28
Wawasan Kesehatan
Wawasan Kesehatan
Jumlah
Persentase
22
33
40,00
60,00
3
22
24
6
5,50
40,00
43,60
10,90
22
33
40,00
60,00
24
43,60
29
Baik
Praktik
Kurang baik
Baik
Kepadatan
penduduk
Rendah
Tinggi
31
56,40
26
29
47,60
52,70
24
31
43,60
56,40
Ketersedian
ventilasi
Tersedia
Tidak tersedia
Penggunaan kayu
bakar
Rendah
Tinggi
31
24
56,40
43,60
41
14
74,50
25,50
Tabel 2. Hubungan pengetahuan, sikap, praktik, kepadatan penduduk, ketersediaan ventilasi, dan penggunaan
kayu bakar
Variabel
Pengetahuan
Sikap
Praktik
Kepadatan
Penduduk
Ketersediaan
Ventilasi
Penggunaan
Kayu Bakar
Baik
Buruk
Baik
Buruk
Baik
Buruk
Rendah
Tinggi
Tersedia
Tidak Tersedia
Rendah
Tinggi
Kejadian ISPA
Tidak
Pernah
Pernah
N
%
N
%
9
27,3
24
72,7
13
59,1
9
40,9
8
25,8
23
74,2
14
58,4
10
41,6
7
24,1
22
75,9
15
57,7
11
42,3
15
62,5
9
37,5
24
77,4
7
22,6
13
42,0
18
58,0
9
37,5
15
62,5
12
29,3
29
70,7
10
71,4
4
28,6
30
Total
n
33
22
31
24
29
26
24
31
31
24
41
14
%
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
OR
95%
CI
P
Value
3,862
0,038
4,025
0,030
4,286
0,024
5,714
0,007
1,204
0,956
0,166
0,014
Wawasan Kesehatan
Wawasan Kesehatan
Pembahasan
Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian
ISPA Pada Anak Balita di Desa Mensiku
Kecamatan Binjai Hulu
Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,038
lebih kecil dari = 0,05. Maka dapat
disimpulkan ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan dengan kejadian ISPA.
Hasil penelitian ini menunjukan ibu dengan
pengetahuan kurang baik menyebabkan
kejadian ISPA pada anak balita dengan
frekuensi pernah sebanyak 13 (59,1%), dengan
frekuensi tidak pernah sebanyak 9 (40,9%).
Sedangkan ibu dengan pengetahuan baik
menyebabkan kejadian ISPA pada anak balita
dengan frekuensi pernah sebanyak 22 (40%)
dan frekuensi tidak pernah sebanyak 33 (60%).
Hasil Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 3,852
dengan 95% Confidence Interval (CI)=0,0530.869 dapat diartikan bahwa responden yang
berpengetahuan kurang baik memiliki risiko 34 kali terjadi ISPA. Kenyataan ini sesuai
dengan tinjauan teori. Pengetahuan merupakan
bagian yang sangat penting untuk terjadinya
tindakan seseorang. Sedangkan kedalaman
pengetahuan seseorang dapat diketahui melalui
tingkatan yang mereka miliki mulai dari
tingkatan tahu, seseorang hanya mampu
menyebut istilah-istilah saja berdasarkan apa
yang dipelajari atau yang dialaminya.
Kemudian masuk ke dalam tingkatan
memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo,
2007).
Pengetahuan
merupakan
faktor
predisposing yang sangat menentukan untuk
membentuk
perilaku
sehingga
adanya
pengetahuan yang tinggi maka seseorang dapat
mewujudkan suatu tindakan yang positif.
Berdasarkan teori adaptasi apabila tingkat
pengetahuan baik setidaknya dapat mendorong
untuk mempunyai sikap dan perilaku yang baik
pula (Notoatmodjo, 2007). Didukung pula
dengan penjelasan Notoatmodjo (2007) bahwa
pengetahuan merupakan domain kognitif yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Apabila penerimaan perilaku baru
atau adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan,
maka apa yang dipelajari antara lain perilaku
tersebut akan bersifat langgeng, sebaliknya
apabila perilaku baru atau adopsi perilaku tidak
didasari oleh pengetahuan maka tidak akan
berlangsung lama.
31
32
Wawasan Kesehatan
Wawasan Kesehatan
33
6.
Kesimpulan
Hasil
penelitian
diambil
kesimpulan
derdasarkan distribusi responden yang tidak
pernah kejadian ISPA sebanyak 60%. Ada
hubungan antara pengetahuan ibu dengan
kejadian ISPA pada anak balita. Hasil uji
statistik diperoleh nilai p value = 0,038 dan
lebih kecil dari = 0,05. Ada hubungan antara
sikap ibu dengan kejadian ISPA pada anak
balita. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value
= 0,030 dan lebih kecil dari = 0,05. Ada
hubungan antara praktik ibu dengan kejadian
ISPA pada anak balita. Hasil uji statistik
diperoleh nilai p value = 0,024 dan lebih kecil
dari = 0,05. Ada hubungan antara kepadatan
penduduk dengan kejadian ISPA pada anak
balita. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value
= 0,007 dan lebih kecil dari = 0,05. Tidak
ada hubungan antara ketersediaan ventilasi
dengan kejadian ISPA pada anak balita. Hasil
uji statistik diperoleh nilai p value = 0,956 dan
lebih besar dari = 0,05. Ada hubungan antara
penggunaan kayu bakar dengan kejadian ISPA
pada anak balita. Hasil uji statistik diperoleh
nilai p value = 0,014 dan lebih kecil dari =
0,05. Dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat/ibu sehingga mampu melakukan
pencegahan terhadap kejadian ISPA dengan
tidak melakukan kegiatan pembakaran lahan
pada musim kemarau. Meningkatkan program
promosi kesehatan masyarakat tanpa terkecuali
agar setiap masyarakat memiliki pengetahuan
yang sama dalam memahami tentang
pencegahan penyakit menular khususnya
ISPA.
8.
Daftar Pustaka
1.
Adam.
2003.
Metodologi
Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta
2.
Alfrida. 2003. Perumahan Sehat,
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
Depkes R.I.: Jakarta
3.
Arikunto. 2006. Manajemen
Penelitian. Rineka Cipta : Jakarta
4.
Asrun. 2006. Infeksi Saluran
Pernafasan Akut.: Jakarta
5.
Departemen Kesehatan. 2007.
Profil Kesehatan di Indonesia. R.I :
Jakarta
21.
34
7.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
22.
23.
__________________.2008,
Profil Kesehatan di Indonesia. Depkes
R.I: Jakarta
__________________.2011,
Profil Kesehatan Indonesia: Jakarta
__________________.2012,
Profil Kesehatan Indonesia: Jakarta
Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Sintang.
2011.
Profil
Kesehatan
Kabupaten Sintang :Sintang
________________. 2012. Profil
Kesehatan Kabupaten Sintang :Sintang
Erlien. 2008. Penyakit Saluran
Pernafasan, Sunda Kelapa Pustaka:
Jakarta
Iwansain, 2007. Penyakit Saluran
Pernafasan. Fitramaya : Yogyakarta
Justin. 2006. Hubungan Sanitasi
Rumah Tinggal dengan Kejadian Penyakit
Pneumonia 2006.Skripsi S1.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhalu:
Kendari.
Karna.
2006.
Epidemiologi
Penyakit Menular. Rineka Cipta: Jakarta
Lamusa. 2006. Hubungan Faktor
Lingkungan
dan
Prilaku
Dengan
Kejadian ISPA. Skripsi S1. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Unhalu: Kendari
Noor.
2008.
Pengantar
Epidemiologi Penyakit Menular. Rineka
Cipta: Jakarta
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta:
Jakarta
____________.
2007.
Ilmu
Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta
____________. 2010. Metodologi
Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta
WHO. 2003. Penanganan ISPA
pada Balita di Rumah Sakit Berkembang.
Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Mukono, 2006. Prinsip Dasar
Kesehatan
Lingkungan.
Airlangga
University Press: Surabaya
Rosmaliah. 2008. Infeksi Saluran
Pernafasan
Akut
dan
Penanggulangannya.
http://www.pppl.depkes.go.id/images_dat
a. diakses pada juli 2013
system Respirasi. 2009. http : //
www.Wikipedia.com.
Diakses
pada
September 2013.
Wawasan Kesehatan