahun

20-30

25

6-12 tahun

18-26

22

12-18 tahun

12-20

16

>18 tahun

12-20

16

Tachypnea : RR meningkat lebih dari 20x/menit


Bradypnea : RR turun kurang dari 12x/menit
d. Tekanan darah (NHBPEP 2003)
Tekanan Darah Rata-Rata Menurut Usia
27

Usia

Tekanan Darah (mmHg)

Bayi baru lahir (3,3 kg)

40 (rata-rata)

1 bulan

85/54

1 tahun

95/65

6 tahun

105/65

10-13 tahun

110/65

14-17 tahun

120/75

Dewasa

<120/180

2. Tanda Klinis Kelebihan dan Kekurangan cairan (ADA 2009)

BUN/kreatinin

Kekurangan Cairan

Kelebihan Cairan

meningkat

menurun

Edema

Ya

Abnormalitas elektrolit

Peningkatan Na, CL

Nadi

meningkat

Hemoglobin/hematokrit

Meningkat

Penurunan Na, CL

Menurun

3. Disfagia (ADA 2009)


Disfagia

dikelompokkan

menjadi

beberapa

tergantung

dari

tempat

kejadiannya.
1)
Disgafia Oral : terdiri dari kelemahan otot, bibir, kesulitan memindahkan
2)

makanan ke tenggorokan, kesulitan mengawali menelan


Disfagia Pharyngeal teridi atas refx menelan yang tertunda, tidak
tampanknya proses menelan makanan dilihat dair tenggoran, maka

3)

mungkin masuk ke dalam laring karena adalanya aspirasi


Disfagia Esofagial terdiri dari adanya hambatan, stenosis, penyempitan
struktur

esofagus

karena

GERD

(Gastro

Esophangeal

Refux

Disorder)/gangguan motilitas esofagus.

Disfagia Oral

Disfagia Pharyngeal

Disfagia esofagial

Mengeluarkan air liur

Menelan berkurang

Adanya tekanan atau


perasaan tidak nyaman
di sekitar dada
28

Makanan/minuman yang

Sering membersihkan

Benjolan di

sudah ada dimulut

tenggorokan (menelan

tenggorokan

tumpah/dikeluarkan

ludah)

Makan dalam waktu

Suara terdengar serak

yang lama

Chronic Heartburn
(dada terasa panas)

Ketidakmampuan untuk

Makanan/minuman

menghabiskan makanan

tersangkut di

karena

tenggorokan

kelelahan/kelemahan
Makanan dikulum terus

Batuk, baik sebelu,

di dalam mulut

mapupun setelah
menelan
makanan/minuman/obat

Lidah bergerak terus

Pneumonia berualang

menerus (ke depan ke


belakang)
Peningkatan suhu tubuh
Rasa mampat di
dada/paru-paru

4. Edema
Assessment Pitting Edema
2 mm (Edema + 1)

Sedikit tampak adanya cekungan


Cepat kembali

2-4 mm (Edema + 2)

Cekungan nampak agak lebih dalam


disbanding Edema + 1
Tidak terdeteksi adanya cekungan
Hilang dalam 10-15 detik

4-6 mm (Edema + 3)

Cekungan nampak lebih dalam


Hilang dalam waktu sekitar 1 menit
Ekstrimitas yang mengalami edema
dapat terlihat membengkak dan
membesar

6-8 mm (Edema + 4)

Cekungan terihat sangat dalam


Hilangnya dalam 2-5 menit
Ekstrimitas yang mengalami edema,
terlihat membentuk cekungan.

(Grey Bruce Health Network 2008 (dalam Kanthi et al)

29

d. Dietary
1. 24hr Recall
Tahapan 24 Hr Recall menurut Umi Fahmida dan Drupadi (2007) adalah:
- Responden me recall semua makanan dan minuman yang telah dimakan
di 24 jam terakhir
- Responden mendeskripsikan secara detail setiap jenis makanan yang di
konsumsi (mencakup metode pemasakan bahan makanan) mulai dari
makanan pertama yang dimakan hingga makanan terakhir yang dimakan
- Responden mengestimasi porsi ukuran yangsudah dikonsumsi pada 24 jam
terakhir dengan :
Food model makanan
Sampel dari bahan makanan pokok
Mengkalibrasi peralatan rumah tangga responden
- Pewawancara memeriksa recall kepada pasien untuk memastikan
- Pewawancara mengkonversi porsi makan ke dalam bentuk gram
2. SQ-FFQ
Tahapan SQ FFQ:
A. Survei Database
Database difokuskan pada jenis bahan makanan atau makanan yang
diketahui berhubungan dengan kejadian penyakit atau kondisi patologi
tertentu. Semua jenis bahan makanan tidak dapat dimasukkan ke dalam
formulir SQ FFQ karena jumlah yang relative banyak. Peneliti hanya
memfokuskan pada bahan makanan tertentu saja.
B. Pengembangan FFQ
Iris Shai et al 2005 dalam Sirajuddin et al 2013 menjelaskan ada dua
pertimbangan pokok dalam memasukkan bahan makanan atau makanan ke
dalam formulir FFQ yaitu kandungan gizi dan frekuensi konsumsi.
1. Pertimbangan kandungan gizi yang dimaksud adalah zat gizi yang
memiliki korelasi kuat dengan penyebab masalah gizi. Defisiensi zat gizi
dapat menimbulkan gangguan pada sistem enzim yang berlanjut pada
kelainan jaringan dan gangguan fungsi jaringan (Gibson 2005 dalam
Sirajuddin et al 2013).
2. Sedangkan pertimbangan frekuensi konsumsi yang dimaksud adalah
untuk mengetahui dan memastikan bahwa hanya makanan dengan
frekuensi relative tinggi yang dimasukkan ke dalam formulir FFQ.
Makanan

yang

dianjurkan

masuk

dalam

formulir

FFQ

sebaiknya
30

makanan yang dikonsumsi paling sedikit 80% populasi dengan frekuensi


minimal 1 kali seminggu.
Jika jenis makanan yang terseleksi sulit ditentukan, penentuan dapat
dilakukan dengan analisis statistik regresi linier model stepwise. Variabel
dependennya (Y) adalah skor total konsumsi dan variabel independennya
(X1, X2, X3,Xn) adalah skor konsumsi setiap bahan makanan yang
diperoleh dari database survei awal. Hasil akhir analisis regresi model
stepwise adalah diketahuinya jenis bahan makanan yang menjadi prediktor
kuat terhadap skor frekuensi konsumsi. (Shai et al 2005 dalam Sirajuddin et
al 2013)
C. Formulir FFQ Final
C1 Teknik Awal
a. Lihat jumlah kolom pada formulir SQ FFQ, pastikan bahan-bahan makanan
yang tercatat hanya bahan makanan dengan skor frekuensi tertinggi pada
survey pasar atau survey awal. Nilai median atau nilai rata-rata dapat
digunakan untuk menentukan cut off point skor frekuensi makan tertinggi.
Makanan atau bahan makanan dengan skor konsumsi lebih dari atau sama
dengan nilai median atau rata-rata seluruh sampel dapat dimasukkan ke
dalam formulir.
b. Sebelum

wawancara,

lakukan

prosedur

baku

berupa

perkenalan,

penyampaian tujuan, dan minta kesediaan responden untuk berpartisipasi


dalam kegiatan survey dengan menandatangani form persetujuan setelah
penjelasan (PSP). Hal ini terkait etika dalam riset.
c. Pada saat wawancara, tanyakan setiap makanan dalam daftar lalu
tanyakan frekuensi konsumsi dan juga jumlah yang dikonsumsi.
d. Perhatikan bahwa daftar makanan atau bahan makanan yang ada dalam
formulir SQ FFQ tidak dapat ditambah selain yang sudah diputuskan pada
studi pendahuluan. Penambahan daftar makanan baru dalam daftar
sebelumnya

harus

dilakukan

secara

hati-hati

atau

bahkan

dipertimbangkan untuk ditolak atau ditiadakan.


1. Responden

diminta

untuk

mengidentifikasi

seberapa

sering

mengonsumsi makanan yang terdapat di dalam daftar makanan yang


telah disediakan
2. Responden memilih kategori yang paling tepat untuk konsumsi makan
dan mencatat berapa kali makanan tersebut dikonsumsi. Frekuensi
31

konsumsi makan dalam kualitatif FFQ terdiri dari 5 kategori yaitu harian,
mingguan, bulanan, tahunan, jarang/tidak pernah
3. Responden memilih jumlah porsi berdasarkan jenis makanan yang
dimakan: kecil, sedang, besar
4. Mengkonversikan jumlah frekuensi yang dikonsumsi ke dalam jumlah
rata-rata per hari. Misal: tempe/tahu dikonsumsi 4 kali per minggu maka
dikonversikan menjadi 4/7 per hari 0,57 per hari
5. Mengalikan jumlah frekuensi per hari dengan jumlah porsi (gram) untuk
memperoleh jumlah gram yang dikonsumsi dalam sehari.
e. Jika semua formulir sudah terisi, ucapkan terimakasih dan minta kesediaan
responden untuk memberikan klarifikasi kepada tim quality control jika
diperlukan.
(Willet 1998; Gibson 2005; Fahmida 2007 dalam Kanthi et al 2015)
e. Penunjang Lain (Obat, Riwayat Pasien, dll)
-

Riwayat gizi sekarang dari hasil recall

Riwayat gizi dahulu dari frekuensi makan, kebiasaan makan, pantangan,


makanan yang disukai/tidak

Riwayat penyakit sekarang dari keluhan subyektif pada saat pasien masuk RS,
dapat dari rekam medis

Riwayat penyakit dahulu daro rekam medis, riwayat pengobatan, riwayat


penyakit yang diderita sebelumnya, konsumsi suplemen

Riwayat penyakit keluarga didapat dari data penyakit yang diderita oleh
keluarga pasien, didapat dari catatan rekam medis/ditanyakan langsung pada
klien

Data sosial ekonomi yaitu tentang pekerjaan klien/psien, pendapatan, jumlah


tanggungan keluarga, aspek pengetahuan dsb. (Pedoman Gizi Puskesmas)

32

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


A. Kesimpulan
1. Sebelum melakukan Nutritional Assessmen, ahli gizi harus mengetahui terlebih
dahulu tujuan dan prinsip, waktu pelaksanaan terkait dilakukannya NA. Setelah
itu, ahli gizi harus mengetahui penyakit (patofisiologi dan etiologi) yang diderita
pasien beserta komplikasinya.
2. Terdapat

jenis

gizi

buruk

yaitu

marasmus,

kwashiorkor,

marasmus-

kwashiorkor. Masing-masing jenis gizi buruk memiliki sign simptoms tersendiri.


3. Terdapat berbagai macam cara untuk mengklasifikasikan jenis-jenis dari gizi
buruk, diantaranya Wellcome classification, berdasarkan BB/TB, BB/U, TB/U, Zscore dll.
4. Terdapat empat macam parameter di dalam NA, antara lain antropometri
(pengukuran BB, TB atau PB), biokimia (hasil uji laboratorium), fisik klinis
pasien, dietary (pola makan, frekuensi makan, porsi makan), dan penunjang lain
(obat, riwayat penyakit, dll)
B. Rekomendasi
Skenario yang diberikan sudah sangat baik dengan batasan permasalahan yang
jelas dan tepat sasaran, karena mahasiswa dapat belajar sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan.

33

DAFTAR PUSTAKA
Asih, Retno. 2006. Pneumonia. Surabaya : Universitas Airlangga
L. Kathleen, et al. 2008. Krause's Food & Nutrition Therapy. 12th edition.
Oxford Journals. Mother and Child Nutrition in the Tropics and Subtropics - Chapter 7
Protein-Energy Malnutrition.
DeBruyne, et al. 2015. Nutrition and Diet Therapy : 9th Edition. USA: Cengage Learning.
Fahmida, Umi, Drupadi HS Dillon. 2007. Handbook Nutritional Assessment. Jakarta :
Universitas Indonesia.
Handayani, Dia et al. Nutrition Care Process (NCP). Jakarta : Graha Ilmu
Israr, Y.A. et al., 2009. Gizi Buruk (Severe Malnutrition). DrsMed - FK UNRI.
Kemenkes RI, 2014. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT),
Kemenkes RI, 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Pedoman pelayanan anak gizi buruk,
Kimani, F. & OGW, S., 2009. National Guideline for Integrated Management of Acute
Malnutrition,
Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet Edisi baru. Jakarta : PT Gramedia Pusaka Utama.
Hal 9-10.
Kemenkes RI. 2013. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS). Jakarta : Kemenkes RI.
hal 16
34

Kemenkes RI. 2014. Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta : Kemenkes
RI. hal 13
Anggraeni, Adisty C.2012. Asuhan Gizi :Nutritional

Care Process.Yogyakarta :Graha

Medika
Arisman, MB.2010. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC
Jafar, Nurhaedar.2012. Defisiensi Kh & Protein pada Gizi Buruk Balita. Universitas
Hasanudin.
Viswanathan J, A.B. Desai. 2009. Archars Textbook of Pediatrics. Universitas Press (India)
Provate Limited : Orient Longman Private Limited
Wahyuningsih, Retno. 2013. Penatalaksanaan Diet Pada Pasien. Yogyakarta : Graha Ilmu
Sirajuddin et al. 2013. Survei Konsumsi Pangan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

35

TIM PENYUSUN
A. KETUA
Nur Arina Shifrina

135070300111020

B. SEKRETARIS
Ilfi Zahrotun Maulia
Astre Primadita

135070300111008
135070300111019

C. ANGGOTA
Ayu Kurnia Dovyanti

135070300111017

Hayu Iyaka Nastaina

135070300111022

Yuniar Nur Fadhilah

135070300111024

Lydia Gresari Br S

135070300111025

Ratnasari Rosmawati

135070300111026

Ulfatul Karomah

135070300111001

Marselina A Mahar

135070300111002

Syukri Husein Lubis

135070300111003

Ummi Dhiarin Salma

135070300111004

Sabania Hari R

135070300111005

Aisyah Amalia Y

135070300111007

Mohd. Sarli

135070300111009

D. FASILITATOR
Karina Muthia S
E. PROSES DISKUSI
1. KEMAMPUAN FASILITATOR DALAM MEMFASILITASI
Fasilitator membantu jalannya proses PBL dengan mengarahkan mahasiswa menuju arah
diskusi yang sesuai dengan kompetensi apabila dirasa jalannya diskusi mulai keluar dari
topik yang seharusnya. Selain itu fasil juga memancing mahasiswa agar mampu
menemukan tujuan pembelajaran yang belum muncul di Learning Objectives
36

2. KOMPETENSI/ HASIL BELAJAR YANG DICAPAI OLEH ANGGOTA DISKUSI


- Mahasiswa mampu belajar menjadi seorang pemimpin produksi makanan ynag sesuai
dengan pedoman gizi,paramater biaya ,dan penerimaan konsumen
-

Mahasiswa

mampu

mengembangkan

atau

memodifikasi

resep/formula

sesuai

kebutuhan pasien
- Mahasiswa mampu belajar membuat software dalam pemesanan menu dalam sistem
otomatis.

37

Anda mungkin juga menyukai