DAFTAR
ISI............................................................................................................. ....................
....................
ISI
a. Kompetensi yang Akan Dicapai..........
......................
b. Skenario.
...................................................................
c. Daftar Unclear Terms .......
............................
d. Daftar
Cues...
.................................
e. Daftar
Learning 2
Objective..............................
f.
..........
Hasil
Brainstorming.. 3
................................................................
g. Hipotesis
.... 9
.................................
h. Pembahasan
Learning 10
Objectives......................................................................................................
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
a. Kesimpulan
31
Diskusi..............
........................
b. Rekomendasi
.................................
DAFTAR
31
PUSTAKA. 32
..........................................................................
.
TIM
PENYUSUN.. 34
..............................
...............
ISI
A. KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI
COMPETENCIES
B. SKENARIO
SCENARIO
Opo ae yooooo???
Pasien An. AS (13 th 1 bulan) terdiagnosa Gizi buruk marasmus, pneumonia, TB paru,
anemia hipokrom mikrositer ok infeksi kronis. Sejak 2 minggu SMRS, mengalami batuk
dan demam. Pasien MRS dalam kondisi lemah, demam, batuk dan sesak, sehingga
dirawat
di
ruang
HCU
anak.
Ahli
gizi
akan
melakukan
nutritional
assessment
menggunakan parameter yang tepat untuk mengidentifikasi masalah gizi pada pasien
tersebut.
C. DAFTAR UNCLEAR TERM
UNCLEAR TERMS
1.
Pneumonia
2.
Anemia
hipokrom
mikrositer ok
infeksi kronis
D.DAFTAR CUES
CUES
Ahli gizi mampu memahami dan melaksanakan nutritional assessment menggunakan
parameter yang tepat untuk mengidentifikasi masalah gizi pada pasien.
E. DAFTAR LEARNING OBJECTIVE
1. Apa tujuan dan prinsip dari nutritional assessment ? Kapan dan dimana dilakukan
nutritional assessment ? Siapa yang melakukan nutritional assessment ?
2. Apa saja jenis-jenis gizi buruk? Apa saja sign simptomsnya? Bagaimana cara
mengklasifikasikan jenis-jenisnya?
3. Bagaimana patofisiologi dari gizi buruk? Bagaimana etiologi dari masing-masing
jenis gizi buruk?
4. Parameter apa saja yang ada di nutritional assessment ? siapa yang melakukan?
F.
HASIL BRAINSTORMING
1. Apa tujuan dan prinsip dari nutritional assessment ? Kapan dan dimana dilakukan
nutritional assessment ? Siapa yang melakukan nutritional assessment ?
a. Tujuan
- Mengidentifikasi masalah-masalah terkait gizi
- Menentukan status gizi seseorang
- Untuk menentukan tindakan yang akan diambil selanjutnya
- Dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa gizi
b. Prinsip
- Dilakukan sesuai dengan kondisi pasien
- Teliti
- Sistematis
c. Kapan dilakukan NA
- Setelah skrining gizi dan dinyatakan berisiko malnutrisi
- Dalam treatment juga dilakukan
- Stetlah monev, sesuai dengan kondisi pasien
d. Dimana dilakukan NA
- Di komunitas dan di klinik
e. Siapa yang melakukan NA
- Tenaga gizi yang telah mengikuti pendidikan khusus dibidang gizi (D3, S1,
dan dr. Spesialis gizi)
2. Apa saja jenis-jenis gizi buruk? Apa saja sign simptomsnya? Bagaimana cara
mengklasifikasikan jenis-jenisnya?
Jenis-jenis Gizi Buruk :
a. Marasmus
Sign & Symptoms :
- Pasien terlihat seperti orang tua
3
- Cengeng
- Rewel
- Keriput
- Iga terlihat
- Biasanya kepala pasien berukuran besar
- Perut buncit
- Jaringan lemak subkutan di daerah pantat sangat sedikit (baggy pants)
b. Kwashiorkor
Sign & Symptoms :
- Terdapat edema di kaki, lengan, dan wajah (moon face)
- Rambut jagung (warna merah dan mudah dicabut/rontok tanpa rasa sakit)
- Perubahan status mental
- Apatis
- Rewel
- Pembesaran hati
- Otot mengecil
- Kulit terdapat bercak merah muda yang meluas dan berubah menjadi coklat
kehitaman dan terkelupas
- Pandangan mata sayu
- Terjadi pada anak-anak
c. Marasmus Kwashiorkor
Sign & Symptoms :
- Perut buncit
- Edema kaki dan tangan
- Pembesaran hati
- Rewel
- Wajah terlihat tua
- Rambut merah
- BB <60%
- Kurus tapi terdapat gejala-gejala kwashiorkor
- Terdapat penyakit-penyakit yang menyertai
- Bisa terjadi pada pasien yang menderita HIV AIDS
Cara mengklasifikasikan :
a. Dilihat dari BB dan TB
Gizi buruk : < -2SD ; TB : < -3SD
b. Bisa menggunakan BB/TB, IMT/U
c. Dilihat melalui kondisi fisik (Marasmus-Kwashiorkor)
3. Bagaimana patofisiologi dari gizi buruk? Bagaimana etiologi dari masing-masing
jenis gizi buruk?
a. Patofisiologi Gizi Buruk
- Energi
berkurang
=>
metabolisme
pemecahannya
terganggu
dibawah normal.
Ada hubungannya dengan penyakit TB paru yang diderita oleh pasien ; TB
paru berasal dari asupan rendah disebabkan sesak yang diderita pasien =>
sistem imun menurun => mudah terserang bakteri.
b. Etiologi
Kekurangan konsumsi protein dan energi dalam jangka waktu yang lama.
4
4. Parameter apa saja yang ada di nutritional assessment ? siapa yang melakukan?
a. Antropometri (Data yang diperlukan, tahapan untuk mencapai data, interpretasi
data, tools yang membantu untuk interpretasi, serta kekurangan dan kelebihan)
untuk kondisi normal dan khusus.
- Data yang diperlukan :
BB, TB, IMT
- BB (kondisi normal) = menggunakan timbangan
BB (kondisi khusus) = menggunakan LILA, tebal lemak (skinfold calliper)
- TB atau PB
TB atau PB (kondisi khusus) = menggunakan knee height, armspan,
demispan, lingkar pinggang, lebar betis
TB atau PB (kondisi normal) = menggunakan lenght board (untuk kurang
-
2 tahun)
Tahapan untuk mencapai data
- Mencari data dengan pengukuran, cek data, selanjutnya interpretasi
- Data pasien, pilih tools, cari data yang di tools, interpretasi
BB kondisi khusus :
LILA : harus tepat dibagian yang banyak lemak, dicari tengahtengahnya, tangan tidak dominan, lengan pasien 90 derajat, diambil
b. Biokimia (Data yang diperlukan, sumber data, interpretasi cut off, alasan data
tersebut diperlukan)
- Data yang diperlukan :
Uji darah lengkap
Kadar Hb
Kadar serum Fe
Saturasi transferin
MCT
MCV
ACV
Kadar albumin
- Sumber data : Dari tim Laboratorium RS
- Interpretasi cut off :
Albumin = 3,5-4 (rendah)
- Alasan data tersebut duperlukan :
Albumin : Untuk mengetahui kekurangan energi dan protein pada pasien
Untuk mengetahui terjadinya infeksi pada pasien
Uji darah lengkap : Untuk cek anemia atau tidak
c. Fisik klinis (Data yang diperlukan, sumber data, interpretasi cut off, alasan data
tersebut diperlukan)
- Data yang diperlukan
RR (Respiratory Rate)
Denyut nadi
Suhu tubuh
Kesadaran umum
Tekanan darah
Ada odem atau tidak
- Sumber data
Rekam medis pasien
- Interpretasi cut off
RR = batas normal atas 20 kali/menit
Denyut nadi = 60-70 kali/menit
Suhu tubuh = 36-37oC
Kesadaran umum = Composmentis, sadar tapi tidak bisa feedback, tidak
sadar sama sekali
- Alasana data tersebut diperlukan
d. Dietary (Tools dan tahapan)
Tools :
- 24 hour recall
Untuk mengetahui riwayat makan sekarang
Lebih mudah dilakukan
Mengetahui riwayat makan selama 24 jam (misal : mulai jam 10 pagi
hari ini hingga jam 10 pagi keesokan harinya)
Termasuk data assessment kuantitatif
- SQ FFQ
Untuk mengetahui riwayat makan dahulu
Termasuk data assessment kualitatif
Bisa mengetahui status mikronutrien
Bergantung pada ingatan pasien
Tahapan :
- 24 hour recall
Menggunakan kuisioner
6
G. HIPOTESIS
Prinsip dan
Tujuan
Assessment
Data Subjective
Data Objective
Antropomet
ri
Biokimia
Dietary
Fisik Klinis
Faktor
Lain
Interpretasi
Dengan Cut off
Pneumonia
Anemia
Hypokrom
Micrositer Ok
Infeksi Kronis
TB paru
Marasmus
Gizi Buruk
Patofisiologi
Sign ,
Symptom
Dan Etiologi
Kwashiorkor
Marasmic Kwashiorkor
8
nutritional
assessment?
Siapa
yang
melakukan
nutritional
assessment?
Tujuan
Menurut ASPEN Guidelines dalam Patton, 2010 :
- Mengidentifikasi pasien yang mengalami malnutrisi dan berisiko malnutrisi
- Mengumpulkan informasi untuk membuat rencana asuhan gizi
- Memonitor terkait pemenuhan terapi gizi
Menurut Kemenkes, 2014 :
- Mengidentifikasi problem gizi dan faktor penyebabnya melalui pengumpulan,
verifikasi dan interpretasi data secara sistematis.
Menurut L. Kathleen, et al 2008 :
- Mengidentifikasi seseorang yang membutuhkan dukungan nutrisi
- Mengembalikan atau menjaga status gizi seseorang
- Mengidentifikasi MNT yang tepat
- Memantau efektivitas dari intervensi
- Memperoleh informasi yang memadai untuk mengidentifikasi masalah terkait
gizi
Menurut Pamela Charney, 2000 :
- Untuk menindaklanjuti hasil yang telah diperoleh dari skrining kemudian akan
dilakukan pendalaman lebih lanjut.
Menurut Fahmida, 2007
- Mengidentifikasi kelompok atau individu yang berisiko
- Untuk menilai hubungan antara gizi dengan kesehatan
- Untuk menentukan tipe intervensi yang tepat untuk mengubah status gizi
- Untuk memonitor efek dari intervensi gizi
Menurut Wahyuningsih, Retno 2013
- Mengidentifikasi masalah gizi yang terkait asupan gizi dan makanan, aspek
klinis, perilaku lingkungan serta penyebabnya.
Prinsip
Menurut Gibson, 2005 :
- Valid
: menggambarkan data yang benar
- Reproducibility : menghasilkan hasil yang sama dari beberapa kali pengukuran
- Akurasi
: hasil pengukuran mendekati hasil yang sesungguhnya
- Sensitive
: mampu memperkirakan atau menilai perubahan dengan
cepat
- Spesifik
: indikator yang digunakan memberikan hasil tertentu
Menurut Asuhan Gizi Nutritional Care Process, 2012 :
- Confidentially : menjaga rahasia pasien
- Independency : tidak mudah dipengaruhi
Kapan dilakukan NA
NA adalah langkah awal dari Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT), sementara itu
PAGT dilakukan pada pasien yang berisiko kurang gizi, sudah mengalami atau
kondisi khusus dengan penyakit tertentu setelah melalui proses skrining gizi
(PGRS, 2013).
Dimana dilakukan NA
Nutritional Assessment dapat dilakukan di berbagai tempat pelayanan kesehatan
(rawat inap, rawat jalan, pelayanan jangka panjang) (ADA, 2006)
9
pengkajian gizi
Pasal 18 yang dimaksud pada pasal 17 huruf a menyatakan bahwa TRD
2. Apa saja jenis-jenis gizi buruk? Apa saja sign simptomsnya? Bagaimana cara
mengklasifikasikan jenis-jenisnya?
1. Marasmus
Sign
:
- Wajah tua
- Tampak kulit dan tulang
- Dermatosis
- Abdomen kurus/ datar dan gambaran tulang rusuk terlihat jelas
- Penurunan BB sampai kurus
- Kehilangan turgor pada kulit sehingga kulit berkerut dan longgar
- Rewel
- Nafsu makan berkurang
- Nadi lambat
- BMR menurun
Symptoms :
- Malaise
- Apatis
- Mudah tersinggung
- Suhu tubuh rendah
- Diare / konstipasi
- Kesulitan menaikkan BB (Behrman, 2006)
2. Kwashiorkor
Sindroma klinis akibat malnutrisi protein berat dan masukan kalori yang tidak
cukup karena infeksi kronis.
Sign
:
- Kehilangan protein abnormal (proteinuria/nekrosis)
- infeksi
- Perubahan mental sampai dengan apatis
- Gangguan GI
- Pembesaran hati
- Anemia
10
- Rambut merah
- Kulit kemerahan
- Diare kronis
Symptoms :
- Apatis
- Rewel
- Lemah
- Diare
- Nausea (Behrman, 2006)
3. Marasmus-Kwashiorkor
Sign
:
- Edema
- Perubahan rambut dan kulit
- Edema
- Anemia sedang
- Kekurangan vitamin
- Menurunnya kadar albumin
Symptoms :
- Rewel
- Cengeng
- Apatis
- Nafsu makan menurun
- Kesadaran menurun (Behrman, 2006)
Cara mengklasifikasikan gizi buruk
1. Wellcome Classification
WEIGHT
(% Standart)
OEDEMA
Present
Absent
80-60
kwarshiorkor
Undernourished
<60
MarasmicKwarshiorkor
Marasmus
(MCNTS)
Oxford Journals. Mother and Child Nutrition in the Tropics and Subtropics - Chapter
7 Protein-Energy Malnutrition.
2. Berdasarkan BB/TB
< -2 SD
: Kwashiorkor
< -3 SD
: Marasmus (tanpa oedema), Marasmus Kwashiorkor (dengan
oedema)
(Israr et al. 2009)
Berdasarkan MUAC usia 10 18 tahun
< -16 cm
: Malnutrisi berat
(Kimani & OGW 2009)
3. Berdasarkan BB/TB , BB/U , TB/U berdasarkan Z-score
Interpreta
si
Nilai Z-score
Adekuat
Sedang
Berat
Z-score < -3 SD
BB/TB
(%)
TB/U
(%)
BB/U
(%)
Adekuat
90 120
95
110
Ringan
80 89
90 94
Sedang
70 79
85 89
60 80
Berat
<70
<85
<60
Tetapa
n
Edema
Dermatosis
Edema + Dermatosis
Perubahan rambut
Hepatomegali
Serum
(protein
total)
Albumin
<1.00
(gr/100cc)
(<3.25)
1.00-1.49
(3.25-3.99)
1.50 1.99
(4.00-4.74)
2.00-2.49
(4.75-5.49)
2.50-2.99
(5.50-6.24)
3.00-3.49
(6.25-6.99)
3.50-3.99
(7.00-7.74)
7
6
5
4
3
2
1
0
12
>4.00
(>7.75)
Edema
Ada
Tidak Ada
80-60
Kwashiorkor
Gizi kurang
<60
Marasmuskwashiorkor
Marasmus
3. Bagaimana patofisiologi dari gizi buruk? Bagaimana etiologi dari masingmasing jenis gizi buruk?
1. Patofisiologi Gizi Buruk
13
(Israr, 2009)
2. Etiologi
Menurut (In et al. 2010) (Israr et al. 2009)
Kwashiorkor
(Energi Cukup,
Protein Kurang)
Akut,
terdekompensasi
MarasmusKwashiorkor
(Energi dan Protein
Kurang)
Marasmus
(Energi dan Protein
Kurang)
(Karbohidrat Kurang)
Kronis,
terkompensasi
14
Setelah mendapatkan
Kehamilan berturut-
Makanan sehari-hari
tidak cukup
mengandung protein
dini
pertumbuhan yang
normal
umumnya rendah
protein
Kebiasaan makan yang
Pemberian makanan
kurang baik
terpelihara
kebersihannya
keluarga menurut
mampu menyediakan
kepercayaan terkait
makanan bergizi
jumlahnya tidak
makanan sumber
terutama sumber
mencukupi karena
keterbatasan biaya
anak laki-laki
mahal
sehingga kandungan
protein dan kalori
makanan anak menjadi
rendah
Pendidikan orangtua
Keadaan perumahan
rendah
kurang sehat
menyebabkan penyajian
pasar
Diare mengakibatkan
Penyakit infeksi
kurang
berkurangnya
terutama saluran
kemampuan tubuh
pencernaan
mengubah makanan
menyebabkan infeksi
menjadi nutrisi
turun
Infeksi kronis akibat
Malaria, pneumonia,
campak
mineral
Menurut Viswanatan, J &AB. Desai, 2009
Marasmus :
Biasanya terjadi pada bayi dan anak-anak. Pada awalnya terjadi kegagalan
menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan sampai
berakibar kurus karena kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut
dan longgar karena lemak subkutan hilang.
Penyebab utama :
1. Kurang intake energi (faktor makanan)
Terjadi hampir di seluruh dunia. Kurang intakenya baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Selain itu juga karena faktor ekonomi yang rendah dan
pengetahuan ibu yang kurang.
2. Karena faktor penyakit
a. Usia, biasanya banyak terjadi pada bayi daripada orang tua. Biasanya
pada bayi premature, bayi dengan beran badan lahir rendah
b. Muntah-muntah yang kronis yang menyebabkan resiko wasting.
Biasanya congenital hypetropik pyoloric astenosis. Jika tidak ditangani
dengan baik maka beresiko mengalami status gizi kurag dan marasmus
di beberapa awal kehidupan
c. Diare berkepanjangan, selama diare terjadi ketidak seimbangan
asupan nutrisi yang masuk sehingga beresiko malnutrisi
d. Infeksi kronik, seperti pada sifilia congenital, toraksis empyema
kronik, tuberculosis, infeksi saluran pernapasan bagian atas
e. Penyakit bawaan sejak lahir, biasanya terkait absorbs intake
f.
BB
Menurut Anggraeni, 2012 :
Pengukuran BB ada dua
1. Kondisi normal :
Bangun
Laki-Laki
Wanita
Tubuh
Sedang
pertama,
tambahan
setiap
selanjutnya yang
2,7
kg
untuk selanjutnya
2,5
tambahan;kurangi
pertama,
cm tambahan
1,13
2,3
kg
Kecil
Kurangi 10%
Kurangi 10%
Besar
Tambahkan 10%
Tambahkan 10%
tenang,
tidak
bergerak-gerak
dan
kepala
tidak
menunduk
pasien
manjadi
yaitu
kategori
tubuh
sedang,kecil,atau besar
2. Kemudian lakukan perhitungan dengan rumus :
Laki-laki
Sedang : 48 kg untuk 152 cm pertama ; selanjutnya ditambah 2,7 kg
untuk setiap 2,5 cm tambahan tinggi badan ; kurangi 1,13 untuk
R
Laki-Laki
Perempu
an
Kecil
>10,4
>11,0
Sedang
9,6
10,1
10,4
11,0
<9,6
<10,1
Besar
Laki-Laki
Wanita
Tubuh)
Sedang
48 kg untuk 152 cm
pertama, selanjutnya
pertama, selanjutnya
cm
cm
Besar
Tambahkan 10%
Tambahkan 10%
Kecil
Kurangi 10%
Kurangi 10%
PB atau TB
Kondisi khusus:
a. Estimasi Tinggi Badan dalam Kondisi Khusus Berdasarkan Panjang
Badan
Apabila anak umur >24 bulan tidak dapat berdiri sehingga tidak dapat
diukur tinggi badan maka digunakan panjang badan / diukur telentang.
TB estimasi = PB 0,7 cm (Haschke 2000 dalam Kanthi et al 2015)
19
b. Tinggi lutut digunakan apabila pasien dalam kondisi bed rest total
(Chumlea 2008 dalam Kanthi et al 2015)
c. Demispan dan panjang ulna
Hanya untuk usia 16 tahun - >54 tahun (Gibson 2005 dalam Kanthi et
al 2015)
IMT/U
Untuk anak umur 5-18 tahun (Standar WHO 2005)
Kategori status Ambang
batas
gizi
score)
Sangat kurus
< -3 SD
Kurus
-3 SD s d < -2 SD
Normal
-2 SD s d 1 SD
Gemuk
>1 SD s d 2 SD
Obesitas
>2 SD
(z
20
b. Biokimia
Data
Cut of
Interpretasi
Menurun
Meningkat
si
Marcia
Sampel darah:
-RBC
(Red Blood Cell)
Lk = 4,3-
Defisiensi sel
et al
5,9juta/mi
drh merah
darah merah,
2007;
kro liter
dan diagnosa
anemia,
Cornelia
Pr = 3,5-
anemia
hemolisis,
dkk
5,9juta/mi
kegagalan
2011;
kro liter
sumsum
Mahan
tulang
et al
belakang
2012
untuk
dalam
memproduksi
Kanthi et
RBC
al 2015
Defisiensi
(Sumber
Protein, Fe,
untuk
anemia,
semua
malnutrisi,
hasil lab
-Hb
Lk=14-17
(Hemoglobin)
mg/dL
Hb=diagnosa
Pr 12-15
anemia
mg/dL
Lk = 39-
hemolisis
-Hct
49%
(Hematokrit)
Pr = 33-
43%
Defisiensi Fe,
dan diagnosa
anemia,
anemia
infeksi kronis,
malnutrisi
Defisiensi gizi
talasemia
pada tingkat
80-95 f
Corpuscular
96-108 f
MCV=utk
Volume)
(baru
melihat
Defisiensi zat
lahir)
ukuran SDM
besi, anemia
dan
ok penyakit
mmbdakan
kronis
-MCHC
Dehidrasi,
darah)
polisitemia
-MCV (Mean
(Konsentrasi Hb)
referen
marginal,
kerusakan
sintesis DNA
mikrositik/mak
32-36 g/dL
rositik anemia
32-33 g/dL
(baru
MCHC=utk
Defisiensi zat
Infeksi,
lahir)
diagnosa
besi,
neoplasia,
21
-WBC (White
anemia def Fe
talasemia
mikro liter
WBC = hit
PEM, penyakit
(>2th)
autoimun
6000-
indikator imun
17000
status, infeksi
mikro liter
dan infamasi
stress
Blood Cell)
500010000
(<2th)
9000-Ig
30000
Ig G
mikro liter
Ig A
(baru
Ig G naik
ngsih,
Ig E
lahir)
menunjukkan
2013
Wahyuni
terjadinya
infeksi semua
Ig G 80%
tipe dan
= 650-
malnutrisi
Defisiensi gizi
MCH (Mean
1.700
berat
pada tingkat
Corpuscular
mg/dl
marginal,
Hemoglobin)
Ig A 15%
kerusakan
= 70-400
sintesis DNA
Haptoglobulin
mg/dl
MCH
Defisiensi zat
Ig E
merupakan
besi,
(0,0002%)
komponen Ig
talasemia
<40mg/dl
Bilirubin
27-31 f
Efek obat,
pg/cell
kelainan pada
23-34
batu empedu,
pg/cell
penyakit di
(baru
Hapto = tinggi
saluran
lahir)
(infeksi paru)
empedu
Anemia
perdarahan
intravascular,
ketidakmatan
Total: 0,1-1
Creatinnin
gan hepar
mg/dl
22
Height Index
(CHI)
Fe
Direct:
0,1-3
Pemberian
Indirect:
zat besi
0,2-0,8
Defisiensi
berlebih,
protein/malnut
anemia,
risi
kerusakan
hati akut,
1-2 mg/dL
Defisiensi Fe
absorpsi
dan atau
eksesif,
infamasi,
transfusi, dan
infeksi,
terapi besi.
maligna,
anemia
Limfosit
50-180
defisiensi zat
g/dL
gizi
800-
Dihub sama
40.000
infeksi virus
/mm3
dan bakteri
pneumonia
pasien dan
TBC yg
Albumin serum
3,5-5 g/dl
diderita
Penurunan
Defisiensi
Defisiensi
anak2=4-
albumin
protein,
protein,
5,8 g/dl
mengindikasik
katabolisme
katabolisme,
an malnutrisi
penyakit
gagal hati,
berat dan
terkait hati,
dehidrasi
edema
infeksi, stres
metabolik
Protein
6-8
Penurunan =
Wahyuni
g/dl=dwsa
indikasi
ngsih,
6,2-8 =
malnutrisi
2013
anak2
23
Natrium
135-145
Kelebihan
Defisit
Kemenk
mEq/dL
cairan,
volume
es, 2011
kehilangan
cairan,
natrium lewat
pemberian
saluran cerna,
natrium yang
pasien dengan
berlebih,
makanan
kehilangan
enteral
cairan air
dengan
formula susu
rendah
natrium untuk
waktu yang
Pre
10-40
lama
Defisiensi
Albumin/transtir
mg/dl
protein,
etin
Anabolisme
katabolisme,
infeksi,
trauma,
operasi, stress
metabolik,
hepatitis,
sirosis,
malabsorbsi,
Glukosa
<3 mmol/l
Dibutuhkan
dan hipertiroid
Hipoglikemia,
Perubahan
WHO
atau <54
krna sesuai dg
asupan makan
metabolism
dan
mg/dl
kondisi
kurang baik
karbohidrat,
Bhakti
kelebihan
Husada
hipoglikemia
GDS 80-
intake
120 mg/dl
energy,
GD2PP
kanker,
<200
diabetes
mg/dl
mellitus, infus
dekstrosa
yang
berlebihan,
infeksi,
respon stress,
24
penggunaan
obat-obatan ,
osmotic
diuresis,
penurunan
volume
darah,
Hiperglycemi
c
Hyperosmolar
Nonketotic
Syndrome
(HHNS),
diabetic
ketoasidosis
LED
Pria = <15
Nilai LED
Kemenk
mm/1 jam
meningkat
es, 2011
Wanita
=20
infeksi akut
dan kronik
Globulin
3,2-3,9g/dl
misal TBC
Sbg indikasi
marasmus jka
jmlhnya
Total kolesterol
Transferin
Bayi=130
menurun
Marasmus=no
Protein Energy
Peningkatan
Arisman,
Anak 2-
rmal
Malnutrition,
risiko
2004
9th=130-
Kwashiorkor =
penyakit hati
penyakit
170
rndah
kardiovaskula
Dwasa<20
Sbg indikator
0
215-380
malbasorbsi
mg/dl
Defisiensi zat
di serum
besi akut,
darah rendah
penyakit hati
dan ginjal,
infamasi,
gagal jantung
kongestif,
hemokromato
sis, hemolitik
25
Data biokimia didapat dari hasil pemeriksaan laboratorium yang berkaitan dengan
status gizi, status metabolic dan gambaran fungsi organ yang berpengaruh
terhadap
timbulnya
masalah
gizi
(PGRS
2013),
dilakukan
oleh
petugas
laboratorium.
c. Fisik Klinis
1. Tanda-tanda vital
a. Suhu tubuh
Normal 36,1-37,2 C
Rata rata 37C
Variasi Suhu Tubuh Menurut Usia (Bonewit-West 2011 dalam Kanthi et al
2015)
Usia
Tempat
Suhu Rata-
Pengukuran
Rata (C)
Aksila (ketiak)
36,1-37,8
1 tahun
Oral
37,6
5 tahun
Oral
37
Dewasa
Oral
37
Rektal
37,5
Aksila
36,4
Oral
36
Lansia (>70
tahun)
Indikasi
>43
Fatal
41-43
Hyperpirexia
38-40
Pyrexia (demam)
37,2-38
36,1-
Normal
37,2
26
b.
34-36
Hypothermia
<34
Fatal
Nadi
Nadi pada Berbagai Usia (Bonewit-West 2011 dalam Kanthi et al 2015)
Kelompok
Rentang
Nadi Rata-
Usia
Nadi
Rata
(kali/men
(kali/menit
it)
120-160
140
1-3 tahun
90-140
115
3-6 tahun
80-110
95
6-12 tahun
75-105
90
12-18 tahun
60-100
80
>18 tahun
60-100
80
>60 tahun
67-80
74
Atlet
40-60
50
0 bulan s.d 1
tahun
Respiratory rate
Respiratory Rate Menurut Usia (Bonewit-West 2011 dalam Kanthi et al
2015)
Usia
Rata-Rata Respirasi,
kali/menit
kali/menit
Lahir-1 tahun
30-40
35
1-3 tahun
23-35
30
3-6 tahun
20-30
25
6-12 tahun
18-26
22
12-18 tahun
12-20
16
>18 tahun
12-20
16
Usia
40 (rata-rata)
1 bulan
85/54
1 tahun
95/65
6 tahun
105/65
10-13 tahun
110/65
14-17 tahun
120/75
Dewasa
<120/180
BUN/kreatinin
Kekurangan Cairan
Kelebihan Cairan
meningkat
menurun
Edema
Ya
Abnormalitas elektrolit
Peningkatan Na, CL
Nadi
meningkat
Hemoglobin/hematokrit
Meningkat
Penurunan Na, CL
Menurun
dikelompokkan
menjadi
beberapa
tergantung
dari
tempat
kejadiannya.
1)
Disgafia Oral : terdiri dari kelemahan otot, bibir, kesulitan memindahkan
2)
3)
esofagus
karena
GERD
(Gastro
Esophangeal
Refux
Disfagia Oral
Disfagia Pharyngeal
Disfagia esofagial
Menelan berkurang
Makanan/minuman yang
Sering membersihkan
Benjolan di
tenggorokan (menelan
tenggorokan
tumpah/dikeluarkan
ludah)
yang lama
Chronic Heartburn
(dada terasa panas)
Ketidakmampuan untuk
Makanan/minuman
menghabiskan makanan
tersangkut di
karena
tenggorokan
kelelahan/kelemahan
Makanan dikulum terus
di dalam mulut
mapupun setelah
menelan
makanan/minuman/obat
Pneumonia berualang
4. Edema
Assessment Pitting Edema
2 mm (Edema + 1)
2-4 mm (Edema + 2)
4-6 mm (Edema + 3)
6-8 mm (Edema + 4)
29
d. Dietary
1. 24hr Recall
Tahapan 24 Hr Recall menurut Umi Fahmida dan Drupadi (2007) adalah:
- Responden me recall semua makanan dan minuman yang telah dimakan
di 24 jam terakhir
- Responden mendeskripsikan secara detail setiap jenis makanan yang di
konsumsi (mencakup metode pemasakan bahan makanan) mulai dari
makanan pertama yang dimakan hingga makanan terakhir yang dimakan
- Responden mengestimasi porsi ukuran yangsudah dikonsumsi pada 24 jam
terakhir dengan :
Food model makanan
Sampel dari bahan makanan pokok
Mengkalibrasi peralatan rumah tangga responden
- Pewawancara memeriksa recall kepada pasien untuk memastikan
- Pewawancara mengkonversi porsi makan ke dalam bentuk gram
2. SQ-FFQ
Tahapan SQ FFQ:
A. Survei Database
Database difokuskan pada jenis bahan makanan atau makanan yang
diketahui berhubungan dengan kejadian penyakit atau kondisi patologi
tertentu. Semua jenis bahan makanan tidak dapat dimasukkan ke dalam
formulir SQ FFQ karena jumlah yang relative banyak. Peneliti hanya
memfokuskan pada bahan makanan tertentu saja.
B. Pengembangan FFQ
Iris Shai et al 2005 dalam Sirajuddin et al 2013 menjelaskan ada dua
pertimbangan pokok dalam memasukkan bahan makanan atau makanan ke
dalam formulir FFQ yaitu kandungan gizi dan frekuensi konsumsi.
1. Pertimbangan kandungan gizi yang dimaksud adalah zat gizi yang
memiliki korelasi kuat dengan penyebab masalah gizi. Defisiensi zat gizi
dapat menimbulkan gangguan pada sistem enzim yang berlanjut pada
kelainan jaringan dan gangguan fungsi jaringan (Gibson 2005 dalam
Sirajuddin et al 2013).
2. Sedangkan pertimbangan frekuensi konsumsi yang dimaksud adalah
untuk mengetahui dan memastikan bahwa hanya makanan dengan
frekuensi relative tinggi yang dimasukkan ke dalam formulir FFQ.
Makanan
yang
dianjurkan
masuk
dalam
formulir
FFQ
sebaiknya
30
wawancara,
lakukan
prosedur
baku
berupa
perkenalan,
harus
dilakukan
secara
hati-hati
atau
bahkan
diminta
untuk
mengidentifikasi
seberapa
sering
konsumsi makan dalam kualitatif FFQ terdiri dari 5 kategori yaitu harian,
mingguan, bulanan, tahunan, jarang/tidak pernah
3. Responden memilih jumlah porsi berdasarkan jenis makanan yang
dimakan: kecil, sedang, besar
4. Mengkonversikan jumlah frekuensi yang dikonsumsi ke dalam jumlah
rata-rata per hari. Misal: tempe/tahu dikonsumsi 4 kali per minggu maka
dikonversikan menjadi 4/7 per hari 0,57 per hari
5. Mengalikan jumlah frekuensi per hari dengan jumlah porsi (gram) untuk
memperoleh jumlah gram yang dikonsumsi dalam sehari.
e. Jika semua formulir sudah terisi, ucapkan terimakasih dan minta kesediaan
responden untuk memberikan klarifikasi kepada tim quality control jika
diperlukan.
(Willet 1998; Gibson 2005; Fahmida 2007 dalam Kanthi et al 2015)
e. Penunjang Lain (Obat, Riwayat Pasien, dll)
-
Riwayat penyakit sekarang dari keluhan subyektif pada saat pasien masuk RS,
dapat dari rekam medis
Riwayat penyakit keluarga didapat dari data penyakit yang diderita oleh
keluarga pasien, didapat dari catatan rekam medis/ditanyakan langsung pada
klien
32
jenis
gizi
buruk
yaitu
marasmus,
kwashiorkor,
marasmus-
33
DAFTAR PUSTAKA
Asih, Retno. 2006. Pneumonia. Surabaya : Universitas Airlangga
L. Kathleen, et al. 2008. Krause's Food & Nutrition Therapy. 12th edition.
Oxford Journals. Mother and Child Nutrition in the Tropics and Subtropics - Chapter 7
Protein-Energy Malnutrition.
DeBruyne, et al. 2015. Nutrition and Diet Therapy : 9th Edition. USA: Cengage Learning.
Fahmida, Umi, Drupadi HS Dillon. 2007. Handbook Nutritional Assessment. Jakarta :
Universitas Indonesia.
Handayani, Dia et al. Nutrition Care Process (NCP). Jakarta : Graha Ilmu
Israr, Y.A. et al., 2009. Gizi Buruk (Severe Malnutrition). DrsMed - FK UNRI.
Kemenkes RI, 2014. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT),
Kemenkes RI, 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Pedoman pelayanan anak gizi buruk,
Kimani, F. & OGW, S., 2009. National Guideline for Integrated Management of Acute
Malnutrition,
Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet Edisi baru. Jakarta : PT Gramedia Pusaka Utama.
Hal 9-10.
Kemenkes RI. 2013. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS). Jakarta : Kemenkes RI.
hal 16
34
Kemenkes RI. 2014. Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta : Kemenkes
RI. hal 13
Anggraeni, Adisty C.2012. Asuhan Gizi :Nutritional
Medika
Arisman, MB.2010. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC
Jafar, Nurhaedar.2012. Defisiensi Kh & Protein pada Gizi Buruk Balita. Universitas
Hasanudin.
Viswanathan J, A.B. Desai. 2009. Archars Textbook of Pediatrics. Universitas Press (India)
Provate Limited : Orient Longman Private Limited
Wahyuningsih, Retno. 2013. Penatalaksanaan Diet Pada Pasien. Yogyakarta : Graha Ilmu
Sirajuddin et al. 2013. Survei Konsumsi Pangan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
35
TIM PENYUSUN
A. KETUA
Nur Arina Shifrina
135070300111020
B. SEKRETARIS
Ilfi Zahrotun Maulia
Astre Primadita
135070300111008
135070300111019
C. ANGGOTA
Ayu Kurnia Dovyanti
135070300111017
135070300111022
135070300111024
Lydia Gresari Br S
135070300111025
Ratnasari Rosmawati
135070300111026
Ulfatul Karomah
135070300111001
Marselina A Mahar
135070300111002
135070300111003
135070300111004
Sabania Hari R
135070300111005
Aisyah Amalia Y
135070300111007
Mohd. Sarli
135070300111009
D. FASILITATOR
Karina Muthia S
E. PROSES DISKUSI
1. KEMAMPUAN FASILITATOR DALAM MEMFASILITASI
Fasilitator membantu jalannya proses PBL dengan mengarahkan mahasiswa menuju arah
diskusi yang sesuai dengan kompetensi apabila dirasa jalannya diskusi mulai keluar dari
topik yang seharusnya. Selain itu fasil juga memancing mahasiswa agar mampu
menemukan tujuan pembelajaran yang belum muncul di Learning Objectives
36
Mahasiswa
mampu
mengembangkan
atau
memodifikasi
resep/formula
sesuai
kebutuhan pasien
- Mahasiswa mampu belajar membuat software dalam pemesanan menu dalam sistem
otomatis.
37