Anda di halaman 1dari 28

PENATALAKSANAAN INFEKSI HIV,

HEPATITIS DAN MRSA


DI UNIT HEMODIALISIS

SRI SUNARYATI, S.ST


PPGII 16 19 OKTOBER 2014
HOTEL ASTON PALEMBANG

HEMODIALISIS

INFEKSI PADA HEMODIALISIS


WHATS
NEXT?
Legionella

THE ENEMIES
HIV
MRSA

Gram negative
bacteria

HBV
Endotoxin

HCV
Exotoxin
Ebola

VRE
Streptococci

1. Tidak perlu memakai mesin khusus, setelah digunakan


Px dengan HIV mesin di rinse dengan chlorine 2x
2. Tidak memakai dializer proses ulang
3. Tidak memerlukan ruang isolasi
4. Pengobatan untuk HIV perlu diberikan
5. Semua alkes yang kontak dengan pasien harus
didekontaminasi tingkat tinggi (DTT)

Single use

VIRUS HIV

Penanganan Pasien dengan HBsAg positif


Ditempatkan di ruang isolasi.
Harus memakai mesin hemodialisis yang
dikhususkan.
Tidak diperkenankan memakai dializer ulang.
Semua alkes yang kontak dengan pasien harus
disekontaminasi tingkat tinggi (DTT)

Penatalaksanaan Pasien dengan anti HCV positif :


Tidak memerlukan ruang isolasi
Tidak perlu memakai mesin hemodialisa yang
dikhususkan
Dapat memakai dializer proses ulang, dengan
tempat penyimpanan khusus

Penatalaksanaan pasien dengan MRSA


Semua sarana (HD set) digunakan secara single use.
Terdapat ruangan isolasi khusus untuk pasien
MRSA.
Tidak perlu memakai mesin khusus
Pasien ditangani oleh satu petugas khusus sampai
selesai menyambung akses dan minimalkan
perpindahan petugas.
Semua alkes dan mesin yang kontak dengan pasien
harus disekontaminasi tingkat tinggi (DTT)

Program Surveilans Dialysis


1. Melakukan pemeriksaan dan dokumentasi HBV
dan HCV semua pasien dialysis secara rutin.
Pemeriksaan HDV dan HIV tidak perlu secara
rutin.
2. Dokumentasi status vaksinasi pasien dialysis
untuk vaksin pencegahan penyakit
3. Melakukan suveilan secara terus-menerus dan
terdokumentasi terhadap bacteremia, infeksi akses
dialysis
4. Catat setiap pasien meliputi lokasi perawatan HD
dan nomor mesin, petugas yang menyambungkan
dan melepas pasien ke mesin HD.informasi ini
sangat berguna pada investigasi kejadian penyakit

Pencegahan Infeksi dan Pengukuran


Kontrol
1. Pencegahan Infeksi akses dan aliran darah
a. Melakukan hand hygiene pada 5 moment sesuai standar
WHO.
b. Staf harus menggunakan masker dan sarung tangan
serta pasien harus menggunakan masker ketika sedang
akses dilakukan tindakan.
c. Tentukan lokasi, periksa, dan palpasi akses terlebih
dahulu untuk persiapan.
d. Bersihkan tempat akses menggunakan sabun/scrub
antibacterial dan air. Bersihkan kulit dengan 2%
chlorhexidine gluconate / 70% isopropyl alcohol, 70%
alcohol, atau 10% povidone iodine.
e. Akses untuk HD tidak boleh digunakan untuk tujuan
lain.

2. Standar dan transmisi ,


pencegahan dasar
a. Semua staf harus menggunakan standar
precaution, termasuk hand hygiene untuk
pasien dialysis.
b. Staf harus mengikuti prosedur contact
precaution untuk mikroorganisme resistant
antibiotic, seperti MSA dan VRE, dan
micoorganisme gram negative resisten
antibiotic
c. Staf harus memastikan pemisahan peralatan
dan perlengkapan pasien HBs Ag positif
dengan pasien HBs Ag negative. Pemisahan
tersebut dapat mengurangi penularan HBV
antara pasien HD
d. Tidak disarankan mengisolasi pasien dengan
HCV

a. Pembersihan lingkungan yang cukup dengan


desifektan rumah sakit yang berkualitas pada
seluruh area terutama pada tempat yang
mungkin terkontaminasi dengan darah atau
cairan tubuh lain.
b. Sebaiknya ada prosedur untuk memastikan
secara tepat pemisahan dan pembersihan
ceceran daah atau cairan tubuh lainnya
c. Sebaiknya juga ada prosedur untuk pencegahan
kontaminasi jamur sebagai hasil dari kerusakan
pada air, dinding yang lembab, furniture, atau
benda lainnya
d. Dialyzer dan perlengkapan lainnya harus
dibuang dengan benar untuk mencegah
kontaminasi pada pasien dan lingkungan.

4. Desinfeksi & pembersihan peralatan


a.

b.

c.
d.

e.

Pemeliharaan, pembersihan, dan desifeksi peralatan dan mesin


dialysis secara berkala, sangat penting untuk mengurangi resiko
infeksi.
Harus ada peraturan dan prosedur mengenai perawatan dan
pemeliharaan, system dialysis, termasuk water treatment, system
distribusi, dan mesin HD.
Rekomendasi dari Perusahaan untuk peralatan yang digunakan
harus dipatuhi.
Dialyzer reuse harus disterilkan, menggunakan desinfektan yang
berkualitas, segera bersihkan serta keringkan. Dialyzer harus
disimpan dengan benar untuk mencegah kontaminasi.
Bersihkan dan desinfeksi mesin dan peralatan secara memadai
serta perlengkapan yang dapat digunakan kembali (reusable).

5. Injeksi dan pengobatan yang aman


a. Cegah kontaminasi multi dosis vial. Desinfeksi
sumpal tutup vial dengan alcohol sebelum
menggunakannya. Gunakan jarum dan syringe
single use. Single use vial lebih diutamakan jika
memungkinkan.
b. Jarum hendaknya tidak usah ditutupkan lagi
c. Semua benda tajam yang telah digunakan
hendaknya dibuang pada container yang di design
khusus
d. Container untuk benda tajam hendaknya tersedia
pada tempat melakukan tindakan untuk
menghindari membawa jarum/benda tajam yang
telah digunakan
e. APD medical device (sarung tangan khusus jarum,
dll) hendaknya digunakan jika memungkinkan

6. Imunisasi pasien, test post vaksinasi dan screening


1.
2.
3.

4.
5.

6.

Program screening HBV dan HCV sangan penting untuk


dilakukan
Semua pasien harus diskrining terutama HBV sebelum
memulai HD
Imunisasi HBV. Test HBV dilakukan 1 sampai 2 bulan
setelah vaksinasi pertama. Kebutuhan dosis booster dari
vaksin Hepatitis B dapat diperkirakan setelah hasil tes
setiap tahunnya untuk antibody HBsAg. Dosis tambahan
dapat digunakan jika level anti HBs menurun hingga <10
mIU/ml
Pasien harus diskrining HCV lebih dahulu untuk
mendapatakn pelayanan HD dengan interval 6 bulan
Pasien dialysis dengan usia dibawah 65 tahun sebaiknya
mendapat vaksin pneumococcal setiap 5 tahun. Jika
usianya lebih dari 65 tahun hanya satu kali dosis yang
diperlukan
Skrining pasien MRSA atau VRE hanya dibutuhkan ketika
ada kejadian atau dugaan transmisi pada unit dyalisis

7. Edukasi Pasien dan pemberi pelayanan


a. Staf sebaiknya mendapatkan edukasi awal dan
on going mengenai prinsip dasar dan praktek
dyalisis, resiko infeksi dan potensi merugikan
yang dapat terjadi, dan praktek IPC.
b. Pasien sebaiknya mendapatkan edukasi
mengenai tempat akses, perawatan balutan
akses, gejala dan tanda infeksi, dan pentingnya
melaporkan potensial infeksi.

8. Pertimbangan Yang Berhubungan


Dengan Keamanan Pekerjaan
a. Staf yang care terdapat pasien dialysis harus mengikuti
standar precaution, transisi precaution, termasuk APD
dan hand hygiene untuk melindungi dari kontak
dengan potensial infeksi dari darah atau cairan tubuh
lainnya.
b. Gloves, masker, dan gown harus digunakan ketika
menyambung dan melepas pasien ketika proses
dialysis
c. Staf sebaiknya mendapat vaksinasi hepatitis B

9. Water Treatment dan


Pemeriksaannya
a. Pemeriksaan air untuk dialysis dan dialysate sebaiknya
dilakukan sedikitnya per bulan.
b. Air yang digunakan untuk mempersiapkan dialysate
atau untuk memproses dialyzer dan dialysate
sebaiknya total vible microbial tidak lebih dari
200CFU/ml dan konsentrasi endotoxin <2 EU/ml.

REKOMENDASI PERAWATAN MESIN INFEKSIUS


A. MESIN HD
1. Setiap kali prosedur dialysis selesai, dilakukan
dekontaminasi pada mesin dialysis, baik pada bagian
permukaan luar ( eksternal ) maupun pada bagian
dalam mesin ( internal ) dengan menggunakan
desinfektan kimia sesuai panduan dari masing-masing
pabriknya.
2. Desinfektan bagian dalam mesin ( internal )
Bagian dalam mesin HD harus didesinfeksi setiap
kali prosedur dialysis selesai (prosedur rutin
meliputi draining, disinfection, rinsing), sesuai
dengan protocol yang dianjurkan oleh pabrik.
Bila terjadi kebocoran darah pada system resirkulasi,
dilakukan prosedur rutin desinfeksi 8 dan
pembilasan sebanyak 2 kali sebelum mesin tersebut
dipakai kembali.

3. Desinfektan permukaan luar ( eksternal )


mesin dialysis
4. Pressure transduser.
Pressure transducer filter protectors harus
digunakan untuk mencegah kontaminasi
antara komponen darah arteri dan vena pada
mesin HD.

B. DIALIZER
Pemrosesan dializer proses ulang dilakukan dengan
menerapkan prinsip kewaspadaan universal yang ketat.
Dializer proses ulang tidak dibenarkan dipakai oleh
pasien dengan HBsAg positif.
Dializer proses ulang pada prinsipnya dapat digunakan
oleh pasien dengan anti HCV positif dan HIV positif,
namun harus menerapkan prinsip kewaspadaan
universal yang ketat.
Tempat pemrosesan dializer proses ulang hendaknya
terpisah antara pasien masing-masing dengan Anti HCV
positif, anti HIV positif dan pasien dengan kedua marker
negative.
Setiap dializer proses nulang diberi label nama yang
jelas agar tidak tertukar dengan dializer yang lain.
Tempat penyimpanan dializer pakai ulang pasien
dengan anti HCV positif atau anti HIV positif dipisahkan
dari pasien dengan kedua marker negative.

RUANG HEMODIALISIS
1. Ruang tempat penyimpanan peralatan medik
dan obat terpisah dari ruang pasien.
2. Seluruh aktifitas berkaitan dengan persiapan
peralatan medik maupun obat, dilakukan di
ruang khusus ini.
3. Jarak antara masing-masing tempat tidur/kursi
tidur dan mesin HD tidak terlalu rapat.
4. Memiliki penerangan dan sirkulasi udara yang
memadai.
5. Tersedia botol berisi antiseptic misalnya :
alcohol 60% - 80% atau cairan antiseptic lain
dan tempat berisi sarung tangan bersih di
dekatqt tempat tidur pasien.

6. Tempat pembuangan sampah infeksius dan non


infeksius serta pembuangnan jarum bekas pakai
tersedia secara terpisah.

7. Memiliki ruang khusus terpisah (ruang isolasi)


untuk pasien dengan HBsAg positif.
8. Lantai ruang dialysis dibersihkan dengan chlorinebased disinfectants, formaldehid atau carbol atau
asam parasetat atau glutaraldehide setelah

ruangan tidak digunakan lagi.

PERALATAN LAIN
Untuk mencegah penularan, obat vial multidosis hanya boleh
digunakan berulang kali oleh pasien yang sama.
2. Semua peralatan medik steril yang dibawa ke ruang HD
dibatasi secukupnya sesuai dengan keperluan saat ini.
3. Meja dorong yang berisi peralatan medik yang steril
jangan ditaruh di dekat pasien.
4. Sampel darah dan cairan tubuh lainnya dijauhkan dari
area penempatan obat-obatan dan peralatan medik.
5. Peralatan perabotan seperti kursi/tempat tidur dialysis,
meja pasien dan lain-lain dibersihkan dengan klorin 0,05%,
sedangkan untuk percikan darah dibersihkan dengan klorin
0,5%. Petugas pembersih mengenakan sarung tangan kerja
setiap selesai tindakan HD.

6.Peralatan dan permukaan lingkungan tempat kerja


(enviromental surfaces) berpotensi sebagai media
penularan infeksi, terutama barang benda yang sering
disentuh tangan, sehingga perlu dilakukan desinfeksi
secara berkala.
7.
Setelah selesai tindakan, jarum bekas pakai tidak
boleh ditutup kembali dan alat suntikan tersebut
langsung dibuang ke tempat pembuangan khusus.
8.
Pengaturan peralatan Pasien dengan HBsAg positif,
anti HCV positif dan HIV positif menggunakan peralatan
medik berikut ini:

Turnikuet didesinfeksi 1 minggu sekali

Gunting didesinfeksi 1 minggu sekali

Klem didesinfeksi 1 minggu sekali

Tensimeter dan manset didesinfeksi 1 minggu sekali

Thermometer single use

Stetoscop didesinfeksi 1 minggu sekali

9. Gorden Fabric Screen harus dicuci setiap 1 2


bulan ( VHB dapat hidup sampai 7 hari di tempat ini
walaupun tidak ada darah yang jelas terlihat )
10. Linen :

Sprei dan sarung bantal pasien harus diganti


segera setelah selesai dialysis.

Linen kotor ditaruh di tempat khusus.

Bila linen terpercik darah, disiram terlebih


dahulu dengan klorin 0,5 % sebelum ditaruh di
tempat linen kotor.

Linen pasien dengan HBsAg positif ditempatkan


terpisah dan dicuci dengan larutan klorin 0,5%.

E. TEMPAT SAMPAH
1. Tempat sampah Medis Untuk Benda Tajam :
a. Wadah harus tahan tusukan.
b. Jarum suntik bekas pakai, potongan kemasan
obat yang tajam (ampul) atau sampah tajam
lainnya ditaruh di tempat sampah ini. Wadah
tidak boleh diisi sampai penuh, maksimal sampai
2/3 bagian.
c. Bila sudah terisi cukup, pastikan wadah tertutup
dengan aman, taruh ditempat khusus
pengumpulan pengambilan sampah. Sampah
diambil oleh petugas untuk diproses sesuai
dengan ketentuan pengelolaan sampah medik.
d. Bila terdapat percikan darah pada permukaan
tempat sampah, segera bersihkan dengan cairan
klorin 0,5 %.

2. Tempat Sampah Infeksius Untuk Benda Tidak


Tajam
a. Wadah berupa kantong plastic 2 lapis yang
dapat diikat kencang.
b. Kasa bekas, dializer dan blood line bekas
pakai dibuang pada wadah ini.
c. Blood line dibuang dalam keadaan klem
tertutup agar sisa darah tidak berceceran.
3. Tempat Sampah Non Medis
Berfungsi untuk menampung sampah yang tidak
tercemar darah dan cairan tubuh, seperti kertas,
pembungkus kemasan dan lain-lain.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai