Anda di halaman 1dari 27

PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN

PUSKESMAS NGEBEL

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS NGEBEL
Alamat : Jl. Telaga No. 7 Ngebel
Telp. (0351) 363 1076
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 1


BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 2
A. Latar Belakang ............................................................................................................... 2
B. Tujuan............................................................................................................................. 2
C. Teori Komunikasi ........................................................................................................... 2
BAB II RUANG LINGKUP ...................................................................................................... 6
BAB III TATA LAKSANA ......................................................................................................... 7
A. Komunikasi antar staf baik dalam unit maupun lintas unit ......................................... 7
B. Implementasi Kode – Kode Penting Puskesmas Ngebel ........................................... 10
C. Komunikasi dengan pasien dan keluarga pasien ....................................................... 14
D. Komunikasi Antar Tenaga Kesehatan Pemberi Asuhan ........................................... 22
E. Komunikasi Dengan Masyarakat ................................................................................ 24
BAB IV PENDOKUMENTASIAN ............................................................................................. 26
BAB V PENUTUP ................................................................................................................... 27

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Puskesmas sebagai pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat dituntut
untuk pemberikan pelayanan yang berkualitas yang menjamin keselamatan pasien
(patient safety). Komunikasi menjadi dasar untuk memastikan bahwa pasien
mendapatkan proses perawatan yang terbaik, menjelaskan tujuan pengobatan dan
mendiskusikan proses perawatan pasien dengan professional lain yang terlibat.
Komunikasi yang berlangsung diPuskesmas seringkali terjadi dalam situasi yang tingkat
stressnya tinggi dan harus dilakukan segera, sehingga dalam pelaksanaan proses
komunikasi di Puskesmas diperlukan panduan cara komunikasi yang efektif, tepat waktu,
akurat, lengkap, jelas, dan dapat dipahami penerima.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Panduan Komunikasi Efekif Puskesmas Ngebel disusun guna memberikan
panduan komunikasi yang efektif bagi seluruh pemberi pelayanan dalam memberikan
pelayanan yang optimal bagi pasien, keluarga pasien, pengunjung Puskesmas Ngebel
dan masyarakat sekitar Puskesmas Ngebel secara profesional. Selain itu, panduan
komunikasi efektif ini ditujukan untuk memberikan gambaran dan panduan antar staf
klinis dalam berkomunikasi dalam memberikan pelayanan prima yang berfokus pada
pasien dengan mengutamakan keselamatan pasien (patient safety).
2. Tujuan Khusus
a. Memudahkan penyampaian dan penerimaan pesan dalam lingkup pekerjaan antar
staf non tenaga kesehatan dan antar staf klinis (PPA) Puskesmas Ngebel
b. Mengurangi angka Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) akibat kesalahan dalam
berkomunikasi
c. Menjamin pemberian pelayanan yang optimal dengan berfokus pada keselamatan
pasien(patient safety)
d. Menyebarluaskan informasi dan edukasi kesehatan untuk pasien, keluarga pasien,
pengunjung, masyarakat serta SDM (Sumber Daya Manusia) Puskesmas Ngebel
.
C. TEORI KOMUNIKASI
1. Proses komunikasi
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti
sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan/komunikator, pesan ditindaklanjuti
dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan/komunikan dan tidak ada hambatan
untuk hal itu (Hardjana, 2003). Unsur-unsur/elemen dalam komunikasi efektif :
a. Sumber/pemberipesan/komunikator (dokter, perawat, admission, Adm. Kasir, dll),
adalah orang yang memberikan pesan. Sumber (yang menyampaikan informasi)
adalah orang yang menyampaikan isi pernyataannya kepada penerima/komunikan.

2
Hal-hal yang menjadi tanggung jawab pengirim pesan adalah mengirim pesan
dengan jelas, memilih media yang sesuai, dan meminta kejelasan apakah pesan
tersebut sudah di terima dengan baik. (konsil kedokteran Indonesia, hal.8).
Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai materi,
pengetahuannya luas dan dalam tentang informasi yang disampaikan, cara
berbicaranya jelas dan menjadi pendengar yang baik saat dikonfirmasi oleh si
penerima pesan (komunikan)
b. Isi Pesan, adalah ide atau informasi yang disampaikan kepada komunikan.
Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan komunikasi,
media penyampaian, penerimanya.
c. Media/saluran pesan (Elektronik, Lisan,dan Tulisan) adalah sarana komunikasi dari
komunikator kepada komunikan. Media berperan sebagai jalan atau saluran yang
dilalui isi pernyataan yang disampaikan pengirim atau umpan balik yang
disampaikan penerima.Pesan dapat berupa berita lisan, tertulis, atau keduanya
sekaligus.Pada kesempatan tertentu, media dapat tidak digunakan oleh pengirim
yaitu saat komunikasi berlangsung atau tatap muka dengan efek yang mungkin
terjadi berupa perubahan sikap(konsil kedokteran Indonesia, hal.8). Media yang
dapat digunakan: melalui telepon, menggunakan lembar lipat, buklet, VCD, (peraga)
d. Penerima pesan/komunikan (pasien, keluarga pasien, perawat, dokter,
Admission,Adm.) atau audience adalah pihak/orang yang menerima pesan.
Penerima pesan berfungsi sebagai penerima berita.Dalam komunikasi, peran
pengirim dan penerima bergantian sepanjang pembicaraan.Tanggung jawab
penerima adalah berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan baik dan
memberikan umpan balik kepada pengirim.
e. Umpan balik sangat penting sehingga proses komunikasi berlangsung dua arah.
(konsil kedokteran Indonesia, hal.8).Umpan Balik, adalah respon/tindakan dari
komunikan terhadap respon pesan yang diterimanya.
2. Sifat Komunikasi
Komunikasi itu bisa bersifat informasi (umum dan asuhan) dan edukasi
kesehatan yang berupa edukasi pelayanan promosi kesehatan. Berdasarkan sifat
komunikasi, komunikasi di lingkungan Puskesmas Disi terdiri dari:
a. Informasi umum : penyebarluasan informasi tentang pelaksanaan kegiatan di
Puskesmas Ngebel (pemberitahuan agenda kegiatan, rencana startegis organisasi,
tata aturan kerja, kebijakan dan lain – lain)
b. Informasi asuhan meliputi : Waktu pelayanan, pelayanan yang tersedia, SDM
pemberi pelayanan, kualitas pelayanan, cara mendapatkan pelayanan, jaminan
kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber alternatif mengenai asuhan dan
pelayanan yang diberikan ketika kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan
Puskesmas.
c. Edukasi kesehatan (Pelayanan Promosi meliputi : Edukasi tentang penyakit,
edukasi tentang obat, edukasi tentang diet dan nutrisi, edukasi tentang manajemen
nyeri, edukasi tentang penggunaan alat bantu kesehatan, edukasi tentang

3
rehabilitasi medik, edukasi tentang pemberian informed consent dan lain–lain sesuai
dengan kebutuhan pasien.
3. Proses komunikasi efektif
Untuk mendapatkan komunikasi efektif, dilakukan melalui prinsip sebagai
berikut:
a. Pemberi pesan secara lisanmemberikan pesan
b. Penerima pesan menuliskan secara lengkap isi pesan tersebut
c. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima pesan
d. Pemberi pesan memverifikasi isi pesan kepada pemberi penerima pesan
e. Penerima pesan mengklarifikasi ulang bila ada perbedaan pesan dengan hasil
verifikasi

Proses komunikasi efektif dengan prinsip: terima, catat, verifikasi dan


klarifikasi dapat digambarkan sebagai berikut :

Dalam berkomunikasi ada kalanya terdapat informasi misalnya nama obat,


nama orang, dll. Untuk menverifikasi dan mengklarifikasi, maka komunikan sebaiknya
mengeja huruf demi huruf menggunakan alfabeth standarinternasional yaitu:
CHARACTER MORSE CODE TELEPHONY PHONIC (PRONUNCIATION)
A •- Alfa (AL-FAH)
B ­••• Bravo (BRAH-VOH)
C ­•­• Charlie (CHAR-LEE) of (SHAR-LEE)
D ­•• Delta (DELL-TAH)
E • Echo (ECK-OH)
F ••­• Foxtrot (FOKS-TROT)
G ­­• Golf (GOLF)
H •••• Hotel (HOH-TEL)
I •• India (IN-DEE-AH)
J •­­­ Julieet (JEW-LEE-ETT)
K ­•­ Kilo (KEY-LOH)
L •­•• Lima (LEE-MAH)
M -- Mike (MIKE)
N ­• November (NO-VEM-BER)

4
O --- Oscar (OSS-CAH)
P •­­• Papa (PAH-PAH)
Q ­­•­ Qaebec (KEH-BECK)
R •­• Romeo (ROW-ME-OH)
S ••• Sieera (SEE-AIR-RAH)
T - Tango (TANG-GO)
(YOU-NEE-FORM) of (OO-
U ••­ Uniform
NEE-FORM)
V •••­ Victor (VIK-TAH)
W •­­ Wishkey (WISS-KEY)
X ­••­ Xray (ECKS-RAY)
Y ­•­­ Yankee (YANG-KEY)
Z ­­•• Zulu (ZOO-LOO)
1 •­­­­ One (WUN)
2 ••­­­ Two (TOO)
3 •••­­ Three (TREE)
4 ••••­ Four (FOW-ER)
5 ••••• Five (FIFE)
6 ­•••• Six (SIX)
7 ­­••• Seven (SEV-EN)
8 ­­­•• Eight (AIT)
9 ­­­­• Nine (NIN-ER)
0 ----- Zero (ZEE-RO)

5
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup komunikasi di Puskesmas Ngebel meliputi :


A. Komunikasi antar staf baik dalam unit maupun lintas unit
Adalah komunikasi yang terjalin di lingkungan Puskesmas Ngebel yang
melibatkan pimpinan dan staf atau antar staf yang berisi informasi yang berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan di semua area Puskesmas

B. Komunikasi dengan pasien dan keluarga pasien


Adalah komunikasi yang terjalin antara Profesional Pemberi layanan dengan
pasien dan keluarga pasien dalam proses asuhan yang bertujuan untuk mendukung
proses penyembuhan.

C. Komunikasi antar tenaga kesehatan pemberi asuhan


Adalah komunikasi yang terjalin antara Professional Pemberi layanan baik
komunikasi secara langsung (lisan) maupun komunikasi tidak langsung (tertulis) melalui
pendokumentasian di rekam medis pasien.

D. Komunikasi dengan masyarakat


Adalah komunikasi yang terjalin antara Puskesmas Ngebel dengan masyarakat
baik secara langsung maupun tidak langsung dengan tujuan untuk memberikan informasi
dan edukasi tentang kesehatan maupun informasi umum terkait kegiatan pelayanan
Puskesmas Ngebel.

6
BAB III
TATA LAKSANA KOMUNIKASI EFEKTIF

A. Komunikasi antar staf baik dalam unit maupun lintas unit


1. Rapat/pertemuan
Rapat adalah pertemuan sebagai media untuk berkomunikasi antar pegawai
atau pimpinan dengan stafnya untuk berkomunikasi menyatukan pemikiran,
perencanaan, penetapan kebijakan, dan pengambilan keputusan. Mengembangkan
komunikasi dan koordinasi yang baik, maka diperlukan pertemuan/rapat di setiap
tingkat, antar tingkat dan antar profesi dalam membahas pengembangan pelayanan,
update ilmu pengetahuan dan lain sebagainya meliputi :
No NAMA JADWAL
1. Rapat Minlok satu kali dalam 3 bulan
2. Rapat linsek minimal 1 kali dalam 1 tahun
3. Rapat linprog satu kali dalam 3 bulan
4. Pertemuan Tinjauan Mangemen minimal 1 kali dalam 1 tahun
5. Rapat tim mutu satu kali dalam 3 bulan
2. Apel Pagi.
Apel pagi adalah apel yang dilaksananakan pada pagi hari sebelum aktivitas
kerja dimulai. Dilaksanakan pada hari Senin jam 08.00 WIB dan diikuti oleh semua
karyawan bagian yang berisi penyampaian informasi mengenai kegiatan, kebijakan,
himbauan, instruksi yang berhubungan dengan Puskesmas.
3. Radio Internal
Radio internal Puskesmas digunakan untuk memberikan informasi dalam
kondisi darurat (kode bahaya : code blue, code red, code pink, code black, code green)
maupun informasi / pengumuman tertentu (tematik) yang di tujukan untuk pengunjung
Puskesmas, pasien dan penunggu pasien, maupun karyawan Puskesmas.
4. Telephone
Tata cara menerima telepon dari luar :
a. Angkat gagang telepon dan usahakan jangan berdering lebih dari tiga kali;
b. Ucapkan :
1) Salam (selamat pagi/selamat siang/ selamat malam)
2) Dengan Saya (Sebutkan Nama) Petugas Puskesmas Ngebel ada yang bisa
dibantu.
3) Setelah menelpon menjelaskan maksud dan tujuannya maka petugas operator
menjawab ”mohon ditunggu”
c. Selanjutnya petugas menyambungkan extention yang dimaksud/dituju.
d. Harus ramah dan sopan dalam setiap menerima telepon
e. Setelah tersambung letakkan kembali gagang telepon seperi semula.

26
5. Surat Menyurat
a. Bentuk komunikasi dapat berupa surat edaran pemberitahuan berhubungan dengan
kebijakan dan informasi baru terkait pelayanan dan juga kegiatan Puskesmas.
Surat edaran berisi kalimat yang tidak berbelit-belit sehingga isi informasi dapat
diterima dan dipahami oleh penerima pesan dengan baik.
b. Surat menyurat, bentuk informasi surat menyurat dilakukan antar staf kepada
pimpinan Puskesmas ataupun antar bagian Puskesmas terkait dengan permohonan
ataupun usulan kebutuhan di masing-masing unit.
6. Fax
Mesin faks adalah peralatan komunikasi yang digunakan untuk mengirimkan
dokumen dengan menggunakan suatu perangkat yang mampu beroperasi melalui
jaringan telepon dengan hasil yang serupa dengan aslinya. Cara penggunaan mesin
fax :
a. Pengirim memasukkan dokumen yang hendak dikirim ke bagian feeder mesin faks
dan selanjutnya menekan nomor telepon mesin faks yang dituju.
b. Ketika koneksi telah terjadi dengan mesin faks tujuan, maka mesin faks akan
melakukan scanning dengan membaca area yang sangat kecil pada dokumen
tersebut.
c. Mesin faks tersebut akan mengubahnya menjadi suatu sinyal listrik untuk kemudian
menerjemahkan daerah yang dibaca sebagai daerah gelap atau terang dengan
menandainya “0” untuk gelap dan “1” untuk terang. Sinyal listrik tersebut lalu
ditransmisikan melewati saluran telepon dan menuju mesin penerima faks. Mesin
penerima tersebut kemudian menangkap dan mengartikan sinyal listrik untuk
membuat suatu dokumen yang persis sama dengan aslinya dan kemudian
mencetaknya.
d. Alamat fax Puskesmas Ngebel adalah :
7. E-mail
E-mail secara harfiah dapat didefenisikan sebagai metode pengiriman,
penerimaan, dan penyimpanan pesan melalui sistem komunikasi elektronik berupa
internet. E-mail di gunakan sebagai komunikasi antara pimpinan dengan staf, antar staf
maupun dengan instansi lain sesuai dengan kebutuhan. Alamat e-mail Puskesmas
Ngebel adalah puskesmasngebelnew@gmail.com.
8. Website
Website atau situs Puskesmas Ngebel adalah
puskesmasngebel.blogspot.com, sebagai kumpulan halaman yang menampilkan
informasi data teks, data gambar diam atau gerak, data animasi, suara, video dan atau
gabungan dari semuanya, baik yang bersifat statis maupun dinamis yang membentuk
satu rangkaian bangunan yang saling terkait dimana masing-masing dihubungkan
dengan jaringan-jaringan halaman (hyperlink). Fungsi WEB adalah :
a. Media Promosi : Sebagai media promosi utama maupun penunjang promosi utama
Puskesmas , website dapat berisi informasi yang lebih lengkap daripada media
promosi offline seperti leaflet, brosur, koran atau majalah.

27
b. Media Pemasaran : website merupakan media pemasaran yang cukup baik karena
dibandingkan dengan leafet, brosur, koran, majalah, TV, radio dan dapat beroperasi
24 jam serta dapat diakses darimana saja.
c. Media Informasi : bersifat global dapat diakses dari mana saja selama dapat
terhubung ke internet, sehingga dapat menjangkau lebih luas daripada media
informasi konvensional seperti koran, majalah, radio atau televisi yang bersifat lokal.
d. Media Komunikasi : dibangun untuk berkomunikasi seperti forum yang dapat
memberikan fasilitas fasilitas bagi para anggotanya untuk saling berbagi informasi
atau membantu pemecahan masalah tertentu.
9. E-document
Yaitu aplikasi bantuan secara elektronik dalam menyimpan, mencari,
mendistribusikan dokumen. Contoh kegunaannya adalah petugas pelayanan ingin
memastikan SOP (standar prosedur operasional) suatu layanan atau ingin melihat
kebijakannya, maka petugas tersebut tinggal melihat melalui system tanpa harus
bersentuhan dan mencari dokumen fisiknya.
Untuk mengakses aplikasi e-dokument menggunakan jaringan internet dapat
dilakukan menggunakan handphone atau laptop anda yang terhubung dengan internet
kemudian mengakses google drive dengan alamat bit.ly/dokumenpkmngebel.
10. WhatsApp (WA)
Dalam melakukan komunikasi internal antar pimpinan dan staf Puskesmas
Ngebel salah satunya adalah menggunakan WhatsApp. Pesan yang disampaikan
berupa undangan rapat, pengumuman pemakaian seragam tertentu, atau informasi
lainnya yang memungkinkan diiformasikan melalui WhatsApp. Pengelola komunikasi
(admin) melalui WhatsApp dilakukan oleh bagian Tata Usaha Puskesmas Ngebel.
11. Informasi Akurat Dan Tepat Waktu
Selain jalur komunikasi diatas, terdapat informasi yang harus disampaikan
secara akurat dan tepat waktu yaitu :
Komunikasi efektif yang mengharuskan pemberian informasi yang akurat
dan tepat waktu ke seluruh Puskesmas Ngebel termasuk dalam kondisi “urgent.
Pemberian informasi yang akurat dan tepat waktu adalah proses penyampaian
informasi ke seluruh area Puskesmas Ngebel meliputi informasi yang akurat dan tepat
waktu terkait kondisi kegawatdaruratan medis ataupun non medis yang memerlukan
penanganan segera secara cepat dan tepat.
Adapun tujuan dari informasi akurat dan tepat waktu ini adalah untuk :
a. Tujuan Umum
Menjamin keselamatan pasien, keluarga pasien, pengunjung dan SDM
Puskesmas Ngebel dalam kondisi kegawatdaruratan medis maupun non medis
yang terjadi di semua area Puskesmas Ngebel.
b. Tujuan Khusus
1) Menjamin keselamatan pasien, keluarga pasien, pengunjung dan SDM
Puskesmas Ngebel pada saat terjadi kegawatdaruratan medis (henti jantung dan
atau henti nafas)

28
2) Menjamin keselamatan pasien, keluarga pasien, pengunjung dan SDM
Puskesmas Ngebel pada saat terjadi kebakaran
3) Menjamin keselamatan pasien (ibu dan bayi) dan keluarga pasien Puskesmas
Ngebel dari resiko penculikan bayi di area Puskesmas
4) Menjamin keselamatan pasien dan keluarga pasien Puskesmas Ngebel dari
resiko kejadian bencana masal/infeksi atau radiasi di area Puskesmas
5) Menjamin keselamatan pasien dan keluarga pasien Puskesmas Ngebel dari
resiko kejadian ancaman bom dan atau gangguan keamanan di area Puskesmas
6) Menjamin keselamatan pasien dan keluarga pasien Puskesmas Ngebel dari
resiko kejadian kerusakan sarana dan prasarana Puskesmas

B. Implementasi Kode – Kode Penting Puskesmas Ngebel


1. CODE BLUE
a. Pengertian : Adalah suatu sistem peringatan dini kepada tim code blue (tim
resusitasi) akan adanya kkondisi kegawatdaruratan medis berupa henti jantung dan
atau henti nafas di area Puskesmas Ngebel yang membutuhkan resusitasi jantung
paru segera
b. Tujuan : Menciptakan sistem koordinasi terintegrasi dalam penanganan
kegawatdaruratan dengan cepat dan tepat serta menjamin pemberian Bantuan
Hidup Dasar (BHD) dan Bantuan Hidup Lanjut (BHL) secara tepat dan tepat
c. Tatacara aktivasi
1) Tim primer segera mengenali atau mengidentifikasi korban henti jantung dan
atau henti nafas sedini mungkin
2) Tim primer segera melakukan pertolongan dengan melakukan tahapan Bantuan
Hidup Dasar (BHD) dengan cara :
a) Pastikan keamanan korban, lingkungan dan penolong
b) Cek respon korban dengan melihat ada tidaknya pergerakan dada (Look),
adakah suara nafas korban (listen), dan apakah teraba nadi carotis (feel)
3) Jika teridentifikasi henti jantung dan atau henti nafas segera mengaktifkan sistem
code blue dengan mengaktifkan sistem call center (meminta bantuan/Tolong) di
nomor ektensi 501.
Contoh : “mohon perhatian kepada Tim Code Blue Sekunder: Panggilan code
blue parkir timur, panggilan code blue parkir timur, panggilan code blue parkir
timur”. Pemberian informasi tersebut diulangi sampai 3 kali tanpa ada jeda waktu.
4) Sambil menunggu tim sekunder datang, tim primer segera melakukan compresi
jantuing luar dan membebaskan jalan nafas korban.
5) Lakukan kompresi jantung luar dan nafas buatan dengan ratio 30:2 (30 kali
kompresi jantung luar : 2 kali nafas buatan)
6) Perhatikan kecepatan kompresi minimal 100 kali/menit
7) Lakukan Bantuan Hidup Dasar (BHD) sampai denagn 5 siklus dan segera
lakukan evaluasi apakah sudah ada nadi/nafas
8) Jika sudah ada nadi dan nafas korban, posisikan korban dalam posisi recovery

29
9) Jika masih belum ada nadi/nafas lakukan BHD kembali atau sampai dengan tim
sekunder datangRespon time tim sekunder tidak boleh lebih dari 5 menit
2. CODE RED
a) Pengertian : Suatu upaya untuk menanggulangi kebakaran yang terjadi di
Puskesmas Ngebel.
b) Tujuan
1) Mencegah terjadinya bencana kebakaran berdampak lebih luas
2) Mencegah jatuhnya korban jiwa akibat kebakaran
3) Mengamankan terbakarnya aset dan dokumen penting Puskesmas
c) Tatacara aktivasi
1) Petugas/karyawan ditempat terjadinya kebakaran segera teriak minta bantuan
“Code Red” kepada rekan seruangan dan langsung mengambil APAR & Helm
warna Merah untuk melakukan pemadaman.
2) Secara simultan petugas/karyawan lainnya akan menghubungi petugas
Pemadam Kebakaran.
3) Petugas Pendaftaran mengumumkan melalui sistem suara Puskesmas dengan
menyebut Code Red-Lokasi kejadian dan mengulang sebanyak 3 (tiga) kali
4) Tim Kode Merah/Code Red segera menuju lokasi sambil membawa APAR untuk
membantu pemadaman dan mengamankan barang barang dapat yang teraliri
listrik.
5) Apabila api semakin membesar dan tidak terkendali petugas lain menghubungi
pemadam kebakaran.
3. CODE PINK
a. Pengertian : Adalah kode untuk penanganan penculikan bayi/anak
b. Tujuan : Memberikan perlindungan keamanan bagi pasien dan keluarga
c. Tatacara aktivasi
1) Jika pegawai Puskesmas mengetahui atau mencurigai adanya pasien bayi/anak
yang hilang, segera teriakkan kode pink
2) Pegawai lain yang mendengar adanya code pink segera menghubungi Polsek
Ngebel
3) Pegawai yang lain berusaha mengejar pelaku
4) Keluarga di berikan ruangan yang tenang dan senatiasa ditemani pegawai RS
4. CODE YELLOW
a. Pengertian : Suatu sistem dan upaya koordinasi dalam melakukan pengendalian
ancaman bahaya yang meliputi bencana massal, tumpahan/paparan B3, wabah,
dan keracunan
b. Tujuan : Menciptakan sistem koordinasi terintegrasi dalam melakukan setiap
ancaman bahaya yang meliputi bencana massal, tumpahan/paparan B3, wabah,
dan keracunan dengan baik dan tepat
c. Tata Cara Aktivasi
1) Aktivasi Penanggulangan Bencana Massal (K1)

30
a) Petugas / saksi yang melihat insiden/kejadian lapor dan telepon ke satpam
(501) bahwa telah terjadi bencana massal.
b) Yang termasuk dimaksud bencana massal adalah terjadi bencana/
kecelakaan / insiden yang mengakibatkan timbulnya korban dalam jumlah
banyak didalam lingkungan Puskesmas
c) Satpam mengumumkan melalui pengeras suara dengan Kalimat Code
Yellow/Kuning : K1; Lokasi (sebutkan) yang diulang sebanyak 2 kali.
d) Perawat IGD yang berjaga segera menuju lokasi dengan membawa peralatan
untuk penanganan cedera
e) Apabila jumlah korban melebihi kemampuan penanganan perawat IGD,
segera lapor kembali ke satpam 501 dan menginformasikan untuk pengaktifan
level ”SIAGA”.
f) Satpam mengumumkan kembali melalui pengeras suara dengan Kalimat
Code Yellow/Kuning : K1; Lokasi (sebutkan); ’SIAGA ..... yang diulang
sebanyak 2 kali.
g) Tingkatan level SIAGA :
(1) SIAGA I
 Jumlah korban sampai dengan 25 orang;
 Perawat jaga diruang lain yang berada didekat lokasi kejadian segera
datang membantu dengan catatan tetap ada perawat jaga diruang;
(2) SIAGA II
 Jumlah korban antara 25 s/d 50 orang;
 Perawat yang berada diruang lain segera datang memberikan bantuan
ke lokasi kejadian;
2) Aktivasi Penanggulangan Tumpahan dan Paparan B3 (K2)
a) Petugas / saksi yang melihat insiden/kejadian lapor dan telepon ke satpam
(501) bahwa telah terjadi tumpahan dan atau paparan B3.
b) Satpam mengumumkan melalui pengeras suara dengan Kalimat Code
Yellow/Kuning : K2 ; Lokasi ............. yang diulang sebanyak 2 kali.
c) Unit Pelaksana K3 dengan perawat IGD segera ke lokasi.
d) Apabila ditemukan korban yang terpapar B3, segera evakuasi dan lakukan
prosedur dekontaminasi pada ruang dekontaminasi IGD atau ruang
dekontaminasi terdekat (bila ada).
e) Area lokasi Tumpahan B3 dilakukan pembersihan menggunakan spill kit yang
tersedia oleh petugas yang sudah terlatih.
f) Catat insiden/kejadian dalam formulir yang tersedia
5. CODE BLACK
a. Pengertian : Suatu sistem dan upaya penanggulangan untuk menanggulangi
timbulnya ancaman bom dan gangguan keamanan di lingkungan Puskesmas
b. Tujuan : Menciptakan sistem koordinasi yang terintegrasi dalam pengendalian dan
penanganan setiap kemungkinan adanya bahaya ancaman bom dan gangguan
keamanan yang dapat timbul di Puskesmas dengan baik

31
c. Tata Cara Aktivasi
Saat Menerima Telepon Berisi Ancaman Bom
1) Saat menerima telepon
a) Ulur waktu percakapan dengan penelepon selama mungkin;
b) Kenali suara-suara pada latar belakang si penelepon misalnya suara musik,
jenis kendaraan yang lewat, suara anak-anak, suara hewan dan sebagainya;
c) Tandai karakteristik suara penelepon;
d) Tanyakan dimana bom tersebut akan meledak dan kapan
e) Tandai apakah penelepon memahami dengan jelas lika liku Puskesmas
Ngebel dengan menanyakan deskripsinya tentang Puskesmas Ngebel.
2) Memberitahukan pihak yang berwenang:
a) Polisi
b) Damkar
3) Nyalakan alarm bila diperlukan
6. CODE GREEN
a. Pengertian : suatu sistem dan upaya koordinasi dalam melakukan penanganan
kejadian kerusakan sarana prasarana Puskesmas
b. Tujuan : menciptakan sistem koordinasi terintegrasi dalam melakukan setiap
ancaman dari kejadian kerusakan sarana prasarana dengan baik dan cepat.
c. Kriteria kerusakan sarana prasarana sebagai berikut :
1) Mengancam nyawa seseorang
2) Harus segera tindaklanjuti pada saat itu juga
3) Dapat berdampak ke hal yang lain
d. Protokol Penanganan Kerusakan Sarana Prasarana dan Fasilitas
1) Karyawan atau saksi yang melihat insiden/kejadian lapor dan telepon ke satpam
501 bahwa telah terjadi kerusakan sarana prasarana dan fasilitas
2) Satpam mengumumkan melalui pengeras suara dengan Kalimat Code Green :
Lokasi (sebutkan) yang diulang sebanyak 2 kali.
3) Petugas dari Tim MFK segera menuju ke lokasi insiden/kejadian dan melakukan
tindakan penyelamatan/perbaikan segera

C. Komunikasi dengan pasien dan keluarga pasien


Komunikasi yang efektif antara petugas kesehatan, dalam hal ini PPA dengan
pasien dan keluarganya memiliki tujuan untuk kesembuhan pasien dengan berfokus pada
keselamatan pasien.
Komunikasi kepada pasien dan keluarga harus menggunakan format yang
mudah dipahami dan bahasa yang dimengerti oleh pasien dan keluarga. Apabila pasien
menggunakan bahasa lain, maka dibutuhkan anggota keluarga atau penerjemah untuk
membantu dalam pemberian informasi dan edukasi. Apabila tidakada keluarga yang
dapat membantu menerjemahkan, maka petugaspetugas yang ditunjuk Puskesmas
sebagai penerjemah akan membantu menjelaskan informasikepada pasien.

32
1. Antar pemberi layanan dengan pelanggan
Komunikasi secara verbal oleh civitas hospitalia secara umum dilakukan baik
untuk kelancaran pekerjaan ataupun dalam memberikan layanan kepada pengunjung
dan pengguna layanan Puskesmas petugas customer service, pendaftarn rawat jalan
dan rawat inap, pendaftaran di IGD, petugas security, petugas kebersihan dan lain–lain
meliputi :
a. Jam pelayanan
b. Pelayanan yang tersedia
c. Cara mendapatkan pelayanan
d. Sumber alternatif mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika
kebutuhan pasien melebihi kemampuan Puskesmas.
e. General consent
General consent di beriakn pada pasien rawat jalan, rawat darurat dan rawat
inap. pemberi general consent di rawat jalan adalah petugas pendaftaran pasien
rawat jalan dan rawat darurat.
1) Hak dan kewajiban pasien, tata tertib, dan tariff
2) ruang lingkup dari general consent
3) informasi tentang tes dan pengobatan yang memerlukan persetujuan khusus
(informed consent)
4) persetujuan pelepasan informasi pasien untuk asuransi /perusahaan
5) peraturan barang berharga milik pasien
Petugas memastikan pemahaman pasien dan keluarga dengan cara :
meminta pasien untuk mengulang informasi yang telah diberikan dengan
menggunakan bahasa pasien sendiri atau memberikan kesempatan pasien untuk
bertanya. selanjutnya pasien dan petugas menanda tangani dan menuliskan nama
serta waktu.
Contoh sikap petugas customer service, registrasi dan admission ketika
menerima pasien:
a. Berdiri ketika pasien datang.
b. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri (“Selamat pagi/siang/sore/malam,
saya (nama)”).
c. Mempersilahkan pasien duduk,
d. Menanyakan nama pasien (“Maaf dengan Bpk/Ibu?”).
e. Tawarkan bantuan kepada pasien (“Ada yang bisa dibantu Bpk/Ibu(nama)?”)
f. Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya cukup waktu,
menganggap penting informasi yang akan diberikan, menghindari tampak lelah).
g. Menilai suasana hati lawan bicara.
h. Memperhatikan sikap non-verbal (raut wajah/mimic, gerak/bahasa tubuh dari
pasien).
i. Menatap mata pasien secara professional yang lebih terkait dengan makna
menunjukkan perhatian dan kesungguhan mendengarkan.
j. Memberikan informasi yang diperlukan oleh pasien.

33
k. Memberikan informasi jadwal praktek/paket dan langsung tanyakan apakah mau
dibantu untuk dibuatkan perjanjian.
l. Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa melakukan interupsi yang tidak
perlu.
m. Memberikan solusi yang tepat dan cepat bila ada keluhan yang disampaikan.
n. Apabila pasien marah, menangis, takut dan sebagainya maka dokter tetap
menunjukkan raut wajah dan sikap yang tenang.
o. Menawarkan kembali bantuan kepada pasien (“ Ada lagi yang bisa kami bantu
Bpk/Ibu?”).
p. Mengucapkan salam penutup (“Terima kasih atas waktunya Bpk/Ibu. Apabila ada
lagi yang bisa saya bantu, kami siap melayani dengan penuh cinta kasih.”
q. Berdiri ketika pasien hendak pulang.
Selain komunikasi secara langsung, komunikasi antara pemberi pelayanan
(Customer servise & petugas pendaftaran) dilakukan melalui handphone. Beberapa
layanan yang diberikan kepada pelanggan melalui HP adalah pendaftaran via Whats
app dan Whats app informasi pelanggan.
2. Komunikasi Efektif Perawat/Bidan Dan Pasien
Pelayanan Puskesmas tidak dapat dipisahkan dari peran komunikasi.
Petugas dan tenaga medis tidak dapat melaksanakan tahapan-tahapan dalam proses
pelayanan kesehatan dengan baik tanpa kemampuan berkomunikasi yang baik
dengan pasien, teman, atasan dan pihak-pihak lain. Jenis komunikasi yang paling
lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di Puskesmas dalam hubungan
perawat dan pasien adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan
dengan tatap muka. Dalam setiap tahapan pelaksanaan proses keperawatan, perawat
selalu menggunakan komunikasi verbal. Pasien baru yang masuk dalam perawatan
rawat inap perlu di berikan informasi tentang Informasi Pasien baru
Pasien di rawat jalan dan rawat darurat diberikan menggunakan media
informasi tertulis berupa leaflet, banner, sarana elektronik serta pemberian informasi
oleh petugas di Puskesmas 9customer service, perawat, bidan) perlu di berikan
informasi tentang :
a. Jenis pelayanan
b. Jam buka pelayanan
c. fasilitas ruangan
d. dokter yang bertugas di Puskesmas
e. hak dan kewajiban pasien
f. tata tertib
g. tata cara pengurusan administrasi
h. terif pelayanan
i. tatacara penyampaian aduan dan keluhan
j. perlindungan barang milik pasien
k. tatacara cuci tangan
l. tatacara pembuangan sampah

34
m. etika batuk efektif
Sedangkan pemberian informasi di rawat inap dan kamar bersalin dilakukan
secara lisan dan dengan media tertentu (leaflet) dan dibuktikan dengan tanda tangan
pemberi dan penerima informasi yang dilakukan oleh perawat/bidan pada formulir
edukasi pasien. informasi yang diberikan meliputi :
a. Jenis pelayanan di ruangan
b. Konfirmasi dan orientasi fasilitas ruangan sesuai dengan kelas yang digunakan
pasien
c. Petugas ang merawat, coordinator ruangan dan perawat primer
d. hak dan kewajiban pasien
e. tata tertib
f. komfirmasi kelas perawatan dan tarif pelayanan
g. konfirmasi jaminan dan tata cara pengurusan administrasi
h. tatacara penyampaian aduan dan keluhan
i. perlindungan barang milik pasien
j. pelayanan kerohanian
k. tatacara cuci tangan
l. tatacara pembuangan sampah
m. etika batuk efektif
Informasi diberikan dengan bahasa yang dapat di mengerti dan di pahami
pasien dan keluarga. Apabila dibutuhkan, Puskesmas dapat menghubungi penerjemah
yang diperlukan. Informasi juga diberikan menggunakan media seperti papan
informasi, banner, leaflet dan media elektronik.
3. Komunikasi dalam asuhan pasien
Komunikasi yang dilakukan oleh Profesional Pemberi layanandilakukan
untuk tujuan pemberian asuhan kepada pasien, meliputi komunikasi saat melakukan
assessment, tindakan keperawatan/kebidanan atau pada saat memberikan informasi
edukasi. Komunikasi dalam assesmen pasien(asssmen awal, ulang dan tambahan)
meliputi assessment medis, keperawatan dan gizi berisi tentang: Status fisik, psiko
sosio spiritual, ekonomi, riwayat kesehatan pasin, assesmen nyeri, resiko jatuh,
assessment fungsional, risiko nutrisi, kebutuhan edukasi, perencanaan pemulangan
pasien (discharge planning). Tahapan komunikasi dalam asuhan pasien, meliputi
a. Tahap Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal proses pelayanan di Puskesmas yang
dilakukan oleh petugas registrasi/admisi dan perawat untuk mengumpulkan data
pasien. Data tersebut diperlukan sebagai dasar pelaksanaan proses keperawatan
pada tahap selanjutnya. Data pasien diperoleh dari:
1) Wawancara, terdiri dari :
a) Wawancara admisi, Wawancara ini dilakukan pada saat pertama kali pasien
masuk Puskesmas dengan tujuan untuk mendapatkan data umum atau
identitas pasien

35
b) Wawancara riwayat hidup, Wawancara ini dilakukan oleh perawat untuk
mendapatkan informasi mengenai keluhan pasien, riwayat kesehatan,
perjalanan penyakit dengan tujuan untuk mengetahui alasan masalahnya.
Wawancara ini memberikan peluang kepada pasien untuk mengungkapkan
perasaan, mengenal dan mengetahu masa lalunya. Wawancara terapeutik
banyak digunakan oleh professional kesehatan seperti perawat, dokter,
psikolog dan psikiater, biasanya diterapkan pada pasien yang mengalami
gangguan psikologis
2) Pemeriksaan fisik
3) Pemeriksaan diagnostik (laboratorium, radiologi, dsb)
4) Informasi/catatan dari tenaga medis lain dan dari keluarga pasien. Kemampuan
berkomunikasi sangat berpengaruh pada kelengkapan data pasien. Oleh karena
itu, peningkatan komunikasi seorang perawat perlu mendapatkan perhatian.
Dalam berkomunikasi perawat perlu memperhatikan budaya yang berpengaruh
pada waktu dan tempat terjadinya komunikasi, penggunaan bahasa, usia dan
perkembangan pasien.
b. Tahap Perumusan Diagnosa
Diagnosa dirumuskan berdasarkan data yang diperoleh dari tahap
pengkajian. Perumusan diagnosa keperawatan merupakan hasil penilaian perawat
dengan melibatkan pasien dan keluarganya, tenaga kesehatan lain yang berkenaan
dengan masalah yang dialami pasien. Diagnosa keperawatan yang tepat
memerlukan sikap komunikatif perawat dan sikap kooperatif pasien.
c. Tahap Perencanaan
Pengembangan rencana tindakan keperawatan kepada pasien diperlukan
interaksi dan komunikasi dengan pasien. Hal ini untuk menentukan alternatif
rencana keperawatan yang akan diterapkan. Misalnya, sebelum memberikan
makanan kepada pasien, perawat harus terlebih dahulu mengetahui makanan yang
sesuai bagi pasien. Rencana tindakan yang dibuat oleh perawat merupakan media
komunikasi antar tenaga kesehatan yang berkesinambungan sehingga pelayanan
dapat dilaksanakan secara teratur dan efektif. 4) Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan realisasi dari perencanaan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu. Aktifitas ini memerlukan ketrampilan dalam
berkomunikasi dengan pasien. Terdapat dua katergori umum aktivitas perawat
dalam berkomunikasi, yaitu saat mendekati pasien untuk memenuhi kebutuhan dan
saat pasien mengalami masalah psikologis.
Lebih lanjut tentang informasi yang harus di kaji dalam asessmen awal,
ulang dan lanjutan dapat di lihat di Panduan Assesmen Pasien.
4. Komunikasi Efektif Dokter Dan Pasien
Dalam hubungan tenaga medis dan pasien, baik dokter maupun pasien
dapat berperan sebagai sumber atau pengirim pesan dan penerima pesan secara
bergantian. Pasien sebagai pengirim pesan, menyampaikan apa yang dirasakan atau
menjawab pertanyaan tenaga medis sesuai pengetahuannya. Sementara tenaga

36
medis sebagai pengirim pesan, berperan pada saat menyampaikan penjelasan
penyakit, rencana pengobatan dan terapi, efek samping obat yang mungkin terjadi
serta dampak dari dilakukan dan tidak dilakukannya terapi tertentu. Di dalam
komunikasi dokter-pasien, ada dua tahap yang penting :
a. Tahap pengumpulan informasi
Dimulai dengan tahap penggalian informasi yang terdiri dari :
1) Mampu mengenali alasan kedatangan pasien. Penggalian informasi akan
berhasil apabila dokter mampu menjadi pendengar yang aktif sehingga pasien
dapat mengungkapkan kepentingan, harapan, kecemasannya secara terbuka
dan jujur. Hal ini akan membantu dokter dalam menggali riwayat kesehatannya
yang merupakan datadata penting untuk menegakkan diagnosis.
2) Penggalian riwayat penyakit. Penggalian riwayat penyakit (anamnesis) dapat
dilakukan melalui pertanyaan- pertanyaan terbuka dahulu, yang kemudian diikuti
dengan pertanyaan tertutup yang membutuhkan jawaban “ya” atau “tidak”.
Dokter merupakan seorang ahli yang akan menggali riwayat kesehatan pasien
sesuai kepentingan medis. Pertanyaan-pertanyaan terbuka yang dapat
ditanyakan :
a) Bagaimana pusing tersebut Anda rasakan, dapat diceritakan lebih jauh?
b) Menurut Anda, pusing tersebut reda bila Anda melakukan sesuatu, meminum
obat tertentu atau bagaimana menurut Anda?
Sedangkan pertanyaan tertutup yang merupakan inti dari anamnesis meliputi:
a) Eksplorasi terhadap riwayat penyakit dahulu
b) Eksplorasi terhadap riwayat penyakit keluarga
c) Eksplorasi terhadap riwayat penyakit sekarang, contoh menggunakan
pedoman Macleod’s clinical examination seperti disebutkan dalam Kurtz
(1998) Macleod’s clinical examination :
d) Dimana dirasakan?
e) Sampai di bagian tubuh mana hal tersebut dirasakan?
f) Bagaimana karakteristik dari nyerinya, berdenyut-denyut? Hilang timbul?
Nyeri terus menerus?
g) Nyeri? Amat nyeri? Sampai tidak dapat melakukan kegiatan mengajar?
h) Berapa lama nyeri berlangsung? Sebentar? Berjam-jam?
1. Berhari-hari?
i) Setiap waktu tertentu nyeri tersebut dirasakan? Berulangulang? Tidak tentu?
j) Apa yang membuatnya reda? Apa yang membuatnya timbul kembali? Saat
istirahat? Ketika kerja? Sewaktu minum obat tertentu?
k) Adakah keluhan lain yang menyertainya ?
b. Tahap penyampaian informasi
Setelah tahap pengumpulan informasi dilakukan dengan akurat, maka
dokter masuk ke tahap penyampaian informasi. Tanpa informasi yang akurat di
tahap pengumpulan informasi, dokter dapat terjebak kedalam kecurigaan yang tidak

37
beralasan. Secara ringkas ada 6 (enam) hal penting yang harus diperhatikan agar
efektif dalam berkomunikasi dengan pasien, yaitu :
1) Informed Consent
Informed consent tindakan kedokteran dan kedokteran gigi adalah
proses komunikasi berupa pemberian informasi yang adekuat oleh dokter atau
dokter gigi dan pengambilan keputusan (persetujuan/penolakan) oleh pasien
ataukeluarga terdekatnya mengenai rencana pelayanan kedokteran atau
kedokteran gigi, pengambilan kepetusan dapat berupa persetujuan atau
penolakan. Informasi diberikan oleh DPJP mencakup :
a) diagnosis penyakit
b) dasar diagnosis
c) tindakan kedokteran yang di usulkan
d) tatacara tindakan
e) tujuan tindakan
f) risiko dan komplikasi tindakan
g) kemungkinan komplikasi
h) prognosis
i) alternative dan risiko alternative
j) risiko dan komplikasi
k) perluasan tindakan
l) rencana tindakan/pengobatan
m) bagaimana dan kapan kondisi pasien dan akibat sampinya akan dimonitor dan
dinilai kembali
n) nama dokter yang bertanggung jawab
o) di jelaskan peranan dokter yang sedak mengikuti pelatihan dalam rangkaian
tindakan yang akan dilakukan
p) mengingatkan kembali bahwa pasien dapat mengubah pendapatnya setiap
waktu
q) perkiraan biaya bila diperlukan
r) Selengkapnya bisa di lihat di panduan informed consent
2) Materi informasi apa yang disampaikan
a) Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak
nyaman/sakit saat pemeriksaan).
b) Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis.
c) Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan diagnosis
(manfaat, resiko, efek samping/komplikasi).
d) Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk
menegakkan diagnosis.
e) Diagnosis, jenis atau tipe.
f) Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi (kekurangan dan kelebihan masing-
masing cara).
g) Prognosis

38
h) Dukungan (support) yang tersedia.
5. Pemberian Informasi/Edukasi Kesehatan Pasien/Keluarga
Pemberian informasi dan edukasi kesehatan dilakuan diseluruh tempat
pelayanan yang memungkinkan interaksi antara petugas kesehatan dengan
pasien/keluarga. Proses komunikasi saat memberikan edukasi :
a. Tahap pengumpulan informasi pasien (assesment pasien)
Sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu kebutuhan edukasi
pasien dan keluarga berdasarkan :
1) Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga
2) Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan
3) Hambatan emosional dan motivasi
4) Keterbatasan fisik dan kognitif
5) Kesediaan pasien menerima informasi
b. Tahap penyampaian informasi dan edukasi yang efektif
Setelah melalui tahap assesment pasien, kemungkinan ditemukan :
1) Pasien dalam kondisi fisik dan emosional baik, maka proses komunikasinya
mudah disampaikan
2) Jika pada tahap assesment pasien ditemukan hambatan fisik (tuna rungu dan
tuna wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada
pasien/keluarga sekandung (istri, anak, ayah,inu, atau saudara kandung) dan
menjelaskan kepada mereka.
3) Jika pada tahap assesment pasien ditemukan hambatan emosional pasien
(pasien marah atau depresi) maka komunikasi yang efektif adalah memberi
leaflet dan menyarankan untuk membaca leaflet tersebut. Apabila pasien tidak
mengerti materi edukasi, pasien dapat menghubungi edukator yang berkaitan
dengan informasi/edukasi yang diperlukan.
4) Jika pada tahap assesment pasien ditemukan kendala bahasa, maka segera
menghubungi kepala perawat yang akan menghubungi penerjemah.
c. Tahap verifikasi (memastikan pasien/keluarga mengerti/memahami materi edukasi
yang diberikan) :
1) Apabila pasien dalam kondisi pasien baik dan dapat menerima informasi dan
edukasi, maka verifikasi yang dilakukan adalah menanyakan kembali edukasi
yang telah diberikan.
Pertanyaannya adalah : “ Dari materi yang telah disampaikan, kirakira apa yang
Bapak atau Ibu bisa pelajari?”
2) Apabila pasien mengalami keterbatasan fisik, maka verifikasinya adalah dengan
pihak keluarga dengan pertanyaan yang sama “Dari materi yang telah
disampaikan, kira-kira apa yang Bapak atau Ibu bisa pelajari?”
3) Apabila pasien mempunyai hambatan emosional (marah dan depresi) maka
verifikasinya adalah dengan menanyakan kembali sejauh mana psien mengerti
tentang materi edukasi yang diberikan dan dipahami. Proses pertanyaan ini bisa
datang langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.

39
4) Apabila pasien/keluarga telah memahami informasi/edukasi yang
disampaikan,maka tahap pemebrian informasi/edukasi dapat dilakukan kembali
untuk menilai kebutuhan edukasi yang lainnya. Apabila pasien/keluarga
menyatakan belum paham maka dilakukan re-edukasi kembali sampai
pasien/keluarga memahami edukasi yang diberikan.
Pemberian edukasi dilakukan oleh semua PPA yang mempunyai telah
memiliki kewenangan klinis. Edukasi yang diberikan perawat sesuai kewenangan
klinisnya adalah :
a. Perawat PK I :
1) Pemasangan gelang pasien
2) Informasi pasien baru
3) Penggunaan alat bantu kesehatan
4) Manajemen nyeri (ringan)
5) Perawatan luka derajat I
6) Resiko Jatuh
7) Keamanan tempat bermain
b. Perawat PK II :
1) Persiapan pasien pulang, penanganan pasien pulang
2) Perawatan luka derajat II
3) Penggunaan alat bantu kesehatan
4) Posisi menyusui
5) Keterlibatan pasien dan keluarga dalam proses perawatan
c. Perawat PK III:
1) Alat-alat yang digunakan diruangan khusus
2) Luka derajat III
3) IMD
4) KMC
d. Perawat PK IV:
1) Edukasi kolaborasi
2) Luka derajat IV

D. Komunikasi Antar Tenaga Kesehatan Pemberi Asuhan


Dalam memberikan pelayanan di PUSKESMAS Kabupaten Disi antar tenaga
kesehatan pemberi asuhan(Professional Pemberi Asuhan/PPA) melakukan komunikasi
efektif untuk menyampaikan informasi, berupa :
1. Informasi Asuhan Pasien
Komunikasi efektif antar staf klinis pada saat bekerja shift dan antar shift
dalam rangka penyampaian informasi asuhan pasien dan hasil asuhan berupa :
a. Status kesehatan pasien (CPPT/Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi)
Profesional Pemberi Asuhan/PPA (Dokter, apoteker, perawat, rehabilitasi
medic, psikolog klinis dan ahli gizi) mendokumentasikan asuhan pasien dalam form
CPPT.

40
1) SOAP di lakukan oleh dokter, perawat, apoteker, rehabilitasi medic dan psikolog
klinik. Subyek (S) berisis keluhan pasien, Obyektif (O) berisis data obyektif yang
di temukan pada pasien, Analisis atau Diagnosa (A) untuk perawat didisi
masalah pasien teratasi, belum teratasi, teratasi sebagian atau tidak teratasi dan
Perencanaan/Planning (P) berisi rencana medis pasien dan program selanjutnya
2) ADIME, Ahli gizi mendokumentasikan hasil asuhannya dalam Asesmen (A) berisi
mengenai pengkajian gizi, Diagnosa gizi (D) berisi diagnose gizi, domain asuhan,
klinis perilaku dan lingkungan, Intervensi (I) berisi perencanaan intervensi dan
implementasi, Monitoring (M) berisi kegiatan monitoring perkembangan gizi dan
Evaluasi hasil (E).
b. Ringkasan pulang pasien rawat jalan dan rawat inap
Ringkasan pulang pasien rawat jalan dan rawat inap atau Profil Ringkas
Medis Rawat jalan dibuat oleh DPJP khusus bagi pasiemn rawat jalan denga
diagnose kompleks (lebih dari atau sama dengan 3 diagnosa) sebelum pasien
pulang, setelah pemeriksaan dinyatakan selesai oleh DPJP, berisi :
1) identitas pasien
2) riwayat alergi obat
3) tanggal kunjungan
4) diagnosis
5) pengobatan saat ini
6) riwayat tindakan/operasi
7) riwayat rawat inap
8) tanda tangan dan nama terang
2. Tatacara komunikasi menggunakan teknik SBAR :
a. Laporkan kondisi pasien secara langsung via lisan /verbal maupun melalui telepon.
b. Ucapkan salam dan perkenalkan diri
c. Sampaikan tujuan melaporkan kondisi pasien
d. Sebutkan identitas pasien yang dilaporkan kondisinya.
e. Laporkan kondisi pasien menggunakan metode SBAR (Situation–Background–
Assessment–Recommendation)
1) S (Situation) : Situation merupakan kondisi terkini yang sedang terjadi pada
pasien.
a) Sebutkan nama dan unit anda
b) Sebutkan identitas pasien (nama lengkap, tanggal lahir dan atau nomor rekam
medis), diagnosa medis dan tanggal masuk.
c) Jelaskan secara singkat masalah kesehatan pasien atau keluhan utama
termasuk skor nyeri.
2) B (Background) : Background merupakan informasi penting tentang apa yang
berhubungan dengan kondisi pasien terkini.
a) Sebutkan riwayat alergi dan obat-obatan termasuk cairan infus yang
digunakan.
b) Jelaskan hasil pemeriksaan yang mendukung dan pemeriksaan laboratorium

41
c) Jelaskan informasi klinis yang mendukung
3) A (Assesment) : Assesment merupakan hasil pengkajian dari kondisi pasien
terkini.
a) Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini, seperti vital sign,
status mental, status emosional, kondisi kulit, saturasi oksigen, dll.
b) Nyatakan kemungkinan masalah seperti : gangguan pernafasan, gangguan
neurologi, gangguan perfusi, dll.
4) R (Recommendation) : Recommendaton merupakan apa saja hal yang perlu
dilakukan untuk mengatasi masalah pasien pada saat ini. Nyatakan usulan
tindakan yang akan dilakukan seperti: memindahkan pasien, mengganti
pengobatan ,mengunjungi pasien, meminta konsultasi dokter dan melihat pasien.
f. Tuliskan hasil konsultasi ke dalam form catatan perkembangan terintegrasi (write
down), kemudian lakukan konfirmasi dengan membaca kembali/mengulang intruksi
tersebut (read back), untuk nama obat LASA (Look Alike Sound Alike) dan obat
High Alert harus dieja huruf demi huruf dengan menggunakan NATO PHONETIC
ALPHABET.
g. Dokumentasikan pesan melalui telepon dengan membubuhkan Cap Konfirmasi
TBAK (Tulis Baca Konfirmasi Kembali) ke dalam catatan perkembangan terintegrasi
di rekam medis.
h. Lakukan konfirmasi kembali kebenaran isi perintah dengan cara mintakan tanda
tangan dokter pemberi pesan/perintah pada cap Konfirmasi READ BACK/TBAK
dalam waktu 24 jam, apabila hari libur maka tanda tangan konfirmasi oleh dokter
pemberi pesan/perintah dilakukan pada hari kerja berikutnya.

E. Komunikasi Dengan Masyarakat


Komunikasi antara Puskesmas dengan masyarakat dilakukan dengan berbagai
cara dan media, meliputi :
1. Brosur/leaflet
Merupakan media yang di gunakan untuk menyebarluaskan informasi dan
edukasi kesehatan, dapat disertai gambar untuk membantu menjelaskan mengenai
informasi jenis pelayanan, akses dan kualitas pelayanan, informasi kesehatan dan
informasi umum. Di dalam brosur/leaflet juga di cantumkan nomor yang bisa di hubungi
oleh masyarakat yang memerlukan informasi lebih lanjut tentang layanan kesehatan
yang di sediakan oleh Puskesmas ataupun informasi lainnya yang di butuhkan oleh
masyarakat umum.
2. Spanduk/banner
Spanduk/banner merupakan salah satu mediakomunikasi yang di gunakan
baik di lingkungan Puskesmas maupun diluar lingkungan Puskesmas. Spanduk
memuat informasi tertentu (tematik) yang di sampaikan secara singkat, jelas dan
bersifat informatif dengan tampilan yang menarik dan mudan diakses (di baca) oleh
masyarakat umum.

42
3. Poster
Poster dipakai untuk memuat informasi-informasi yang lebih lengkap dan
informatif, dipasang di tempat strategis (area pelayanan medis/non medis, ruang
tunggu, selasar Puskesmas dan fasilitas umum Puskesmas)
4. Running text
Running text digunakan untuk pemberian informasi kepada pasien/customer,
pengunjung Puskesmas (masyarakat) dengan kalimat yang singkat namun
mudahdipahami.
5. Media Sosial
Puskesmas melakukan komunikasi dengan masyarakat luas dengan
menggunakan media sosial : seperti email, facebook, website, instagram dan media
massa online (warta kota). Selain untuk menyampaikan informasi, media sosial juga
digunakan untuk memberikan edukasi kesehatan kepada masyarakat tentang berbagai
hal yang berkaitan dengan upaya promotif dan preventif serta ajakan untuk
menerapkan pola hidup sehat.
6. Temu pelanggan eksternal
Penyelenggaraan temu pelanggan eksternal adalah penyelenggaraan
pertemuan dengan mengundang tamu eksternal seperti pasien/pelanggan, keluarga
pasien, tokoh masyarakat & perwakilan dari instansi terkait di lingkungan sekitar
Puskesmas yang bertujuan untuk :
a. Memfasilitasi komunikasi pihak Puskesmas dengan seluruh pelanggan Puskesmas.
b. Memberikan pengetahuan dan informasi tentang pelayanan Puskesmas kepada
pelanggan.
c. Mendengarkan aspirasi dan bertukar pikiran dengan pelanggan untuk perbaikan
mutu pelayanan Puskesmas.
7. Public Hearing
Penyelenggaraan public hearingdigunakan sebagai media komunikasi
secara langsung antara Puskesmas dengan masyarakat, LSM, komunitas, faskes Tk 1
& 2, instansi lain dan institusi pendidikan. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk
memberikan informasi penting terkait layanan kesehatan, standar pelayanan public
maupun informasi edukasi kesehatan.
8. Seminar/workshop
Seminar/workshop di lakukan di dalam maupun di luar Puskesmas
bekerjasama dengan organisasi profesi maupun diselenggarakan sendiri oleh
Puskesmas dengan berbagai tema kesehatan.
9. Siaran melalui media televisi/radio
Komunikasi antara Puskesmas dengan masyarakat juga di lakukan melalui
media Televisi daerah (Disi televisi, RBTV) sertamelalui Radio dengan tujuan untuk
menyebarluaskan informasi dan edukasi kesehatan kepada masyarakat meliputi
informasi jenis layanan, akses dan kualitas pelayanan serta informasi seputar
kesehatan.

43
BAB IV
PENDOKUMENTASIAN

A. Komunikasi antar staf baik dalam unit maupun lintas unit terdokumentasikan dalam
bentuk Undangan, Notulensi, Daftar hadir, Materi, Lembar ekspedisi penyampaian surat
ke instansi
B. Komunikasi Efektif Dokter Dan Pasien di dokumentasikan dalam Berkas Rekam Medis
C. Komunikasi Antar Tenaga Kesehatan Pemberi Asuhan di dokumentasikan dalam Berkas
Rekam Medis
D. Komunikasi Dengan Masyarakat terdokumentasikan dalam CD Profil , Kotak saran,
Website, email, Dokumen (foto dokumentasi, banner, poster, leaflet )

44
BAB V
PENUTUP

Sebagai pemberi layana public, Puskesmas dituntut untuk lebih mengutamakan


pelayanan terbaik (prima) kepada pasien, terutama dalam pemenuhan kebutuhan asuhan
pasien. Melalui penerapan komunikasio efektif, asuhan pasen dapat berjalan dengan baik
dengan dukungan semua pemberi layanan pasien dan keluarga pasien serta semua unit
terkait yang ada di Puskesmas. Komunikasi yang efektif dengan masyarakat juga menjadi
salah satu kunci dalam pencapaian visi dan misi Puskesmas.

27

Anda mungkin juga menyukai